Papua: arrests over alleged plot to attack archbishop and police

Twelve people have been arrested over an alleged terrorist plot to attack an archbishop and police stations in the Indonesian province of Papua, local police officials said.

Indonesia’s Detachment 88 counter-terrorism unit carrying out a raid in Banten province, in 2018. Photo: AFP

The suspected terrorists were believed to be Muslim extremists and were arrested in the largely Christian Merauke Regency of Papua, for planning an attack on police stations and Petrus Canisius Mandagi, the Archbishop of Merauke.

Merauke police chief Untung Sangaji said a series of arrests were made, starting from Friday 28 May, by the Indonesian Detachment 88 (or Densus 88) counter-terrorism team of the police.

“Yes, bishops have been targeted, including the Resort Police and … Merauke Police,” Untung told Benar News.

“It is true that they had entered the church carrying backpacks to target the Archbishop of Merauke. Since no one was targeted, they left.”

Untung said police learned about the attempt from a priest and a nun.

The 12 people involved in the plot were affiliated with the Islamic State-inspired Jamaah Ansharut Daulah (JAD) group, which carried out a suicide bombing at a Catholic Church in the Indonesian city of Makassar at the end of March, said Detachment 88 head of operations Aswin Azhar Siregar.

At least 20 worshippers were injured in the Makassar church attack, and two suspected suicide bombers were killed.

However, Aswin said the Merauke plot appeared to be more focused on attacking security forces.

“The attack plan that stands out is not the church, but the police stations,” he said, adding that Detachment 88 was still tracing JAD networks in Papua.

The first 10 suspects were arrested on Friday 28 May, and were listed by police using their initials: AK, SB, ZR, UAT, DS, SD, WS, YK, and husband and wife AP and IK. An eleventh person was arrested on Sunday, said police inspector Argo Yuwono.

Those eleven were migrants from Java and Sulawesi who had lived in Papua for a long time, and had sworn allegiance to the Islamic State group in Merauke, Argo said. A twelfth person was arrested later.

“Air rifles, sharp weapons and arrows” had been found during the arrests, as well as chemicals that were confiscated, but were still being investigated to find out what was in them, Argo said.

At least 83 terrorist suspects connected with the Makassar JAD network had been arrested by Detachment 88 earlier this year, in at least six cities, the minister for security affairs Mohammad Mahfud said in April.

Potential new conflicts as extremists seek hiding places

The establishment of Islamic militant networks in Papua began in 2018, when the pro-ISIS group was looking for an alternative training location it felt was safe from the reach of security forces, said Muh Taufiqurrohman, a senior researcher at the Center for the Study of Radicalism and Deradicalization, King’s College, London.

“It’s not a native tribe. Even if there are genuine Muslims who are radical, they usually lean more towards movements such as Hizbut Tahrir Indonesia, not JAD… [they are] ideologically different and less supportive of JAD’s actions,” he said.

“They have been active in Papua, in Timika [city], since March 2018… At that time there were 14 people who moved to Papua,” he said. “Their affiliation is with JAD in Bekasi, led by Koswara – and JAD in Lampung, led by Rudi (alias Abu Azzam).”

Koswara (alias Abu Ahmad) was sentenced to four years in prison in 2016, for helping militants travelling to join ISIS in Syria.

The shift of the Papua JAD group from Timika to the Merauke area was caused by security forces pursuing separatist groups, Taufiqurrohman said.

He believed security forces should respond quickly to the latest discovery of the Merauke plans to attack police targets and the archbishop, in order to avoid potential inflammatory incidents and conflict designed to fan wider social divisions.

“If this bombing is successful, there is a possibility of provoking the anger of the Catholic-Christian people.”

Benar News

Pemisahan Papua dari Indonesia tidak akan Memberikan Keuntungan bagi Warga Papua?

Ada artikel yang sangat menarik ditulis oleh Silmi Kafhah, silmi09021992@gmail.com dalam https://www.islampos.com/ Judul artikelnya ialah “Waspadai Upaya Asing Memisahkan Papua dari Indonesia” tanggal 11 Maret 2016.  Artikel ini sebenarnya tidak punya alasan-alasan yang rasional dan empirik. Isinya penuh dengan kecurigaan dan kebencian terhadap kapitalisme dan dunia barat. Maklum saja karena penganut Negara Islam Indonesia lewat situs-situs mereka di satu sisi selalu memojokkan yang non-Muslim, padahal di sisi lain sebenarnya apa yang mereka katakan punya dampak sangat fatal bari NKRI, yaitu penerapan syariah Islam.

Artikel ini membahas keterlibatan, tangan-tangan asing dalam meniup api kemerdekaan, memberi ruang dan bahkan mendanai perjuangan kemerdekaan West Papua dan menyatakan solusi terbaik ialah dengan meninggalakn proses demokratisasi yang sudah terlewati di Indonesia dan kembali kepada Syariah Islam.

Pada satu sisi menyalahkan perusahaan asing dan LSM asing karena mereka dipandang membantu perjuangan Papua Merdeka. Terlihat jelas, penulis menunjukkan betapa dirinya sangat nasionalis Indonesia. Di sisi lain, sangat bertentangan dan malahan bertentangan dengan konstitusi yang dia sebut dibelanya, yaitu NKRI. Dia mengusulkan Negara yang disebutnya Indonesia itu kembali kepada Syariat Islam. Arti sebenarnya dari tulisan ini seratus persen mengandung tulisan separatis, tulisan mendukung makar, yaitu membubarkan negara bernama Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan negara Islam Indonesia, yaitu negara Indonesia berdasarkan Syaariah Islam.

Lebih lucu lagi, tulisan ini mengatakan kemerdekaan West Papua tidak menguntungkan bagi orang Papua sendiri. Berikut dalam kalimatnya sendiri:

Penting untuk disadari oleh semua pihak Papua, pemisahan Papua di Indonesia tidak akan memberikan keuntungan bagi warga Papua. Meminta bantuan dari negara imperialis untuk memisahkan diri merupakan bentuk bunuh diri politik. Pemisahan Papua dari Indonesia hanya akan membuat Papua lemah. Sebenarnya warga Papua sedang diperdaya demi segelintir elit politik agar mereka mendapat keuntungan.

Satu kalimat ini saja kalau kita bedah mengandung banyak kesalahan fatal secara konsep berpikirnya. Perama, uangkapan “semua pihak Papua” maksudnya apa atau siapa? Kedua, kalimat “pemisahan Papua di Indonesia“, apa artinya pemisahaan Papua di Indonesia? Tidak benar dan tidak logis. Ketiga, “tidak akan memberikan keuntungan bagi warga Papua.” Keuntungan apa yang dikehendaki oleh penulis artikel ini? Apakah keuntungan ekonomi? Apakah tujuan kemerdekaan Papua untuk keuntungan ekonomi?

Memang tujuan kemerdekaan Indonesia ialah “mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila”. Itu tujuan kemerdekaan Indonesia. Apakah tujuan kemerdekaan West Papua sama?

Rupanya penulis ini melihat tujuan kemerdekaan West Papua sama dengan tujuan kemerdekaan Indonesia. Masa dua negara yang berbeda harus punya tujuan kemerdekaan yang sama? Mengapa kalau tujuannya sama, ya Papua tinggal saja di Indonesia?

Penulis perlu ketahui, bahwa tujuan kemerdekaan West Papua BUKANLAH kepentingan ekonomi, bukan adil dan makmur. Sama sekali tidak! Kami tidak mencari keuntugnan ekonomi dari kemerdekaan West Papua.

SecGen. Tentara Revolusi West Papua, Lt. Gen. TRWP Amunggut Tabi pernah katakan kepada PMNews dalam sebuah Upacara Bendera di Markas Pusat Pertahanan TRWP bahwa

tujuan kemerdekaan West Papua, pertama dan terutama ialah “mengusir penjajah keluar dari Tanah Papua”, dan setelah itu “membiarkan Papua memimpin dirinya sendiri dalam kehidupan peri-kehidupan yang penuh sukacita, tenteram dan harmoni dengan berbagai unsur kehidupan.” Kami tidak berjuang untuk jadi kaya, kami tidak mencari adil-makmur seperti Indonesia. Yang kami cari ialah Indonesia angkat kaki dari Tanah leluhur bangsa Papua, ras Melanseia.

Alasannya jelas, mana perusahaan asing yang pernah bantu Papua Merdeka sampai hari ini seperti dikleim dalam artikel tulisan http://www.islampos.com ini? Mana LSM luarnegeri yang membantu Papua Merdeka?

Gen. Tabi katakan,

Perjuangan Papua Merdeka bukan mencari kekayaan untuk kemakmuran. West Papua yang merdeka dan berdaulat tidak ambil pusing dengan emas dan perak dibawa keluar oleh Amerika Serikat atau Indonesia. Papua Merdeka akan pertama-tama akan menghentikan total teror, intimidasi, marginalisasi dan pemusnahan bangsa Papua ras Melanesia. Papua Merdeka artinya menghentikan total pemusnahan manusia Papua. Itu dulu, jangan bicara kaya-miskin. Itu urusan setelah merdeka. Jangan bicara sebelum merdeka sama seperti Negara penjajah Indonesia sudah punya cita-cita adil makmur sebelum merdeka tetapi tidak pernah akan terwujud sampai kiamat tidak akan pernah.

Setelah PMNews membacakan isi artilkel IslamPos.com ini, Amunggut Tabi kembali bertutur,

Masing-masing bangsa hadir ke muka Bumi dengan hak asasi yang tidak dapat dikurangi, apalagi dilanggar oleh bangsa lain. Orang Indonesia lebih bagus bicara tentang wanita sundal di pusat lokalisasi dan pengemis di jalan-jalan seluruh Indonsia karena miskin melarat, daripada menyinggung West Papua, yang jelas-jelas bangsa lain, dan jelas-jelas memperjuangkan negara lain.

Saat ditanya, “Pemisahan Papua dari Indonesia tidak akan Memberikan Keuntungan bagi Warga Papua?” Gen. TRWP Tabi kembali menjawab:

Maaf saja, yang mencari kekayaan itu NKRI. Kalau penulis artikel ini mau agar rakyatnya menjadi adil dan makmur, kami akan berikan kepada NKRI semua tambang emas, tembaga, gas, apa saja yang ada di Tanah Papua, dengan syarat satu-satunya:, NKRI harus angkat kaki dari seluruh wilayah kedaulatan Negara West Papua. Maaf, West Papua tidak punya cita-cita kemerdekaan adil dan mamkur, kami punya cita-cita NKRI keluar dari Tanah Papua dan mewujudkan Tanah Papua yang penuh sukacita dan hidup selaras dengan semua makhluk berdasarkan filsafat dan budaya Melanesia yang kami warisi dari nenek-moyang kami.

BOM di Wamena Belum Bisa Disimpulkan

Rabu, 19 September 2012 23:24, BintapgPapua.com

JAYAPURA – Pos Polisi di Wamena yang terletak di pertigaan antara Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sudirman, diledakan Selasa malam.

Polisi langsung melokalisir tempat kejadian, guna melaksanakan olah TKP. Namun, belum dapat menyimpulkan bahan peledak yang digunakan pelaku, yang sampai saat ini masih misterius.

Kapolres Jayawijaya AKBP Alfian saat dikonfirmasi Rabu 19 September mengatakan, pihaknya masih menjaga ketat Jalan Sudirman, untuk mencari dan mengamankan barang bukti. “Kami masih mengamankan lokasi dengan membuat garis polisi, untuk kepentingan olah TKP masih berjalan,”ujarnya.

Sejumlah barang bukti berupa sisa-sisa ledakan saat ini sudah dikumpulkan, tapi belum bisa mengidentifikasi jenis bahan peledaknya. “Sambil menunggu tim Labfor Mabes Polri, kami terus kumpulkan barang bukti di sekitar TKP,”jelasnya.
Pos Lalu lintas itu, kata dia, dari kesimpulan awal, sengaja diledakan. “Dari kesimpulan awal kami, memang Pos ini sengaja diledakkan dan menghancurkan tembok depan pelataran, kaca-kaca serta plafon, plafon pos lantas, pintu-pintu,”ucapnya.

Meski tidak ada korban jiwa, tapi ledakan cukup menggegerkan Wamena, apalagi lokasi adalah pusat kota dan perekonomian. “Memang warga sudah dihimbau untuk kembali beraktivitas, tapi diminta untuk meningkatkan kewaspadaan, dan jika ada yang dicurigai, sebaiknya langsung melapor kepada Polisi terdekat,”tukasnya. Mengenai pelaku, kata dia, masih dalam penyelidikan, namun sudah ada beberapa saksi yang dimintai keterangan. “Ada 3 saksi yang sedang diperiksa, tapi guna kepentingan penyidikan, identitasnya masih kami rahasiakan,”ucapnya.

Belum Bisa Disimpulkan Bom

Wamena-setelah polisi melakukan olah TKP dengan melibatkan anjing pelacak ledakan terkait insiden ledakan yang terjadi pada selasa (18/09) yang meledakan pos lalulintas wamena, polisi telah menemukan sisa bahan peledak dan beberap serpihan logam. Demikian disanpaikan Kapolres Jayawijaya AKBP Alfian Budianto, SH,MH saat jumpa pers di wamena (19/09) kemarin. dikatkan hasil temuan yang ada belum cukup kuat untuk menentukan jenis bahan peledak yang diledakan. selain melakukan olah TKP kapolres juga mengatakan telah memeriksa beberapa saksi untuk mengungkap modus, motif dan pelaku ledakan tersebut. Lanjut Kapolres ledakan tersebut belum bisa disimpulkan bahwa yang diledakan adalah murni BOM “kalo dibilang pengeboman itu namanya peledakan, ledakan itu tentunya ada bahan peledak, orang awam mengatakan itu bom tapi kalo bahasa yang sebenarnya itu bahan peledak, Cuma jenisnya kita masi mendalami untuk menentukan apaka hight atu low” tuturnya. dengan demikian pihaknya meminta bersabar karena pengungkapan kasus seperti ini merupakan tugas kepolisian. lanjut kapolres memang kasus peledakan seperti itu tidak mudah diungkap karena untuk menciptakan bahan peledak saja dengan teknoligi yang tinggi sehingga untuk mengungkapnya juga demikian “sedangkan kami di wamena ini serba terbatas seandainya kami punya alat lengkap pasti kita ungkap” ujarnya lagi untuk mengungkapnya dalam waktu dekat pihaknya akan di back up pus labfor mabes polri sebagaiman yang dilakukan untuk peledakan Badan Kkehormatan DPRD.
Ketika ditanya apakah ada keterkaitan deengan ledakan sebelumnya yaitu pada tanggal (01/09) yang meledakan Badan Kehormatan (BK) DPRD Jayawijaya, Kapolres Alfian Budianto menuturkan pihaknya belum menemukan keterkaitannya karena masih harus mendalami ledakan yang baru terjadi, namun Ia bekomitmen bahwa akan mengungkap siapa pelaku dan apa motifnya. untuk itu kapolres memintah kerja sama dari seluruh komponen masyarakat untuk semua informasi yang bias mendukung pengkungkapan peledakan agar segerah disampaikan ke pihak kepolisian. mengenai hambatan pada pengungkapan kasus ledakan menurutnya tidak ada kesulitan tetapi ada alat yang harus didatangkan. kepada masyarakat kapolres mengimbau agar tetap melaksanakan aktifitas sebagaimana biasanya.

Ledakan yang meledakan pos lantas yang terletak di perempatan Jalan Irian dan Jalan Ahmad Yani wamena tersebut terjadi pada Selasa (18/09) pada pukul 20:51 wit. Akibat ledakan itu kaca dan teras depan pos lantas ambruk, insiden itu tidak ada korban jiwa. pantauan bintang papua hingga sore kemarin garis polisi masih terpasang di TKP, dan aktifitas warga yang selalu rame karena jalan irian merupakan pusat perekonomian Wamena terilhat sepi. (jir/Cr-39/don/l03)

DIDUGA BOM MELEDAK DI POS POLISIDIDUGA BOM MELEDAK DI POS POLISI

Selasa, 18 September 2012 22:25

Jayapura – Warga Wamena Papua geger dengan bunyi ledakan di Pos Polisi yang terletak di Jalan Irian Selasa 18 September sekitar pukul 20.55 WIT. Ledakan yang mengakibatkan teras dan tembok serta kaca bagian pos itu hancur, diduga akibat Bom.

Dari data yang berhasil dihimpun, ledakan terjadi saat suasana Jalan Irian yang berada di tengah Kota Wamena sedang ramai. Tiba-tiba terdengar suara keras disertai berhamburnya sisa-sisa bangunan yang meledak. Kontan warga yang sedang melintas disekitar lokasi lari berhamburan.

Tidak berapa lama kemudian Polisi tiba di lokasi dan langsung mengamankan TKP. Bahkan sepanjang ruas Jalan Irian untuk saat ini ditutup sementara.

Kapolres Jayawijaya AKBP Alfian saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya belum bersedia memberikan penjelasan. Meski nada sambung masuk dua kali, ia langsung mematikannya.

Sementara beberapa jam sebelumnya tepat pukul 18.00 WIT, warga Kota Jayapura juga Sempat geger dengan penemua kotak hitam tidak jauh dari Pos Polisi Skyland. Tim Jihandak Polda Papua kemudian menuju lokasi dan mengamankan benda tersebut. Setelah dibuka Kotak Hitam itu ternyata berisi pakaian anak-anak dan panci.

Menurut informasi yang diterima Bintang Papua, salah seorang warga pemilik kios tidak jauh dari pos Polisi menitip kotak itu, Senin 17 Oktober. Namun karena tidak diambil hingga Selasa Sore, ia makin curiga dan melaporkannya ke Polisi. Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw juga belum bersedia memberikan keterangan terkait dua peristiwa tersebut. Sementara itu suasana di Pos Polisi Skyland semalam sempat ramai. Para pengendara yang lewat sangat penasaran sehingga banyak yang berhenti di sekitar pos polisi. Bahkan beberapa penelpon ke redaksi Bintang Papua menyampaikan jika ada penemuan BOm di Pos Polsis Skyland. (jir/don/l03)

Penembak Misterius di Freeport, 3 Tewas

JAYAPURA – Aksi penembakan oleh orang tak dikenal kembali terjadi diareal PT Freeport Indonesia Timika Papua, Jumat 14 Oktober sekitar pukul 15.45 WIT. Pelaku menembaki mobil patroli Pick Up L300 dengan nomor lambung RP11 yang saat itu sedang berpatroli tepat di Mile 36 Levee Timur.

Dari data yang berhasil dihimpun, mobil patroli saat ditemukan posisinya datang dari arah mile 26 ke arah shop Mile 26 di arah kampung Nayaro kali kopi, mengangkut empat orang, diantaranya dua anggota TNI dari Batalyon 754, yakni Serda Eko, Pratu Tobias dan dua anggota security risk manajemen (SRM) PTFI, Deny serta Ronald. Seorang bernama Nasep Risza Rahman (ID.905782 PT Puri Fajar Mandiri) ditemukan tewas dalam keadaaan terbakar bersama mobil patroli. Sementara dua orang lainnya yang hingga kini identitasnya belum diketahui juga ditemukan tewas di luar mobil. Sementara salah seorang anggota TNI juga tertembak di bagian tangan dan kaki. Tim security yang langsung menuju tempat kejadian, juga mendapat rentetan tembakan hingga mengakibatkan seorang satpam dan seorang prajurit TNI terkena tembakan.
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen Erfi Triassunu ketika dikonfirmasi membenarkan adanya penembakan itu. “ Saat ini masih dilakukan penyelidikan,’’ singkatnya.

Sementara Juru Bicara Polda Papua Kombes Wachyono ketika dikonfirmasi mengatakan, tiga orang karyawan Freeport telah tewas akibat aksi penembakan yang dilakukan orang tak dikenal. ‘’Tiga karyawan Freeport tewas ditempat akibat luka tembak , moil L300 open kap yang ditumpangi para korban juga dibakar,’’jelasnya.

Bahkan saat mobil perusahaan berisi 1 anggota TNI dari Yonif 754 dan seorang security, yang saat itu hendak menjemput para korban ke lokasi kejadian juga ditembaki . akibatnya anggota TNI terluka di lengan kiri sedangkan security perusahaan tertembak di lengan kiri dan paha kiri, dan sempat melarikan diri ke Pos Narayo. “Orang tak dikenal itu juga menembaki mobil yang hendak mengevakuasi para korban,’’singkatnya.
\Kondisi ketiga korban yang identitasnya masih dalam penyelidikan, kata dia, korban satu luka tembak dikepala tembus dagu, korban dua jari tangan putus dan kepala hancur, korban ketiga masih terbenam di dalam sungai.

Saat ini, sambungnya, sedang dilakukan evakuasi oleh tim identifikasi Polres Mimika terhadap identitas para korban yang meninggal. Sementara pelaku yang bertanggung jawab belum bisa diketahui secara pasti. ‘’Pelaku masih dalam lidik tapi yang pasti mereka orang tak dikenal,’’terangnya.

Peristiwa penembakan dan pembakaran kendaraan di Mile 37 Tanggul Timur jalan menuju Kampung Nayaro Kali Kopi telah terjadi 2 kali dalam tahun 2011 ini. April lalu, dua orang petinggi security PT Freeport Indonesia tewas setelah ditembak dan kendaraan yang mereka tumpangi dibakar orang tak dikenal.

Sementara itu Kapolres Mimika, AKBP Denny Edward Siregar, SIK ketika dihubungi Bintang Papua melalui saluran SMS, diketahui belum bisa melakukan konfirmasi terhadap aksi penembakan di Mile 36 yang menyebabkan anggota TNI dan Anggota Security SRM PTFI menderita luka tembak di tangan dan kaki. (jer/HDM/don/l03)

Hentikan Pembentukan Milisi di Papua

JAKARTA, KOMPAS.com — Imparsial mendesak pemerintah menghentikan pembentukan milisi di Papua. Aktivis Imparsial Ardimanto dalam pertemuan di Kontras, Jakarta, Selasa (23/8/2011), mengatakan, mobilsasi warga sebagai milisi semakin mengkhawatirkan di Papua.

“Itu mengadu dan memecah belah warga,” kata Ardimanto.

Agus Kosay, mahasiswa Papua yang hadir dalam dialog tersebut, menambahkan, milisi membuat masyarakat terbelah. Adapun Kordinator Umum Komunitas Adat Masyarakat Papua Anti Korupsi (KAMPAK) Dorus Wakum menegaskan, milisi dibentuk aparat dan rawan menimbulkan konflik warga luar Papua dengan warga Papua.

“Juga ada upaya mengadu sesama warga asli Papua dari daerah asal yang berbeda,” kata Wakum.

Ardimanto membenarkan ucapan Wakum dan menyatakan, milisi dan pos-pos TNI banyak dibentuk menempel komunitas pedagang dari luar Papua. Para aktivis melihat ada upaya mengadu domba masyarakat melalui keberadaan milisi-milisi tersebut.

Kompas.com

Pusat Didesak Tindak Tegas Pelaku Pembakaran Gereja

KNPI dan OKP Keluarkan Seruan

JAYAPURA— Pemerintah pusat didesak segera mengambil sikap tegas dan memberikan ganjaran setimpal kepada oknum- oknum yang terlibat pertikaian berbau SARA yang berbuntut dirusaknya 3 Gereja di Temanggung, Jawa Tengah pada  Selasa (8/2) lalu.  Demikian disampaikan Sekretaris Komisi E DPRP Kenius Kogoya SP didampingi anggota lainnya, Kayus Bahabol SE MSi dan Melkias Y Gombo ketika dihubungi di Ruang Komisi E DPRP, Kamis (10/2). Menurut  Kogoya,  pihaknya mendesak kepada pemerintah pusat segera mengambil sikap tegas demi melindungi semua warga negara yang ada di Indonesia termasuk ketika  warga tengah menunaikan ibadah. Bahkan peristiwa ini sangat mencoreng wajah Indonesia yang terkenal memiliki sikap toleransi terhadap pemeluk agama yang kuat didunia. Kayus Bahabol mengutarakan, sejauh ini konflik antar agama di Papua belum pernah terjadi, tapi pihaknya menyarankan agar masyarakat tetap menjaga toleransi dan solidaritas bersama umat dari  pemeluk lain.   “Tempat ibadah dimanapun seharusnya dilindungi dan dijaga bersama. Sebagai wujud dari Kebhineka Tunggal Ikaan di Tanah Air. Apalagi pemerintah secara resmi mengakui kehadiran 5 agama di Indonesia,” katanya.

Beribadah, lanjutnya, adalah kegiatan yang  berhubungan dengan Tuhan bukan antara manusia dengan manusia sehingga kebersamaan ini sangat penting dan saling menjaga keharmonisan antar umat beragama.

Sementara itu, Melkias Y Gombo menegaskan pihaknya menghimbau kepada seluruh umat beragama di Papua agar tak terpengaruh  tindakan tak bertanggungjawab ini karena yang melakukan hal seperti ini adalah orang-orang yang tak  mempunyai Tuhan.

KNPI dan OKP Keluarkan Seruan

Munculnya kasus berbau sara di Pulau Jawa, yakni di Temanggung dan Banten, tampaknya memunculkan keprihatinan dari berbagai komponen, baik di tingkat Nasional bahkan Internasional. Tak ketinggalan organisasi kepemudaan yang tergabung dalam wadah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Papua.

Dalam hal ini, seperti diungkapkan Sekretaris DPD KNPI Provinsi Papua Drs. M. Rusdianto Abu,M.Si, didampingi Ketua Pemuda Katholik Komda Papua Marianus Komanik,S.Pt, Pengurus Pusat GMKI Korwil XII Papua Edy Way,S.Sos, Ketua GMKI Cabang Jayapura Yusuf Kmur, dan Ketua HMI MPO Badko Cenderawasih Irjii Matdoan,ST,  serta dua aktifis yang juga pengamat politik Lamadi de Lamato dan Abu Manaray dalam sebuah jumpa pers di Regina Mall Abepura Kamis (10/2).

Bahwa, selain mengecam aksi anarkisme yang dinilainya sebagai satu fandalisme atau kejahatan beragama tersebut, juga menuntut pemerintah pusat serta para tokoh dan masyarakat untuk dapat melakukan tindakan prefentif. “Kami semua berharap agar semua komponen bangsa ini, terkhusus di papua yang toleransi antara umat beragama sudah terbina dengan baik, tidak terprofokasi atas insiden di Banten dan Temangung,” ungkap Rusdianto yang juga sebagai salah satu staf di BPKAD Provinsi Papua.

Dikatakan, bahwa saat ini situasi dan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, dan khususnya di Papua, sedikit kurang bersahabat. “Karena masih saja ada pihak-pihak yang berusaha memecah belah bangsa,” ujarnya.

Sejumlah pucuk pimpinan OKP  bersama dengan dua aktifis bersepakat bahwa, peristiwa yang timbul akibat fanatisme kelompok tersebut, harus dicegah jangan sampai merember ke wilayah lain, terutama Papua. “Sehingga kami menghimbau kepada tokoh-tokoh agama, serta tokoh-tokoh lain di masyarakat, termasuk para pemuda, dapat turut berupaya mencegah, jangan sampai ada virus (issu-issu, red) negative yang merembet dari Banten dan Temanggung  ke tanah Papua,” harapnya.

Karena itu, tindakan yang menurut para OKP dibawah bendera KNPI tersebut termasuk tindakan yang tidak ber perikemanusiaan, jangan sampai mengkoyak toleransi beragama di Papua, yang selama ini terjalin dengan baik.

Selain itu, para OKP juga mendesak kepada pemerintah agar dapat menindak dengan tegas para pelaku, serta memberikan pelajaran dengan hukuman yang seberat-beratnya.  “Kalau Presiden dan Menteri terkait tidak mampu, lebih baik mundur dari jabatan,” tandasnya dengan nada kesal. (mdc/aj/don/03)

Kamis, 10 Februari 2011 16:48

FPI Berpotensi Ganggu Kehidupan Beragama di Papua

fpi_thumb_medium299_217 JUBI — Ketua II Bidang Konsolidasi Pengurus Pusat Majelis Muslim Papua (MMP), Sayid Fadhal Alhamid mengatakan Muslim Papua tidak membutuhkan Kehadiran Front Pembela Islam (FPI) karena berpotensi mengganggu kehidupan beragama di Papua.

Menurut Alhamid, ormas-ormas Islam di Papua dibentuk dengan dasar semangat kebersamaan dan persaudaraan, dengan sesama umat muslim maupun dengan agama-agama yang lain. Bila semangat ini dinodai dengan tindakan-tindakan seperti di Monas setahun silam maka akan menimbulkan konflik antar agama di Papua, ujarnya.

“Bila ada perkumpulan FPI di Papua harus ada kordinasi dengan Majelis Muslim Papua, apabila ini tidak dilakukan dan kemudian ada konflik mengatasnamakan Islam, maka pihak berwajib harus bertindak tegas,” kata Alhamid di Jayapura, Selasa (10/8).

Pernyataan Alhamid terkait isu masuknya Front Pembela Islam oleh beberapa kalangan di Papua. Isu tersebut muncul pasca tuntutan Refrendum yang dilakukan sejumlah warga sipil Papua pekan lalu. (Marten Ruma)

Australia Warning Warganya Berkunjung ke Indonesia

Menlu Austrailia, Stephen Smith
Menlu Austrailia, Stephen Smith

SYDNEY (PAPOS) -Australia mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya yang ingin melakukan perjalanan ke Indonesia pada saat makin dekatnya waktu pelaksanaan hukuman mati terpidana Bom Bali I, Amrozi dan kawan-kawan (dkk). “Kami menganjurkan agar warga Australia mempertimbangkan kembali keinginan mereka mengadakan perjalanan ke Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith dalam wawancaranya dengan televisi Nine Network yang ditangkap di Indonesia, tadi malam . “Kami juga mengarahkan ke mereka (warga Australia) agar menjauh dari lokasi yang dijadikan sebagai target serangan teroris pada masa lalu apabila mereka tetap melakukan perjalanan ke Bali atau Indonesia,” tambah Stephen Smith.

Peringatan itu dikeluarkan Australia mengingat makin dekatnya pelaksanaan hukuman mati Amrozi dkk atas keterlibatannya dalam kasus bom Bali pada tahun 2002 yang menewaskan 202 orang.

Sementara pemerintah provinsi Bali juga telah memperketat pengamanan di sejumlah kedutaan besar, lokasi yang kerap dikunjungi oleh wisatawan, pusat perbelanjaan serta pelabuhan menjelang eksekusi Amrozi dkk.

Jumlah aparat polisi tambahan yang telah dikerahkan ke jalan-jalan di Bali mencapai hingga 3.500 personil. Serangan bom Bali pertama ditargetkan ke beberapa tempat hiburan malam yang dipadati oleh sejumlah turis Barat. Serangan itu menewaskan lebih dari 160 turis asing termasuk diantaranya 88 warga Australia.(nas/detikcom)

Ditulis Oleh: Dtc/Papos
Senin, 03 November 2008
http://papuapos.com

Up ↑

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny

Melanesia Web Hosting

Melanesia Specific Domains and Web Hosting

Sem Karoba Tawy

Patient Spectator of the TRTUH in Action

Melanesia Business News

Just another MELANESIA.news site

Sahabat Alam Papua (SAPA)

Sahabat Alam Melanesia (SALAM)

Melanesian Spirit's Club

Where All Spirit Beings Talk for Real!

Breath of Bliss Melanesia

with Wewo Kotokay, BoB Facilitator

Fast, Pray, and Praise

to Free Melanesia and Melanesian Peoples from Satanic Bondages