Penembakan di Papua: Ini Pernyataan Staf Khusus Goliat

TNI Lakukan Pengejaran, Warga Sipil Mengungsi

Evakuasi korban penembakan di Bandar Udara Sentani Jayapura, Jumat, (22/1): Foto: Beny
Evakuasi korban penembakan di Bandar Udara Sentani Jayapura, Jumat, (22/1): Foto: Beny

Puncak Jaya — Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM)mengatakan telah melakukan  penembakan, Kamis, (21/2) lalu.

Dalam aksi penembakan terbesar dalam sejarah TPN-OPM di Papua  itu menewaskan  8 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan empat warga sipil yang berprofesi sebagai tukang bangunan di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

Delapan anggota TNI yang ditembak adalah Sertu Ramadhan (Gugur),Pratu Edi (Gugur), Praka Jojo Wiharja (Gugur), Pratu Mustofa (Gugur),Praka Wempi (Gugur), Sertu Udin (Gugur), Sertu Frans (Gugur), Pratu Wahyu Prabowo (Gugur),  dan Lettu Inf Reza (Luka Tembak).

Sementara warga sipil atas nama Di Yohanis, Uli, Markus, dan satu lagi belum diketahui identitasnya. Sementara, warga sipil yang terluka yakni Joni, Ronda, Rangka dan Santin.

Staf Khusus Panglima Tinggi TPN-OPM Gen.Goliath Tabuni di Puncak Jaya mengatakan, penembakan 8 anggota TNI adalah sikap TPN-OPM. Ia menolak namanya disebutkan.

Ya, penembakan itu sikap TPN-OPM. TPN-OPM bertanggung jawab. Kami tembak untuk mengusir mereka dari wilayah kami. Kami merdeka, kau apa, kata NE  emosional.

Ia menjelaskan, Tingginambut dan Papua Barat adalah tanah kami. Siapa bilang datang ganggu kami. Ini wilayah kami. Kami sudah mengirimkan surat resmi  kepada TNI. Dalam surat, kami bilang  jangan bangun pos di wilayah kami. Mereka tidak dengar, katanya.

Tetapi, kata dia, penembakan itu bukan sekedar alasan bangun pos. Kami Semua tau to. Goliat telah dilantik menjadi Panglima Tinggi TPN-OPM pada 11 Desember 2012 di Tingginambut. Pelantikan telah sesuai dengan Konferensi Tingkat Tinggi TPN-OPM di Biak pada 1-5 Mei 2012. Goliat melawan untuk memperoleh hak politik. Kami menolak tawaran apa pun, kecuali Papua Merdeka, kata NE.

Sumber majalahselangkah.com yang tiba dari Puncak Jaya di Nabire, Jumat, (22/2) memberikan keterangan agak berbeda.

Ia menjelaskan, untuk kasus yang di Sinak, para tukang itu sempat dihadang oleh anggota TPN-OPM di jalan. Lalu, TPN-OPM meminta barang yang mereka bawa. Tetapi, dikatakan, barang itu tidak diberi.

Akhirnya, TPN-OPM menembak mati 4 orang itu. Lalu, TNI yang berjaga segera datang ke tempat kejadian. Saat anggota TNI itu tiba di tempat, TPN-OPM telah bersembunyi di tempat kejadian.

Ketika beberapa anggota TNI tiba di tempat dengan senjata lengkap, TPN-OPM yang telah bersembunyi itu menembak dan mengakibatkan beberapa anggota tewas.

Kata sumber itu, saling kejar terjadi tetapi TPN-OPM lari ke hutan. Ia menjelaskan, penembakan-penembakan masih terjadi karena TNI terus kejar dan warga semua mengungsi.

SBY Rapat Mendadak, OPM Dikejar

Terkait penembakan itu, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membatalkan kunjungannya ke Desa Dawuhan, Karawang, Jumat pagi. Ia menggelar rapat kabinet terbatas membahas penembakan di Papua.

Dikabarkan, hasil pertemuan itu adalah presiden sebagai Panglima Tertinggi memerintahkan mengejar para pelaku. Menindaklanjuti perintah presiden, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto memerintahkan aparat TNI dan Polri untuk mengejar pelaku.

Seperti dilangsir, Vivanews, Kamis (21/2), dalam Konferensi Pers yang digelar di kantornya,  Djoko mengatakan ia telah perintahkan  mengejar pelaku.  Saya telah perintahkan Pangdam dan Kapolda untuk segera koordinasi, sinergikan untuk kejar dan proses hukum bagi siapa pun yang terlibat, kata dia.

Ia juga mengatakan, Kepolisian dan TNI akan melakukan evaluasi mendalam SOP (standard operating procedure). Kata dia, evaluasi akan dilakukan pada prosedur kegiatan anggota TNI/Polri di luar pos serta jumlah persediaan peralatan dan pasukan yang memadai sesuai dengan tingkat kerawanan wilayah.

Soal kemungkinan Operasi Militer, Kamis (21/2) malam di MetroTv,  Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, operasi militer tergantung keputusan panglima tertinggi yaitu presiden.

Ia juga mengatakan, belum ada penambahan kekuatan dari Mabes TNI ke Papua. Namun, ia membenarkan adanya penambahan kekuatan dari Kodam Cendrawasih ke Puncak Jaya.

Belum dipastikan, apakah TNI akan mengoperasikan  Helikopter Cangih yang dibeli di Amerika  Serikat seharga $ 1,5 Billions di waktu lalu atau bukan dalam pengejaran TPN-OPM.

Seperti dilangsir wpnla.net,  TPN-OPM mengatakan kesiapannya jika TNI dan Polri mengejar mereka.

Komandan Murib bilang kalau anggota TNI dan BRIMOB berusaha kejar kami, berarti kami siap tembak dan pasukan TPN-OPM tidak akan mundur, TPN akan bertahan terus dan lawan TNI/POLRI, pungkasnya.

Warga Mengunsi ke Gereja

Warga Puncak Jaya, Simon mengatakan, saat ini warga mengunsi ke gereja. Kata dia, lain lagi telah lari bersembunyi ke hutan. Kami ada di Gereja. Banyak yang lari ke hutan,kata Simon.

Ae, di sini banyak tentara. Mereka datang terus. Kami ketakutan. Kami takut anak-anak kecil di sini sudah mulai kelaparan, kata Simon siang ini.

Pendeta Dorman Wandikbo juga mengatakan,  jemaat dari Gereja Gidi di Tingginambut, Puncak Jaya mencari tempat aman. Ini karena upaya penyisiran terhadap pelaku penembakan segera dilakukan pada malam menjelang subuh di kampung-kampung masyarakat.

Kata Dorman Wandikbo penyisiran ini mencemaskan.  Penyisiran yang dilakukan pihak TNI akan membabi buta dan menjatuhkan korban dari sisi sipilnya tanpa ada yang mengendalikan.

Kata Simon, kalau warga sipil yang mati pun penyisiran dilakukan dengan penangkapan dan penyiksaan. Inikan TNI yang ditembak. Dalam peristiwa ini, korban yang jatuh dari pihak TNI. Kami sangat bahaya,kata Simon.

Sementara itu, Forum Komunikasi Mahasiswa Papua Semarang (FORKOMPAS), Jumat,  (21/2)  meminta  SBY untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam tangani konflik di Papua.

Aktivis FORKOMPAS Bernardo Boma kepada majalahselangkah.com mengatakan, jumlah korban banyak dan pertama kali terjadi tetapi ini bukan masalah baru di Papua. Korban banyak untuk yang kali ini tetapi masalah Papua itu bukan masalah baru, katanya.

Maka, ia harapkan SBY bijaksana dalam selesaikan masalah. Pendekatan militer tidak akan selesai. Kami yakin ini akan terjadi operasi besar-besaran di Puncak Jaya. Kami tidak tahu berapa banyak warga sipil yang akan ditahan, disiksa dan akan bubuh di hutan dan kota, katanya.

Ada Ketidakpuasan Status Politik Papua

Sekretaris Pokja Adat, Majelis Rakyat Papua (MRP), Yakobus Dumupa mengatakan, penembakan ini  harus dipahami sebagai wujud dari adanya persoalan status politik Papua dalam NKRI yang belum pernah diselesaikan dengan baik.

Bahkan, kata dia, oleh kebanyakan orang Papua dinilai banyak kejanggalan dan manipulasi dalam pelaksanan PEPERA tahun 1969.

Penyerangan di Tingginambut ini dan penyerangan-penyerangan sebelumnya yang dilakukan oleh pihak TPN-OPM sesungguhnya merupakan wujud dari ketidakpuasaan terhadap status politik wilayah Papua di dalam NKRI,kata dia.

Ia meminta, semua pihak tidak menyederhanakan dan menyempitkan masalah tersebut menjadi semata-mata masalah separatisme bersenjata, karena sikap yang seperti ini justru akan semakin menyuburkan gerakan perlawanan rakyat Papua terhadap Pemerintah Indonesia.

Untuk itu, Yakobus menyarankan  alangkah baiknnya kedua belah pihak duduk bersama dan saling membuka diri membicarakan status politik Papua dalam NKRI secara jujur dan bermartabat.

Jangan sekali-kali menyembunyikan segala fakta sejarah dan fakta hukum berkaitan dengan proses integrasi Papua ke dalam NKRI. Karena sesungguhnya kejujuran seperti itulah yang justru akan menyelesaikan masalah secara mendasar dan segala bentuk kekerasan dapat dihentikan, kata dia.

Kata dia, kalau tidak duduk dan bicara sama-sama, maka kekerasan bersenjata di Papua, baik yang dilakukan oleh pihak TPN/OPM maupun pihak TNI dan POLRI tidak akan pernah berhenti.

Dari waktu ke waktu nyawa akan terus melayang di kedua belah pihak. Dan jika itu yang terjadi, maka sesungguhnya kita semua gagal menghormati nilai kemanusiaan dan menghormati Allah yang menciptakan manusia, maka sudah tentu kita tidak punya peluang untuk hidup di surga kelak, kata dia.

Berhenti Perang Kedepankan Kemanusiaan

Wakil Ketua DPRD Papua Barat Jimmy Demianus Ijie, meminta pemerintah tidak menjadikan Papua sebagai tempat bertempur.

“Tolong jangan jadikan Papua tempat bertempur, tapi berikan kami kedamaian,” kata Jimmy di Ruang Pimpinan DPD, Jakarta, seperti dilangsir, tribunnews.com, Jumat (22/2) .

Jimmy menuturkan, rakyat Papua belum pernah merasakan kemerdekaan Indonesia. Yang ada, papar Jimmy, nyawa warga Papua terus melayang.

Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Yones Douw  mengatakan, Tingginambut  adalah wilayah  perang maka mestinya militer di sana harus siaga.

 Di atas (Tingginambut:red), adalah wilayah perang. Aparat tidak siaga, katanya.

Kami sebagai pekerja HAM meminta kepada aparat untuk kedepankan kemanusiaan dan nilai-nilai HAM dalam pengejaran  pelaku. Kami  sangat khawatir dengan masyarakat sipil, kata dia.

Kata dia, berdasarkan pengalaman di masa lalu, aksi pembalasan seringkali terjadi pembakaran, penangkapan dan penganiayaan warga sipil.

 Saya harap OPM dan Tentara silakan baku cari tetapi jangan  masyarakat yang  jadi korban, kata dia.

Sementara, tokoh gereja Papua, Benny Giay menilai opsi pemberlakuan operasi militer dan penambahan anggota TNI untuk mengatasi kekerasan di Papua hanya menambah panjang daftar korban dan merugikan masyarakat sipil.

Kata dia, pemerintah Pusat (Jakarta:red) seharusnya membuka diri untuk melakukan penyelesaian akar masalah di Papua secara bermartabat, bukan menambah anggota militer.

Keluarga Korban dan Danyon 753 ke Jayapura

Sore ini, Sabtu, (23/1)  ketika majalahselangkah.com  mendatangi Batalyon 753 Nabire untuk meminta keterangan mendalam  tetapi tidak  mendapatkan informasinya Karena, kata beberapa Provos Danyon tidak memberikan izin untuk memberikan keterangan kepada siapapun, termasuk ke Pers soal  korban dari Batalyon 753.

Mereka mengatakan,  Danyon telah berangkat ke Jayapura kemarin, (Jumat, 22/2)  dengan membawa serta  kekluarga korban. Mas, kami tidak bisa  berikan keterangan apa pun. Tunggu saja nanti saat jenazah dibawa ke Nabire dari Jayapura, kartanya.

Dikabarkan, beberapa keluarga korban  menghendaki keluarga mereka yang tertembak dibawa ke Nabire. (GE/MS)

Sabtu, 23 Februari 2013 20:47, MS

TPN-OPM Tembak 13 TNI Kemarin di Sinak, Dua Anggota TNI di Tingginambut, Puncakjaya Papua

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM), Menembak 13 Anggota TNI dari Koranmil Sinak, Kodim 1714/Puncak Jaya di Kampung Tanggulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncakjaya, (Kamis 21/2/2013) pukul 10.30 wp kemarin. Tigabelas anggota TNI yang berhasil menewaskan oleh TPN di Sinak adalah saat menuju Bandara Sinak untuk mengambil radio dari Nabire. Tigabelas TNI yang tewas  diantaranya: Sertu Udin, Sertu Frans, Sertu Romadhon, Pratu Mustofa, Sertu Edy, Praka Jojon, Praka Wempi dan enam lainnya belum diketahui identitas.

timthumb.php
Gend. Goliat Tabuni

Beberapa Surat kabar maupun Tv dikabarkan TPN-OPM tembak 8 anggota TNI di Puncakjaya adalah penipuan. Dikatakan salah satu anggota TPN saat melaporkan peristiwa tersebut kepada WPNLA, dari dataran tinggi setelah ia mendapatkan siknal jaringan telkomsel, melalui telepon selulernya. Bahwa

“kami tembak anggota TNI di Sinak 13 anggota dan di Tingginambut 2 anggota TNI”,

 ditanya terkait, penembakan di Sinak dan Tingginambut atas Komando siapa?

 “ ya kami tembak TNI di Sinak dan Tingginambut atas perintah Panglima Tinggi TPN-OPM Gen. Goliath Tabuni”

 kata anggota TPN yang namanya tidak mau dipublikasi itu.

Dua anggota yang dibakarkan TPN-OPM tembak anggota TNI di Distrik Tingginambut Kampung Guragi, Kabupaten Punjakjaya pada (Kamis 22/2/2013), pukul 09.00 wp. Anggota yang tertembak Satgas TNI atas nama Pratu Wahyu Bowo tewas dengan luka tembak di bagian dada dan leher. Satunya, korban luka-luka Danpos Satgas atas nama Lettu Inf Reza yang tertembak di lengan bagian kiri. Informasi terkait dilaporkan oleh salah satu warga di Mulia kota Kabupaten Puncakjaya. Ditanya proses evakuasi mayat anggota TNI mengatakan,

“korban dari Tingginambut sedang dirawat RS di Mulia. Korban luka para masih koma, pasti akan meninggal. Pagi ini 13 kain pembungkus mayat dikirim ke Sinak untuk dievakuasi mayat”.

Ujarnya.

Tambahan dari sumber yang diwawancarai WPNLA melalui via telpon seluler. Ditanya perkembangan situasi sebentara di Mulia

“ saat inipun kami tidak aman di kota disini kami takut, lebih para lagi masyarakat di Tingginambut dan Sinak mereka semua mengungsi ke hutan. Karena, TNI, Brimob sedang kejar TPN-OPM, jadi semua masyarakat takut lari ke hutan”.

Kata seorang warga di Mulia.

Selanjutnya, Salah satu anggota TPN yang melaporkan peristiwa kepada WPNLA. Ia mengatakan,

“Komandan Murib bilang kalau anggota TNI dan BRIMOB berusaha kejar kami tembak saja jangan undur”,

pungkasnya. Kata sumber, “Komandan Murib” artinya yang mengatakan “Komandan Operasi Lekkagak Murib Telenggen.  Tambah sumber lagi, “pagi ini kami tembak pilot helicopter dari gunung”, dikatakan Helikopter milik TNI tersebut hendak evakuasi mayat di Sinak. Namun karena, TPN-OPM tembak Pilot Helikopter, sehingga tidak jadi evakuasi melalui udarah menggunakan helicopter, maka helicopter tersebut kembali ke Mulia.

Penembakan 15 Anggota TNI kali ini merupakan, Sikap Panglima Tinggi TPN-OPM Gen.Goliath Tabuni, bahwa berdasarkan dirinya dilantik menjadi Panglima Tinggi TPN-OPM pada 11 Desember 2012 di Tingginambut. Dalam pidatonya “ saya diangkat sebagai panglima tinggi TPN-OPM sesuai hasil Konferensi Tingkat Tinggi TPN-OPM di Biak pada 1-5 Mei 2012. Sesuai Resolusi KTT TPN-OPM di Biak, saya sebagai Panglima Tinggi TPN-OPM siap bertanggungjawab dan Siap lakukan revolusi tahapan akan dilanjutkan dengan Revolusi total, sambil mengatur dan membenahi structural TPN-OPM sesuai standar Internasional.

22 February 2013 , WPNLA 

Delapan Anggota TNI Tewas Ditembak di Puncak Jaya

Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Infantri Jansen Simanjuntak. (Jubi/Arjuna)
Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Infantri Jansen Simanjuntak. (Jubi/Arjuna)

Jayapura – Delapan orang anggota TNI yang bertugas di Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Puncak, Papua tewas tertembak saat terjadi penyerangan pos TNI dan penghadangan oleh kelompok bersenjata, Kamis (21/2).

Penyerang terhadap pos TNI di Tinggi Nambut, Puncak Jaya terjadi sekitar pukul 09.30 WIT dan mengakibatkan, Lettu Reza dari Yonif 753 mengalami luka tembak di lengan. Sementara rekannya Pratu Wahyu Wibowo, dari kesatuan yang sama meninggal dunia usai terkena tembakan di dada. Selain itu, dua masyarakat sipil juga dikabarkan tertembak.

“Prajurit ditembak dari jarak 300 meter di ketinggian depan Pos TNI. Namun untuk dua masyarakat sipil kami belum dapat informasi resmi. Sementara penghadangan dan penyerangan anggota TNI di Puncak terjadi pukul 10.30 WIT. Saat itu 12 orang anggota dari Koramil 1714 Sinak menuju bandara yang jaraknya sekitar 3-4 km untuk mengambil alat komunikasi dihadang dan ditembaki kelompok bersenjata. Akibatnya tujuh prajurit meninggal dunia,”

kata Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Infantri Jansen Simanjuntak, Kamis (21/2).

Menurutnya, ketujuh anggota TNI yang meninggal dunia tersebut adalah Sertu Ramadhan, Sertu Frans, Pratu Edi, Praka Jojo Wiharjo dan Praka Wempi dari Batalion 753 Nabire. Pratu Mustofa dan Sertu M Udin, dari Koramil Sinak 1714 PJ.

“Namun kami belum tahu apakah ada korban dari kelompok penyerang baik yang di Tinggi Nambut maupun di Puncak. Yang jelas saat diserang prajurit pasti akan memberikan perlawanan karena mereka terlatih sehingga bisa menembak tepat sasaran. Kelompok yang melakukan penyerangan pastilah kelompok besar. Kalau tidak, pasti mereka tidak berani. Namun berapa jumlah mereka, motifnya apa,kelompok siapa dan jenis senjata yang digunakan belum diketahui,”

ujarnya.

Dikatakan, hal tersebut baru bisa terungkap jika sudah ada olah TKP. Yang jelas mereka sudah melanggar aturan hukum. Selain memiliki senjata yang tak seharusnya mereka miliki juga menggunakan senjata itu menyerang aparat negara yang sedang bertugas.

“Korban sendiri akan sesegera mungkin dieavakuasi ke Jayapura sebelum dibawa ke Nabire karena keluarga mereka ada di sana. Atas nama Panglima, pihak Kodam XII/ Cenderawasih mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya prajurit TNI tersebut. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Inilah pengabdian seorang prajurit terhadap negara dan masyarakat. Saya juga atas nama panglima mengingatkan kepada semua prajurit Kodam agar selalu siap menghadapi situasi kapanpun dan dimanapun,”

katanya. (Jubi/Arjuna) 

Thursday, February 21st, 2013 | 17:06:49, TJ

TNI-POLRI & DENSUS 88 MENGEJAR TPN-PB, 3 APARAT TERTEMBAK

“PANIAI, LAGI-LAGI MILITER TNI-POLRI, DENSUS 88 MELAKUKAN PENYISIRAN MENGEPUNG MARKAS TPNPB-OPM”

WEEW

 PANIAI– Tim Gabungan aparat Militer yakni Tentara, Polisi, Densus 88, Intel Bmp, melakukan Penyisiran dengan alat perang lengkap dari Ibu kota Enarotali menuju menyejar dimana keberadaan  Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) Pimpinan Jhon M. Yogi, di wilayah Totiyo Deyatei Paniai Papua. 3 Aparat tewas dan Beberapa orang lainnya Luka-luka.
Informasi yang kirim media ini, melalui telpon oleh Damia M. Yogi,  menyatakan,
“Kejadian terjadi pada Hari ini tanggal, 07 Februari 2013. jam 15-17 00 wpb sore, terjadi penyerangan markas TPNPB Devisi VII Paniai di Totiyi Deyatei. di serang oleh Tim Gabungan TNI, POLRI dan Densus 88 Polda Papua yang bertugas di wilayah Paniai-Nabire masuk markas TPNPB dipingir danau Paniai bagian Barat, mereka menggunakan 3 buah speadboad lengkap dengan peralatan perang,”
ungkapnya
“Tambah Damia, Saat itu juga terjadi kontak senjata antara TPN-PB dan Aparat TNI, POLRI dan Densus 88 Polda Papua.  lalu  TPN-PB, telah berhasil menewaskan 3 orang aparat dan 1 buah speadboad (Jongson danau) hancur total, yang korban saat ini dievakuasi kota Enarotali, saat ini juga kondisi di kota Enarotali darurat TNI dan POLRI masih kuasai kota enarotali dan sekitarnya,”
Tuturnya.
Namun, sebelumnya Juga Tim Gabungan Aparat Militer (Tni-Polri) dan Densus 88. Awalnya Sejak 13 desember 2011 lalu, Aparat  Militer Indonesia membongkar dan membakar Markas besar Tpn-Opm  Devisi II Makodam Pembela keadilan IV Paniai di Markas Pusat  Eduda Paniai, dengan menggunakan Pesawat helikopter dan jalan darat, dan mereka juga mengepung  Markas besar Waidide Pugo. Di Kabupaten Paniai, pada Senin (07/01/2013) lalu, kemudian  saat ini juga Militer Tentara, Polisi Densus 88 melakukan Penyisiran pada kamis (07/02/2013) di Deyatei Totiyo Paniai.
Sampai kini, kota Enarotali dan kampung-kampung masih takut dan trauma karena banyak Militer yang rahasia swiiping terhadap masyarakat Sipil Paniai. (M/DM)

 Thursday, February 7, 2013, Melanesia

TPN-OPM NILAI JURNALIS INDONESIA SIARKAN PROPAGANDA TNI/POLRI DI PAPUA

Ilustrasi (http://www.wpnla.net/mawel)
Ilustrasi (http://www.wpnla.net/mawel)

Jayapura — Setelah melakukan klarifikasi pemberitaan di media mengenai penyerahan diri  Daniel Kogoya, Kepala Staf Umum TPN-OPM, Teryanus Sato menilai jurnalis Indonesia di Papua ikut memainkan propaganda politik kolonial Indonesia. Propaganda itu terlihat dari pemberitaan media tentang infomasi yang tidak benar dan tidak jelas.

“TPN-OPM Markas Pusat menegaskan bahwa semua jurnalis yang pernah muat berita tentang Daniel Kogoya menyerah kepada NKRI atau Dany Kogoya cs insaf, segera memberitakan kembali bahwa Daniel Kogoya ini Kepala Staf dari Komando Pertahanan mana? Mengapa? Karena semua wartawan yang telah menulis artikel tentang Daniel Kogoya belum menyebutkan Keasatuan dan Kepala Staf dibawah Komando siapa,”

tulis Teryanus Satto dalam releasenya yang dikirim kepada tabloidjubi.com, Kamis (31/1).

TPN-OPM, menurut Sato akan menilai oknum wartawan tertentu ikut memainkan propaganda politik.

“Jika semua wartawan belum memberitakan dua hal ini kepada publik melalui media, maka TPN-OPM menilai bahwa wartwan-wartawan Indonesia di Papua ikut bermain dalam propaganda media yang tidak sehat dan primitif. Sebab propaganda murahan seperti ini  mengerdilkan jiwa dan semangat wartawan itu sendiri.”

Selain media, TPN-OPM menurut Sato juga meminta kejelasan status Daniel Kogoya.

“Pemerintah Prov Papua, Pangdam dan Kapolda pun harus segera memberikan keterangan pers atas status Daniel Kogoya yang benar. Jika tidak ada keterangan Pers, maka propaganda murahan yang diskenariokan oleh Pangdam dan Kapolda telah nyata,”

kata Satto (Jubi/Mawel)

 Thursday, January 31st, 2013 | 21:47:07, TJ

Markas Pusat TPN-OPM Tanggapi Danny Kogoya, Cs

DANIEL KOGOYA (Tengah) (Jubi/Alex)
DANIEL KOGOYA (Tengah) (Jubi/Alex)

Jayapura – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), Organisasi Papua Merdeka (OPM) Komando Markas Pusat menanggapi kelompok Danny Kogoya yang diberitakan menyerah kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Seperti dilangsir di wpnla.net, Sabtu, (26/1), atas nama, Panglima Tinggi, Kepala Staf Umum TPN-PB, Mayjen Teryanus Satto mengatakan, TPN-OPM sejati belum pernah menyerah kepada pemerintah Indonesia.

“Daniel Kogoya cs ini bukan merupakan pejuang sejati TPN, namun mereka sebagai pengungsi di PNG yang tidak jelas status mereka. Artinya, General Refugess Status atau Political Aslylum Seeker Status. Karena nilainya beda dan penanganannya pun beda,”

tulis Mayjen Teryanus Satto.

Diketahui, Jumat, (25/1)  lalu,  212 warga Papua pimpinan Daniel Kogoya  yang selama ini menjadi warga pelintas batas (PNG-Indonesia) dan dikabarkan turut memperjuangkan Papua Merdeka itu menyerah kepada pemerintah Indonesia.

Acara penyerahan diri 212 warga Papua  itu dilakukan di Aula Kantor Distrik Muara Tami. Acara itu dihadiri 810 warga dan digelar oleh  Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura, Pemda Keerom, dan Kodam XVII/Cenderawasih yang diwakili oleh Korem 172/PWY.

Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI. Christian Zebua menerima 37 pucuk senjata yang diserahkan oleh Daniel Kogoya. Wakapolda Papua, Brigjen Pol. Paulus Waterpauw, Plt. Sekda Provinsi Papua, Elia Loupatti, Wali Kota Jayapura,  Benhur Tommy Mano, Sekda Kabupaten Keerom, Yerry F.Dien ikut menyaksikan.

Harian  Bintang Papua, Jumat, (25/1) memberitakan, penyerahkan diri Daniel Kogoya adalah hasil dari ajakan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI. Christian Zebua.

“Ajakan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI. Christian Zebua yang mengajak warga Papua yang selama ini hidup di hutan belantara untuk keluar hutan dan bersama-sama membangun Papua yang kaya raya ini, mulai menunjukkan hasil,”

tulisnya.

Dalam tanggapannya, Kepala Staf Umum TPN-PB, Mayjen Teryanus Satto mengatakan, mereka yang menyerah itu adalah oknum-oknum yang mengalami suatu krisis iman dan mental.

“Mereka kehilangan roh. Ada tiga Roh yang melindungi TPN-OPM, yaitu Roh Tuhan, Roh Alam dan Roh Moyang,”

katanya.

Ia juga menegaskan, TPN-PB yang tergabung dalam Komando Nasional berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi di Biak pada tanggal 1-5 Mei 2012 tidak terpengaruh dengan pernyataan 212.

Kata dia, Danny Kogoya dan anggotanya yang menyerah ini adalah yang pernah menentang Sidang terhormat (KTT TPN-OPM) di Markas Perwomi Biak, pada tanggal 3 Mei 2012 dan wallout dari Sidang pada saat itu.

“Perjuangan Papua Merdeka adalah perjuangan suci,”

tulis website TPN-PB itu.

Ia tegaskan, Daniel Kogoya cs ini bukan TPN-OPM seperti Goliath Tabuni, Kelly Kwalik (alm), Daniel Kogoya (alm) di Mapenduma, Tadius Magai Yogy (alm); Richard Joweny; Mathias Wenda; Bernard Mawen; Meklianus Awom (alm) dan Pimpinan TPN-OPM lainnya.

“Menurut hukum revolusi, mereka ini adalah penghianat perjuangan bangsanya,”

katanya.

Danny Kogoya Ada di Penjara

Juru bicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Wim Metlama kepada majalahselangkah.com, Senin, (28/1) mengatakan,  pria yang disebut sebagai Danny Kogoya sudah ditangkap dan sekarang ada dalam penjara LP Abepura.

Dikatakan Wim, ia sudah konfirmasi kepada Danny Kogoya yang di pejara.

“Dalam kepemimpinan TPN nama Daniel atau Danny Kogoya hanya dua orang, yaitu saya dan satunya komandan operasi di Mapenduma yang sudah meninggal, jadi selain itu tidak ada pimpinan OPM atau anggota yang bernama Daniel atau Danny di kubu TPN.OPM,”

kata Danny seperti dikutip Wim. (GE/MS)

 Mon, 28-01-2013 14:20:39, MS

OPM Sandera 9 Karyawan

Jayapura – Aksi penyanderaan oleh kelompok separatis OPM terhadap 9 karyawan perusahaan Kontraktor pembangunan jalan, terjadi di Kampung Ukawo Distrik Siriwo Kabupaten Paniai, Jumat 25 Januari sekitar pukul 11.00 WIT. Mereka meminta tebusan 1 ekor babi dan sejumlah uang.

Juru Bicara Polda Papua Kombes I Gede Sumerta Jaya saat dikonfirmasi Minggu 27 Januari membenarkan aksi penyanderaan tersebut. ‘’Benar, telah terjadi aksi penyanderaan oleh kelompok bersenjata pimpinan LY, terhadap 9 karyawan perusahaan kontraktor. Aksi itu berlangsung selama 5 jam. Mereka melapas para sandera, setelah diberikan uang tebusan,’’kata Sumerta Jaya.

Aksi penyanderaan itu terjadi secara spontan. Kelompok bersenjata berjumlah 12 orang dengan menggunakan 5 senjata api, yakni 2 laras panjang dan 3 laras pendek mendatangi kamp para karyawan. ‘’Jumlah kelompok bersenjata 12 orang dengan 5 senpi, mereka mendatangi kamp para pekerja yang saat itu sedang membangun Sekolah Dasar. Para pelaku kemudian mengumpulkan 9 karyawan dan menggiringnya ke sebuah lapangan dekat kamp,’’ujar Sumerta Jaya.
Setelah dikumpulkan, para pekerja itu diminta untuk mengumpulkan HP, tas ransel, dompet dan pakaian mereka. “Para pelaku juga mengambil bahan makanan dan alat-alat pertukangan dari dalam kamp,’’jelasnya.

Melihat aksi itu, warga setempat sempat memprotes, karena masyarakat menilai perusahaan itu sangat banyak membantu daerah tersebut. ‘’Diprotes warga, kelompok bersenjata pimpinan LY yang tak lain adalah adik Kandung dari John Yogi yang markas di Eduda telah ditumpas, mengeluarkan tembakan. Warga ketakutan. Tapi malah kelompok itu meminta denda 1 peluru yang ditembakan Rp 5 juta, tapi warga tidak punya uang,’’ ucapnya.

Merasa tidak puas, kelompok itu kemudian meminta salah seorang sandera yakni pekerja, menghubungi pemilik perusahaan untuk datang ke tempat kejadian membawa uang tebusan. ‘’ Setelah menjarah barang-barang karyawan, mereka meminta uang tebusan Rp 20 juta dan seekor 1 babi, dengan jaminan para karyawan selamat,’’ungkapnya.

Pihak perusahaan kemudian menyanggupi permintaan kelompok bersenjata, dan mengutus salah seseorang untuk mengantar uang tebusan yakni uang Rp20 juta dan seekor babi. “setelah mendapat uang tebusan, kelompok bersenjata itu kemudian melepas para sandera, mereka lalu melarikan diri masuk ke dalam hutan,’’ ucapnya.

Setelah lepas, para sandera itu langsung melapor ke Polres Paniai. “Mendapat info, anggota Polres Paniai langsung melakukan pengejaran, tapi kemudian terhalang cuaca gelap, sehingga dihentikan,’’paparnya. (jir/don/l03)

Minggu, 27 Januari 2013 15:50, Binpa

Goliat T : Kami Hanya Ingin Merdeka

Gend. Goliat Tabuni.
Gend. Goliat Tabuni.

JAYAPURA – Pernyataan kontroversial kembali dilontarkan ‘Panglima’ Tentara Pembebasan Nasional (TPN)- Organisasi Papua Merdeka  (OPM), Gen. Goliath Tabuni. Kali ini, Goliath menyatakan tidak menginginkan bantuan atau perhatian apapun dari pemerintah Papua maupun Puncak Jaya. Bagi Goliath hal terpenting bagi dirinya dan masyarakat Papua adalah kemerdekaan,

“Kita tidak mau yang lain, kita hanya  mau merdeka saja,”

ujar Panglima tertinggi Gen. Goliat Tabuni bersama Sekjennya Anton Tabuni saat menghubungi Bintang Papua,  Minggu (13/1) malam.

“Merdeka itu harga mati, “

tegasnya.

Bahkan pihaknya juga menyatakan tidak akan ada pertemuan dengan  siapa pun, apalagi untuk membahas negosiasi atau bentuk-bentuk tawaran dari pemerintah Puncak Jaya, Papua, maupun pemerintah Indonesia.

”Kita tidak akan lakukan negosiasi atau pertemuan-pertemuan untuk itu,”

tambahnya.

Diteruskan oleh Sekretaris Jenderal, Anton Tabuni, bahwa sangatlah tegas apa yang disampaikan oleh Goliath Tabuni, bahwasanya apapun tawaran pemerintah tidak akan mereka terima,

”Sudah, tidak ada itu tawar menawar, kita tidak mau uang atau jabatan apapun, sudah jelas kita tolak segala bentuk tawaran dari pemerintah, kita ini sudah menderita terlalu lama, jadi stop dengan tawaran tawaran itu, kalau tawaran untuk merdeka kita terima,”

katanya.

Yang diinginkan oleh OPM, menurut Anton adalah pengakuan terhadap kedaulatan mereka,

”Kita mau pengakuan terhadap kedaulatan Papua Barat,  khusunya Amerika, Belanda harus mengakui kemerdekaan kami, dan Indonesia segera menyerahkan kedaulatan kepada kami pada tanggal 1 Mei 2013, penyerahan itu sebagai pengakuan Pemerintah Indonesia bahwa kami telah merdeka,”

ujarnya.

Ditegaskan oleh Anton, bila nantinya keinginan mereka tersebut tidak diindahkan, mereka akan melakukan revolusi total sebagai bentuk perlawanan dibawah komando Gen. Goliath Tabuni,

”Ini adalah pernyataan dan sikap kami, jelas kami hanya mau merdeka,”

timpalnya. (bom/don/l03)

Senin, 14 Januari 2013 16:48, BP

Apapun Yang Ditawarkan, Goliat Tabuni Tak Akan Turun Gunung

JAYAPURA – Goliat Tabuni, Pimpinan Tentara Pembebasan Nasional (TPN)-Organisasi Papua Merdeka (OPM) menolak tawaran rumah yang dipersiapkan Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya akan membangun rumah untuk Goliat Tabuni selaku Pimpinan TPN-OPM bersama rekan-rekannya yang tinggal di Tinggi Nambut, Kabupaten Puncak Jaya.

“Kami menolak tawaran rumah yang mau dibangun itu, dan Jenderal Goliat Tabuni tidak mungkin turun gunung. siapa yang mau turun gunung, itu bohong besar, Tipu,” kata Sekertaris Jenderal TPN-OPM Anton Tabuni kepada Bintang Papua, Rabu (9/1) kemarin. Kata dia, TPN-OPM juga menolak keberadaan Kodim karena ternyata membuat masyarakat jadi takut beraktifitas.

Sementara itu salah satu orang dekat Goliat Tabuni, melalui pesan singkatnya kepada Bintang Papua mengatakan. “Kasih tau wartawan semua bahwa waktu kasus sandera di Gasalema, Tembagapura Mei 1996 itu Freeport pernah tawarkan Goliat Tabuni uang Dolar Amerika, tapi ditolak, apalagi tawaran Pemerintah Indonesia sekarang, tidak mungkin Gen. Goliat Tabuni menerimanya,” tulis pesan itu.

Sebelumnya dalam pemberitaan beberapa media, dinyatakan bila Goliat Tabuni ‘turun gunung’ dijamin tidak ada proses hukum, kata Kepala Daerah Kabupaten Puncak Jaya, Henock Ibo kepada wartawan di Puncak Jaya (7/1) lalu.

“Saya sudah ketemu dengan Kapolda dan Kapolda juga sudah memberikan pernyataan untuk memberikan jaminan kepada saya. kalau mereka menyerahkan diri semua tuntutan proses hukum dihentikan,”

demikian kutipan pernyataan Bupati Ibo.

“Kita tidak menginginkan mereka berada di hutan terus, kita ingin mereka bersama dengan kita, sehingga apa pun pembangunan yang mereka ingin pasti akan tercapai,” tegasnya.

Diungkapkannya, sebelum melakukan hubungan komunikasi dengan Goliat Tabuni terlebih dahulu meminta ijin kepada Kapolda dan pihak TNI, sehingga tidak ada pemikiran bahwa Pemda ada ‘kong kali kong’ ketika menyerahkan bantuan kepada mereka.

“Simpan atau pake saja semua bantuan itu untuk mereka sendiri, karena kami tidak mungkin turun, itu mustahil, perjuangan ini adalah hidup kami dan seluruh tanah ini, tidak mungkin kami turun gunung, ingat itu, yang bilang kami turun gunung itu tipu besar,”

Source: http://westpapuaya.blogspot.com/, Sabtu, 12 Januari 2013

TPN-OPM Akui Bertanggungjawab Penembakan di Puncak Jaya

PELANTIKAN-GEN.-GOLIAT-TABUNI

Jayapura — Markas besar Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) secara resmi mengeluarkan penyataan atas kasus penembakan di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, 10 Januari 2013. Dari pernyataan resminya ini, mereka mengaku bertanggungjawab atas kasus penembakan seorang anggota TNI  dan seorang tukang ojek di Puncak Jaya.

Hal ini dikatakan Kepala Staf Umum TPN-OPM, Mayjen Teryanus Sato melalui pers realesnya ke tabloidjubi.com, Jumat (11/1).

“Penembakan terhadap anggota TNI dari Batalyon 753 Nabire dan seorang tukang ojek, yang juga anggota intelijen Indonesia adalah murni dari TPN-OPM di bawah Pimpinan Komandan Operasi Pos Jambi (Lekagak Telenggen), atas Komando Nasional di bawah Pimpinan Panglima Tinggi TPN-OPM (Gen. Goliat Tabuni),”

tulisnya.

Menurut Mayjen Teryanus, aksi penembakan ini adalah pembalasan atas penghinaan yang telah dilontarkan Bupati Puncak Jaya, Henock Ibo, kepada Pimpinan TPN-OPM, yakni Panglima Tinggi Gen. Goliat Tabuni melalui media Cepos (Cenderawasih Pos) dan Papua Pos pada tanggal 9 Januari 2013.

“Dengan penghinaan ini, TPN-OPM secara resmi mengeluarkan pernyataan ini. Pertama, aksi penembakan ini adalah murni dari TPN-OPM dibawah Komando Panglima Tinggi Gen. Goliat Tabuni sebagai bentuk pembalasan atas penghinaan yang telah dilontarkan oleh Bupati Puncak Jaya Henock Ibo pada media Cepos danPapua Pos beberapa waktu lalu.

Kedua,  penembakan ini juga sebagai aksi penolakan atas peresmian Kodim 1714 Puncak Jaya, Papua belum lama ini. Ketiga, penyerangan ini telah dilakukan oleh TPN-OPM murni di bawah pimpinan Lekagak Telenggen (Komandan Operasi Pos Jambi, Puncak Jaya), atas perintah Panglima Tinggi TPN-OPM (Gen. Goliat Tabuni).

TPN-OPM membuat pernyataan ini, guna menjadi perhatian semua pihak. Pernyataan ini dikeluarkan di Markas Pusat TPN-OPM, pada tanggal : 11 Januari 2013. An. Panglima Tinggi TPN-OPM. Kepala Staf Umum. Mayjen Teryanus Satto. NRP. 7312.00.00.003.

Sebelumnya, Panglima Kodam XVII Cenderawasih, Mayjen. Christian Zebua menyebutkan pelaku penembakan tersebut bukanlah kelompok TPN/OPM.

“Tidak benar pelaku penembakan gerombolan bersenjata (OPM-red), itu dari oknum OTK (orang tidak dikenal),”

ujar Pangdam melalui pesan singkatnya (10/01).

Kapolda Papua, Irjenpol. Tito Karnavian , kepada tabloidjubi.com, Jumat (11/01) mengakui semua kemungkinan bisa terjadi, termasuk jika pelaku penembakan adalah kelompok Goliat Tabuni. Namun dari pemeriksaan sementara Kepolisian bukan kelompok itu.

“Kita lihat selain kelompok ini ada kelompok lain lagi di Kabupaten Puncak Jaya. Yang pasti kita sudah mengarah pada satu kelompok. Sementara mengenai apa motifnya, kita bisa menjawab motif jika pelakunya sudah tertangkap atau ada orang dalam yang bercerita,”

kata Kapolda. (Jubi/Benny Mawel)

 Friday, January 11th, 2013 | 18:47:17, TJ

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny