Sejumlah Kertas Menyerupai ‘BK’ Ditempel di Kampus Uncen

JAYAPURA—Sejumlah kertas manila dari pelbagai ukuran diberi warna yang menyerupai bendera Bintang Kejora (BK), simbol perjuangan bangsa Papua Barat Merdeka ditempel

The main entrance of the parliament building i...
The main entrance of the parliament building in Port Moresby, Papua New Guinea. (Photo credit: Wikipedia)

di pagar disekitar pintu gerbang di Kampus Uncen Jayapura di Padang Bulan disela-sela aksi demo mahasiswa sebagai bentuk dukungan kepada Papua Barat untuk didaftarkan bergabung dalam Melanesian Spearhead Group (MSG) sekaligus memberikan dukungan atas rencana peresmian Kantor OPM di Port Moresby, Papua New Guinea (PNG) pada Rabu (12/6).

Kabid Humas Polda Papua Kombes (Pol) I Gede Sumerta Jaya ketika dikonfirmasi membenarkan pihaknya telah menerima laporan sejumlah kertas manila dari pelbagai ukuran diberi warna yang menyerupai bendera BK ditempel di pagar sekitar pintu gerbang di Kampus Uncen Jayapura di Padang Bulan disela-sela aksi demo mahasiswa tersebut.

Dikataka I Gede, pasca aksi demo mahasiswa sebagai bentuk dukungan kepada Papua Barat untuk didaftarkan bergabung dalam MSG sekaligus memberikan dukungan atas rencana peresmian Kantor OPM di Port Moresby pihaknya seketika mengamankan Ketua Badan Pengurus Pusat Komite Nasional Papua Barat (BPP-KNPB) Buchtar Tabuni, yang kebetulan lewat di Kampus Uncen Jayapura disela-sela aksi demo mahasiswa.

“Kami membawa Buchtar ke Polres Jayapura Kota untuk diminta keterangannya selama beberapa saat terkait aksi demo mahasiswa yang tak memiliki ijin dari pihak Kepolisian, karena selama ini dia selalu bertindak sebagai penanggungjawab aksi demo tersebut dan menyita barang bukti sejumlah kertas manila dari pelbagai ukuran diberi warna yang menyerupai bendera BK,”

tukasnya.

Jubir KNPB Sesalkan Penangkapan Buchtar

Sementara itu Juru Bicara (Jubir) KNPB, Wim Rocky Medlama sesalkan penangkapan Ketua PNWP, Buchtar Tabuni oleh aparat kepolisian.

Wim mengatakan, kepolisian harus bertanggungjawab atas penangkapan dan pemukulan terhadap Ketua PNWP, Buchtar Tabuni (BT) hingga kepalanya mengalami luka robek dan berlumuran darah.

Menurutnya, penangkapan itu tidak sesuai prosedur dan hukum yang berlaku di NKRI, karena BT saat itu bukan bagian dari massa pendemo yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) Universitas Cenderawasih (Uncen) yang melakukan aksi demo di depan pintu gerbang Kampus Uncen Perumnas III Waena.

Lanjut Wim, aksi demo itu tidak ada dalam agenda BT untuk ikut bergabung dalam kegiatan aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa Uncen tersebut. Namun BT hanya kebetulan lewat disitu. “Jadi, rencananya BT ingin nonton bola di Mandala, bukan mau ikut dalam aksi demo, begitu BT tiba di sekitar lokasi demo langsung dihadang kepolisian,” jelas Wim ketika ditemui Bintang Papua di halte Perumnas III Waena, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Rabu (12/6) kemarin sore.

Menurutnya, tindakan yang dilakukan aparat kepolisian sangat keterlaluan bahkan tidak sesuai tugas aparat sebagaimana yang diketahui bersama, yakni mengamankan, mengayomi dan melayani masyarakat.

Dirinya menyesalkan tindakan kepolisian yang melakukan pemukulan disertai dengan tendangan hingga mengakibatkan BT terluka dan mengeris kesakitan. Pasalnya, selain dipukul juga ada barang – barang milik BT yang diambil oleh pihak kepolisian seperti handphone dan topi.

“Kami sangat kesal adanya pengeroyokan, penganiayaan, pemukulan dan sepakan hingga BT terluka. Saya tau yang lakukan hal itu adalah anggota polisi berinisial DT, sehingga kami sangat sesalkan dnegan perbuatan yang ia lakukan kepada BT dan kami juga meminta pertanggungjawaban kepada Polda terkait tindakan brutal aparat kepolsian hingga menangkapnya,” tegasnya.
Kata Wim, walaupun BT merupakan penanggungjawab pada aksi demo damai pada tanggl 10 Juni 2013 lalu telah ditangkap oleh aparat kepolisian RI. Maka KNPB selaku media rakyat Bangsa Papua Barat akan terus mengkoordinir rakyat Bangsa Papua Barat untuk terus melakukan aksi demo damai guna mendukung Papua Barat bergabung dalam Melanesian Sparehead Group (MSG). (mdc/mir/don/l03)

Sumber: Kamis, 13 Jun 2013 07:06, Binpa

Enhanced by Zemanta

Jangan Tutup Bicara Hal Yang Benar

Papua
Papua (Photo credit: Roel Wijnants)

Jayapura, 10/6 (Jubi) – Jonah Wenda, yang mengklaim sebagai juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) mengatakan, sedianya pemerintah pusat membuka ruang untuk membicarakan tentang Papua.

“Jangan lagi tutup-tutup, jangan putar balik bicara barang yang benar agar kita diberkati dan hidup aman di sini,” kata Jonah ke tabloidjubi.com di Abepura, Kota Jayapura, Papua, Senin (10/6) sore.

Menanggapi pembubaran aksi demo dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB) oleh aparat kepolisian dari Polres Kota Jayapura, menurut dia, menambah susah pemerintah Indonesia, sebab, masalah Papua menjadi perhatian dunia.

“Mengapa dibubarkan? Mengapa ruang demokrasi ditutup? Buka selebar-lebarnya ruang demokrasi,” kata dia lagi. Dia menyesalkan tindakan aparat keamanan yang melarang orang Papua untuk menyampaikan aspirasinya.

Menurut aparat kepolisian, demo dibubarkan karena tidak ada ijin. “Adik-adik, demo hari ini dibubarkan karena tidak ada izin,” kata AKP Kiki Kurnia mengunakan mengapon, di hadapan peserta demo dan aparat kepolisian, di depan gapura kampus Uncen, Waena.

Menyinggung soal MSG (Melanesia Sparehead Group), menurut Jonah Wenda, melalui wadah tersebut, upaya perundingan berhasil. Upaya yang dilakukan, soal identitas orang Papua. Karena itu, harus dilihat akar permasalahan di Papua. Karena itu, dia mengimbau kepada pemerintah pusat agar tidak takut berbicara tentang Papua.

“Ke depan, pemerintah buka ruang,” kata Jonah Wenda. Upaya MSG, kata dia, mesti mendapat dukungan dari orang Papua, sebab itu masalah identitas orang Papua. (Jubi/Timoteus Marten)

Sumber: TabloidJubi.com, 10 Juni, 2013

Enhanced by Zemanta

Di Serui : Tak Mau Gabung OPM, Seorang Pria Ditembak Mati

JAYAPURA—Seorang pria bernama Loudrik Ayomi ditembak mati kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan luka pada punggung dan dada sebelah kiri dan lehernya digorok. Kejadian tragis ini terjadi di Jalan Trans Saubeba Km 36 luar Kota Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua, Kamis (6/6) sekitar pukul 15.00 WIT.

Kabid Humas Polda Papua Kombes (Pol) I Gede Sumerta Jaya, SIK ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Jumat (7/6) membenarkan pihaknya telah menerima laporan kasus penembakan dan pembunuhan terhadap korban Loudrik Ayomi ditembak mati dan lehernya digorok.

Dikatakan, pelaku penembakan dan pembunuhan terhadap korban Loudrik Ayomi diduga dilakukan kelompok OPM yang selalu melakukan pemalak dan pemerasan perusahaan yang ada di wilayah tersebut dengan pimpinan RO.

“Motif sementara diduga karena korban tak mau bergabung dengan kelompok OPM pimpinan RO, sehingga korban ditembak mati sebanyak dua kali menggunakan senjata api laras panjang,” ujar I Gede.

Detail Kronologis kasus penembakan dan pembunuhan berawak ketika korban Loudrik Ayomi bersama ponakannya, yang tak diseburkan identitasnya berboncengan sepeda motor, kemudian terdengar tembakan sekali yang mengakibatkan korban jatuh dari sepeda motor. Saat jatuh karena takut ponakannya tancap gas meninggalkan korban. Kemudian korban didatangi oleh pelaku lalu digorok lehernya hingga meninggal dunia.
Berdasarkan keterangan saksi pelaku berjumlah 1 orang.

Saat melakukan aksinya pelaku menggunakan topeng dan penembakan dengan menggunakan senjata apai laras panjang. Korban mengalami luka pada punggung dan dada sebelah kiri diduga akibat luka tembakan. Saat ini korban telah dimakamkan keluarganya di Kampung Konti, Distrik Angkaisera, Kabupaten Kepulauan Yapen. (mdc/don/l03)

Sumber: Sabtu, 08 Jun 2013 10:59, Binpa

Enhanced by Zemanta

John Yogi Gabung Teny Kwalik di Timika

JAYAPURA—Kelompok sipil bersenjata pimpinan John Yogi Cs yang selama ini beroperasi di wilayah Paniai kini menyeberang dan bergabung bersama kelompok sipil bersenjata wilayah Mimika pimpinan Teny Kwalik Cs, putra kandung ‘Panglima TPN/OPM di wilayah Timika almarhun ‘Jenderal’ Kelly Kwalik.

“Mereka ada di Timika. Mereka tak ada lagi di Paniai, tapi sudah bergabung dengan kelompok Ayub Waker dan Teny Kwalik,” ujar Kasat Brimob Kombes (Pol) Drs. Sugeng Supriyanto didampingi Kabid Humas Polda Papua Kombes (Pol) I Gede Sumerta Jaya, SIK ketika dikonfirmasi di Mapolda Papua, Jayapura, Sabtu (11/5). Sebagaimana diketahui, aksi penembakan dan kekerasan yang diduga dilakukan kelompok sipil bersenjata telah puluhan kali meletus di areal PT. Freeport Indonesia (PTFI), yang menewaskan puluhan karyawan PTFI, termasuk WNA, TNI/Polri.

Karena itu, Kasat Brimob menjelaskan, pihaknya mengirim 800 pasukan pengamanan sebanyak 140 dari Brimobda Sumatera Utara dan 140 dari Brimobda Jawa Barat serta sisanya dari Brimobda Papua pada 5-6 Mei lalu, untuk menjaga keamanan khususnya di areal PT. Freeport Indonesia (PTFI), Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika termasuk juga mengantisipasi kelompok-kelompok yang dikenal berseberangan dengan pemerintah yang selama ini terus-menerus melakukan gangguan keamanan seperti John Yogi dan kawan-kawan yang kini telah bergabung bersama kelompok OPM wilayah Mimika Tenny Kwalik Cs.

“Mereka menggantikan pasukan Brimobda dari NTT, Brimobda Bali dan Satuan Gegana Brimob Kelapa Dua yang selama empat bulan terakhir ini bertugas menjaga keamanan di salah-satu obyek vital di PTFI,”

katanya.

Apakah ada anggota yang melakukan tindakan pidana selama bertugas pengamanan di areal PTFI, kata dia, Brimobda NTT dan Brimobda Bali sebagaimana evaluasi Kapolda Irjen (Pol) Drs. M. Tito Karnavian, MA, PhD tak ada kejadian yang menonjol dan berjalan dengan baik dan disiplin. “Andaikan juga ada kasus diperiksa,” tuturnya.(mdc/don/l03)

Selasa, 14 Mei 2013 05:58, Binpa

Enhanced by Zemanta

Jonah Wenda : 1 Mei 2013 Richard Joweni Deklarasikan Kemerdekaan Papua

COVER CD TPN-PB (JUBI/APRILA)
COVER CD TPN-PB (JUBI/APRILA)

Jayapura – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) melalui juru bicaranya, Jonah Wenda mengatakan, pada 1 Mei 2013 lalu, Brigadir Richard Joweni telah mendeklarasikan kemerdekaan Papua.

“Akhirnya pada 1 Mei 2013 lalu, secara sepihak atas nama Rakyat Bangsa Papua Barat, Ketua West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL), Brig. Richard H. Joweni telah memaklumkan kepada dunia internasional dan kepada seluruh Rakyat Papua Barat serta kepada pihak pemerintah penjajah bahwa Papua Barat telah merdeka dan lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),”

kata Jonah Wenda ke wartawan di Lobi Hotel Matos Square, Abepura, Kota Jayapura (6/5).

Menurut Wenda, pelaksanaan yang sama berlangsung di seluruh wilayah tanah Papua dan ini menunjukkan, perjuangan bangsa Papua bukanlah perjuangan segelintir orang.

“Dan mulai saat maklumat ini, maka pihak TPN-PB tidak akan menawarkan apapun kepada NKRI namun akan ada pemerintahan baru setelah masa 7 X 24 jam maklumat dibacakan,”

katanya.

Di sisi lain, Wenda meminta pemerintahan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk segera menunjuk tim juru runding bangsa Indonesia untuk segera berunding dengan juru runding bangsa Papua Barat.
“Otonomi khusus, UP4B dan Otonomi Plus gagasan gubernur, bukanlah jawaban atas persoalan bangsa Papua Barat. Sebab akar masalah bukanlah soal makan dan minum atau pembangunan fisik, tapi akar masalahnya adalah masalah politik,”
ungkap Wenda lagi.

Dalam jumpa pers ini, Wenda juga memberikan copy CD kepada wartawan yang berisi Deklarasi 1 Mei 2013 oleh Brigjen Richard H. Joweni yang dikeluarkan oleh Departemen Penerangan dan Siaran Pers TPN-PB.(Jubi/Aprila Wayar)

May 7, 2013,16:17,TJ

Satto: TPN-OPM Tidak Ada Jabatan Jubir

Ilustrasi (http://www.wpnla.net/mawel)
Ilustrasi (http://www.wpnla.net/mawel)

Jayapura – Pemberitaan hasil Jumpa Pers dengan orang yang mengaku Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional (TPN), Organisasi Papua Merdeka (OPM)  oleh berbegai media lokal dan nasional selama ini diklarifikasi Kepala Staf Umum (KSUM) TPN-OPM, Mayjen Teryanus Satto.

Dalam pernyataannya seperti dilangsir situs resmi TPN-OPM, wpnla.net, 6 April lalu Mayjen Teryanus Satto menyatakan, dalam Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat di bawah kepemimpinan Jenderal Goliat Tabuni, dalam memberikan informasi kepada publik melalui media cetak maupun elektronik lokal maupun nasional, tidak melalui seorang Juru Bicara, hal ini disebabkan karena dalam struktur tidak terdapat jabatan/job dengan sebutan Juru Bicara.

Ditulis pula, dalam memberikan informasi melalui media cetak, elektronik baik itu media masa lokal, nasional maupun internasional akan dilakukan melalui kepala staf umum TPN-OPM, asisten VII bidang penerangan Markas Pusat, Kepala Bidang Penerangan di tingkat Markas Besar Angkatan Darat TPN-OPM atau Kepala Unit Penerangan Komando Daerah Pertahanan (KODAP).

Dalam pernyataan tersebut pada bagian akhir dituliskan, TPN-OPM tidak bertanggung jawab sebagian atau seluruh isi pemberitaan di media masa yang dilakukan oleh oknum yang mengaku diri sebagai Juru Bicara TPN-OPM di bawah komando Jendral Goliat Tabuni. (AE/MS)

Selasa, 09 April 2013 23:18, MS

 

Helikopter Misionaris Ditembaki di Puncak Jaya

JAYAPURA – Aksi penembakan masih saja terus terjadi di Pegunungan Papua, hal itu seakan tak pernah berhenti terjadi, khususnya di Puncak Jaya, setelah beberapa waktu lalu, masyarakat dihebohkan dengan penembakan yang menyebabkan kematian beberapa aparat dan masyarakat sipil, Selasa (26/3) kemarin, penembakan kembali terjadi dan menimpa sebuah Helikopter milik Misionaris di Bukit Senyum Puncak Jaya.

Berdasarkan info yang didapat Bintang Papua, Helikopter yang dipiloti Andrew Stevensen, berusia 36 tahun, warga Negara Inggris dan Co Pilot Marc Franco, usia 29 tahun, warga Negara Argentina tertembak dan mengenai kokpit saat melintasi Bukit Senyum.

Helikopter yang berjenis Bell 412 dengan registrasi VIDA PK-HME saat itu baru saja mengantar bahan bakar dan pelumas (oli) yang akan digunakan pesawat YAJASI di bandara Mulia, Puncak Jaya.

Kejadian penembakan diperkirakan terjadi pukul 11.38 WIT, hal itu diketahui melalui tower perhubungan Bandara Mulia, pihak tower yang tidak ingin namanya dikorankan mendapat info ditembaknya Helikopter tersebut 4 (empat) menit setelah Helikopter meninggalkan Mulia dan ingin kembali ke Wamena, penembakan terjadi disekitar area Bukit atau Puncak Senyum.

Pilot Helikopter tersebut memutuskan untuk terus melakukan perjalanan ke Wamena, tidak ada korban jiwa dan korban luka dari kejadian penembakan itu, namun berakibat tertundanya beberapa penerbangan domestik menuju dan dari Mulia, Puncak Jaya. (bom/don/l03)

Selasa, 26 Maret 2013 17:52, Binpa

Enhanced by Zemanta

Goliath Tabuni: OPM Mau Merdeka, Bukan Dialog

JAYAPURA – Sempat berhembusnya gagasan untuk membuka dialog Papua dan Jakarta terkait situasi keamanan di Papua, Panglima Tertinggi TPN-OPM, Gen. Goliath Tabuni menandaskan bahwaOPM akan tetap eksis memperjuangkan kedaulatan dan kemerdekaan bagi Papua Barat dan tidak ada dialog.

Demikian disampaikannya kepada Bintang Papua melalui ponsel, Jumat (15/3) pagi kemarin, Goliath Tabuni yang didampingi Sekjen Anton Tabuni, menyampaikan bahwa, sampai kapan pun OPM akan tetap eksis dan berjuang untuk kemerdekaan dan kedaulatan Papua Barat. “ Puluhan tahun kita berjuang ini untuk merdeka, bukan untuk dialog, tidak ada dialog, kita mau hanya merdeka saja,” tegasnya.

Dilanjutkan Sekjen Anton Tabuni bahwa upaya dialog sempat diminta, namun Jakarta menutup diri untuk itu,”Waktu itu Presedium Dewan Papua sempat meminta pemerintah Indonesia untuk berdialog, tetapi mereka tidak buka pintu untuk itu. Jadi sekarang untuk apa dialog-dialog, kita akan berjuang dan meminta perhatian internasional untuk ada pengakuan kedaulatan, kita tidak bisa dapat itu dengan dialog, apalagi referendum dan otonomi,” lanjut Anton.

Sementara itu, terkait upaya pengejaran dan pencarian yang dilakukan aparat keamanan terhadap TPN-OPM, disampaikan Anton adalah hal biasa dan merupakan konsekuensi dari sebuah perjuangan,”Kalau itu menurut kami bukan pengejaran, itu hal biasa dalam perang, itu adalah konsekuensi dari revolusi yang kami lewati, intinya kita tidak mau tahu, dan kita akan terus perang sampai berhasil merebut kemerdekaan, buat kami tidak ada cara lain, hanya perang dan perang,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Goliath Tabuni meminta Anton untuk membacakan pernyataan sikap TPN-OPM yang isinya adalah Gen. Goliath Tabuni akan terus memimpin TPN-OPM untuk berjuang demi kemerdekaan dan kedaulatan Papua Barat, TPN-OPM juga menolak pemekara-pemekaran yang ingin dilakukan di Papua Barat, bahwa perjuangan yang dilakukan ini adalah untuk kemerdekaan Papua Barat, bukan untuk dialog ataupun tawaran lainnya,”Hal itu sesuai pesan Proklamasi 1 Mei 2006 lalu,” ujarnya.

Di bagian akhir, Gen. Goliath Tabuni menyampaikan kepada seluruh anak adat Papua Barat dan semua pejuang Papua Merdeka, bahwa,”Saya ini dalam keadaan sehat dan baik, mari teruskan perjuangan wa,,,wa,,, wa,” katanya. (bom/don/l03)

Sabtu, 16 Maret 2013 06:11, Binpa

Enhanced by Zemanta

TPN-OPM: Kami Sudah Kasih Waktu 1 Jam

Helly Puma TNI AU HT-3318
Helly Puma TNI AU HT-3318

Puncak Jaya — Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TNPN-OPM) pimpinan Gen. Goliat Tabuni mengatakan pihaknya telah memberikan waktu 1 jam kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mengevakuasi 8 anggota TNI yang telah ditembak di Puncak Jaya dan Puncak, Kamis, (21/2) lalu.

Setelah TPN-OPM menembak mati 8 anggota TNI, sudah diberi waktu 1 jam untuk evakuasi. Jadi, penembakan Helly Puma TNI AU HT-3318 itu karena batas waktu sudah lewat. TNI takut evakuasi padahal TPN telah beri waktu, kata staf khusus Gen. Goliat Tabuni, Naman Enumby kepada majalahselangkah.com, Jumat, (1/3).

Ketika ditanya soal penembakan 4 warga sipil, ia mengatakan, 4 orang itu membawa peti yang dicurigai berisi senjata dan amunisi. Lalu, pihak TPN menghadang mereka dan meminta memyerahkan peti itu tetapi mereka menolak.

Kata dia, tawar menawar pun terjadi. TPN minta mereka buka peti. Karena, TPN pikir mereka itu militer berpakaian preman dan membawa senjata dan amunisi. Tetapi, karena tidak mau kasih tunjuk jadi mereka tembak, katanya.

Kata dia, setelah tertembak, diketahui bahwa peti-peti itu berisi alat pertukangan. Setelah tertembak, ternyata peti itu isinya alat-alat tukang, kata dia.

Terkait informasi penembakan di Puncak dan Puncak Jaya akibat Pilkda di daerah itu, dibantah keras oleh Naman Enumbi.

Ah, tidak. Pilkda kita amankan sama-sama dengan TNI/Polri. Ini tidak ada hubungan. Penembakan TNI itukan kami sudah bilang to. TPN itu ada untuk melawan TNI di Papua. Apalagi mereka datang bangun pos di wilayah kami,katanya.

Sementara, terkait perintah Presiden SBY untuk mengejar pelaku penembakan, kata dia, TNI dan Polri banyak yang datang ke sana tetapi tidak mampu mengajar.

Mereka datang banyak tetapi hanya sebatas ada mobil saja. Mereka tidak berani masuk hutan. Saat ini TPN juga siap jika datang ke atas. Kami kuasai, kata dia. (GE/MS)

Jum’at, 01 Maret 2013 09:00, MS

 

JIKA SBY TAK PEDULI PAPUA, TPN-OPM SIAP REVOLUSI TOTAL

Gend. Goliat Tabuni Bersama Pasukannya
Gend. Goliat Tabuni Bersama Pasukannya

Jayapura — Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) Papua Barat dengan tegas mengingatkan ke Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar tak membiarkan status politik Papua berlarut-larut.

Hal ini dikatakan Kepala Staf Umum TPN-OPM Papua Barat, Teriyanus Satto dalam pers releasnya ke tabloidjubi.com.

“SBY jangan apatis atas status politik Papua Barat ke dalam NKRI. Seharusnya pemerintah meluruskan status politik Papua Barat,”

katanya, Minggu (25/2).

Menurut Satto, pemerintah segera menghentikan pengiriman pasukan yang pada akhirnya mengorbankan rakyat sipil.

“TPN-OPM yang tergabung di komando nasional pimpinan Goliath Tabuni dengan tegas meminta Presiden SBY segera hentikan pengiriman pasukan TNI/Polri dalam jumlah besar di seluruh tanah Papua,”

terangnya.

Larangan ini, kata Satto, mengingat pengiriman pasukan TNI/Polri dalam jumlah besar ke Papua Barat, justru memperuncing masalah dan masyarakat sipil akan dikorbankan.

“Baik itu masyarakat sipil orang asli Papua maupun orang Melayu imigran yang datang di tanah Papua,”

tegas pria asli Genyem ini.

Menurut Satto, perjuangan TPN-OPM sangat jelas, takni TPN-OPM berjuang untuk memperoleh hak politik menentukan nasib sendiri (Self Determination) bagi bangsa Papua Barat.

“TPN-OPM berjuang demi menyelamatkan dan melindungi rakyat bangsa Papua Barat dari tindakan genocide oleh aparat keamanan Indonesia,”

katanya.

Satto juga mangatakan, invasi militer Indonesia ke tanah Papua dari sejak 1 Mei 1963 hingga kini adalah tindakan kriminal yang melanggar hak asasi bangsa Papua Barat.

“Sehingga segera hentikan operasi militer di tanah Papua dan stop mengirim anggota pasukan TNI/Polri di seluruh wilayah tanah adat bangsa Papua Barat,”

jelasnya.

Apalagi, kata Satto, TPN-OPM mempunyai keyakinan bahwa adanya pemeritah Indonesia di tanah milik bangsa Papua adalah illegal dan belum sah karena kehadiran Indonesia dengan jalan rekayasa.

Selain itu, kata Satto, TPN-OPM menilai Presiden SBY mengorbankan anggota TNI/Polri dengan dalih mempertahankan NKRI yang tak berdasar. Akibatnya, keluarga-keluarga korban sakit hati dan selalu meratapi kepedihan.

“Apakah Anda tak merasa berdosa? Anda telah menyesatkan anggota TNI/Polri menjadi korban akibat memenuhi perintahmu?”

katanya dengan nada bertanya.

Bagaimanapun, kata Satto, Papua Barat akan merdeka penuh sesuai dengan waktu Tuhan, dan Indonesia akan tinggalkan Papua Barat dengan rasa menyesal seperti pengalaman di Timor-Timur.

“Mencapai impian itu, TPN-OPM belum berperang secara nasional, melainkan hanya revolusi tahapan. Ingat, akan ada revolusi total dan nanti TPN-OPM akan tunjukkan ke dunia kalau TPN-OPM adalah organisasi yang berjuang membebaskan bangsa Papua Barat dari tangan New ColonialismeIndonesia,”

jelasnya.

Menurut Satto, sebelum Indonesia menjadi tertuduh pelanggaran HAM, karena membunuh orang asli Papua dan anggota TNI/Polri yang menjadi korban demi mempertahankan NKRI. “Maka seharusnya pemerintah Indonesia dibawa kepemimpinan Presiden SBY segera menyetujui mengadakan perundingan segitiga, guna membahas agenda referendum bagi rakyat bangsa Papua Barat sesuai mekanisme PBB. (Jubi/Mawel)

Monday, February 25th, 2013 | 22:48:55, TJ

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny