Pangdam: Goliat Tabuni Belum Menyerah!

JAYAPURA – Adanya kesimpangsiuran berita soal menyerahnya Pemimpin Tertinggi OPM, Goliat Tabuni turun gunung kembali bergabung ke NKRI, mendapat penegasan dari Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen Fransen G Siahaan. Pangdam mengatakan, Goliat Tabuni belum menyerah, yang menyerah adalah baru pengikutnya 23 orang.

“Memang betul ada 23 anggota OPM yang sudah menyerah dan kembali bergabung dengan NKRI, tapi itu hanya pengikutnya Goliat Tabuni, sedangkan Goliat hingga kini belum turun gunung,”ujar Pangdam kepada wartawan, Rabu 25 Maret di Markas Kodam Polimak Jayapura.

Pangdam mengakui adanya kesimpangsiuran mengenai berita Goliat Tabuni sudah turun dan menyerah. “Kami akui ada terjadi kesimpangsiuran berita, seolah-olah Goliat Tabuni sudah turun sudah menyerah, padahal yang menyerah adalah 23 orang pendukungnya yang selama ini berada disekitar Tingginambut, dan mereka langsung diterima Kasdam disana,”paparnya.

Saat ini, ke 23 pengikut Goliat Tabuni itu masih berada di Tingginambut dan sudah kembali bergabung dengan masyarakat. “Mereka sudah tidak lagi ikut Goliat Tabuni tapi sudah gabung dengan masyarakat, namun karena belum ada tempat tinggal (rumah), untuk sementara kami pasang tenda plastik sebagai tempat mereka berkumpul,”ujarnya.

Lanjut Pangdam, ke 23 pengikut Goliat Tabuni yang sudah kembali itu, meminta dibangunkan rumah Honai (rumah adat Papua) sebaga tempat tinggal mereka. “Saya sudah laporkan kepada Kasad terkait permintaan itu, dan Kasad memberikan waktu satu bulan ini untuk membangunnya,”kata Pangdam.

Ditanya dari mana TNI memastikan bahwa ke 23 orang itu adalah pengikut Goliat Tabuni, Pangdam menyatakan, berdasarkan keterangan masyarakat sekitar Tingginambut. “Masalah legalitas ke 23 orang itu pengikut Goliat Tabuni, sesuai keterangan masyarakat, Kepala Distrik setempat dan Bupati Puncak Jaya,”paparnya.

Apakah ke 23 orang itu menyerahkan senjata api saat menyerahkan diri, Pangdam menyatakan untuk saat ini belum ada. “Menyerah saja sudah langkah yang baik dibandingkan sebelumnya semua orang tidak diterima disana, namun kami meminta mereka juga menyerahkan senjata apinya, agar terbukti memang menyerah dengan tulus, sehingga bisa dicarikan lapangan pekerjaan,”pungkasnya.

Terkait masalah hukum terhadap 23 pengikut Goliat Tabuni, karena diindikasikan juga terlibat dalam serangkaian aksi penembakan dan perampasan senjata, Pangdam menyatakan, pihaknya lebih melihat kepada niat baik mereka menyerahkan diri dan kembali bergabung dengan NKRI. “Kalau hukum ya tergantung presiden, kalau memang ada pengampunan, yang jelas kami melihat niat baik mereka,”singkatnya.(jir/don/l03)

Source: BinPa, Kamis, 26 Maret 2015 01:06

Komandan OPM Belum Dipastikan Kapan Akan Serahkan Diri

Nggoliar Tabuni. (Youtube)
Nggoliar Tabuni. (Youtube)

Suara.com – Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Teguh Pudji Raharjo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan kapan Jenderal Tertinggi Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) Goliat Tabuni akan menyerahkan diri.

Teguh menyampaikan, kalau Goliat menginginkan mengakhiri aktivitas melawan Pemerintah Indonesia.

Kabar itu disampaikan Teguh, menurut hasil pertemuan TNI dengan 23 anak buah Goliat di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya.

“Memang kita tidak bertemu langsung dengan Goliat Tabuni dan belum tahu kapan dia mau serahkan diri. Tapi berdasarkan pertemuan 23 anggota Goliat Tabuni dengan Kasdam XVII Cenderawasih di Tingginambut, bahwa Goliat bersama anggotanya itu ingin kembali ke NKRI untuk menjadi warga Indonesia,”

kata Teguh saat dihubungi Suara.com melalui telepon selulernya, Selasa (24/3/2015) malam.

Melalui puluhan anggota separatis yang dipimpinnya itu, Goliat juga menyampaikan perasaan menyesal karena pergerakannya selama ini tidak membuahkan hasil bagi kemajuan Papua merdeka.

Bahkan Goliat pun ingin menikmati hidup dan pembangunan seperti warga Indonesia lainnya.

Sementara itu Teguh juga mengatakan pihaknya belum mengetahui secara gamblang soal keberadaan Goliat Tabuni yang hingga kini masih menyembunyikan dirinya.

“Kami kurang tahu keberadaan Goliat dimana, kami hanya bertemu anggota dari Goliat Tabuni saja,” katanya.

Terkait info Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan akan merilis identitas dari 23 anggota Goliat Tabuni, Teguh mengaku belum mendapat informasi soal itu.

Selama ini Goliat Tabuni dikenal sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional (TPN)- Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bermarkas di Tingginambut Puncak Jaya, Papua.

Pada tanggal 11 Desember 2012 dia dilantik menjadi Panglima Tinggi TPN-OPM dengan pangkat Jenderal Goliat Tabuni bersamaan dengan itu dilakukan juga pelantikan Wakil Panglima TPN-OPM, Letjen Gabriel Melkizedek Awom, Kepala Staf Umurn TPN-OPM, Mayjen Terianus Satto.

Pelantikan ini sesuai dengan KTT TPN-OPM yang berhasil digelar di Markas TPN Perwomi Biak, Papua sejaktanggal 1-5 Mei 2012 lalu.

Pelantikan tersebut juga dihadiri sekitar 500 pengikut TPN-OPM dan ditandai dengan tembakan anggota TPN-OPM, yakni tanda resmi Goliat Tabuni sebagai pemimpin perjuangan kemerdekaan Papua Barat.

Selama kepemimpinannya sebagai Jenderal OPM, kelompok Goliat Tabuni telah menewaskan puluhan anggota TNI/Polri di wilayah Puncak Jaya. (Lidya Salmah)

Source: Merdeka.com, Laban Laisila : 24 Mar 2015 | 21:03

Goliath Tabuni Bersama 23 Pasukannya Turun Gunung

JAYAPURA – ‘Jenderal Tertinggi’ Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM ) Goliath Tabuni bersama 23 orang pengikutnya (baca; pasukannya) di wilayah Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, telah sadar atas perjuangan Papua merdeka yang tidak pernah tercapai, akhirnya ingin kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi bersama istri dan anak mereka untuk hidup layak sebagaimana masyarakat Indonesia lainnya.

Keinginan turun gunung ‘Jenderal’ Goliath Tabuni bersama 23 pengikutnya ini disampaikan melalui perwakilannya kepada Kasdam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Tatang Sulaiman yang baru saja melakukan kunjungan ke wilayah Tingginambut.

“Ke-23 anggota TPN/OPM pimpinan Goliath Tabuni itu, mau menyerahkan diri dan turun gunung ke daerah Tingginambut beserta anak dan istrinya, jika sudah menyadari dan ingin kembali menjadi WNI akan kita terima,”

kata Kasdam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Tatang Sulaiman melalui pres releasenya yang diterima, Selasa (24/3) kemarin.

Dihadapan Kasdam, perwakilan ke-23 orang tersebut menyampaikan keinginan mereka, agar dapat dibangunkan 8 unit Honai (rumah masyarakat setempat) sebagai tempat tinggal mereka.

Merekapun menyampaikan agar di Tingginambut segera didirikan pos Koramil (posramil). ”Bapa, dan Pos Ramil tidak boleh ditarik. Sampai mati harus di sini,” ujar Goliath Tabuni.

Mendengar permintaan ini, Kasdam XVII/Cendrawasih, Brigjen TNI Tatang Sulaiman menjawab, permintaan akan pembangunan Honai akan disampaikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini Bupati Puncak Jaya. Sementara permintaan agar dibangun pos Ramil sudah dipertimbangkan oleh Kodam. Namun untuk Danpos Ramil, harus memperhatikan rotasi kepemimpinan.

“Saya akan sampaikan permintaan bapak-bapak. Pembangunan Pos Ramil sudah kami rencanakan, namun untuk permintaan dan Pos Ramil agar jangan ditarik, itu kita harus memperhatikan rotasi jabatan,”

ujar Kasdam.

Usai melakukan dialog dengan masyarakat, Kasdam XVII/Cenderawasih beserta rombongan melakukan dialog dengan prajurit yang bertugas di daerah itu dan meninjau keberadaan pos TNI yang ada di Tingginambut.

Kasdam Tatang Sulaiman mengemukakan, kunjungannya kali ini bertujuan untuk bisa melihat kondisi riil pasukan di lapangan. ”Saya sengaja minta izin ke Panglima untuk meninjau pos-pos guna melihat lebih dekat kondisi pos dan prajurit,” ujar Kasdam Brigjen TNI Tatang Sulaiman saat berada di Tingginambut, Puncak Jaya .

Selain melihat kondisi prajurit di Pos-pos pengamanan, kunjungan ini juga guna mengetahui apakah sarana prasarana Pos prajurit sudah menunjang tugas atau belum, sehingga kesulitan dalam bertugas dapat diketahui secara langsung.

“Kalo cuma di kota, kita tidak tau apa kendala dan kesulitan prajurit di lapangan. Kita lihat kondisi jalan sehingga pengiriman logistik prajurit dapat diketahui kesulitannya. Hal ini akan menjadi masukan bagi satuan untuk memikirkan bagaimana agar logistik tidak terlambat tiba di pos,”

ujar Brigjen TNI Tatang Sulaiman.

Sementara itu, Goliath Tabuni selama ini dikenal sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional (TPN)-Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bermarkas di Tingginambut Puncak Jaya, Papua. Bahkan selama kepemimpinannya sebagai Jenderal OPM, puluhan anggota TNI/Polri diwilayah Puncak Jaya itu menjadi korban penembakan dan pembantai kelompok tersebut.

Panglima Revolusioner : OPM Menyerah itu Oknum

SEMENTARA ITU Panglima Revolusioner Papua Merdeka, Puron Wenda menyatakan, yang menyerah itu adalah oknum, bukan organisasi Papua Merdeka.

“Kalau Goliat Tabuni menyerahkan diri saya belum tau, tapi kalaupun ya, itu oknum bukan organisasi dan itu persoalan masing-masing,”ujar Puron Wenda saat dihubungi melalui telepon selulernya, Selasa 24 Maret.

Menurut Puron, bila Goliat menyerahkan diri, itu bukti dia bukan berjuang dengan sepenuh hati untuk kemerdekaan Papua. “Dia bukan pejuang sejati karena sudah dengan pemerintah,”jelasnya.

Lanjutnya, Goliat Tabuni selama beberapa tahun terakhir ini juga tidak lagi melakukan aksi menuntut Papua Merdeka, tapi lebih banyak berdiam diri di markasnya. “Goliat selama ini lebih banyak diam di markasnya di Tinggineri, kami yang berjuang dilapangan,”ujarnya.

Rekan seperjuangan Puron Wenda yakni Enden Wanimbo yang juga bermarkas di Lany Jaya, malah tidak mempercayai kalau Goliat Tabuni sudah menyerahkan diri. “Jangan percaya itu, karena berita itu dibuat-buat, Goliat Tabuni tidak mungkin menyerah,”tandasnya.

Kata Enden, apa bukti Goliat sudah menyerah dan bergabung dengan Indonesia. “Benarkah ia menyerah, apa buktinya, dimana, dilapangan mana ada foto atau videonya,”(ukasnya.

Jadi, tambahnya, kami sangat membantah berita Goliat Tabuni sudah menyerah. “Jangan dibuat-buat seolah-olah Goliat sudah menyerah,”singkatnya.

Panglima Revolusioner Papua Merdeka Masih Enggan Menyerah

Panglima Revolusioner Papua Merdeka Puron Wenda dan Enden Wanimbo masih enggan menyerah dan kembali bergabung ke Indonesia. “Kami tidak akan menyerah dan akan terus berjuang untuk kemerdekaan Papua,”tegas Puron Wenda melalui telepon selulernya, Selasa 24 Maret.

Lanjutnya, sekalipun pihaknya ditawari kedudukan atau uang tapi akan menolaknya dan akan tetap berjuang untuk Papua Merdeka. “Kami tidak minta uang, kedudukan atau pemekaran, tapi hanya minta Papua Merdeka,”tukasnya.

Mengenai Goliat Tabuni yang sudah menyerah, Puron Wenda mengatakan, belum mengetahui hal itu. “Saya belum tahu itu,”singkanya

Tapi, jika memang Goliat Tabuni Panglima Tertinggi OPM yang bermarkas di Tingginambut telah menyerahkan diri, itu adalah secara oknum tapi bukan organisasi. “Kalau Goliat menyerah itu oknum masing-masing dan saya tidak tau itu, karena dia bermarkas di Tinggineri saya di Lany Jaya,”paparnya.

Kata Puron Wenda, Goliat Tabuni selama beberapa tahun ini hanya lebih banyak berdiam diri di markas. “Kami yang selama ini beraksi di lapangan, saya juga dulu yang baku tembak di Puncak Jaya, baru kemudian saya pindah ke Lany Jaya, sedangkan Goliat tidak pernah,”klaimnya.

Ia juga mulai menyangsingkan perjuangan Goliat yang mengklaim sebagai Jenderal tertinggi OPM. “Goliat itu merasa sudah merdeka, sehingga gunakan pangkat jenderal, kalau kami masih berjuang sehingga gunakan panglima revolusioner, nanti kalau sudah merdeka baru atur mengenai pangkat, itu yang benar,”imbuhnya.

Ditanya apakah bersedia menyerah jika pemerintah memberikan berbagai kemudahan, karena perjuangan kemerdekaan juga bertujuan untuk kesejahteraan, Puron kembali dengan tegas menolak. “Saya tidak mau, hanya mau merdeka, Papua harus tentukan nasibnya sendiri, harus merdeka, sekalipun ditawari dengan kedudukan, uang atau apapun, harus merdeka boleh,”pungkasnya.

Ia meminta pemerintah Indonesia sebaiknya memberikan kemerdekaan Papua. “Kasih merdeka boleh, baru Ppaua aman, tapi kalau tidak kami terus berjuang, kamu orang Indonesia saja berjuang kok untuk merdeka, saya tidak bisa merdeka sendiri kah,”tandasnya.

Puron Wenda juga menyesalkan sikap para bupati dan gubernur Papua, yang selalu memanfaatkan perjuangan mereka untuk kepentingan dana besar bagi Papua. “Bupati, gubernur selalu bilang sama Indonesia, kalau kami hanya butuh uang, padahal itu sama sekali tipu, kami hanya mau Merdeka,”paparnya.

Puron mengklaim, saat ini persenjataan dan amunis yang mereka miliki sudah semakin banyak. “Kita punya senjata sudah banyak dan siap perang,”ucapnya.

Hal senada juga ditandaskan rekan Puron Wenda yakni Enden Wanimbo, bahwa pejuang revolusioner Papua Merdeka tidak menerima tawaran apapun selain kemerdekaan Papua. “Kami tidak mau ditawar apapun, kami punya harga diri, kalau pemimpin lain boleh di tawar kami tidak,”tegasnya.

Ia juga mengklaim, perjuangan kemerdekaan Papua bukan hanya diperjuangkan mereka yang bergerilya di hutan tapi juga di luar negeri. “ Papua pasti akan merdeka, semua sekarang sedang memperjuangkannya,”kata dia.

Untuk itu, sambungnya, Polisi dan Tentara jangan selalu mengklaim, OPM sudah menyerah. “Jangan selalu Klaim OPM menyerah, itu tidak benar, kami terus berjuang,”paparnya. (loy/jir/don/l03)

Source, Jubi, Rabu, 25 Maret 2015 00:16

Jenderal Tertinggi OPM Goliat Tabuni Menyerah kepada NKRI

Jakarta – Sebanyak 23 orang anggota Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) wilayah Tingginambut, Puncak Jaya, pimpinan Goliat Tabuni akhirnya mengakhiri aksi angkat senjata melawan aparat. Mereka menyerahkan diri dan ingin hidup laiknya masyarakat Indonesia lainnya.

“ke-23 anggota KSB (kelompok saparatis bersenjata) pimpinan Goliat Tabuni itu mau turun gunung ke daerah Tingginambut beserta anak dan istrinya, mereka sudah menyadari dan ingin kembali menjadi WNI akan kita terima,”

kata Kasdam XVII/Cendrawasih, Brigjen TNI Tatang Sulaiman, saat berkunjung di Tingginambut, Senin (23/3/2015).

Dihadapan Kasdam, perwakilan ke-23 orang tersebut menyampaikan keinginan mereka agar dapat dibangunkan 8 unit Honai (rumah masyarakat setempat) sebagai tempat tinggal mereka. Merekapun menyampaikan agar di Tingginambut segera didirikan Pos Koramil.

“Bapak dan Pos Ramil tidak boleh ditarik. Sampai mati harus di sini,” ujar Goliat Tabuni.

Mendengar permintaan itu, Brigjen TNI Tatang menyatakan permintaan tersebut akan disampaikan kepada pemerintah daerah, dalam hal ini Bupati Puncak Jaya. Sementara permintaan agar dibangun Pos Ramil sudah dipertimbangkan oleh Kodam. Namun untuk Danpos Ramil harus memperhatikan rotasi kepemimpinan.

“Saya akan sampaikan permintaan bapak-bapak. Pembangunan Pos Ramil sudah kami rencanakan, namun untuk permintaan dan Pos Ramil agar jangan ditarik, itu kita harus memperhatika rotasi jabatan,”

ujar Kasdam.

Usai berdialog dengan masyarakat, Kasdam beserta rombongan berdialog dengan prajurit dan meninjau keberadaan pos TNI yang ada di Tingginambut.

Pages: 1 2

Goliat Tabuni, Jenderal OPM Menyerahkan Diri ke TNI

Ilustrasi bendera OPM. (Banjir Ambarita/Papua)
Ilustrasi bendera OPM. (Banjir Ambarita/Papua)

VIVA.co.id – Setelah bertahun-tahun diburu, akhirnya panglima tertinggi organisasi Papua Merdeka (OPM), Jenderal Goliat Tabuni, menyerahkan diri ke Tentara nasional Indonesia (TNI).

Kepala Staf TNI angkatan darat, Jenderal Gatot Nurmantyo, mengatakan, Jenderal Goliat Tabuni menyerahkan diri bersama 23 orang prajuritnya.

Dalam penyerahan diri itu, Jenderal Goliat mengajukan beberapa permintaan kepada TNI, di antaranya, minta dibuatkan rumah adat Honai dan dibuatkan sebuah markas Koramil TNI.

“Kami akan berusaha memenuhi permintaan untuk membangun rumah adat, tapi untuk markas Koramil akan dipertimbangkan lebih dalu,” kata Jenderal Gatot Nurmantyo, Selasa, 24 Maret 2015 di Jakarta.

Goliat Tabuni resmi menjabat sebagai panglima tinggi OPM sejak 11 Desember 2012 melalui konferensi tingkat tinggi OPM di Papua.

Goliat dan pasukannya selama ini dikenal sangat kejam dan berdarah dingin. Tercatat sejak tahun 2004 lalu, ia dan pasukannya telah membunuh pasukan TNI dan juga Polri serta merampas senjata.

Tim Liputan tvOne Jakarta

KNPB : Tuduhan Polisi Tak Benar, Polisi Yang Serang dan Bubarkan Aksi KNPB Secara Brutal

Logo KNPB - IST
Logo KNPB – IST

Jayapura, Jubi – Komite Nasional Papua Barat (KNPB) wilayah Yahukimo, Papua mengatakan belum tahu soal tiga warga sipil dan satu anggota polisi yang dianiaya oleh massa aksi KNPB dan senjata api laras pendek milik Ipda Budi yang hilang saat dikeroyok massa KNPB, karenanya KNPB mengatakan, tanya saja langsung kepada aparat kepolisian.

“Kemarin itu aparat secara brutal melakukan pembubaran paksa aksi massa KNPB yang melakukan penggalangan dana untuk mendukung diplomasi ULMWP. Jadi, KNPB tidak tahu dan belum bisa pastikan hingga saat ini tentang pelakunya, apakah anggota KNPB atau bukan. Karena yang mengacaukan situasi itu aparat sendiri yang memulai,”

ujar Serius Suhuniap, ketua KNPB Yahukimo kepada Jubi dari Yahukimo, Jumat (20/3/2015)

Lanjut Suhuniap, mereka sedang berupaya juga untuk mencari tahu siapa yang merampas senjata milik pak Budi. Kalau empat warga yang menurut polisi dianiaya oleh massa KNPB, sampai dengan saat ini mereka juga tidak tahu. Karena kemarin itu situasinya memang sangat mencekam.

“Saya sudah berusaha untuk mencari tahu di kalangan semua suku yang ikut dalam aksi penggalangan dana, tapi tidak ada,” jelasnya.

Menurutnya, satu guru SD dan satu anggota KNPB yang terkena peluru dari aparat kemarin pun diketahui setelah 20 menit pembubaran paksa aksi KNPB,

“Jadi, kami sarankan untuk aparat mencari tahu dan mengungkap siapa yang merampas senjata itu sebenarnya. Karena kami anggota KNPB dan warga tidak tahu, sebab setiap suku yang kemarin turut berpartisipasi dalam aksi pun sudah kami cek dan tidak ada,”

jelasnya.

Katanya, jadi perlu disampaikan bahwa pihak aparat menuduh KNPB yang lebih dulu melakukan penyerangan itu tidak benar. Yang benar adalah aparat kepolisian dari Polres dan Brimob yang dikirim dari Wamena yang lebih dulu melakukan penyerangan dengan membubarkan aksi KNPB secara paksa dan brutal.

“Jadi tuduhan polisi itu tidak benar. Mereka yang serang dan kasih bubar paksa aksi damai KNPB dengan brutal,” tegas Suhuniap.

Sementara itu, seperti dilansir kantor berita Antara, pascapembubaran paksa terhadap aksi pengumpulan dana yang dilakukan anggota KNPB yang merupakan kelompok pro-kemerdekaan, Rabu (19/3) di Dekai, anggota (KNPB) melakukan penyerangan dan melukai empat warga sipil yang bermukim di ibukota Kabupaten Yahukimo.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Patrige di Jayapura, Kamis, mengatakan sesaat setelah membubarkan massa yang dilakukan anggota Brimob dan Polres Yahukimo sekitar pukul 10.30 WIT dengan mengeluarkan tembakan peringatan, massa kemudian menyerang sejumlah warga di tempat yang berbeda.

Dari catatan kepolisian, korban penganiayaan yang di lakukan anggota KNPB itu yakni Ani (35) mengalami luka sobek di bibir bawah serta luka lebam di muka, Yohanes Palapesi mengalami luka di keempat jari tangan kanan dan Acep Syaiful Hadi (28) yang merupakan karyawan perusahaan penerbangan Susi Air mengalami luka lebam akibat sabetan parang di bagian belakang. Noi Efrat Surirat (26) yang merupakan karyawan RSUD Dekai, diserang saat berjalan menuju mobil ambulans.

Kerusuhan yang terjadi di Dekai ini juga menyebabkan Kasat Intel Polres Yahukimo Ipda Budi Santoso mengalami luka-luka. Bahkan senjata api laras pendek milik korban Ipda Budi dilaporkan hilang saat korban dikeroyok massa KNPB, jelas Kombes Pol Patrige.

Sementara korban dari massa aksi seperti yang ditulis sebelumnya oleh Jubi adalah Isai Dapla (37) yang merupakan anggota KNPB Yahukimo kena tembakan di dada, Salomon Pahabol, ((47) yang merupakan seorang guru SD kena ditembakan di kaki kiri. Penembakan dilakukan oleh aparat kepolisian dari satuan Brimob yang dikirim dari Wamena.

Dikabarkan pula, satu anggota KNPB Yahukimo atas nama Elias Kabak (40) ditangkap oleh aparat kepolisian di Yahukimo saat KNPB melakukan aksi penggalangan dana untuk membantu diplomasi The United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) di Melanesia Spearhead Group(MSG). (Arnold Belau)

Source: Jubi, Diposkan oleh : Arnold Belau on March 20, 2015 at 19:20:46 WP [Editor : Victor Mambor]

Goliat Tabuni Siap Bertemu Presiden RI

JAYAPURA – Pimpinan TPN/OPM, Goliat Tabuni asal Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, mengakui siap melakukan pertemuan dengan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo, yang rencananya akan berkunjung ke Kabupaten Puncak Jaya pada bulan Juni mendatang.

“Saya sudah telephone Goliat Tabuni untuk minta turun ke daerah ini supaya bisa berbicara kepada Presiden RI saat datang nanti. Dia (Goliat Tabuni) bilang pikir, lalu saya bilang tidak boleh pikir-pikir sekarang harus turun,”

kata Bupati Puncak Jaya, Henok Ibo disambut meriah masyarakat Tingginambut dalam kunjungan bersama Ketua DPR Papua, Yunus Wonda, pada Selasa (17/3).

Ia menandaskan, dirinya selama memegang jabatan sebagai Bupati Puncak Jaya bersama Wakil Bupati menjamin membawa turun Goliat Tabuni dari hutan turun ke Tingginambut. “Respon ini ternyata disambut baik Goliat Tabuni,” katanya.

Bupati Henok mengemukakan bahwa masyarakat Indonesia selalu bertanya kalau Presiden ke Puncak Jaya mau bikin apa. “Tadi pagi (Kemarin lalu), Goliat Tabuni menanyakan kepada saya kapan Presiden mau turun. Saya katakan tunggu karena Presiden rencana akan datang pada bulan Juni nanti,” kata dia.

Sementara itu kepada Wartawan, Bupati Henok Ibo menyatakan bahwa rencana kedatangan Presiden RI ke Puncak Jaya, disampaikan Presiden RI lewat Gubernur Papua,  jikalau dirinya akan datang ke Puncak Jaya dan ingin bertemu dengan Goliat Tabuni.

“Ini permintaan Presiden lewat Gubernur, makanya selama satu bulan ini, saya terus melakukan pendekatan dan ternyata Goliat Tabuni punya keinginan untuk bertemu dengan Presiden RI,”

katanya.

Masalah keamanan atas kehadiran Presiden ke Puncak Jaya, kata Bupati Henok, masyarakat mulai dari Ilaga sampai dimana saja bakal menjamin keamanan. Namun, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan dalam hal ini TNI dan Polri terkait kedatangan Presiden RI. (Loydon/l03)

Source: Kamis, 19 Maret 2015 06:19, BinPa

Ini Dia Kelvis Wenda, Anggota Separatis Bersenjata yang Ditangkap

Kelvis Wenda
Kelvis Wenda diperiksa di Polda Papua (suara.com/Lidya Salmah)

Suara.com – Tim Khusus Polda Papua kembali berhasil menciduk salah satu anggota separatis bersenjata pimpinan Enden Wanimbo bernama Kelvis Wenda di hotel Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (16/3/2015) malam.

Selasa (17/3/2015) pagi, Kelvis Wenda dibawa ke Subdit I Keamanan Negara Direktorat Reskrim Polda Papua untuk diperiksa.

Selama ini, Kelvis masuk daftar pencarian orang dalam kasus dugaan kepemilikan senjata api jenis FN serta ratusan butir amunisi yang diselundupkan ke Wamena untuk kepentingan Organisasi Papua Merdeka.

Selain menangkap Kelvis, polisi juga menyita barang bukti di antaranya satu buah telepon seluler merk Nokia dan sejumlah dokumen terkait OPM.

Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris besar Patrige mengatakan Kelvis Wenda sudah pernah dicokok Polda Papua namun dilepaskan lagi karena saat itu tidak cukup bukti soal kepemilikan senjata api jenis Baretta.

Namun, dalam pengembangan, senjata Baretta yang sebelumnya tidak diakui milik Kevis akhirnya terkuak. Menurut rekan Kelvis, Kamori Murib, yang ditahan di Polda Papua, senjata tersebut memang milik Kelvis.

“Karena itu polisi kembali menangkap Kelvis Wenda di Wamena,” kata Patrige di Jayapura.

Sebelumnya, pada Januari 2015, Timsus Polda Papua telah menangkap tiga anggota OPM.

Ketiga orang itu merupakan anggota OPM pimpinan Purom Wonda dan Enden Wanimbo yang menurut polisi kerap menebarkan teror terhadap aparat TNI dan Polri serta warga sipil di wilayah Kabupaten Lanny Jaya, Papua. (Lidya Salmah)

Sumber: Suara.com, Siswanto : 17 Mar 2015 | 15:22

OPM Tembak Dua Warga Sipil di Lanny Jaya

Kapolda Papua, Irjen (Pol) Drs. Yotje Mende. Inzert: kedua korban (Gurik dan Markus)JAYAPURA – Kelompok TPN/OPM kembali berulah di Kabupaten Lanny Jaya. Kali ini, dua warga sipil yang bekerja sebagai karyawan swasta PT. Nirwana ditembak, di Kampung Popome, Distrik Balingga Kabupaten Lanny Jaya, pada Kamis (29/1) pagi sekitar pukul 06.00 WIT

Kedua korban penembakan tersebut, masing-masing bernama Gurik Murip (25 tahun) mengalami tembak di bagian tangan kanan dan Markus (26 tahun), terkena serpihan peluru di bagian bahu kiri, belakang telinga sebelah kanan dan kepala bagian atas. Kini mereka telah dievakuasi ke RS Wamena, Kabupaten Jayawijaya untuk mendapat pengobatan secara intensif.

Kapolda Papua Irjen Pol Drs. Yotje Mende saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan adanya penembakan itu. “Ada penembakan itu, tapi saya belum mendapat laporan resmi,” katanya, usai sertijab para Kapolres di Aula Rastra Samara Mapolda Papua, Kamis (29/1).

Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patrige mengatakan, penembakan itu terjadi, saat dua korban mengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Solar dengan menggunakan mobil Strada dari Tiom menuju Popome.

“Akibatnya, dua pekerja PT. Nirwana terkena tembak dan mereka sedang dirawat di rumah sakit. Pelaku penembakan juga membakar alat berat jenis exavator,” kata dia.

Patrige mengungkapkan, ketika anggota polisi mendapat laporan itu, langsung menuju ke lokasi untuk mengejar para pelaku. Namun pelaku berhasil melarikan diri setelah penembakan.

“Mereka merupakan kelompok kriminal bersenjata. Namun pasca kejadian, kondisi sudah aman. Hanya saja, kerugian material hanya satu exavator yang dibakar itu,” ucapnya.

Lanjut dia, pihak kepolisian di sana akan terus melakukan pengejaran siapa kelompok penembakan tersebut. “Kami belum tahu kelompok itu dari mana. Kami akan dalami itu,” tutupnya. (loy/don/l03)

Source: Jum’at, 30 Januari 2015 09:00, BinPa

Ditembak dari Jarak 2 Meter

Dua Anggota Brimob  Diantar  ke Parapat dan Soe
Pagi Ini, Jenazah Dua Anggota Brimob Diantar ke Parapat dan Soe

Jenazah dua anggota Brimob Detasemen A Polda Papua Iptu Tomon Siahaan dan Bripda Everson, ketika tiba di RS Bhayangkari, Kotaraja, Kamis (4/12). JAYAPURA — Dua anggota Brimob Detasemen A Polda Papua, masing-masing Iptu Tomon Siahaan dan Bripda Everson, tewas seketika lantaran diberondong tembakan dari jarak dekat, sekitar 2 meter ketika sedang menurunkan kursi untuk persiapan natal.

Demikian diungkapkan Kabid Humas Polda Papua Kombespol Sulistyo Pudjo Hartono, S.IK, ketika dikonfirmasi di sela-sela persiapan otopsi jenazah di RS Bhayangkari, Kotaraja, Kamis (4/2), kemarin.

Terkait dengan peristiwa penambakan ini, Kepolisian Daerah (Polda) Papua segera menuntut pertanggungjawaban hukum dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), pasca aksi penembakan yang menewaskan dua anggota Brimob Detasemen A Polda Papua, Iptu Tomon Siahaan dan Bripda Everson, ketika membantu dan mengantar kursi untuk perayaan Natal di Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Tanah Papua Klasis Ilaga atau di Depan Kantor Bupati Puncak di Ilaga, Papua, Rabu (3/12) sekitar pukul 09.00 WIT.

Menurut Kabid Humas, tokoh adat dan tokoh agama di Ilaga sebelumnya telah mengimbau kepada masyarakat setempat, agar tak melakukan aksi penembakan menjelang perayaan Natal. Bahkan telah disepakati, bila ada aksi penembakan didenda Rp2 Miliar. Tapi tetap dilanggar.

“Kami mengutuk keras aksi penyerangan terhadap kedua anggota Brimob yang di-BKO-kan di Polsek Ilaga tersebut. Pelaku tak memahami, bila kedua korban tengah membantu kegiatan perayaan Natal,” tukas Kabid Humas.

Kabid Humas menuturkan, pihaknya segera mengantar jenazah kerumah keluarganya pada Jumat (5/12) sekitar pukul 06.00 WIT. Masing-masing Iptu Tomon Siahaan diantar ke Parapat (Sumut) dan Bripda Everson diantar ke Soe (NTT).

Pantauan Bintang Papua, ketika iring-iringan mobil jenazah yang membawa kedua korban tiba di RS Bhayangkari, setelah menempuh penerbangan dari Ilaga ditunggui Wakapolda Papua Brigjen (Pol) Drs. Paulus Waterpauw didampingi Kabid Humas Polda Papua Kombespol Sulistyo Pudjo Hartono, S.IK, dan Kasat Brimob Polda Papua Kombespol Matius Fakhiri.

Isak tangis pun tak terhindarkan dari keluarga dan kenalan kedua korban, terutama dari keluarga Batak dan Flobamora-NTT, sesaat sejumlah anggota Brimob Polda Papua mengusung peti jenazah para korban, yang dibalut bendera merah putih.

Sontak seorang perempuan paruh baya menyeruak masuk ke ruang otopsi sembari membawa selembar tenun ikat Timor, untuk diletakkan di tubuh korban Bripda Everson.

Dikatakan Kabid Humas, setelah diotopsi jenazah direncanakan disemayankan di Aula Mako Brimob Polda Papua, Kotaraja. “Kedua jenazah akan dilepas dengan upacara militer, sebelum diantar ke kampung halamannnya masing-masing,” terang Kabid Humas. (Mdc/don)

Sumber: Sabtu, 06 Desember 2014 12:34, BP

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny