100 Anggota OPM Menyerah, Dibantah

IlustrasiJAYAPURA – Organisasi Papua Merdeka (OPM), melalui Sekretaris Jendral, Anton Tabuni, membantah pernyataan Bupati Puncak Jaya, Henock Ibo, terkait 100 orang anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Goliath Tabuni yang telah turun dari gunung untuk bergabung bersama masyarakat.

Melalui ponsel, Minggu (22/12) kemarin, kepada Bintang Papua, Anton Tabuni menandaskan, apa yang disampaikan Henock Ibo adalah tidak benar,” Itu tidak benar dan omong kosong, seratus orang yang mana ? itu pernyataan yang tidak bertanggung jawab, kami ada di markas,” ujar Anton.

“Apa yang disampaikan Itu hanyalah sandiwara politik yang tidak masuk akal, dan tidak rasional sama sekali, kami dibawah komando Gen. Goliath Tabuni adalah pejuang, kami bukan seperti pejabat yang pergi cari muka di presiden dan bilang bahwa Goliath dan Anton Tabuni sudah menyerah, itu omong kosong,”

jelas Anton.

Anton juga mempertanyakan jumlah 100 orang yang disebut-sebut itu,

”Masa jumlahnya bisa pas 100 orang ? ini ada apa ? kami ini sudah berjuang lebih dari 50 tahun, dan sudah banyak pengorbanan, jadi tidak ada itu kata menyerah, ini hanya propaganda saja, tidak ada alasan untuk kami menyerah, tidak ada itu,”

tegasnya.

Sebelumnya, Bupati Puncak Jaya juga mengatakan, 100 orang yang menyerah tersebut akan dilatih untuk menjadi anggota Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP di Mulia, Pincak Jaya. (bom/don/l03)

Senin, 23 Desember 2013 02:04, BinPa

Berharap Jenazah Dani Kogoya Dipulangkan dari PNG

JAYAPURA – Ketua Parlemen Jalanan (Parjal) Yusak Pakage mengatakan, atas nama Tentara Pembebasan Nasional – Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) menyampaikan kepada seluruh masyarakat Papua baik itu orang asli Papua (OAP) maupun orang Non Papua (pendatang) bahwa pada pekan ini dari Keluarga Besar TPN-OPM sedang dalam suasana berduka atas meninggalnya Jenderal Panglima TPN-OPM Dani Kogoya.

Demikian diungkapkan ketika menggelar jumpa pers di Kantor Pos Abepura dalam rangka menyikapi meninggalnya’ Jenderal Panglima TPN-OPM Dani Kogoya di PNG, Rabu (18/12) kemarin pagi sekitar pukul 10.00 WIT.

“Jadi, kami sampaikan kepada pihak aparat keamanan dalam hal ini Polda Papua dan Kodam XVII/Cenderawasih untuk tidak khawatir terkait dengan keamanan di Tanah Papua pada umumnya dan di Jayapura pada khususnya,”

ucap Yusak Pakage.

Yusak demikian sapaan akrabnya menyatakan, bahwa pihak keluarga juga berharap agar jenazah Dani Kogoya bisa dibawa pulang untuk dimakamkan di Distrik Abepura, Kota Jayapura. Namun setelah berkoordinasi dengan pihak keamanan merasa khawatir jika keamanan akan terganggu.

Lanjut Yusak, bahwa hingga saat ini keluarga masih menunggu kedatangan jenazah Alm. Dani Kogoya. Dimana, pihak keluarga juga belum mengetahui atas meninggalnya Alm. Dani Kogoya itu karena apa?.

“Maka itu kami sangat mengharapkan supaya proses pengiriman jenazah dapat diijinkan dan melalui proses damai, sehingga disini (Abepura) pihak keluarga juga menjamin soal keamanan saat jenazah hendak dipulangkan,”

tukasnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Bintang Papua dari sumber terpercaya bahwa Dani Kogoya meninggal karena menderita penyakit infeksi kanker hati.
Sekedar diketahui, polisi menembak Dani Kogoya pada beberapa waktu lalu dalam sebuah operasi penggerebekan di Hotel Danny, Kelurahan Entrop, Distrik Jayapura Selatan (Japsel). Dan, selain itu juga polisi menangkap empat rekannya.

Dimana, mereka diduga terlibat dalam aksi kekerasan yang terjadi di Kota Jayapura. Dani Kogoya dikenal sebagai salah satu tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan pangkat Jenderal Panglima TPN-OPM.

Dani Kogoya juga diduga terkait aksi penembakan terhadap WN Jerman Pieter Dietmer di pantai Base-G, 29 Mei 2012 lalu. Dia juga diduga terlibat dalam penembakan dan pembakaran mobil di kawasan tempat pemakaman umum (TPU) Waena, Kota Jayapura.

Dani Kogoya sempat mendekam beberapa waktu di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A Jayapura, namun dibebaskan karena surat perpanjangan penahanannya terlambat dikirim ke Lapas Klas II A Jayapura atau lebih dikenal dengan Lapas Abe. (Mir/don/l03)

Kamis, 19 Desember 2013 02:09, BinPa

Enhanced by Zemanta

100 ‘Prajurit’ Goliat Tabuni Membelot

Henock Ibo, Bupati Puncak Jaya
Henock Ibo, Bupati Puncak Jaya

WAMENA – Sebanyak 100 anak buah (baca : prajurit) Goliath Tabuni dan Okiman yang selama ini beroperasi di wilayah Puncak Jaya dan sekitarnya membelot dengan turun dari gunung/ hutan bergabung menjadi masyarakat biasa di Kabupaten Puncak Jaya. Demikian diungkapkan Bupati Kabupaten Puncak Jaya, Henock Ibo.

Ditegaskan, bergabungnya 100 anak buah Goliath Tabuni tersebut, tidak lain karena mereka selama ini merasa sudah dibohongi oleh Goliath Tabuni mengenai Papua Merdeka, sehingga ke-100 orang ini menyatakan keinginannya untuk kembali bergabung dengan NKRI. Atas hal itu, kebijakan Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya, telah mendidik mereka menjadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

“Dari pengakuan anak buah Goliath Tabuni, bahwa mereka sudah sangat bosan tinggal di hutan selama bertahun-tahun. Mereka sudah sangat bosan sekali,”

ungkapnya kepada wartawan di Hotel Baliem Pilamo Wamena, Rabu, (18/12).

Dijelaskannya, 100 orang pengikut Goliat Tabuni ini pada 11 Desember 2013 lalu telah merayakan Natal bersama dengan masyarakat Puncak Jaya, sekaligus bersama merayakan satu tahun pasangan Bupati Puncak Jaya Henok Ibo dan Wakil Bupati, Yustus Wonda, memimpin di kabupaten ini. Perayaan Natal ini pernah pihaknya berupaya menghadirkan Goliath Tabuni, hanya saja Goliath Tabuni tidak memenuhi undangan pihaknya.

Terhadap hal itu, kebijakan lain dirinya adalah direncanakan pada Tahun Anggaran 2014 dengan anggaran APBD, Pemerintah Puncak Jaya membangun 100 unit rumah layak huni bagi para mantan OPM yang sudah bergabung tersebut. Dimana, 50 unit rumah dibangun di Distrik Tingginambut. Sedangkan sisanya 50 unit rumah lagi dibangun di sejumlah wilayah.

“Sevara khusus Gubernur Papua juga ada membantu mereka (Mantan OPM) untuk rumah yang layak huni. Tujuan mereka membantu untuk dapat pelayanan yang baik,”

tandasnya.

Untuk Distrik Tingginambut, Pemerintah Puncak Jaya sudah membangun kantor distrik, sekolah yang rusak dan dibakar kelompok Goliath Tabuni. Termasuk telah membangun penerangan listrik bagi masyarakat di wilayah tersebut.

“SD yang hancur juga sudah dibangun. Rencana pada Januari 2014 listrik sudah menyala di Tingginambut dan kami akan berikan kepada mereka TV biar masyarakat juga menyaksikan siaran TV, seperti masyarakat umum lainnya,”

imbuhnya.

Lanjutnya, dengan bergabungnya 100 anak buah Goliath Tabuni ini ke NKRI, itu meandakan sebuah kabar yang menggembirakan. Dan ini tentunya, sudah mulai mengarah pada arah yang lebih baik untuk stabilitas keamanan yang lebih baik di Kabupaten Puncak Jaya yang selama ini, sering mendapat gangguan keamanan dari Kelompok Sipil Bersenjata.

“Saat ini persoalan hanya pada Goliath Tabuni dan Okiman saja, dan kami perkirakan anak buah Goliath Tabuni, hanya sekitar 15 orang saja. Saya melihat keadaan sekarang sudah membaik. Walaupun ada persoalan tetapi hanya sedikit saja. Saat ini kelompok bersenjata yang masih sering mengganggu di lajuran Mulia-Illu. Tetapi secara keseluruhan keadaan masyarakat tidak terganggu.(Nls/don/l03)

Kamis, 19 Desember 2013 02:13, BinPa

Enhanced by Zemanta

Menyambangi “Markas Raja Cycloop” di Hutan Distrik Ravenirara (Bagian 3/Habis)

Laporan : Ibrahim S/ Walhamri Wahid

Adrianus Apaseray dan Oktovianus Sorondanya ketika mengajak wartawan SULUH PAPUA ‘menengok” rumah tinggalnya yang dirusak saat penyerbuan polisi ke Kampung Yonsu Yongsu pekan lalu, kondisi kampung sendiri hingga kini masih sunyiLEWAT tengah hari, akhirnya Adrianus Apaseray dan Oktovianus mendampingi saya keluar dari “markas” mereka dan berjalan kaki menuju ke Kampung Yonsu Spari, kediaman mereka, sepanjang perjalanan obrolan kami tetap berlangsung.

Adrianus mengeluarkan segala uneg – uneg yang mengganjal di hatinya termasuk soal tudingan polisi bahwa dirinya disamakan dengan teroris dan sedang belajar merakit bom sehubungan ditemukan sejumlah alat – alat yang di curigai untuk merakit bom di rumahnya.

“itu bukan alat merakit bom, yang mereka sita itu adalah alat – alat kerja meubel saya, mesin bor, sekap, mesin amplas, router dan beberapa alat lainnya, pipa yang mereka sita itu kan hanya pipa kosong bukan dipersiapkan untuk merakit bom, peluru yang mereka ambil juga itu peninggalan Perang Dunia II”, kata Adrianus sambil tertawa kecil mengetahui alat – alat kerja meubelnya di anggap sebagai peralatan merakit bom.

Ia juga menjelaskan bahwa senjata yang di sita dari rumahnya maupun rumah Oktovianus hanyalah sebuah senapan angin yang banyak di jual di toko karena biasa mereka gunakan untuk berburu.

“senjata rakitan kami bukan seperti itu, kalau kami mau bikin senjata rakitan itu hak kami karena itu untuk perjuangan kami, tapi kami bukan separatis apalagi teroris, kami memperjuangkan hak kami”

timpal Oktovianus

Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, akhirnya kami sampai di tengah – tengah kampung, ada beberapa warga yang sudah berani muncul di kampung, namun mereka tidak menunjukkan gelagat takut saat melihat kedatangan kami.

“ada beberapa warga yang sudah berani pulang siang untuk jaga harta dan ternak yang masih ada, tapi biasanya malam itu mereka kembali ke pengungsian di keluarga di Dormena atau kampung tetangga lainnya, karena mereka khawatir akan di serbu lagi tengah malam”,

jelas Adrianus.

Menurutnya selama ini ia tidak pernah melakukan aktivitas meneror warga apalagi memeras, andaikan ada yang sedikit salah paham atau beda pendapat dengan beberapa warga bukan terkait pandangan dan perjuangannya, namun soal – soal lain di dalam pemerintahan.

“tidak benar kalau saya meneror semua warga, lihat kan, kita lewat tadi mereka biasa – biasa saja, karena saya tidak mengganggu warga yang tidak mencampuri urusan saya, kalaupun ada yang merasa terteror itu karena mereka menjadi mata – mata dan melaporkan aktivitas saya di kampung selama ini kepada aparat, jadi mereka – mereka itu yang terteror”,

jelasnya.

Ia juga mengakui aksi “melaporkan dirinya” ke aparat itu disebabkan juga karena urusan di dalam pemerintahan kampung, termasuk soal dana ADK, dimana ia dituduh menggelapkan sejumlah dana dimaksud.

“karena ada pihak – pihak yang tidak terima soal dana ADK itu, akhirnya mereka mau cari muka ke aparat dan melaporkan aktivitas saya selama ini”,

jelas Adrianus.

Tapi menurutnya peristiwa beberapa hari lalu tidak ada hubungannya dengan dana ADK atau masalah jabatan kampung, namun itu adalah bagian dari sebuah perjuangan.

Sambil kami melihat – lihat kondisi rumahnya yang rusak, kolam ikannya yang katanya diracun, Adrianus lalu menguraikan akar masalah sebenarnya, menurutnya awalnya memang menyangkut masalah dana ADK, kemudian di giring ke masalah politik, dimana ada beberapa oknum warga di Kampung Yonsu yang melaporkannya ke pihak keamaman.

“jadi saya dilaporkan meneror dan intimidasi warga kampung, padahal saya hanya bermasalah dengan mereka – mereka yang menjadi Yudas Iscariot, jadi yah itu, mungkin karena iri hati, atau bagaimana, sehingga di giring ke masalah politik, dan saya dianggap sebagai kelompok pengacau, saya memang anak buah Hans Jouweni, tapi saya bukan pengacau, apalagi meneror warga”,

kata Adrianus.

Ia juga membela diri, bila ia menggunakan dana itu, karena ia juga merasa berhak, karena ihwal turunnya dana Otsus adalah karena perjuangan TPN/OPM.

“dana Otsus itu ada karena OPM atau karena sebagian besar orang pribumi Papua minta merdeka, sementara ada pejabat-pejabat yang bisa korupsi sampai belasan miliar namun hukum tidak menyentuh mereka, oleh karena itu, pejabat Papua yang korupsi uang rakyat akan kami hancurkan sesuai dengan cara kami. Ini juga perjuangan kami”,

katanya

Soal pengibaran bendera Bintang Kejora di Balai Kampung, Oktovianus Sorondanya mengakui ia yang melakukannya, sebagai tanda perlawanan dan eksistensi kelompok mereka dibawah komando Brigjen (TPN/OPM) R. H. Jouweni.

“ya.. benar kami yang kasih naik bendera itu, sebagai tanda perlawanan kita, dan itu perintah dari organisasi OPM, karena apa yang kami lakukan adalah perintah dari atasan kami sebab kita bukan bagian dari Indonesia, dan dunia sudah tahu bahwa masalah Papua adalah masalah Internasional. Jadi kami minta kepada pihak Indonesia untuk segera membuka diri berdialog dengan Papua diatur oleh pihak yang netral ditempat yang netral sama seperti dong (Indonesia) berdialog dengan Aceh juga harus melibatkan PBB, Amerika Serikat dan Belanda karena mereka biang keladi yang telah menyerahkan Papua ke tangan Indonesia untuk dibantai, disiksa dan dihancurkan di atas tanah leluhur kami”,

kata Oktovianus berapi – api.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa mereka sudah tidak percaya lagi pada pemerintah Republik Indonesia yang selalu membohongi rakyat pribumi Papua “kami tidak percaya pada pemerintah Republik Indonesia yang selalu membohongi orang Papua. Otonomi Khusus, tidak ada sesuatu yang khusus di Papua sebab semua aturan masih terus dipegang di Jakarta, UP4B dan Otsus Plus semua adalah penipuan.

Jadi tekad kami sudah bulan minta merdeka, nanti mau miskin melaratkah atau kayakah itu urusan belakang yang penting tanah Papua harus merdeka dulu” kata Oktovianus dan mengaku tidak takut meski kini ia dan kelompoknya masuk target aparat, karena menurutnya itu resiko dari perjuangan.

Kurang lebih 30 menit mereka berdua membawa saya keliling kampung, ia juga sempat menjelaskan kronologis peristiwa naas Jumat (29/11) lalu, termasuk lokasi dimana Eduard Okoseray di tembak dan kami juga sempat menyambangi kuburannya.

Keduanya juga membawa saya melihat kondisi rumah – rumah mereka yang porak poranda setelah di geledah oleh aparat yang hingga kini masih dibiarkan dalam kondisi apa adanya.

Menjelang sore, akhirnya saya berpamitan dan di dampingi penghubung sebelumnya untuk kembali berjalan kaki ke Kampung Dormena, dan akhirnya kami tiba sudah larut dan saya memutuskan untuk bermalam di kampung itu.

Tidak terasa saya sudah 2 hari putus kontak dengan keluarga dan kantor redaksi, dan saya pun tidak memikirkan bahwa mereka semua risau dan gelisah memikirkan keberadaan saya, hingga pagi – pagi saya dikejutkan dengan kedatangan keluarga yang mencoba menelusuri jejak saya, karena mereka khawatir kondisi saya yang tidak ada kabar selama 2 hari.

Rupanya karena tidak ada kabar dari saya selama 2 hari, seorang kakak saya berkoordinasi dengan Pimpinan Redaksi dan diputuskan untuk mengirim utusan dari keluarga guna menelusuri jejak dan keberadaan saya, dan mereka semua bahagia karena mengetahui keadaan saya yang baik – baik saja, dan akhirnya kami kembali ke Jayapura bersama – sama tengah hari itu. (SELESAI)

Kamis, 12-12-2013, SuluhPapua

KNPB Minta Polda Segera Cabut DPO

Sekjend KNPB Ones Suhuniap didampingi salah satu anggota KNPB Assa Asso ketika menggelar jumpa persJAYAPURA – Ditetapkannya dua pentolan aktivis Papua Merdeka, yakni Ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP) Buchtar Tabuni dan Juru Bicara (Jubir) Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wim Rocky Medlama, mendapatkan tanggapan dari dua aktivis KNPB .

Tanggapan itu datang dari Sekjend KNPB Ones Suhuniap didampingi salah satu anggota KNPB Assa Asso ketika menggelar jumpa pers, di Halte Perumnas III, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Selasa (3/12) kemarin sore.

Sekjend KNPB Ones Suhuniap meminta kepada pihak kepolisian dalam hal ini Polda Papua segera menarik Daftar Pencarian Orang (DPO) terhadap Ketua PNWP Buchtar Tabuni dan Jubir KNPB Wim Rocky Medlama.

“Kami menilai hal ini tak wajar, dikarenakan fakta di lapangan sangatlah berbeda dan juga kami menilai pihak Polda Papua mengeluarkan DPO kepada dua rekan aktivis kami dianggap sebagai suatu skenario belaka untuk membunuh kedua teman kami tersebut,”

kata Ones demikian sapaan akrabnya.

Selain itu, Ones mengatakan seharusnya Polda Papua melihat persoalan yang terjadi di lapangan, jangan Polda Papua hanya mengeluarkan DPO saja tapi harus bertanggung jawab terhadap salah satu anggota KNPB atas nama Matius Tengket yang tewas dibunuh oleh aparat.

“Kami meminta kepada pihak Polda Papua segera menyelidiki satu per satu anggota Polresta Jayapura Kota yang saat itu sedang melaksanakan tugas di lapangan, karena aktor penyebabnya kejadian adalah Wakapolres Jayapura Kota beserta anggotanya,”

pintanya.

Ia mengklaim bahwa selama ini anggota Polresta Jayapura Kota yang selalu arogan di lapangan, sehingga hal itu membuat terjadinya korban jiwa dan harta benda.

“Maka itu kami meminta kepada Komnas HAM untuk membuat surat permohonan ke dunia internasional sebagai suatu wujud prihatin atas pelanggaran HAM yang terjadi selama ini di Papua, sehingga dunia internasional dapat turun untuk menghentikan kasus tersebut. Supaya biar jelas siapa penyebabnya dan jangan cuma mau menyudutkan kami (KNPB) saja,”

‘pintanya lagi.

Ia mengatakan, bahwa pihak Polda Papua dan Polresta Jayapura Kota beserta anggotanya untuk melihat persoalan tersebut secara mendetail dan mereka harus bersama – sama untuk bertanggung jawab kepada setiap korban dari rakyat sipil seperti yang dialami Matius Tengket.

“Kami mendesak kepada pihak Polda Papua segera menghapus (menarik) DPO terhadap dua rekan kami. Sebetulnya Buchtar Tabuni maupun Wim R. Medlama tidak bersalah dan aksi demo yang kami lakukan itu sudah sesuai dengan Undang – Undang (UU) yang berlaku di negara Indonesia ini,”

desaknya.

“Kalau aparat tidak bubarkan kami secara paksa, pasti tidak akan terjadi korban jiwa dan apabila Polda Papua tidak mencabut DPO tersebut, maka kami akan meminta kepada dunia internasional untuk menyelesaikan masalah di Papua dan juga untuk melakukan penyelidikan,”

tegasnya.

Selain itu, Ones juga meminta kepada jurnalis (wartawan) asing untuk segera ke Papua guna meliput konflik yang berkepanjangan di Papua.

“Dan, secara tidak langsung kami menilai kondisi di Papua hingga saat ini adalah darurat militer, dikarenakan aktivis KNPB maupun tokoh – tokoh politik Papua Merdeka merasa sudah tidak aman padahal kami lakukan perjuangan dengan cara damai,”

tukasnya. (Mir/don/l03)

Rabu, 04 Desember 2013 14:41, Binpa

Diwarnai Baku Tembak, Polisi Gerebek Markas OPM Raja Siklop

Ilustrasi (dok. detikcom)
Ilustrasi (dok. detikcom)

Sentani – Timsus Polres Jayapura dibantu Yonif 751/Sentani berhasil menggerebek dan membongkar markas OPM Raja Siklop pimpinan Andrianus Apaseray di kampung Yongsu distrik Ravenirara, Jayapura, Papua.

Wakapolda Papua Brigjend Pol Paulus Waterpauw saat jumpa pers di Mapolres Jayapura Sabtu (30/11/2013) mengatakan penggerebekan ini berdasarkan informasi dari masyarakat. Ada laporan bahwa Oktovianus, salah satu punggawa OPM Raja Siklop, telah mengumpulkan massa sekitar 30 orang di rumahnya untuk perayaan 1 Desember.

Mendapat laporan ini, anggota Polres Jayapura dipimpin AKP Charles Simanjuntak langsung menuju lokasi yang berjak sekitar 30 Km dari Mapolres Jayapura dan langsung mengamankan Oktovianus Okuseray. Namun setelah terjadi penangkapan, massa dari Oktovianus mengamuk dan merusak rumah warga sekitar.

Mantan kepala kampung Yongsu sudah diamankan di Mapolres Jayapura untuk dimintai keterangan. Sementara dari amuk massa di kampung Yongsu Jumat (29/11) pagi, tidak ditemukan korban jiwa namun beberapa rumah warga rusak.

Dari hasil penggerebekan ditemukan amunisi SS1, laras rakitan dan berbagai alat untuk membuat senjata rakitan, sajam (pisau, parang, sabit, sangkur), bom rakitan sebanyak 6 buah, 14 amunisi moser, 19 selongsong peluru, dan 2 bom rakitan yang sudah jadi.

“Kami sedang menyelidiki apakah kelompok ini sesungguhnya mempunyai hubungan dengan kelommpok Hans Yoweni atau tidak, atau apakah memiliki hubungan dengan yang di Sorong, Isak Kalabin,”

ujar Paulus.

Paulus menjelaskan saat pengrebekan sempat terjadi kontak senjata selama 10 menit. Namun kondisi segera dapat dikuasai oleh aparat keamanan.

Stunt Rider atau Motor Freestyle, Beratraksi diatas motor yang sedang Berjalan.Bagaimana serunya?. Simak Liputan selengkapnya di Reportase Malam pukul 02.37 WIB, hanya di Trans TV

(trq/trq) Sabtu, 30/11/2013 19:45 WIB. Wilpret Siagian – detikNews

Tukang Ojek Ditikam Penumpangnya

WAMENA-Warga sekitar ujung landasan Bandar Udara (Bandara) Wamena dikagetkan dengan penemuan sesosok tubuh laki-laki, sekitar pukul 07.10 wit, Kamis (28/11/2013).

Laki-laki yang ditemukan tersebut ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan, dimana dua jari tangan kiri putus dan bagian kepala terdapat luka tusukan benda tajam. Dari informasi yang dihimpun di Tempat Kejadian Perkara (TKP), pria tersebut bernama Mustakim (30 tahun) yang bekerja sebagai tukang ojek.
Wakapolres Jayawijaya, Kompol Asfuri S.IK saat dikonfirmasi membenarkan adanya penemuan tersebut.

Mengenai kronologisnya Wakapolres menjelaskan, korban mengantar penumpang yang tidak diketahui identitasnya, menuju ke Muara Kali Uwe (ujung bandara), setibanya dilokasi, pelaku menganiaya korban dengan menggunakan benda tajam, mengakibatkan korban mengalami lukas serius di sejumlah tubuhnya.

“Korban masih hidup dan dirawat di RSUD Wamena, korban mengalami lukas tusuk di bagian kepala dan dua jari tangan kiri putus,

”jelasnya.

Mengenai pelaku, Wakapolres menuturkan, pihaknya masih melakukan pencarian dan meminta keterangan saksi-saksi.

“Sementara kita meminta keterangan dari keluarga korban, dimana korban belum bisa dimintai keterangan karena masih menjalani perawatan intensif,”

ujarnya. (lmn/hpp)

Jumat, 29 November 2013 – 08:40:38 WIB, Diposting oleh : Administrator, HarianPagiPapua.com

OPM KEMBALI BERAKSI

Sulistyo Pudjo HJAYAPURA — Kelompok TPN/OPM kembali beraksi di Kabupaten Puncak Jaya. Tidak segan-segan dalam sehari, kelompok separatis sipil bersenjata ini melakukan aksinya di tiga tempat yang berbeda.

Tiga peristiwa beruntun yang terjadi Kamis (28/11),masing-masing, pembakaran mobil bersama sopirnya yang menewaskan sopir bernama David (39) di Kampung Urunikime, Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya.

Kemudian seorang Tukang Ojek bernama Mustakim, warga Jalan Gapura Hom Hom dibacok dan mengalami luka bacok di kepala dan dua jari tangan kiri putus.
Sebelumnya dilaporkan, anggota Koramil Ilu bernama Sersan Wendi menderita luka serius pada bagian kepala, setelah diduga ditembak Kelompok TPN/OPM di Pasar Ilu, Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, Kamis (28/11) sekitar pukul 10.00 WIT. Korban dari Ilu dievakuasi ke RS Marthen Indey, Jayapura, untuk menjalani operasi mengeluarkan peluru yang tertinggal di kepala korban.

Kabid Humas Polda Papua Sulistyo Pudjo H, S.I.K., ketika dikonfirmasi semalam membenarkan pihaknya telah menerima laporan ketiga kejadian yang diduga dilakukan kelompok TPN/OPM tersebut.

Ketiga kejadian itu antara lain, pemalangan dan pembakaran mobil Strada Nopol N 8680 AT warna silver bersama sopirnya. Akibatnya, korban (sopir) ditemukan tewas di dalam mobil dengan jasad terbakar tanpa kaki.

Ditanya pelaku dari kelompok TPN/OPM pimpinan Goliat Tabuni, dikatakan Kabid, pihaknya belum mengetahui motif dari pelaku, dari serangkaian peristiwa tersebut. Tapi pihaknya tengah melakukan penyidikan guna mengungkap siapa dan kelompok mana pelakunya.

Kronologis kejadian, pada Rabu (27/11) terdapat 10 kendaraan Strada kembali dari Mulia menuju Ilu membawa bahan makanan. Selanjutnya, 8 kendaraan lanjut menuju Ilu, 2 kendaraan berhenti di Ilu. Pada pukul 14.55 WIT 2 kendaraan strada membawa barang berangkat dari Ilu menuju Mulia, tapi dihadang TPN/OPM berjumlah 6 orang dan mobil itu dibakar sehingga sopir David tewas.

Sementara itu, kata Kabid, kendaraan kedua yang dikemudikan Riko balik kanan ke Ilu. Pukul 13.30 WIT jenazah dievakuasi ke Puskesmas Ilu.
Sebelumnya dilaporkan, anggota Koramil Ilu bernama Sersan Wendi menderita luka serius pada bagian kepala, setelah diduga ditembak Kelompok TPN/OPM di Pasar Ilu, Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, Kamis (28/11) sekitar pukul 10.00 WIT. Korban dari Ilu dievakuasi ke RS Marthen Indey, Jayapura, untuk menjalani operasi mengeluarkan peluru yang tertinggal di kepala korban.

Kasus lainnya Kata Kabid, Kamis (28/11) sekitar pukul 07.00 WIT seorang Tukang Ojek bernama Mustakim, warga Jalan Gapura Hom Hom yang mengantar penumpang menggunakan sepeda motor ke Kali Wouma, tiba di TKP korban dibacok sehingga mengalami luka bacok di kepala dan dua jari tangan kiri putus. Saat ini korban masih dirawat di RSUD Wamena.

Sementara itu, Juru Bicara Kodam 17 Cenderawasih Kolonel Infantri Lismer Lumban Siantar saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut. “Benar, seorang anggota Babinsa Koramil Illu atas nama Sersan Wandi Ahmad ditembak orang tak dikenal, ketika sedang melaksanakan tugas di sekitar Pasar Illu,”ujarnya.

Kronologis kejadian, kata dia, anggota Koramil itu sedang melaksanakan tugasnya di Pasar Illu, yakni memantau aktivitas pasar. Lalu, tiba-tiba seseorang diduga dengan menggunakan senjata apai laras pendek mendekatinya dan menembak dibagian wajah. “Seseorang tanpa diduga menembak anggota kami dari samping kiri, hingga wajahnya tembus,”ucapnya. (mdc/jir/l03)

Jum’at, 29 November 2013 02:17, Binpa

TNI Tembak Mati OPM

Dalam Kontak Senjata di Puncak Jaya

Sulistyo Pudjo HartonoJAYAPURA — Kontak senjata antara TNI dan TPN/OPM di Kabupaten Puncak Jayakembali menelan korban. Seorang anggota TPN/OPM yang diduga anak buah Goliat Tabuni bernama Trigele Enumbi alias Kiwo Telenggen dilaporkan tewas.

Korban tewas setelah, kontak senjata antara anggota Satgas 753/AVT yang sedang melaksanakan patroli dengan kelompok OPM yang berjumlah 3 orang di Kantor Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua, Senin (4/11) pukul 10.45 WIT.

Kabid Humas Polda Papua AKBP Sulistyo Pudjo Hartono ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Senin (4/11) membenarkan pihaknya telah menerima laporan terjadi aksi kontak senjata antara anggota Satgas 753/AVT yang sedang melaksanakan patroli dengan kelompok OPM yang berjumlah 3 orang di Kantor Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Senin (4/11) pukul 10.45 WIT. Akibatnya, korban Trigele Enumbi alias Kiwo Telenggen tewas setelah diberondong senjata SS1 dan mengenai bagian dada sebelah kiri. Korban langsung tewas di tempat.

Dikatakan Kabid, pasca kejadian anggota Polres Puncak Jaya menuju TKP untuk melakukan Olah TKP sekaligus membawa jenasah korban menuju RSUD Mulia untuk diotopsi.
“Kami juga telah mengamankan barang bukti berupa 1 pucuk senjata jenis FN 46 Kal 9 mm, untuk penyelidikan selanjutnya,” kata Kabid.

Menurut Kabid, kelompok OPM tersebut berasal Yambi kiri, anak buah dari Tenggamati dari kelompok Goliath Tabuni.

Detail kronologis kejadian, anggota Satgas 753/AVT sebanyak 8 orang dipimpin Letkol (Inf) Yoni (Danki Satgas 753/AVT) menggunakan mobil Estrada sedang melaksanakan patroli seputar Kota Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Pada saat patroli melintas di depan Kantor Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya ada 3 orang OTK yang mencurigakan, jumlahnya 3 orang anggota Satgas 753/AVT tersebut turun dari mobil dengan maksud akan melakukan pengecekan, namun tiba-tiba salah-satu dari ketiga orang tersebut melakukan penembakan menggunakan senjata pistol sebanyak dua kali dengan jarak sekitar 7 meter ke arah anggota Satgas tersebut namun tak kena. Selanjutnya dibalas dengan tembakan oleh anggota Satgas dengan menggunakan senjata SS1 dan mengenai bagian dada sebelah kiri dan langsung meninggal dunia di tempat dengan barang bukti 1 pucuk senjata jenis FN 46, sedangkan kedua OTK lainnya kabur. (Mdc/don/l03)

Rabu, 06 November 2013 09:01, BinPa

POLDA PAPUA WASPADAI KEDATANGAN FREEDOM FLOTILLA | tabloidjubi.com

POLDA PAPUA WASPADAI KEDATANGAN FREEDOM FLOTILLA | tabloidjubi.com.

Jayapura 21/8 (Jubi) – Kepolisian Papua menyerukan kepada sejumlah Polres yang berada di perairan Papua untuk mewaspadai adanya kapal asing yang kini mendekati perairan Papua.

Instruksi ini menyusul adanya isu tentang kedatangan kapal layar Freedom Flotilla yang ditumpangi oleh para aktivis Papua dan Australia, untuk mengkampanyekan kemerdekaan Papua.

Kabid Humas Polda Papua, I Gede Sumerta Jaya mengatakan, pihaknya menyerukan dan juga telah membuat surat kepada jajaran Polres Merauke, Biak, Timika, Yapen, Asmat, dan Keerom. “Kami sudah menyerukan kepada polres-polres yang ada laut atau dermaganya ataupun ada pantai yang untuk disinggahi. Untuk apabila ada kelompok ini masuk ke wilayah Indonesia tentu yang pertama kita melihat passport dan visanya dulu,” katanya (21/8).

Pihaknya juga meminta jajarannya untuk mengamankan para aktivis papua tersebut, apabila dalam pemeriksaan nanti tidak memiliki surat-surat. “Apabila mereka tidak memiliki passport dan visa. Ya tentunya bisa melakukan mengamankan mereka dulu,” katanya.

Kepolisian setempat mengklaim tetap berkoordinasi dengan imigrasi, Lantamal dan Syahbandar setempat dalam kedatangan Freedom Flotilla tersebut.

Sebelumnya telah dikabarkan 50-an aktivis Papua dan Australia dengan menggunakan tiga unit kapal layar, yang direncanakan bersandar di Papua. Para aktivis itu juga mengklaim kedatangan mereka dengan tujuan Sosial dan Budaya. Namun isu yang berkembang di masyrakata setempat menyebutkan kedatangan para aktivis ini untuk kampanye Papua Merdeka. (Jubi/Indrayadi TH)

Enhanced by Zemanta

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny