Jayapura, 20/8 (Jubi) – Yogor Telenggen alias Kartu Kuning yang diduga kuat terlibat dalam penembakan anggota Brimob pada Desember 2011 dan pesawat Trigana pada April 2012 lalu di Kabupaten Puncak Jaya. Ini terungkap saat penyelidikan kasus penyerangan Polsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya.
Menurut data Kepolisian Daerah (Polda) Papua, salah satu dari dua tersangka yang kini mendekam di rumah tahanan (rutan) Polda Papua, Yogor Telenggen alias Kartu Kuning, diduga juga terlibat dalam aksi penembakan lainnya, seperti penembakan terhadap dua anggota Brimob di Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya, Desember 2011, penembakan pesawat Trigana di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya pada April 2012 lalu.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) I Gede Sumerta Jaya mengemukakan, hasil dari reka adegan itu, terungkap bahwa Yogor Telenggen terlibat dalam penembakan pilot pesawat Trigana dan anggota Brimob, beberapa bulan lalu di Kabupaten Puncak Jaya. “Yogor Telenggen adalah kelompok Puron Wenda, bahwa yang bersangkutan juga terlibat dalam penembakan pesawat dan anggota Brimob,” katanya, Selasa (20/8).
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga orang tewas dalam penyerangan Polsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, pada Selasa 27 November 2012 silam. Antara lain Kapolsek Iptu Rofli Takubesi dan dua anggotanya, Briptu Daniel Makuker dan Briptu Jefri Rumkorem.
Penyerangan disertai penembakan, penganiayaan dan pembakaran ini, satu anggota lainnya atas nama Briptu M.Ghozali berhasil meloloskan diri dari serangan tersebut. Kelompok bersenjata yang diduga berjumlah 50 orang, berhasil merampas senjata api laras pendek jenis revolver milik Kapolsek Pirime dan dua senjata laras panjang jenis AR-15 dan SS1, 1 kotak amunisi revolver, laptop milik Kapolsek 1 unit, dan uang tunai 110 ribu.
Dari hasil penyelidikan, 17 orang yang diduga kuat melakukan penyerangan polsek, dua diantaranya yang kini telah ditangkap, yakni Usmin Telenggen dan Yogor Telenggen alias Kartu Kuning, sedangkan 15 lainnya masuk dalam daftar DPO. (Jubi/Indrayadi TH)
Puncak Jaya icecap 1936, see also 1972. (Photo credit: Wikipedia)
Jayapura, 19/7 (Jubi) – Dua orang anggota sipil bersenjata dikabarkan tewas tertembak dalam aksi baku tembak dengan aparat TNI di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Jumat sore (19/7) sekitar pukul 17:00 WIT. Tidak hanya itu, sepucuk senjata jenis revolver berhasil disita aparat.
Dari data yang berhasil dihimpun tabloidjubi.com diketahui kontak senjata berawal ketika belasan kelompok sipil bersenjata masuk kota dan menyamar sebagai masyarakat, lalu berupaya menyerang pos TNI yang dijaga anggota Batalyon Infantri 751 Raider. Kontak senjata beberapa menit pun tak terelakkan. Kejadian itu menewaskan dua orang dari kelompok penyerang sementara yang lainnya kabur ke hutan.
Pangdam XVII Cenderawasih Christian Zebua yang dikonfirmasi wartawan via telepon selulernya membenarkan adanya dua kelompok sipil bersenjata yang berhasil dilumpuhkan anggota TNI yang bertugas di sana.
“Iya benar ada dua kelompok GPK berhasil dilumpuhkan prajurit kami yang bertugas di sana. Bahkan satu senjata mereka berhasil kami sita. Mereka mencoba menyerang pos TNI yang ada di lokasi kejadian. Parajurit pun melakukan perlawanan dan dua dari mereka akhirnya dilumpuhkan,”
kata Christian Zebua, Jumat malam.
Menurutnya, sejak kelompok sipil bersenjata itu masuk kota, aparat TNI sudah mengetahui kehadiran mereka. Hanya saja anggota TNI tidak ingin bertindak gegabah dan lebih mengantisipasi segala kemungkinan.
“Namun tiba-tiba mereka mencoba menembak prajurit saya. Jelas, anak prajurit melakukan tembakan balasan. Prajurit saya sudah melakukan tugasnya. Bahkan tadi bupati menghubungi saya dan mengucapkan terima kasih, karena anggota di sana berhasil melumpuhkan dan mengusir kelompok itu,” ujarnya. (Jubi/Arjuna)
English: Papua Indonesia Flag (Photo credit: Wikipedia)
Lambert PekikiJAYAPURA – Perjuangan dan upaya yang tidak henti-hentinya dilakukan oleh para pejuang Papua Merdeka melalui Tentara Pembebasan Nasional (TPN) – Organisasi Papua Merdeka (OPM), diduga sedang dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu, dan yang lebih disayangkan lagi, hal itu dilakukan demi uang.
“Kami dapat laporan dari warga bahwa ada oknum Distrik di Kabupaten Keerom yang memberikan foto dan data pejuang Papua merdeka kepada aparat Indonesia, dan yang lebih menyakitkan lagi, hal itu dilakukan hanya karena uang. Hal ini sangat kami sayangkan karena perjuangan kami demi rakyat Papua ternyata dimanfaatkan oleh orang Papua lainnya demi uang,”
beber Lambert Pekikir saat dihubungi Bintang Papua, Rabu (17/7) kemarin.
Bagi Lambert, apa yang dilakukan oknum tersebut adalah bagian dari sebuah kejahatan, Markas Besar TPN-OPM mengutuk keras tindakan tersebut,”Ini bagian dari kejahatan kemanusiaan, jiwa dan raga kami dipersembahkan bagi kemerdekaan tanah Papua, tetapi ada orang yang rela menggadaikan ke aparat, ini diluar dugaan saya, ternyata ada ‘Papua jual Papua’,” paparnya.
Di atas kesedihan yang dirasakannya, Lambert berharap agar oknum-oknum tersebut segera menyadari kesalahan yang telah mereka perbuat, karena hal itu termasuk penghianatan terhadap perjuangan,”Mereka bisa jadi musuh orang Papua yang terus berjuang untuk merdeka dan berdaulat diatas tanahnya sendiri, saya minta kepada mereka untuk segera hentikan praktek-praktek menyesatkan itu, karena Tanah dan Nenek Moyang kita akan menangis dengan apa yang kalian lakukan,” kata Lambert.
Lambert berharap agar mereka yang tidak ikut berjuang secara langsung agar memberikan dukungan kepada mereka yang berjuang, jangan menjadi penghianat bangsa Papua.
“Kami relakan hidup dan jiwa kami untuk berjuang, hargai itu, kalau anda tidak berjuang, lebih baik duduk dan diam saja, tetapi kalau bisa membantu secara tidak langsung akan jauh lebih baik, saya tegaskan untuk segera hentikan kelakuan seperti itu,”
JAYAPURA [PAPOS]- Orang tak dikenal (OTK) kembali beraksi di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Seorang tukang ojek bernama Muhammad Saleh (43) warga Purleme Distrik Mulia tewas ditembak.
Ia tewas ditembak dengan menggunakan pistol saat akan mengantar penumpang dari Mulia menuju Puncak Senyum tepat Kampung Wandengdobak Distrik Mulia., Jumat (12/7) sekitar Pukul 08.30 wit.
Korban Muhammad Saleh mengalami luka tembak diatas dada kanan tembus ke punggung kanan, luka tembak pada punggung kiri tembus rusuk kiri, luka tembak pada rusuk kanan.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) I Gede Sumerta Jaya, SIk mengatakan pihak Rumah Sakit Mulia saat ini melakukan otopsi untuk mengatahui peluru apa dari senjata jenis apa yang bersarang didalam perut korban.
Dari laporan yang diterima, menurut Gede, penembakan itu berawal saat korban membawa penumpang dari Mulia menuju Puncak Senyum namun sesampainnya di Kali Semen Kampung Wandengdobak Distrik Mulia, korban langsung ditembak.
Ia menjelaskan, korban ditembak dengan pistol dengan proyektil berukuran caliber 38. Ini setelah dilakukan pemeriksaan di RSUD Mulia.
Sedangkan Penumpang yang dibawa korban, jelas Gede setelah kejadian itu langsung melarikan diri sehingga diambil kesimpulan yang melakukan penembakan terhadap korban diduga penumpang tersebut.
“Pasca kejadian itu anggota Polres Puncak Jaya langsung melakukan mencari pelaku. Namun belum ditemukan,”
jelasnya.
Jenasah Muhammad Saleh korban sudah dievakuasi menuju Jayapura sekitar pukul 12.00. Evakuasi jenazah korban, dengan didampingi istri dan dua anaknya itu, menggunakan pesawat Enggang Air. Setibanya di Jayapura akan langsung dibawa ke Makassar untuk dimakamkan di kampung halamannya.
Kapolres Puncak Jaya AKBP Marselis berharap agar para tukang ojek senantiasa waspada dan bila memungkinkan menghindari mengantar penumpang kewasan Puncak Senyum.
Ketika ditanya dalam periode hingga Juli 2013 sudah berapa banyak tukang ojek yang tewas ditembak orang tak dikenal, Kapolres Puncak Jaya itu mengakui kemungkinan sekitar dua orang.
“Kami sudah berulang kali mengingatkan para tukang ojek yang berjumlah sekitar 300 orang agar tidak melayani route yang selama ini dianggap rawan penembakan namun tetap tidak diindahkan,”
aku Akbp Marselis.
Tarif penumpang yang mencapai Rp50.000 – Rp100.000/orang untuk sekali jalan menuju puncak senyum. [tom]
Sabtu, 13 Juli 2013 02:13 , Ditulis oleh Tom/Papos
Lambertus Pekikir, Koordinator OPM dalam Negeri, Keerom, West Papua
JAYAPURA – Koordinator Umum TPN-OPM, Lambertus Pekikir dengan tegas membantah telah memerintahkan pengibaran bendera Bintang Kejora (BK) di Distrik Skamto, Keerom pada 1 Juli 2013. “Itu palsu, saya sudah buat pernyataan sebelum 1 Juli di Bintang Papua, dan saya berkomitmen dengan apa yang sudah saya sampaikan kepada publik, kami fokus lakukan kegiatan di Markas kami, dan kejadian pengibaran bendera itu sama sekali tanpa sepengetahuan kami, itu oknum-oknum yang tidak jelas dan kami menduga disponsori oleh pihak-pihak tertentu, jelas saya membantah itu dan Markas Besar TPN-OPM sangat menyesalkan kejadian tersebut,” jelas Lambert Pekikir kepada Bintang Papua, Selasa (2/7) kemarin.
Sebagaimana diberitakan Bintang Papua edisi (2 Juli) kemarin bahwa, Pengibaran BK di Keerom di Kampung Nyaw , Arso Barat, Distrik Skanto Kabupaten Keerom adalah Lambertus Pekikir seperti yang diungkapkan Juru Bicara Lembertus Pekikir saat ditemui Bintang Papua di Keerom, Senin (1/7).
“Kami melakukan Upacara Pengibaran Benderah Bintang di Kampung Nyaw Arso Barat,Distrik Skanto Kabupaten Keerom dan pengibaran BK maupun melakukan Ibadah Syukur dan ini sesuai Perintah Kordinator Organisasi Papua Merdeka (OPM), Lembertus Pekikir,”
ungkapnya.
Terkait dengan berita itu, Lambert juga berharap agar publik dapat menyaring segala informasi dengan baik dan benar.
“Selama ini apabila ada hal-hal penting yang ingin disampaikan ke publik bangsa Papua, akan saya sampaikan langsung kepada Bintang Papua dan beberapa rekan media yang sudah kami kenal, selain itu, semuanya sampah, dan kami otomatis tidak bertanggung jawab terhadap hal itu,”
jelasnya lagi.
Lambert juga berharap agar rekan-rekan jurnalis lebih jernih dalam menyaring informasi terkait TPN-OPM, hal serupa juga pernah dilontarkan oleh Gen. Goliath Tabuni, bahwa banyak oknum-oknum yang kerap mengakui dirinya sebagai TPN-OPM dan melakukan kegiatan-kegiatan yang justru untuk kepentingan dan keuntungan pribadi yang bersangkutan.
“Kami tidak mungkin bisa berbicara bebas kepada setiap orang, kami hargai pekerjaan rekan-rekan jurnalis di lapangan, tetapi akan jauh lebih baik kalau dapat menyaring dan seleksi kebenaran informasi, saya mengenal beberapa wartawan, dan sering menyampaikan beberapa hal kepada mereka, saya tidak menyampaikan ke sembarang orang, semoga kedepan tidak terjadi lagi, kami menyayangkan hal itu, saya tidak mau dianggap tidak komit, apa yang sudah saya sampaikan kepada publik tidak mungkin saya langgar, dan apabila hal itu saya langgar, saya sendiri yang akan menyampaikannya kepada publik melalui media,”
Dari Markas Pusat Pertahanan (MPP) Tentara Revolusi West Papua (TRWP) General
West Papua flag (Photo credit: lussqueittt)
TRWP Mathias Wenda bersama segenap pasukan dari MPP mengucapkan
Selemat HUT Kemerdekaan ke-42
kepada segenap masyarakat Papua di seluruh penjuru Bumi yang mengingat ataupun memperingati dan merayakan HUT Kemerdekaan Negara West Papua yang ke-42 setelah diproklamirkan oleh para pejuang kita Jenderal Seth Jafeth Roemkorem dan Hendrik Jacob Pray di Waris Raya, Port Numbay, West Papua.
Perlu ditegaskan selanjutnya bahwa
Tanggal 1 Juli bukan Hari OPM atau HUT OPM, tetapi ialah HUT Proklamasi Kemerdekaan West Papua;
Pengibaran Bendera Bintang Kejora bukanlah satu-satunya cara merayakan HUT kemerdekaan kita,
HUT Kemerdekaan West Papua tidak akan pernah dihapus atau terhapus oleh tindakan siapapun, kapanpun dan di manapun juga hanya oleh karena kemauan dan tindakan NKRI oleh sebab Kebenaran dan Fakta Sejarah itu telah tercatat dalam hatinurani bangsa Papua dan akan terus diperingati dan diperjuangkan sepanjang kehadiran bangsa Papua di muka Bumi, di manapun mereka berada.
Jenderal Goliath Tabuni, Panglimat Tertinggi TPN-PB (Foto: Ist)
Puncak Jaya — Jenderal Goliath Tabuni, Panglima Tertinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNP-PB) mengaku bertanggung jawab atas insiden penembakan dua anggota TNI di Kampung Jigonikme, Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, pada Selasa 25 Juni 2013 lalu.
“Saya bertanggung jawab atas penembakan dua anggota TNI dari satuan Yonif 753 Nabire di Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya,”
ujar Jenderal Goliath saat mengkonfirmasi ke admin website resmi TPN-PB di www.wpnla.net, kemarin.
Jenderal Goliath juga membantah pemberitaan beberapa media massa di Papua dan Jakarta yang menyebutkan sopir taxi yang ditembak adalah seorang warga sipil.
“Tidak benar itu warga sipil, dia adalah intelejen Indonesia dari Yonif 753 Nabire. Dia sering antar jemput anggota TNI diwilayah tersebut. Memang benar, penembakan dilakukan oleh anak buah saya, atas perintah saya,”
tegasnya lagi.
“Anggota saya tidak bisa menembak warga sipil sembarangan, kalau ada media yang mengatakan itu masyarakat, maka saya katakan itu bohong. Kalau TNI yang menembak masyarakat sipil boleh itu biasa, kami tidak sembarangan menembak,”
ujar panglima tertinggi TPN-PB ini.
Untuk mencari dan menangkap anak buahnya yang telah menembak mati dua anggota TNI, Jenderal Tabuni juga menghimbau agar aparat TNI/Polri tidak melakukan penyisiran, pengrusakan dan penembakan terhadap warga sipil.
“Saya siap layani TNI/Polri jika ada yang melakukan pengejaran terhadap anggota saya, dan kemarin kami sudah ambil senjata milik anggota itu, sekarang justru kekuatan kami semakin banyak, jadi kami tidak ragu lagi kalau ada pengejaran terhadap kami, asalkan jangan terhadap masyarakat sipil Papua,”
tegas Jenderal Tabuni.
Sebelumnya, seperti diberitakan beberapa media, Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) dikabarkan menembak mati anggota TNI dari Yonif 753, Letda Inf I Wayan Sukarta, juga menewaskan Tono, supir mobil jenis Ford nopol DS 8832 KA, sedangkan kondektur mobil tersebut hingga kini belum diketahui nasib serta namanya.
Insiden penghadangan terjadi sekitar pukul 14.00 WIT, saat korban bersama dua anggota TNI lainnya yakni Prada Andi dan Praka Supiyoko, beserta supir dan kernet hendak kembali ke Ilu setelah melakukan patroli di kebun anggur Distrik Jigonekme.
Lambert Pekikir dan Pasukkannya, [TabloidJubi]JAYAPURA – Jelang 1 Juli yang diklaim sebagai peringatan HUT OPM, ternyata tidak menggiurkan beberapa tokoh OPM untuk mengibarkan bendera bintang kejora, para pejuang OPM ini hanya berniat melakukan upacara saja sebagai bentuk peringatan.
Seperti dikatakan Koordinator Umum TPN-OPM, Lambert Pekikir melalui telepon kepada wartawan media ini Kamis (20/6) kemarin bawah pihaknya tidak berencana mengibarkan bendera bintang kejora, tetapi hanya melakukan upacara peringatan saja.
“Saya menghimbau kepada setiap pejuang kemerdekaan di masing-masing markas komando untuk melakukan upacara perayaan Proklamasi 1 Juli di markas masing-masing,”
tambahnya.
Hal yang sama juga disampaikan Menteri Sekretariat Negara Republik Papua Barat (NRPB) versi Presiden Yance Hembring, yakni, Agustinus Waipon.
“jika ada rencana sejumlah organisasi kemasyarakatan Papua Barat yang hendak melakukan aksi pengibaran bendera Bintang Kejora pada 1 Juli 2013 mendatang, silakan dan sah-sah saja, karena itu hak setiap warga negara Papua Barat. Namun, bagi NRPB tidak ada agenda untuk melakukan pengibaran BK,”
ujarnya kepada Bintang Papua via ponselnya, Kamis, (20/6) kemarin.
Pengibaran Bintang Kejora akan dilakukan NRPB, setelah Pemerintah Indonesia menyerahkan kedalautan kemerdekaan bangsa Papua Barat ke tangan Pemerintah NRPB.
Untuk itu, jika ada pihak-pihak yang melakukan pengibaran BK sebelum masa peralihan kemerdekaan bangsa Papua Barat itu adalah sebuah pengkhianatan terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Papua yang dinakodai oleh Presiden Yance Hembring.
“Jadi kami menolak dengan tegas aksi-aksi peringatan 1 Juli maupun peringatan lainnya sebelum masa peralihan tersebut,”
ungkapnya.
Meski demikian, dalam peringatan 1 Juli itu, pihaknya akan menghimbau kepada rakyat NRPB untuk mengkhususkan tanggal tersebut sejenak untuk berdoa kepada Tuhan atas segala nikmat dan rahmatnya Tuhan. Dan juga meminta Tuhan untuk mengabulkan kemerdekaan seutuhnya bagi rakyat NRPB.
Dirianya mengatakan rakyat Papua Barat berhak untuk merdeka secara berdaulat dengan berpemerintahan sendiri. Untuk itulah, dirinya meminta dengan tegas kepada Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan dialog damai sekaligus pengakuan kedalautan Negara Papua Barat.
“Pemerintah Indonesia melakukan kejahatan terhadap bangsa Papua Barat, karena mencegah rakyat Papua dengan berbagai cara untuk tidak mendirikan Negara sendiri, sehingga lahirlah aneksasi dengan perjanjian New York 1962 pasal 2. Kemudian ditindaklanjuti dengan resolusi PBB No :2504/1969 sebagai undang-undang integrasi Papua kedalam NKRI,”
bebernya.
Sementara itu Kepala Sekretariat Komnas HAM Perwakilan Papua Fritz Ramandey usai Peluncuran Warta HAM Papua di Hotel Yotefa, mengatakan mengibarkan bendera Bintang Kejora itu sesuatu bagian dari ekspresi, bagian dari partisipasi, bagian dari dia mengepresikan partipasinya menggunakan cara yang lain. Sebab meseki dikibarkan Papua tidak langsung meredeka.
“Tapi kalau orang kibar bendera Bintang Kejora lalu dia ditembak, itu menimbukan pertanyaan. Dan itu kemudian membuat masyakatat menjadi antipati lagi terhadap negara,” tegas Friz Ramandey.
Tindak Tegas
Terkait 1 Juli adalah agenda rutin dari tahun ke tahun sehinga diharapkan aparat tak melakukan pendekatan represif, tap pendekatan dialogis, komunikatif dan bermartabat, karena ini adalah mainset politik.
“Saya yakin Polisi, TNI, pemerintah daerah memiliki kemampuan untuk melakukan dialog dalam rangka mengantisipasi tanggal-tanggal dimana yang dipandang ada agenda politik warga negara,”
kata Fritz Ramandey.
Karena itu, pungkas Fritz Ramandey, pihaknya yakin Gubernur, Kapolda, Pangdam tahu mengatasi masalah ini tanpa cara-cara kekerasan represif menangani agenda politik rakyat Papua Barat seperti 1 Mei, 1 Juni, 1 Juli, 1 Desember dan lain-lain Sebab, tukas Fritz Ramandey, pendekatan represif akan mencederai wibawa negara.
Dilain kesempatan Koordinator Umum TPN-OPM, Lambert Pekikir menyatakan bahwa Polda Papua berhak untuk mengamankan situasi, namun ketegasan yang akan dilakukan Kapolda Papua agar tidak anarkis dan tidak asal tembak. Hal itu disampaikan terkait pernyataan Kapolda Papua bahwa pihaknya akan bertindak tegas jelang 1 Juli nanti.
“Selama Papua masih berada di wilayah Indonesia, silahkan saja, Polisi berhak mengamankan situasi, tetapi saya minta agar tindakan tegas yang akan diambil oleh Kapolda agar tidak dilakukan dengan anarkis, jangan main asal tembak saja,”
JAYAPURA — Mantan Tapol/Napol Yen Seru menandaskan pihaknya menghimbau kepada semua pihak, pimpinan OPM dan kelompok perjuangan rakyat Papua Barat diseluruh Tanah Papua, tetap merayakan peringatan HUT OPM pada 1 Juli mendatang dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora berdampingan dengan bendera Merah Putih .
Ajakan dan himbauan itu disampaikan mantan Tapol/Napol Sem Yeru melalui Bintang Papua di Jayapura, Selasa (18/6) kemarin.
Sem Yeru mengatakan, apabila hanya menaikan bendera Bintang Kejora tidak perlu dilakukan, karena akan ditangkap sebab dirinya masuk penjara hanya karena menaikan bendera Bintang Kejora tanpa berdampingan dengan merah putih.
“HUT OPM I Juli merupakan hari nasional bangsa Papua Barat yang harus diperingati sebagai ungkapan sikap rakyat Papua untuk merdeka dan membentuk negara berdaulat terlepas dari NKRI sebagaimana dideklarasikan pada 1 Juli 1998 di Taman Imbi sesuai ideologi HAM, cinta damai dan cinta kasih,”
kata Sem Yeru yang kala itu bertindak sebagai Koordinator deklarasi HUT OPM.
Karena itu, kata Sem Yeru, pihaknya minta kepada aparat penegak hukum untuk mengawasi peringatan HUT OPM 1 Juli 2013 mendatang, tanpa mesti melakukan tindakan kekerasan terhadap rakyat Papua Barat. Pasalnya, peringatan HUT OPM yang diselingi orasi-orasi politik dilindungi UU tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum.
Senada dengannya, Saul J Bomay yang mengaku sebagai Juru Bicara TPN/OPM menyatakan, pihaknya segera menyampaikan pemberitahuan kepada Polda Papua untuk memperingati HUT OPM 1 Juli 2013 yang rencananya akan berpusat di Taman Imbi dan Makam Theys di Sentani.
Dikatakan Saul J. Bomay, pihaknya tetap memperingati Hari Kemerdekaan bangsa Papua Barat. Nama Papua Merdeka ada karena deklarasi 1 Juli 1971, guna menjawab hasil Pepera yang cacat hukum dan cacat moral.
“Kami perjuangkan terus sampai titik darah penghabisan, untuk merebut kembali tanah kami dari NKRI,”
ujar Saul J. Bomay.
Sementara itu, Polda Papua dan jajarannya tetap mengantisipasi adanya pengibaran bendera Bintang Kejora, simbol perjuangan rakyat Papua Barat menjelang HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1 Juli 2013 mendatang.
“Kita tetap siagakan saja beberapa titik diseluruh Papua, baik monitor maupun deteksi ada potensi terjadinya gangguan keamanan, terutama di lokasi-lokasi rawan, seperti Timika, Puncak Jaya, Yapen, Manokwari, Biak, Sorong, Keerom, Kota Jayapura dan lain-lain,”
tegas Kapolda Papua Irjen (Pol) Drs. M. Tito Karnavian, MA,PhD usai penutupan Turnamen Volly In Door dan Volly Pasir Piala Kapolda Tahun 2013 di GOR Cenderawasih, APO, Jayapura beberapa waktu lalu.
Namun meski ada niat dan keinginan sekelompok masyarakat untuk merayakan atau memperingati 1 Juli, tidak terbias pada siatuasi situasi Kamtibmas di Tanah Papua yang hingga saat ini aman dan terkendali serta tidak ada sesuatu yang signifikan.
Merujuk pada peringatan HUT OPM 1 Juli 2012 tahun lalu, bendera Bintang Kejora berkibar di 4 titik , mulai dari Keerom, yang diduga dilakukan kelompok OPM pimpinan Lambert Pekikir, di Kota Jayapura 2 titik. Sedangkan wilayah lain Papua seperti Timika, Puncak Jaya, Yapen tak ada pengibaran bendera Bintang Kejora. (mdc/achi/l03)
JAYAPURA [PAPOS] – Seorang pria diketahui bernama Sugeng Mildat (43), tukang ojek, ditemukan tewas mengenaskan di pinggir Jalan Pasifik Indah, Pasir Dua, dekat bak air Distrik Jayapura Utara. Ia ditemukan dalam kondisi luka bacok di leher bagian kanan.
Kapolsek Jayapura Utara, Iptu Daniel Pangala, SH, MH saat ditemui Papua Pos di Polres Jayapura Kota, usai kunjungan Kapolda Papua, Jumat (14/6), mengatakan, ditemukan jenazah tersebut bermula dari laporan Buni Saroge (20) warga Bhayangkara 1 didampingi isterinya, Tresya Natalinda Erakitia (32). Kedua saksi baru pulang setelah habis memancing di Pantai Pasir Enam.
Saat itu, Jumat (14/6) sekitar pukul 02.00 WIT kedua suami isteri akan pulang menuju rumah setelah memancing di Pantai Pasir Enam. Dengan menggunakan sepeda motor, melintas melalui Pasir Dua menuju arah Angkasa.
Namun sesampainya di Jalan Pasifik Indah, Pasir Dua, mereka kaget melihat sesosok mayat pria dalam keadaan tergeletak di atas aspal dalam keadaan berlumuran darah di bagian kepala. Sedangkan motor korban dalam keadaan terjatuh namun mesin dalam keadaan hidup dan lampu sen sebelah kanan dalam keadaan menyala. “Saksi Buni Saroge langsung melaporkan kepada kami untuk penanganan lebih lanjut,” ucapnya.
Setelah menerima laporan tersebut, beberapa saat kemudian anggota Polsek Jayapura Utara mendatangi lokasi kejadian dan langsung membawa jenazah korban menuju RSUD Dok II Jayapura untuk selanjutnya melakukan otopsi.
Dari hasil otopsi ditemukan luka robek sepanjang 12 cm dan dalam 4 inci di bagian leher belakang mengenai tulang leher sehingga menyebab kepala berlumuran darah. “Dari olah TKP, kami menemukan sepeda motor korban dan sementara diamankan sebagai barang bukti untuk mengungkap kematian korban ,” tegasnya.
Guna mengungkap tewasnya korban, saat ini penyidik Polsek Jayapura Utara masih memintai keterangan saksi-saksi. Kami masih dalami keterangan saksi dan juga mempelajari hasil otopsinya agar diketahui pelaku yang membunuh korban,” tukasnya. [tom]