JAYAPURA—Sejumlah kertas manila dari pelbagai ukuran diberi warna yang menyerupai bendera Bintang Kejora (BK), simbol perjuangan bangsa Papua Barat Merdeka ditempel

di pagar disekitar pintu gerbang di Kampus Uncen Jayapura di Padang Bulan disela-sela aksi demo mahasiswa sebagai bentuk dukungan kepada Papua Barat untuk didaftarkan bergabung dalam Melanesian Spearhead Group (MSG) sekaligus memberikan dukungan atas rencana peresmian Kantor OPM di Port Moresby, Papua New Guinea (PNG) pada Rabu (12/6).
Kabid Humas Polda Papua Kombes (Pol) I Gede Sumerta Jaya ketika dikonfirmasi membenarkan pihaknya telah menerima laporan sejumlah kertas manila dari pelbagai ukuran diberi warna yang menyerupai bendera BK ditempel di pagar sekitar pintu gerbang di Kampus Uncen Jayapura di Padang Bulan disela-sela aksi demo mahasiswa tersebut.
Dikataka I Gede, pasca aksi demo mahasiswa sebagai bentuk dukungan kepada Papua Barat untuk didaftarkan bergabung dalam MSG sekaligus memberikan dukungan atas rencana peresmian Kantor OPM di Port Moresby pihaknya seketika mengamankan Ketua Badan Pengurus Pusat Komite Nasional Papua Barat (BPP-KNPB) Buchtar Tabuni, yang kebetulan lewat di Kampus Uncen Jayapura disela-sela aksi demo mahasiswa.
“Kami membawa Buchtar ke Polres Jayapura Kota untuk diminta keterangannya selama beberapa saat terkait aksi demo mahasiswa yang tak memiliki ijin dari pihak Kepolisian, karena selama ini dia selalu bertindak sebagai penanggungjawab aksi demo tersebut dan menyita barang bukti sejumlah kertas manila dari pelbagai ukuran diberi warna yang menyerupai bendera BK,”
tukasnya.
Jubir KNPB Sesalkan Penangkapan Buchtar
Sementara itu Juru Bicara (Jubir) KNPB, Wim Rocky Medlama sesalkan penangkapan Ketua PNWP, Buchtar Tabuni oleh aparat kepolisian.
Wim mengatakan, kepolisian harus bertanggungjawab atas penangkapan dan pemukulan terhadap Ketua PNWP, Buchtar Tabuni (BT) hingga kepalanya mengalami luka robek dan berlumuran darah.
Menurutnya, penangkapan itu tidak sesuai prosedur dan hukum yang berlaku di NKRI, karena BT saat itu bukan bagian dari massa pendemo yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) Universitas Cenderawasih (Uncen) yang melakukan aksi demo di depan pintu gerbang Kampus Uncen Perumnas III Waena.
Lanjut Wim, aksi demo itu tidak ada dalam agenda BT untuk ikut bergabung dalam kegiatan aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa Uncen tersebut. Namun BT hanya kebetulan lewat disitu. “Jadi, rencananya BT ingin nonton bola di Mandala, bukan mau ikut dalam aksi demo, begitu BT tiba di sekitar lokasi demo langsung dihadang kepolisian,” jelas Wim ketika ditemui Bintang Papua di halte Perumnas III Waena, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Rabu (12/6) kemarin sore.
Menurutnya, tindakan yang dilakukan aparat kepolisian sangat keterlaluan bahkan tidak sesuai tugas aparat sebagaimana yang diketahui bersama, yakni mengamankan, mengayomi dan melayani masyarakat.
Dirinya menyesalkan tindakan kepolisian yang melakukan pemukulan disertai dengan tendangan hingga mengakibatkan BT terluka dan mengeris kesakitan. Pasalnya, selain dipukul juga ada barang – barang milik BT yang diambil oleh pihak kepolisian seperti handphone dan topi.
“Kami sangat kesal adanya pengeroyokan, penganiayaan, pemukulan dan sepakan hingga BT terluka. Saya tau yang lakukan hal itu adalah anggota polisi berinisial DT, sehingga kami sangat sesalkan dnegan perbuatan yang ia lakukan kepada BT dan kami juga meminta pertanggungjawaban kepada Polda terkait tindakan brutal aparat kepolsian hingga menangkapnya,” tegasnya.
Kata Wim, walaupun BT merupakan penanggungjawab pada aksi demo damai pada tanggl 10 Juni 2013 lalu telah ditangkap oleh aparat kepolisian RI. Maka KNPB selaku media rakyat Bangsa Papua Barat akan terus mengkoordinir rakyat Bangsa Papua Barat untuk terus melakukan aksi demo damai guna mendukung Papua Barat bergabung dalam Melanesian Sparehead Group (MSG). (mdc/mir/don/l03)
Sumber: Kamis, 13 Jun 2013 07:06, Binpa





























