Suasana rekonstruksi kasus pembunuhan Nafri, tanggal 2 Agustus 2011.JAYAPURA- Masih ingat dengan kasus penghadangan disertai pembunuhan yang diduga dilakukan kelompok TPN/OPM dengan menewaskan 5 orang, termasuk salah satunya anggota TNI di Tanjankan Kampung Nafri, 2 Agustus lalu? Kasus yang sempat membuat situasi kurang kondusif saat itu, kini masih dalam proses penyidikan oleh kepolisian Polres Kota Jayapura. Untuk melengkapi BAP, Senin (10/10) kemarin dilakukan rekonstruksi (reka ulang) kejadian tersebut di Tempat Kejadian Peristiwa (TKP). Rekonstruksi dimulai sekitar pukul 14.30 WITdi Gunung Nafri dan sempat memacetkan lalulintas, lantaran perhatian warga tertuju pada rekostruksi pembunuhan dan penikaman sadis tersebut.
Dalam rekonstruksi ini melibatkan 18 tersangka dengan 25 adegan yang diperagakan anggota Reskrim Polres Jayapura Kota dengan keterangan langsung dari salah satu tersangka berinisial PK, yang saat itu dibawa ke TKP.
Dalam rekonstruksi, 18 anggota Reskrim Polres Jayapura Kota melakukan adegan mulai dari awal tersangka masih berada di dalam semak- semak dan merencanakan sampai akhirnya melancarkan aksinya dengan melakukan pembacokan dan penembakan terhadap warga dan anggota TNI yang sementara melintasi jalan Gunung Nafri tersebut.
Rekonstruksi tersebut berlangsung selama dua jam dengan 25 adegan , melibatkan badan jalan utama Koya ke Kota di gunung Nafri yang mengakibatkan kemacetan dari arah Nafri ke Koya dan juga sebaliknya . Lalulinta sjadi macet, karena ada beberapa adegan harus dilakukan dengan memalang jalan menggunakan batang pohon kayu, sebagaimana aksi para pelaku yang sebenarnya.
Rekonstruksi ini dipimpin Kabag OPS Kompol Junoto SIK, Kasat Reskrim Polres Jayapura Kota, AKP I Gusti Gede Era Adhinata, serta Kapolsek Abepura, Kompol Ari Sandy Sirait . Sayang mereka enggan memberikan keterangan kepada wartawan seputar rekonstruksi tersebut.(cr32/don/l03)
Kapolda Papua Irjen Pol Drs BL Tobing saat memberikan keterangan pers
JAYAPURA—Danny Kogoya, yang disebut-sebut sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), kini menjadi target penyergapan aparat. Kapolda Papua Irjen Pol Drs BL Tobing menegaskan, estimasi yang dilakukan pihaknya untuk memburu dan menangkap Danny Kogoya yang kini buron perlahan terkuak pasca penangkapan 21 orang (bukan 13 orang, Red) yang diduga pelaku penembakan di Tanjakan Kampung Nafri, Selasa (2/8) yang menewaskan seorang anggota TNI dan 3 warga sipil, serta pembunuhan terhadap seorang sopir angkutan sekaligus pembakaran kendaraan di Skyland pada 7 Juni 2011. Dari jumlah tersebut 2 pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka masing masing EK dan PK melalui operasi Gabungan TNI/Polri di Kampung Horas Gunung Skyland, Jayapura, Selasa (30/8) pukul 05.30 WIT.
Danny Kogoya selama ini masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polda Papua. Pasalnya, pada suatu kesempatan ia mengaku sebagai pelaku penembakan di Tanjakan Kampung Nafri.
Demikian Kapolda Papua Irjen Pol Drs BL Tobing ketika menyampaikan keterangan di Aula Cenderawasih, Mapolda Papua, Jayapura, Rabu (31/8). Kapolda menandaskan, saat diperiksa aparat PK mengaku terlibat aksi penembakan di Kampung Nafri dan pembunuhan seorang sopir taksi dan pembakaran kendaraan di Skyland.
Kapolda menjelaskan, pihaknya telah memeriksa 21 saksi dan menyita sejumlah dokumen. “Tunggu aja nanti kalau ketemu lagi yang berikutnya. Saya baru melangkah,” tandasnya.
Karena itu, lanjutnya, pasca penanggakan 2 pelaku ini dapat mengungkap pelaku pelaku yang lain.
“Kita akan terus melakukan penyisiran dan pengejaran terhadap pelaku yang lain. Saya selalu katakan sabar menunggu,” urainya sembari memohon agar media massa menyampaikan informasi terkait drama penangkapan ini secara obyektif dan positif.
“Dari satu ini mudah mudahan lebih cepat kita menguraikan, sehingga apa apa yang didambahkan masyarakat bisa dilakukan dengan baik.”
Dijelaskan, pihaknya tak mentolerir setiap peristiwa kejahatan yang melibatkan siapapun di Tanah Papua ini, apalagi tindakan melanggar hukum.
Senada dengan itu, Kapolresta Jayapura AKBP Imam Setiawan SIK menegaskan, Tim Gabungan TNI/Polri berjumlah 115 personil dipimpin Kapolresta Jayapura melakukan operasi pengejaran dan penangkapan terhadap kelompok TPN/OPM di Bukit Skyland yang diduga terlibat aksi penembakan dan kekerasan di Tanjakan Nafri pada 1 Agustus 2011 yang menewaskan 4 orang dan tindakan pidana pembunuhan serta pengrusakan sebuah kendaraan dengan cara dibakar yang terjadi di Tanjakan Skyland pada 7 Juni 2011 yang menewaskan seorang sopir taxi Anselmus Seran.
Dalam operasi tersebut dapat ditangkap salah satu dari 21 pelaku pembunuhan yang terjadi di Tanjakan Kampung Nafri dan pembunuhan di Tanjakan Skyland dengan inisial PK dan EK.
Dikatakan Kapolresta, dalam drama penangkapan tersebut selain barang bukti juga ditemukan dokumen yang jumlahnya sangat besar, tapi dokumen tersebut tak bisa disampaikan karena masih dipelajari. Barang bukti 4 peluru Jenis 12 Chaos yang identik dengan peluru yang digunakan saat insiden penembakan Nafri Jilid II serta sebuah buku diary kepunyaaan Danny Kogoya. (mdc/don/l03)
Kapten (Inf) Tasman, anggota TNI AD dari Satuan Bintal Kodam XVII/CenderawasihJayapura — Tindak kekerasan dan kejahatan di Kota Jayapura yang memakan korban jiwa kembali terjadi, kali ini nasib naas menimpa Kapten (Inf) Tasman, anggota TNI AD dari Satuan Bintal Kodam XVII/Cenderawasih.
Selasa (23/8) pukul 07.00 WIT bertempat di Jalan Baru Camp Wolker Perumnas III Kelurahan Yabansai Distrik Heram telah terjadi penikaman dan pembacokan terhadap anggota TNI-AD atas nama Kapten (Inf) Tasman Perwira Pembinaan dan Mental (Bintal) Kodam XVII Cenderawasih oleh dua orang pelaku yang tak di kenal. Menurut keterangan salah seorang saksi kepada polisi, sekitar pukul 07.00 WIT saksi melintasi daerah jalan baru dari arah Kotaraja menuju Perumnas III Waena, namun beberapa meter di depannya saksi melihat korban dengan seragam dinas lengkap menggunakan sepeda motor Honda Vario DS 2605 AY yang saat itu berada di depannya di datangi oleh dua orang tak di kenal.
Kemudian kedua pelaku langsung melancarkan aksinya dengan menikam korban dengan menggunakan pisau di bagian perut juga di bacok oleh pelaku dengan menggunakan parang, saat itu juga korban terjatuh setelah kedua pelaku melihat korban jatuh dan tak berdaya lagi kedua pelaku langsung melarikan diri.
karena kaget dan terkejut setelah melihat kejadian tersebut saksi putar arah kembali kea rah kantor Walikota untuk mengamankan diri, namun selang beberapa waktu setelah menenangkan dirinya dan merasa situasi aman saksi kembali kearah Waena dan langsung melaporkan kejadian tersebut ke pos polisi di Perumnas III.
Setelah itu pukul 07.00 WIT anggota Patroli Motor (PATMOR) Perumnas III langsung menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan terdapat korban telah dalam keadaan tak bernyawa lagi .
Korban meninggal dunia dengan mengalami luka tusuk di bagian di perut, luka tusuk di bagian punggung sebelah kiri, serta ibu jari sebelah kiri tergores .
Kapolresta Jayapura AKBP H Imam Setiawan kepada wartawan membenarkan kejadian tersebut, menindaklanjuti laporan saksi, polisi langsung menutup jalan masuk dan keluar ke lokasi untuk mencari pelaku dan, seorang berinisial JW yang di duga kuat sebagai pelakunya berhasil di amankan polisi.
“pelaku yang satunya lagi masih dalam pengejaran oleh aparat kepolisisan” kata Kapolresta kepada wartawan kemarin siang di Mapolresta Jayapura.
Namun berdasarkan release yang diterima Bintang Papua dari Kodam XVII Cenderawasih semalam, disampaikan dua orang yang di duga kuat sebagai tersangka telah berhasil di amankan hasil pengembangan penyelidikan terhadap JW.
“tim gabungan TNI dan Brimobda Papua mendatangi salah satu rumah yang diduga sebagai rumah pelaku di belakang Bhayangkara, seorang berinisial AT (28 tahun) di tangkap dengan barang bukti dua kaos putih dan biru satu jean biru yang diduga digunakan pelaku”, kata Pangdam XVII Cenderawasih Mayor Jenderal (Mayjend) TNI Erfi Triassunu dalam releasenya semalam.
Kapolresta Jayapura AKBP Imam Setiawan via SMS sekitar pukul 22.00 WIT mengatakan hingga kini baru 1 orang tersangka yang di tahan, menurutnya dugaan sementara motif pembacokan adalah kriminal murni, dimana pelaku sempat “memalak” korban namun kemungkinan karena korban melawan atau menolak permintaan pelaku sehingga pelaku nekat membacok korban hingga tewas.
Atas kejadian tersebut, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal TNI Erfi Triassunu merasa prihatin dengan jatuhnya korban prajurit, sekaligus mengutuk tindakan biadab pelaku yang sama sekali tidak mengindahkan norma-norma agama dan kemanusiaan. Pangdam XVII/Cenderawasih menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus tersebut pada Polda Papua sehingga dapat diungkap motif tindakan pelaku. Kepada seluruh prajurit, Pangdam memerintahkan agar tidak terpancing aksi provokasi yang memang sedang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak menginginkan Papua sebagai tanah Damai, kendalikan diri dan hindari aksi balas dendam secara orang perorang maupun kelompok. Namun demikian seluruh prajurit harus terus waspada pada setiap kegiatan, dan lakukanlah tindakan yang mengancam diri maupun kelompok sesuai prosedur tetap yang telah digariskan.
Kepada seluruh elemen masyarakat pecinta damai, Pangdam XVII/Cenderawasih mengajak agar secara sinergis bekerjasama dengan aparat keamanan, untuk menciptakan rasa aman melalui pengamanan swakarsa dilingkungan masing-masing serta melaporkan kepada pihak berwajib atas terjadinya aksi kekerasan maupun segala gejala yang memungkinkan terjadinya aksi kekerasan. Pangdam juga menyampaikan terimakasih atas cepatnya saksi melapor kepada pihak berwajib sehingga para pelaku dengan cepat dapat tertangkap.
Sementara Wakil Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua menjawab pesan singkat yang di kirimkan Bintang Papua semalam mengatakan turut berduka cita atas kejadian yang menimpa salah satu perwira Kodam tersebut dan mendesak kepada kepolisian untuk menangkap pelaku dan mengungkap motifnya. (cr-32/amr/l03)
JAYAPURA—Anggota Komisi A DPRP yang antara lain membidangi masalah politik dan HAM Ny. Yani menegaskan, semua pihak jangan berspekulasi dengan tuntunan sejumlah pihak yang menginginkan pemerintah Indonesia mengakui kedaulatan rakyat Papua. Pasalnya, pelbagai macam rasa ketidakpuasan terhadap pelaksanaan pemerintahan yang berdampak kepada kesejahteraan adalah suatu tantangan bagi pemerintah Indonesia. “Yang paling mendasar adalah rakyat harus terpenuhi sandang dan pangan,” demikian disampaikan Ny. Yani ketika dihubungi Bintang Papua diruang kerjanya, Senin (22/8) terkait hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I International Lawyers for West Papua (ILWP) dari Oxford, Inggris, Sabtu (20/8) bahwa bangsa Indonesia segera mengakui kedaulatan bangsa Papua yang telah merdeka sejak 45 tahun yang lalu.
Menurut dia, bukan hanya di Papua saja di Provinsi lain manakala kesejahteraan yang paling mendasar dan hakiki itu tak terpenuhi, maka akan ada keinginan keinginan atau suatu impian bahwa kalau merdeka itu semuanya akan lebih baik padahal tak seperti itu.
Karena itu, lanjutnya, pihak menghimbau kepada pemerintah pusat membuat kebijakan untuk melindungi potensi- potensi alam agar tak dikuasai pihak asing.
“Saya katakan memang dalam hal hal tertentu kita belum merdeka seutuhnya kita punya ekonomi. Kita punya sumber potensi alam masih dikuasai negara asing. Ketika kita sudah terpenuhi kita tak lagi kelaparan tidak kedinginan maka keinginan untuk merdeka itu sudah terpenuhi,” tukasnya.
Dia mengatakan rakyat Papua tak pernah melihat serta tak dilibatkan rakyat Papua ketika berlangsung KTT I ILWP di Oxford, Inggris, Selasa (2/8) lalu.
Sebagaimana diwartakan koran ini, Pendiri International Parlement for West Papua (IPWP) Benny Wenda dalam Live Phone dari Oxford, Inggris yang diperdengarkan kepada massa pendukung kemerdekaan di Makam Theys di Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (20/8) menghimbau kapada bangsa Indonesia untuk segera mengakui kedaulatan Bangsa Papua yang sudah merdeka sejak 45 tahun yang lalu, karena sesuai dengan fakta yang ada PEPERA 1969 adalah cacat hukum.
Sementara hasil KTT ILWP dibacakan Sekjen Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Agus Trapen antara lain. Pertama, kami telah mendengar sekarang situasi yang paling buruk dan serius di papua Barat.
Kedua, akar masalah peristiwa ini terletak pada kegagalan Hak Penentuan Nasip Sendiri PEPERA atau Act of Free Choice pada tahun 1969. Ketiga, oleh karena itu kami kembali mendeklarasikan Pengacara Internasional Papua Barat, secara khusus bahwa orang Papua Barat memiliki hak mendasar untuk menentukan nasip sendiri dibawa hukum internasional bahwa hak itu masi belum dilakukan.
Keempat Kami menyerukan kepada semua negara untuk bertindak kepada ketingkatan yang lebih tinggi dan dengan darurat mendesak kepada PBB menuntut orang-orang Papua Barat agar diberikan kesempatan untuk menentukan nasib sendiri. (mdc/don/l03)
Aparat kepolisian dan TNI usai berhasil menurunkan bendera Bintang Kejora di perbukitan belakang Kompleks BTN Puskopad, Kamkey, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Selasa (16/8) kemarin.
JAYAPURA – Sementara itu, peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-66 di Kota Jayapura, Rabu (17/8) kemarin dinodai adanya pengibaran bendera yang diklaim sebagai bendera Bangsa Papua Barat yaitu Bintang Kejora, di perbukitan Tanah Hitam, tepatnya di RT 04/RW 03 Kelurahan Asano, Distrik Abepura, Kota Jayapura.
Sehari sebelumnya, tepatnya Selasa pagi (16/8), kelompok kriminal bersenjata itu juga menancapkan dua bendera Bintang Kejora di Perbukitan BTN Puskopad, Abepura. Aparat pun berhasil mengamankan bendera-bendera Bintang Kejora itu, meski harus mengeluarkan tembakan-tembakan agar kelompok sipil bersenjata itu tidak mengganggu saat aparat menurunkan bendera Bintang Kejora itu.
“Kami menduga kalau Bendera Bintang Kejora (di perbukitan Tanah Hitam,red) itu sudah dikibarkan sejak Subuh, tapi baru diketahui oleh sejumlah warga sekitar pukul 09.00 WIT. Itu pun kami langsung melaporkannya ke polisi,” ungkap salah seorang warga bernama Alan kepada Cenderawasih Pos, Rabu (17/8).
Setelah mengetahui adanya aksi pengibaran bendera itu, sekitar pukul 09.00 WIT aparat kepolisian yang dibackup Brimob langsung menuju lokasi dan sekitar pukul 11.00 WIT bendera tersebut berhasil diturunkan oleh Kasat Narkoba Polres Jayapura Kota, AKP. Agustinus, SH dengan cara memanjat pohon karena bendara itu dikibarkan tepat di atas pohon.
Dari pantauan Cenderawasih Pos di lapangan, aparat kepolisian ketika hendak menurunkan bendera tersebut mengeluarkan tembakan ke arah perbukitan tempat lokasi bendera dikibarkan.
Ketika dikonfirmasi wartawan di Mapolsek Abepura Kota, Kapolres Jayapura Kota, AKBP. H. Imam Setiawan, SIK mengakui, ada beberapa informasi yang berkaitan dengan penggagalan pelaksanaan upacara HUT Kemerdekaan RI wilayah di Kota Jayapura dan ternyata informasi tersebut tidak terbukti karena kesiagaan aparat keamanan yang bekerjasama dengan masyarakat.
“Saya memberikan apresiasi bahwa tidak terbuktinya dari kelompok tertentu yang ingin menggagalkan pelaksanaan upacara HUT Kemerdekaan RI kali ini. Saya tegaskan kalau upacara HUT Kemerdekaan RI berjalan aman, lancar, tertib dan tidak ditemukan adanya penggagalan sebagaimana informasi yang beredar,” tegasnya.
Menyoal pengibaran bendera di Tanah Hitam, menurut Kapolres bahwa hal itu tidak bermakna apa-apa, bahkan tidak mempengaruhi NKRI di Papua dan dianggap sebagai simbol-simbol kain yang tidak bermakna.
“Pengibaran bendera itu hanya memprovokasi, namun sayangnya masyarakat tidak terpengaruh tapi malah menganggap hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Untuk itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang sudah kembali mengaktifkan pamswakarsa (siskamling) sehingga tercipta rasa aman,” imbuhnya.
Disinggung soal perkembangan kasus penembakan di Kampung Nafri, Kapolres menjelaskan, untuk kasus Nafri I dan II saat ini pihaknya sedang melakukan pengejaran karena pihaknya sudah bisa mengidentifikasi siapa pelakunya sehingga hanya tahap pengejaran. Ditambahkannya, dalam waktu dekat ini sketsa wajah pimpinan pelaku penembakan Danny Kogoya beserta 19 pengikutnya termasuk salah seorang pelaku bernama Lambert Siep yang diketahui sebagai Kepala Bagian Operasi di wilayah Kota Jayapura akan diterbitkan dalam bentuk Daftar Pencarian Orang (DPO) dan akan disebar ke seluruh penjuru.
Sementara itu Selasa (16/8) pagi, kelompok sipil bersenjata itu menganiaya seorang warga di Kompleks BTN Puskopad Lama, Kamkey, Distrik Abepura, Kota Jayapura. Akibatnya korban terkena panah di bagian punggung sebelah kanan tembus ke bagian depan, namun beruntung, korban berhasil diselamatkan kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit guna mendapatkan perawatan medis.
Setelah memanah korban, para pelaku langsung melarikan diri ke arah perbukitan di belakang komplek tersebut. Selanjutnya para pelaku begerak menuju perbukitan sambil menancapkan dua buah Bendera Bintang Kejora ukuran 180 x 140 cm dan 100 x 50 cm di tempat yang tidak berjauhan antara pepohonan.
Aparat keamanan gabungan baik itu dari TNI dan Polri dipimpin Kapolres Jayapura Kota, AKBP. H. Imam Setiawan, SIK dan Dandim 1701/JPR, Letkol ARM. Ihutma Sihombing yang mengetahui kejadian tersebut kemudian langsung melakukan pengejaran terhadap pelaku namun sayangnya para pelaku sudah lebih dulu melarikan diri sehingga aparat hanya berusaha menurunkan dua buah bendera tersebut.
Cenderawasih Pos yang saat itu ikut dalam proses pengejaran dan penurunan dua buah bendera tersebut melihat upaya yang dilakukan aparat keamanan cukup gigih, meskipun saat itu Kota Jayapura dilanda hujan. Bahkan masyarakat yang di sekitar lokasi sangat takut dikarenakan adanya isu yang dilontarkan orang tidak bertanggungjawab soal adanya suara tembakan, kemudian ironisnya lagi bahwa sejumlah sekolah mulai dari TK sampai SMA/SMK terpaksa memulangkan siswanya karena ketakutan mendengar suara tembakan.
Sekitar pukul 07.00 WIT, aparat gabungan berhasil menurunkan sebuah bendera Bintang Kejora kemudian sekitar pukul 09.00 WIT satu bendera lagi berhasil diturunkan, namun dalam proses penurunan bendera tersebut aparat gabungan terlihat mengeluarkan tembakan ke udara guna memberikan perlawanan kepada kelompok tersebut.
Kapolres Jayapura Kota mengatakan, kelompok sipil bersenjata ini sudah menunjukkan eksistensinya.
“Dokumen-dokumen yang sudah kita temukan, ternyata mereka ini adalah kelompok TPN/OPM pimpinan Danny Kogoya yang selama ini mengganggu ketertiban umum yang akibatnya banyak korban,” ungkapnya kepada wartawan usai turun dari perbukitan.
Kapolres juga mengakui bahwa kelompok TPN/OPM pimpinan Danny Kogoya ini telah mengibarkan dua buah bendera Bintang Kejora di dua perbukitan belakang Komplek BTN Puskopad Lama. Sehingga setelah berkoordinasi dengan pihak TNI maka aparat gabungan langsung melakukan pengejaran di sekitar lokasi pengibaran bendera tersebut.
Untuk memberikan ketenangan kepada masyarakat Kota Jayapura khususnya di sekitar lokasi maka pihaknya bersama aparat TNI akan menyiagakan dan menempatkan sejumlah anggota sampai dengan situasi aman. Oleh karena itu, Kapolres menghimbau kepada masyarakat supaya tetap tenang dan bekerjasama dengan aparat keamanan untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan gerakan kelompok tersebut. Bukan hanya itu, Kapolres juga menghimbau kepada masyarakat supaya meningkatkan keamanan masing-masing termasuk lingkungan dan keluarga bahkan masyarakat harus menghidupkan kembali pamswakarsa (siskamling).
“Masalah keamanan adalah tanggungjawab kita bersama meskipun inti dari kamtibmas itu adalah tugas aparat keamanan namun perlu adanya kerjasama masyarakat untuk mewujudkan rasa aman dengan memberikan informasi, kemudian peka terhadap situasi dan hidupkan kembali siskamling. Saya berjanji akan berupaya semaksimal mungkin dengan segala keterbatasan yang ada untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat,” imbuhnya.
Kapolres menegaskan, pihaknya telah memberikan perintah tegas baik itu kepada anggota polisi maupun TNI untuk tidak ragu-ragu mengambil tindakan tembak di tempat apabila menemukan kelompok itu melakukan perlawanan. Hal ini dilakukan, kata Kapolres, karena masyarakat sudah banyak menjadi korban sehingga saat ini pihak pemerintah harus mengambil sikap tegas meskipun ada beberapa oknum-oknum dari masyarakat tertentu mengucilkan aparat keamanan dalam kasus ini, namun yang jelas untuk kasus ini perlu tindakan tegas.
Sementara itu Wali Kota Jayapura Drs. Benhur Tommy Mano,MM saat ditemui Cenderawasih Pos usai malam resepsi HUT RI di Gedung Serba Guna Kantor Wali Kota Jayapura tadi malam mengaku cukup prihatin dengan berbagai kasus penembakan yang terjadi belakangan ini di Kota Jayapura tercinta ini, karena banyak warga kota menjadi tidak aman dalam melakukan berbagai aktivitasnya, baik itu berkebun, berdagang, nelayan dan sebagainya.
Oleh sebab itu pihaknya mendorong aparat keamanan untuk menuntaskan masalah ini dan mencari akar masalahnya. “Sebagai umat Tuhan kita harus banyak berdoa, agar Tuhan memberikan jalan dan menghindarkan dari masalah-masalah ini, sehingga kita dapat bekerja dengan aman dan damai,” harapnya.
Pihaknya juga bekerjasama dengan aparat keamanan untuk membangun pos polisi di Nafri dan sesuai rencana Kamis (18/7) pagi ini, pihaknya akan melakukan coffee morning bersama para tokoh adat, tokoh agama, para pemimpin paguyuban dan aparat untuk mencari solusi yang baik supaya kota ini menjadi aman.
Wali Kota Jayapura ini mengajak masyarakat untuk menjaga kesatuan dan persatuan, karena dengan persatuan ini maka bisa dilakukan pembangunan. “Kami juga menghimbau agar masyarakat tidak terprovokasi dengan hal-hal yang memperkeruh suasana, karena aparat juga sudah siap untuk mengawal situasi keamanan di kota ini,” himbaunya. (nal/fud)
BARANG BUKTI : Kapolres Jayapura Kota bersama Kabag Ops, dan Kasubag Humas saat menggelar barang bukti dari hasil penyisiran yangJAYAPURA [PAPOS]- Masih jelas dalam ingatan kita, peristiwa penembakan oleh Orang Tak Dikenal [OTK] terhadap warga sipil di Nafri Distrik Abepura beberapa waktu lalu. Dalam kurun waktu 15 hari ini saja sudah tiga kali terjadi penembakan. Seperti yang terjadi di Nafri Jayapura, Senin [15/8] malam sekitar pukul 19.00 Wit.
Aksi penembakan yang dilakukan OTK ini selama bulan Agustus dua bulan terakhir ini. Tadi malam dua angkutan umum dan satu unit motor Supra X 125 ikut menjadi sasaran penembakan dari belakang saat melintas di wilayah itu.
Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa, hanya meninggalkan enam lubang pada salah satu mobil. Penembakan kali ini jadi sasaran adalah, 2 unit mobil Taxi Carry jurusan Abepura-Abepantai ditembak dari arah depan mengenai Taksi Carrry warna biru DS 7540 AD yang dikendarai oleh Udin (23), tepatnya pada bagian pintu depan sebelah kanan tembus Dashboar dan Taksi warna putih DS 7416 JK yang dikendarai oleh Safrudin [35] mengenai kaca bagian depan yang diperkirakan enam kali tembakan.
Dari data yang dihimpun Papua dilokasi kejadian, penembakan bermula ketika Taksi Carry warna biru dari arah Abepantai tujuan Abepura berpenumpang 5 orang dalam perjalan tak jauh dari penembakan sebelumnya, tiba-tiba keluar tembakan dari arah kanan dengan menembak pintu depan tembus Dashboar dekat sopir.
Secara bersamaan pula datang seorang tukang ojek bernama, Junianto [26] dengan menggunakan sepeda motor Honda Supra X 125 DS 5087 AH tengah membawa penumpang bernama Marinus Wanimbo ikut juga ditembaki dari arah depan. Beruntung, tembakan itu tidak mengenai mereka.
Beberapa menit kemudian, para pelaku kembali menembaki taksi warna putih yang dikendarai oleh Safrudin berpenumpang sebanyak 7 orang itu dari depan, tepatnya mengenai kaca hingga pecah dan tembakan itu diperkirakan 6 kali tembakan.
Dengan adanya kejadian tersebut, para pengendara langsung menuju Pos Pol Tanah hitam untuk melaporkan kejadian yang dialami mereka. Begitu mendapat informasi, anggota Polsek Abepura Kota bersama Polres Jayapura Kota dan Polda Papua langsung bergerak menuju lokasi kejadian untuk mengejar para pelaku.
Demikian juga begitu aparat tiba dilokasi langsung menyisir daerah gunung tanah hitam yang diduga tempat pelarian para pelaku, namun pelaku tidk ditemukan karena sudah melarikan diri usai melakukan penembakan itu.
Sementara pengendara mobil langsung dibawa ke Mapolsek Abepura untuk dilakukan pemeriksaan oleh Penyidik Reskrim bersama dua unit mobil Taksi Cary yang terkena tembakan itu.
Menurut keterangan saksi, salah seorang sopir bernama Safrudin di lokasi kejadian mengatakan, dirinya dari arah Abepantai hendak menuju Abepura, tiba-tiba kaca depan mobil yang dikendarainya ditembak dari arah kiri gunung.
“Awalnya saya kira bukan suara tembakan, namun setelah penumpang berteriak, baru saya sadar bahwa itu tembakan, sehingga saya langsung tancap gas dan melaporkan kejadian ke Pos Pol Tanah hitam,” kata Safrudin.
Sementara dari Marinus Wanimbo salah satu penumpang ojek mengaku bahwa tembakan itu didengar dari arah Gunung sebelah kiri. “Waktu, saya naik ojek dari Abepantai menuju Pasar Youtefa menggunakan ojek tujuan mengambil kaset ke pasar, tiba-tiba ada bunyi tembakan dari kiri mengenai mobil taksi tersebut,” paparnya.
Mendengar tembakan itu, Marinus langsung menyuruh tukang ojek kebut dan perjalanan menyuruh para pengendara dari Abepura untuk tidak lewat karena telah terjadi penembakan di Abepantai.
Marinus mengakui bahwa tembakan yang didengar itu sebanyak 3 kali dan pelaku tidak diketahui sama sekali. “Dari suara tembakan yang saya dengar, ada bunyi angin di depan topi saya dan saya pikir itu peluru,” ujarnya.
Ketika dikonfirmasi ke Kapolres Jayapura Kota, AKBP H Imam Setiawan SiK pihaknya belum bisa memberikan keterangan terkait penembakan itu. “Nanti dulu, satya belum bisa bicara karena kejadiannya saya belum tahu,” katanya sambil mengecek 2 unti mobil yang terkena tembakan itu. [loy]
Written by Loy/Papos
Tuesday, 16 August 2011 01:17
DITURUNKAN: Bendera Bintang Kejora setelah diturunkan oleh apara TNI-Polri dari Tanah Hitam Puskopad. Meskipun HUT RI diwarnai pengibaran bendera Kejora, tetapi pelaksanaan HUT RI ke 66 di kota Jayapura berjalan aman dan lancar.
JAYAPURA [PAPOS] – Perayaan Hari Ulang Tahun [HUT] Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66 yang dilaksanakn di Papua tercoreng dengan dikibarkan bendera Bintang kejora di daerah Gunung Tanah Hitam Puskopad, distrik Abepura, Rabu (17/8) sekitar pukul 09.00 WIT.
Selain pengibaran Bintang Kejora di Tanah Hitam, aksi lainnya menjelang perayaan HUT RI ke 66 di tanah Papua adalah sekelompok Tentara Pembebasan Nasional/ Orang Papua Merdeka [TPN/OPM] berkisara 30 orang menyerang Polsek Komopa, Kabupaten Paniai, Selasa [16/8] dinihari sekitar pukul 01.00 Wit.
Demikian juga distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya, Rabu [17/8] pagi sekitar pukul 08.30 Wit, seorang prajurit TNI-AD bernama Prada, Jamila dari satuan 753/AVTditembak oleh Gerombolan Sipil Bersenjata saat melakukan pengamanan upacara perayaan HUT RI ke 66 di kampung Wandenggobak, distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya.
Ditempat lainnya, sekitar 30 orang bersenjata yang diduga kelompok Jhon Yogi pimpinan TPM OPM wilayah Pania dan sekitarnya melakukan perampasan senjata milik anggota Polsek Kamofa Kabupaten Pania, Senin [15/8] malam sekitar pukul 01.00 wit.
Data yang diperoleh Papua Pos, bendera Bintang Kejora dikibarkan oleh TPN/OPM yang ditancapkan diatas tiang kayu. Konon setelah mengibarkan bendera bintang kejora mereka langsung melarikan diri ke hutan.
Berdasarkan keterangan saksi salah seorang warga bernama Asmin saat ia berangkat ke Kebun bersama 6 rekannya. Namun, dalam perjalanan melihat jalan dipalang dengan menggunakan kayu dan buah kelapa.
Tak hanya itu saja, warga juga melihat busur panah dengan anak panah yang ditancapkan ke tanah dan pengibaran bendera Bintang Kejora serta pembakaran sebuah gubuk di kebun.
Kemudian sekitar pukul 10.20 WIT aparat kepolisian melakukan penyisiran dan menurunkan bendera yang dikibarkan oleh TPN/OPM sekaligus menjadikannya sebagai barang bukti meskipun pelaku masih belum diketahui.
Ketika dikonfirmasi ke Kapolda Papua, Irjen Pol Drs. B.L Tobing wartawan dilapangan Mandala usai pelaksanaan Upacara Hut RI ke-66 mengatakan, pengibara bendera bintang kejora itu dihiraukan saja. “Sekarang yang terpenting adalah upacara HUT RI dapat berjalan, hikmat, aman dan sukses,” katanya seraya enggan berkomentar.
Sehari sebelumnya, tepatnya Selasa [16/8] sekitar pukul 04.20 WIT juga dikibarkan bendera bintang kejora di dua tempat yang berbeda, tepatnya di tanah Hitam Puskopad, konon lagi saat itu sempat mengeluarkan tembakan dan selanjutnya melarikan diri ke hutan..
Begitru mendapat informasi, gabungan TNI-Polri dipimpin langsung oleh Kapolres Jayapura Kota dan Dandim 1701/Jayapura Letkol ARM I Hutma Sihombing langsung menuju lokasi kejadian sekaligus melakukan penyisiran serta menurunkan bendera tersebut. Sebelum bendera diturunkan aparat sempat mengeluarkan tembakan kearah gunung untuk melakukan penyisiran dan bendera pertama berhasil diturunkan sekitar pukul 08.00 Wit
Usai menurunkan bendera, aparat TNI-Polri kembali menuju ke gunung sebelah untuk menurunkan bendera yang masih berkibar tepatnya di puncak gununga Tanah Hitam hingga pukul 10.45 WIT dan bendera berhasil diturunkan. Setelah berhasil menurunkan bendera, warga setempat melihat secara langsung bendera tersebut di jalan berukuran cukup besar.
Kapolres Jayapura Kota, AKBP H Imam Setiawan SiK didampingi Danmdim 1701/Jayapura, Letkol AMR I Hutma Sihombing membenarkan pengibaran bendera Bintang Kejora itu. “Pelakunya adalah kelompok dari Danny Kogoya yang selama sudah kita ketahui dari dokumen-dokumen yang ditemukan,” paparnya kepada wartawan.
Kapolres mengungkapkan ketika mendapat informasi pengibaran bendera itu, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Dandim, setelah itu annggota menuju lokasi kejadian untuk melakukan penyisiran. Hanya saja, kata dia saat dilakukan penyisiran para pelaku keburu melarikan diri. “Mereka lari kearah Arso dan arah Alang-alang V dan saya sudah berkoordinasi dengan Pos TNI Koreem 330 dan sekarang mereka telah menuju kearah itu,” ujar Kapolres
Lanjut Kapolres, untuk memberikan rasa nyaman kepada masyarakat di sekitar Abepura pihaknya sudah melakukan siaga anggota dikompleks-komplkes sampai situasi aman dan normal kembali. Untuk itu, Kapolres mengajak seluruh masyarakat agar tetap tenang dan bekerjasama denga polri, paling tidak memberikan informasi berkaitan dengan gerakan para pelaku. “Kami juga menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan keamanan masing-masing dilingkungannya,” katanya
OPM Serang Polsek Komopa
Ditempat terpisah sekelompok tentara pembebasan nasional/orang Papua merdeka [TPN/OPM] yang berkisara 30 orang menyerang polsek Komopa Kabupaten Paniai, Selasa [16/8] dinihari sekitar pukul 01.00 Wit.
Akibat penyerangan itu, 2 pucuk senjata api masing-masing dengan nomo seri B 20022 dan B 101187 serta amunis sebanyak 10 butir milik anggota Polri yang bertugas di Polsek Komopa berhasil dirampas oleh OPM.
Perampasan dilakukan oleh para pelaku secara mendadak dengan cara langsung mendobrak pintu dan menodongkan senjata kepada salahsatu anggota Polsek Komopaa bernama Briptu Hendrik dan langsung merampas 2 senjata yang ada di Polsek.
Selanjutnya, para pelaku yang diduga dibawa pimpinan Jhon Yogi itu meminta kepada korban agar memberikan senjata lagi dengan membawanya menuju rumah salah satu anggota Polsek Brigadir latif tujuan meminta senjata api dan saat itu korban Latif menyampaikan bahwa tidak ada senja.
Namun, kelompok tersebut tetap ngotot dengan memaksa keluarga korban Latif ke Mapolsek Komopa untuk mendapatkan senjata. Saat itupula, Kapolsek Komopa beserta seluruh anggotanya siap melakukan perlawanan. Nah, begitu melihat Kapolsek bersama anggotanya sudah siap, para pelaku lari kocar-kacir melarikan diri masuk hutan.
Awalnya sekitar 30 orang bersenjata yang diduga kelompok Jhon Yogi pimpinan TPM OPM wilayah Pania dan sekitarnya, melakukan perampasan senjata milik anggota Polsek Kamofa Kabupaten Pania Senin [15/8] malam kemarin, sekitar pukul 01.00 wit.
Kelompok bersenjata itu, tita-tiba mendatangi Polsek Komofa Kabupaten Pania, lalu melakukan penyanderaan terhadap seorang istrik anggota Polisi yang pada saat itu berada di Polsek tersebut, kemudian kelompok bersentata yang bersangkutan meminta senjata dari anggota Polsek.
Selanjutnya, anggota Polsek Komofa menyerahkan dua pucuk senjata berjenis SKS atau AK-47 buatan cina kepada kelompok bersenjata tersebut, guna menebus istri seorang anggota Polisi yang disandra.
Setelah kelompok bersenjata mendapat dua pucuk senjata, mereka langsung pergi tanpa melukai seorang pun anggota di Polsek Komofa. Tidak ada kontak senjata dalam peristiwa itu, kelompok bersenjata hanya mengambil senjata anggota Polisi langsung melarikan diri.
Informasi peristiwa perampasan senjata ini, dihimpun wartawan Jayapura, dari sumber terpercaya yakni, seorang anggota keamanan yang tak mau namanya dikorankan, Selasa [16/8] kemarin melalui telepon.
Dikatakan, situasi Pania saat ini aman terkendali, namun aparat Kepolisian yang dibekap anggota TNI 753 Nabire masih melakukan siaga di Pania. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Kepolisian.
Ketika dikonfirmasi ke Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Wachyono membenarkan terjadinya penyerangan Polsek tersebut. “Ya, benar laporan sudah kita terima. Akibat kejadian itu 2 pucuk senpi milik polri dirampas mereka, tetapi tidak ada korban jiwa,” ujarnya
Namun, dengan adanya kejadian itu Brimob dan TNI diberangkatkan ke Polsek menggunakan perahu Johnson.’’Saat situasi masih aman dan terkendali,’’ kata Kabid Humas
Prajurit TNI-AD Ditembak
seorang prajurit TNI-AD bernama Prada, Jamila dari satuan 753/AVT ditembak oleh Gerombolan Kelompok Sipil Bersenjata saat melakukan pengamanan upacara perayaan HUT RI ke 66 di kampung Wandenggobak, distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya, Rabu [17/8] pagi sekitar pukul 08.30 Wit.
Akibat penembakan yang dilakukan kelompok KSB, timah peluru mengenai paha korban pada bagian kanan atas sampai tembus belakang. Bahkan, rekan korban sempat melakukan kontak senjata dengan pelaku, namun mereka berhasil melarikan diri ke hutan, sementara korban langsung di terbangkan ke Jayapura, selanjutnya di evakuasi ke RS Marthen Indey untuk mendapat pengobatan secara intensif.
Saat di konfirmasi ke Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Erfi Triassunu lewat telepon selulernya, membenarkan adanya penembakan tersebut. “Mereka itu kelompok dari GPK yang ingin mengganggu saat pelaksaan upacara 17 Agustus,” ujarnya kepada Papua Pos, Rabu [17/8] kemarin
Meskipun terjadi penembakan, prajurit sempat melakukan penembakan terhadap kelompok tersebut. Aksi ini menurutnya tidak sampai mengganggu jalannya upacara perayaan HUR RI ke 66 di kabupten Puncak Jaya. ‘’Upacara HUT RI ke-66 berjalan dengan aman dan lancer,’’ tandasnya. [eka/loy]
Written by Eka/Loy/Papos
Thursday, 18 August 2011 00:00
JAYAPURA – Meski secara umum Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Provinsi Papua kali ini berjalan lancar, namun di beberapa daerah peringatan ini justru diganggu oleh kelompok orang tak dikenal (OTK).
Dari data yang berhasil dihimpun Cenderawasih Pos, seorang Prajurit TNI-AD bernama Prada Jamila dari kesatuan 753/AVT ditembak oleh sekelompok orang tak dikenal (OTK) saat melakukan pengamanan upacara HUT RI di Kampung Wandenggobak, Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya, Rabu (17/8) pagi sekitar pukul 08.30 WIT.
Akibat tembakan itu, Prada Jamila mengalami luka tembak di kaki bagian paha kanan atas tembus ke bagian belakang.
Gangguan lainnya oleh OTK itu terjadi di Kabupaten Paniai. Tepatnya Rabu (17/8) sekitar pukul 09.30 WIT, OTK itu melakukan penembakan dari arah gunung ke lokasi pelaksanaan upacara HUT RI di Kota Enarotali, Kabupaten Paniai. Namun berkat penjagaan aparat, upacara pun berhasil dilaksanakan hingga tuntas.
Sementara sebelumnya, penembakan oleh kelompok OTK terjadi di Kampung Pagepota dan Uwibutu, dua kampung terdekat di Madi, ibu kota Kabupaten Paniai, Rabu (17/8) pukul 05.00 hingga pukul 07.00 WIT. Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa, hanya terjadi kontak senjata dengan aparat TNI dan polri yang bertugas di sana.
Tidak hanya itu, pada Selasa (16/8) kelompok OTK itu menyerang Polsek Komopa Kabupaten Paniai. Dalam penyerangan ini, dua 2 pucuk senjata api milik Polri masing-masing bernomor seri B 20022 dan B 101187 dan 10 butir amunisi berhasil dirampas oleh OTK itu. Pada kasus penembakan yang terjadi di Puncak Jaya itu, pihak TNI berupaya mengejar pelaku hingga terjadi kontak senjata. “Namun dari kontak senjata serta pengejaran itu, para pelaku tidak bisa ditangkap sebab melarikan diri ke hutan,” ujar sumber terpercaya kepada Cenderawasih Pos. Sedangkan korban penembakan kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Mulia Puncak Jaya dan akhirnya korban diterbangkan ke Jayapura untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut di RS Marthen Indey.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Erfi Triassunu saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya membenarkan adanya penembakan tersebut. “Para pelaku penembakan tersebut merupakan sekelompok gerakan pengacau keamanan (GPK) yang berniat mengacaukan pelaksanaan upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan,” katanya.
Dalam penembakan yang dilakukan GPK, Pangdam mengatakan bahwa aparat sempat melakukan pencegahan terhadap GPK itu. “Pecegahan yang dilakukan prajurit dengan cara melakukan perlawanan serta pengejaran terhadap mereka, demi terlaksananya upacara pengibaran bendera Merah Putih,” ungkapnya.
Kemudian terkait penembakan di Paniai, Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Wachyono saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos membenarkan adanya penembakan tersebut.
“Ya laporannya sudah saya terima, kini kami pihak kepolisian telah melakukan pengamanan di daerah wilayah hukum Polres Paniai itu,” jelasnya Pihaknya menjelaskan, aparat kepolisian berhasil melakukan penjagaan dan pengamanan dalam upacara bendera tersebut hingga sampai pada puncaknya. “Kami pihak kepolisian harus memberikan rasa keamanan dan kenyamanan kepada masyarakat supaya bendera merah putih harus tetap dinaikan dalam upacara pengibaran bendera tersebut,” terangnya.
Sedangkan pada Selasa (16/8) sekitar pukul 01.00 wit, sumber terpercaya Cenderawasih Pos menjelaskan bahwa sekelompok Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) yang berjumlah sekitar 30 orang dipimpin oleh Jhon Yogi melakukan penyerangan ke Polsek Komopa Kabupaten Paniai.
Dalam penyerangan tersebut, 2 pucuk senjata api masing-masing bernomor seri B 20022 dan B 101187 serta 10 butir amunisi milik Polri yang bertugas di Polsek Komopa berhasil dirampas. ‘Perampasan tersebut dilakukan dengan cara pelaku mendobrak dan menodongkan senjata kepada salah satu anggota Polsek Komopa bernama Briptu Hendrik,” terangnya.
Dijelaskan sumber tersebut, sebelum merampas dua pucuk senjata api itu, kelompok tersebut terlebih dahulu menyandera seorang istri anggota Polsek Kamofa yang pada saat itu berada di Polsek. Selanjutnya kelompok tersebut meminta supaya senjata diserahkan sehingga setelah diserahkan maka istri anggota polisi itu langsung dibebaskan.
“Informasi yang beredar bahwa terjadi penembakan ketika merampas dua pucuk senjata api itu adalah tidak benar. Kelompok itu tidak mengeluarkan tembakan tapi hanya menyandera kemudian membebaskannya setelah mendapatkan senjata dan langsung melarikan diri,” kata sumber itu.
Secara terpisah, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Wacyono ketika dikonfirmasi terkait kejadian tersebut mengaku belum mendapatkan laporan tersebut dan pihaknya masih melakukan kordinasi dengan Kapolres Paniai tentang kejadian tersebut.
Sementara penembakan oleh kelompok orang tak dikenal (OTK) terjadi di kampung Pagepota dan Uwibutu, Kabupaten Paniai, Rabu (17/8) pukul 05.00-07.00 WIT. Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa, hanya terjadi kontak senjata dengan aparat TNI dan Polri yang bertugas di sana.
Selain penembakan di dua kampung tersebut, penembakan juga kembali terjadi sekitar pukul 09.30 WIT di Kota Enarotali saat upacara 17 Agustus digelar.
Pangdam XVII/Cenderawasih Brigjen Erfi Triassunu saat dimintai keterangan di Sasana Krida Kantor Gubernur Papua Dok II Jayapura, tadi malam membenarkan soal peristiwa tersebut.
Menurutnya setelah terdengar rentetan penembakan itu, aparat keamanan baik TNI dan Polri yang bertugas di dekat lokasi penembakan langsung melakukan pengejaran terhadap para pelaku, dan sempat terjadi kontak senjata dengan aparat keamanan, namun para pelaku lebih dulu menghilang ke dalam hutan, hanya menyisahkan satu buah pistol.
“Mereka ini kelompok yang berusaha mengacaukan peringatan HUT Proklamasi di Enarotali, hanya saja kami belum memastikan mereka ini berasal dari mana,” ungkapnya.
Pangdam menegaskan, meskipun ada pihak yang berusaha mengganggu jalannya peringatan HUT di Papua, namun secara keseluruhan peringatan HUT RI berjalan dengan aman dan lancar.
“Saya menghimbau kepada masyarakat Papua agar tidak terprovokasi. Marilah kita bersama-sama menjaga keamanan, dengan kondisi yang aman, maka pembangunan dan pekerjaanya kita semua bisa aman dan lancar,” tambahnya.
Sementara di Kabupaten Keerom beredar isu bahwa telah terjadi penembakan terhadap seorang anggota kepolisan dari Polres Keerom di di Arso 7, Kabupaten Keerom, Rabu (17/8) sore kemarin.
Namun informasi penembakan ini dibantah oleh Kapolres Keerom, AKBP Drs. Bedjo PS. “Ah itu cuman isu yang dibuat-buat oleh orang-orang tertentu dan tidak bertanggung jawab untuk sengaja memperkeruh situasi keamana dan keteribaan masyarakat di wilayah hukum Polres Keerom,” ungkapnya singkat saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, tadi malam.
AKBP Bedjo menegaskan bahwa isu tersebut tidak benar. “Secara keseluruhan Kamtibmas menjelang hingga usai upacara HUT RI dalam kondisi yang kondusif. Saya dan anggota telah mengecek langsung informasi tesebut ke lokasi kejadian, namun tidak terjadi penembakan terhadap anggota saya itu,” pungkas Kapolres. ((ro/nal/cak/ben/fud)
TEMPO Interaktif, Jayapura – Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayor Jenderal Erfi Triassunu mengatakan aksi pengibaran bintang kejora tak mengganggu pelaksanaan upacara Hari Ulang Tahun ke-66 RI. Ada dua bendera lambang kelompok sparatis Papua tersebut yang dikibarkan di Tanah Hitam, Abepura, Jayapura.
Kejadiannya Selasa dan Rabu pagi ini. “Yang tadi pagi kalau tidak salah sekitar pukul enam. Brimob sudah menuju lokasi dan menurunkan bendera itu,” kata Erfi usai upacara memperingati Hari Kemerdekaan, Rabu 17 Agustus 2011.
Apa orang Indonesia pernah Minta Permisi untuk Mengibarkan Merah-Putih mereka di Tanah Papua?
Kelompok itu, kata dia, tak lain adalah Organisasi Papua Merdeka. Menurut Erfi, gejolak di Papua tidak mudah diselesaikan secara cepat. Dalam sepekan terakhir sekurangnya empat kasus penembakan dan penyerangan terjadi di kawasan Abepura. Insiden itu, kata dia, hanya ingin menunjukkan bahwa mereka masih eksis di Papua.
Upaya mencegah eksistensi OPM telah dilakukan aparat gabungan TNI dan Polri. Mereka antara lain menyisir hutan Jayapura pada pekan lalu. Aparat menemukan dokumen rencana penyerangan pada 17 Agustus oleh OPM. Mereka juga mendapati bendera bintang kejora yang bertuliskan dokkumer viaggen central, PO Box 14. 9100 AA Dokkum Holland.
Polisi menduga otak di balik aksi ini adalah Danny Kogoya. “Dia pimpinannya. Dia jadi target utama saat ini,” kata Kepala Polres Kota Jayapura Ajun Komisaris Besar Imam Setiawan. Kasus penyerangan terakhir menimpa seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam, Indrawahyudi. Dia diserang kelompok tak dikenal pada Selasa dini hari.
Korban terkena panah di bagian punggung tembus dada ketika hendak salat subuh di Masjid Nurul Iman BTN Puskopad, Tanah Hitam, Abepura. “Gangguan keamanan ini memang harus ditumpas. Kalau terjadi terus-menerus bisa berbahaya. Jangan sampai warga terprovokasi dengan kasus-kasus ini,” ujar Erfi.
Teruslah Berkibar, Itulah Tanah Airmu, Tanah Papua
INILAH.COM, Jakarta – Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-66 hari ini, Rabu (17/8/2011) dibarengi dengan aksi pengibaran bendera Bintang Kejora, di Papua.
Bendera Bintang Kejora tersebut dikibarkan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Pegunungan Tanah Hitam, Abepura, Jayapura, Papua.
Pengibaran tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIT. Ada dua bendera bintang kejora yang dikibarkan oleh OPM. Bendera tersebut nampak terlihat berkibar di sebuah perbukitan di atas pemukiman warga.
Aparat Polda Papua langsung menurunkan bendera tersebut. Tidak ada kontak senjata natara aparat dengan pihak OPM. Kedua bendera itu diamankan di Mapolsek Abepura. [mah]