Di Tolikara, TNI dan Polri Nyaris Bentrok

Selasa, 09 Oktober 2012 08:24, BP

JAYAPURA – Ketegangan antara personel TNI dan Polri terjadi di Karubaga Kabupaten Tolikara Papua, Senin 8 Oktober sekitar pukul 11.35 WIT. Ketegangan yang diduga dipicu sikap arogan dari salah satu personil institusi, nyaris berbuntut bentrok, sebelum kemudian berhasil diredakan masing-masing komandan satuan.

Juru Bicara Kodam 17 Cenderawasih Letkol Jansen Simanjuntak saat dikonfirmasi membenarkan adanya ketegangan itu. “Sempat ada ketegangan di Jalan Koramil Karubaga antara oknum anggota Polri dan TNI, ini dipicu akibat adanya anggota yang sama-sama bertugas di satu daerah bersifat arogan dengan menyakiti hati seseorang dari satuan lain,”ucapnya.
Beruntung, lanjutnya, ketegangan itu langsung bisa diredam sebelum berujung pada bentrokan. “Kedua komandan satuan mampu mengendalikan personilnya masing-masing,”tandasnya.

Bahkan, tambahnya, kedua satuan sepakat untuk saling meminta maaf dan kembali melaksanakan tugas bersama sebagai aparat keamanan. “Anggota yang arogan dan menyakiti akhirnya sepakat meminta maaf kepada anggota Kompi C Batalyon 755,”terangnya.

Ditanya secara detail pemicu ketegangan, Jansen Simanjutak enggan membeberkannya, namun ia meminta semua pihak untuk membatu meredakan ketegangan. “Kami berharap semua elemen ikut serta meredakan suasan ini,” singkatnya. Juru Bicara Polda Papua AKBP I Gede Sumert Jaya saat dikonfirmasi mengatakan, belum mengetahui secara pasti peristiwa itu. “Tunggu saya cek dulu ya,”imbuhnya. (jir/don/l03)

Marinir AS di Australia Ancam Kedaulatan NKRI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Direktur Sabang Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan, menilai penempatan 2500 pasukan Marinir Amerika Serikat di Darwin, Australia berpotensi mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan lepasnya Papua.

“Bisa saja AS mendukung kemerdekaan Papua agar bisa mengontrol Freeport nya. Jadi kalau kita tidak cepat bergerak, maka 2500 pasukan tentara AS bisa mendukung Papua merdeka karena menurut informasi Organisasi Papua Merdeka (OPM) didukung gereja-gereja di Amerika,” kata Syahganda saat diskusi tentang “Pangkalan Marinir AS di Darwin, Ancaman Bagi Kedaulatan Indonesia”.

Untuk menjaga kepentingan Pemerintah Amerika Serikat, maka tentu saja AS akan meningkatkan kekuatan dan keamanannya di sekitar wilayah Indonesia, khususnya yang berbatasan dengan Papua.

Pemerintah AS sebelumnya menyatakan penempatan pasukan Marinir AS di Darwin adalah untuk menjaga kawasan di Asia dari ancaman China dan Korea Utara. Seharusnya, kata dia, AS menempatkan pasukannya di atas wilayah Indonesia bukan malah di Australia yang lokasinya di bawah Indonesia dan dekat dengan Papua.

“Jadi kalau Australia dan AS itu mengklaim bahwa mereka adalah bagian dari Asia Pasifik dengan ikut mengamankan wilayah asia Pasifik, maka itu harus diwaspadai terhadap wilayah kita. Karena pada dasarnya mereka seolah-olah bersahabat dengan kita, tapi sebenarnya mereka adalah negara kolonialisme,” tegas Syahganda.

Ia menduga penempatan Marinir AS di Darwin untuk menjaga rencana renegosiasi kontrak karya antara Indonesia dengan Freeport

“Jadi dengan adanya renegosiasi kontrak karya antara Indonesia dengan Freeport, maka menurut saya hal tersebut yang melatarbelakangi menempatkan pasukan AS di Australia,” kata Syahganda

Syahganda juga menjelaskan, bahwa keberadaan pasukan AS di Darwin tersebut juga dikarenakan banyaknya desakan kepada pemerintah Indonesia untuk merenegosiasi kontrak karya Freeport oleh para aktivis dan tokoh-tokoh di Indonesia atas gejolak konflik di tanah Papua beberapa waktu lalu. “Dan banyaknya protes soal renegosiasi kontrak yang selalu diteriakan olah para tokoh Indonesia maka itu menjadi kekhawatiran bagi AS itu sendiri,” paparnya.

Oleh karena itu, dirinya berharap bahwa pemerintah Indonesia saat ini bisa lebih berani dan tegas terhadap politik bebas aktif yang menjadi panutan dalam menjalankan politik Internasionalnya seperti yang dilakukan oleh mantan Presiden Soekarno lantaran politik bebas aktif tidak hanya juga harus memiliki sikap untuk mengamankan kedaulatan Indonesia.

“Saran saya, kita harus memunculkan tokoh seperti Soekarno kalau Indonesia mau aman. Karena politik bebas aktif itu bukan tidak punya sikap. Soekarno menegaskan bahwa ‘go to hell with your aid’ terhadap AS. Jadi harus ada pemimpin yang tegas terhadap sikap politik luar negeri kita,” ujarnya.

Papua Merdeka: Hillary Clinton, Facebook dan Iklan Papua Merdeka

Wednesday 16 November 2011 22:03, IslamTimes.org

Hillary Clinton dan Facebook Papua Merdeka
Hillary Clinton dan Iklan Facebook Papua Merdeka

Islam Times- Kemudian bandingkan dengan pernyataan Menko Polhukam, Djoko Suyanto, dia bilang, soal Papua menunggu keputusan Tuhan. Jadi, Pak Menko Polhukan mau bilang, kita biarkan saja orang-orang Papua terus hidup dengan menyedihkan, nanti datang mukjizat Tuhan membebaskan mereka.

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalagewa harus menyatakan protes atas pernyataan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang khawatir kondisi HAM di Papua.

“Pernyataan Hillary sudah intervensi AS ke Indonesia,” kata pengamat intelijen AC Manullang seperti diberitakan indonesiatoday.in, Senin, 14 November 2011.

Menurut AC Manullang, Pemerintah AS sudah menerapkan strategi HAM untuk melepaskan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “HAM akan dijadikan alasan AS mengajukan referendum bagi rakyat Papua,” jelasnya.

Kata Manullang, akibat pernyataan Hillary, negara-negara Eropa maupun kelompok pendukung Papua di berbagai negara akan mendesak Indonesia untuk melakukan referendum bagi Papua.

“Di dunia internasional sudah diopinikan, perlunya referendum bagi Papua karena sudah banyak pelanggaran HAM,” papar Manullang.

“Saya usulkan Menlu Indonesia mengirim surat protes kepada pemerintah AS karena telah melakukan intervensi kedaulatan Bangsa Indonesia,” jelasnya.

Lanjutnya, sikap tegas Indonesia akan berakibat positif bagi Pemerintahan SBY yang akhir-akhir turun mendapat dukungan dari masyarakat.

“Kalau pemerintah SBY bersikap tegas terhadap AS, rakyat Indonesia akan mendukungnya,” pungkas Manullang.

Sementara itu reklame tentang Papua di Facebook sudah muncul. Tepatnya iklan tentang kemungkinan Papua Barat merdeka. Iklan yang disponsori oleh Protest4 itu memasang bendera Bintang Kejora: bintang berwarna putih dengan latar belakang merah di bagian kiri dan tujuh garis biru dan enam garis putih di sebelah kanan. Di sebelah kanan Bintang Kejora itu tertera tulisan agak provokatif: Do you believe West Papua should be given independence? Make your voice count. Whatever you think, we want to know.

Tapi, dengarlah apa yang diucapan seorang OPM di tengah hutan rimba Papua itu: “Otonomi khusus yang diberikan kepada kami hanyalah lelucon. Hanya dengan melihat kulit, rambut, bahasa, dan budaya, kami berbeda dari orang-orang Indonesia. Kami tidak memiliki kesamaan dengan mereka.” [Intelijen.co.id]

Kemudian bandingkan dengan pernyataan Menko Polhukam, Djoko Suyanto, dia bilang, soal Papua menunggu keputusan Tuhan. Jadi, Pak Menko Polhukan mau bilang, kita biarkan saja orang-orang Papua terus hidup dengan menyedihkan, nanti datang mukjizat Tuhan membebaskan mereka. Hebat bukan?

Dan mungkin ini yang paling memprihatinkan, presiden kita seorang pesinden. Bayangkan dalam setahun saja, presiden mampu mengemas 3 Album, yang akan mengalahkan ketenaran Madonnna tentunya. Sementara rakyat dalam kebingungan mutlak, menghadapi harga-harga hidup yang tak bisa mereka jangkau.

Ah, ternyata Presiden dan menterinya pun ternyata tak pernah berharap Papua tetap dalam NKRI. Entah garansi apa yang di dapat Presiden SBY dari Obama di sela-sela makan bersama yang dihadiri pengusaha top Amerika di KTT APEC beberapa waktu lalu di Hawaii. [Islam Times/on/K-014]

Bentrok Antara Warga di Puncak, 17 Tewas

JAYAPURA – Diduga gara-gara satu partai politik (parpol) yang memberikan dukungan terhadap dua bakal calon bupati yang akan bertarung dalam pemilukada di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua, dua kelompok warga dari masing-masing calon bupati itu terlibat bentrok di Ilaga, Kabupaten Puncak, Minggu (31/7).

Akibat bentrok ini, 17 warga dilaporkan meninggal dunia, termasuk seorang anggota brimob mengalami luka panah di bagian dadanya. Tidak hanya itu, rumah, mobil dinas serta honai milik Elvis Tabuni juga dibakar massa.

Data yang berhasil dihimpun Cenderawasih Pos menyebutkan, kasus ini bermula ketika bakal calon bupati Elvis Tabuni yang salah satunya diusung partai Gerindra mendaftar ke KPU Puncak di Ilaga, Rabu (27/7) dan berkasnya diterima oleh KPU. Kemudian pada Sabtu (30/7) giliran calon bupati Simon Alom mendaftar ke KPU dan oleh KPU ditolak, sebab salah satu partai yang mengusungnya adalah Partai Gerindra.

Karena hal ini, para pendukung Simon Alom marah dan menyerang kelompoknya Elvis Tabuni sekitar pukul 15.00 WIT, sehingga bentrok tak terhindarkan. Dalam bentrok ini memakan satu korban jiwa dan dua masyarakat yang ketiganya berasal dari Kimak Distrik Ilaga, serta satu polisi mengalami luka-luka.

Korban meninggal itu adalah Esteli Kiwak yang mengalami luka tembak di dada. Kemudian korban luka yaitu Endison Kogoya, luka tembak paha kanan dan Selina Ongomang luka tembak di siku kiri, serta satu anggota Brimob BKO, Frens Msen yang terkena panah di bagian dada.

Bentrok itu kemudian berlanjut lagi pada Minggu (31/7) pagi dan memakan korban jiwa lebih banyak lagi. “Rumah, mobil, dan honey milik anggota dewan Elvinus Tabuni juga dibakar. Total warga meninggal dunia adalah 17 orang, kemudian dua warga mengalami luka, serta satu anggota Brimob luka-luka,” kata sumber terpercaya kepada Cenderawasih Pos yang hingga saat ini baru bisa mendata kejadian pertama.

Sementara Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Wachyono saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos membenarkan adanya bentrok yang mengakibatkan 17 warga meninggal dunia dan 1 anggota Brimob luka-luka tersebut.

“Yang menjadi korban dari kubu Simon Alom 13 warga dan dari kubu Elvis Tabuni 4 warga. Dari Polda Papua telah dibentuk tim dari reskrim untuk mengusut kasus itu termasuk menyediliki pemicunya,” jelasnya.

Pihaknya belum mengetahui persis yang terjadi di daerah Kabupaten Puncak itu. “Yang jelas kami pihak kepolisian akan mengusut terus bentrok yang menyebabkan banyaknya warga meninggal dan dibakarnya rumah, honey dan mobil dinas milik Elvis Tabuni,” ucapnya.

Wachyono menjelaskan, dari data terakhir yang diketahuinya, bentrok ini terjadi dari ketidaksenangan pendukung salah satu bakal calon bupati Simon Alom terhadap bakal calon bupati Elvis Tabuni. “Keduanya sama-sama diusung Partai Gerindra. Namun saat Simon Alom mendaftar ke KPU, berkasnya ditolak oleh KPU sehingga pendukung Simon Alom tidak terima dan akhirnya kedua kubu dari kedua pendukung calon bupati itu terlibat bentrok pada Sabtu (30/7),”paparnya.

Dari kejadian tersebut satu warga tewas, dan satu anggota Brimob luka terkena panah. “Warga tersebut meninggal akibat terkena tembakan. Namun itu terjadi ketika anggota Brimob terkena panah sebanyak dua kali di dada. Beruntung anggota Brimob itu memakai rompi anti peluru,” ungkapnya.

Saat itu suasana sudah hampir tak bisa dikendalikan oleh pihak kepolisian, sebab suara tembakan peringatan sudah tidak dipedulikan oleh kedua kubu. Bahkan pihak kepolisian yang hendak merelai bentrok malah diserang, sehingga terpaksa untuk menyelamatkan diri, anggota terpaksa menembak warga.

“Tidak lama kemudian, pihak kepolisian di Ilaga bisa merelai bentrok dan pihak kepolisian terus berjaga-jaga di Kantor KPU Kabupaten Puncak dan juga di Mapolsek,” terangnya.

Tetapi Minggu pagi, massa dari pihak Simon mengamuk dan menyerang kembali ke kediaman Elvis Tabuni, sehingga terjadi bentrok kembali. Rumah, mobil dinas, dan honey milik Elvis Tabuni dibakar. “Di kejadian inilah warga banyak meninggal dunia. Tetapi belum diketahui pemicunya, sebab hubungan ke sana hanya dengan telepon satelit. Sedangkan kami mendapat laporan dari sana melalui SSB. Akses ke sana juga hanya bisa dengan pesawat. Itu juga jika cuaca bersahabat,” kata Kabid Humas.

Kabid Humas berharap semoga kejadian ini bisa secepatnya diselesaikan, mengingat sudah banyaknya korban. “Saya minta kedua kubu bisa menyelesaikan masalah dengan baik, kepala dingin tanpa harus ada korban meninggal dunia,” pinta Wachyono. (ro/fud)

Senin, 01 Agustus 2011 , 09:54:00
http://www.cenderawasihpos.com/index.php?mib=berita.detail&id=2579

Lebih 9 Pucuk Senpi Polda Hilang

JAYAPURA—Sejak 2009 hingga sekarang lebih dari 9 pucuk senjata api (senpi) milik anggota Kepolisian Polda Papua dilaporkan hilang. Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Wachyono mengatakan senjata-senjata tersebut merupakan senjata laras panjang seperti SS1 maupun laras pendek seperti Revolver.

“Kalau tahun 2009 ada, sekitar 6 atau 9, angka pastinya saya kurang tahu. Jenis senjatanya macam-macam ada SS1, laras panjang maupun revolver hilang karena dicuri atapun diserang Pospol yang ada di gunung-gunung itu.” Wachyono menjelaskan, tahun 2009 senjata yang hilang antara 6 sampai 9 pucuk, pada 2010 nihil, sementara awal April 2011, satu pucuk senjata dirampas dalam penyerangan Polsek Dogiyai, kabupaten Paniai.

“Hilangnya senjata karena berbagai sebab seperti dirampas oleh masyarakat yang melakukan penyerangan ke kantor Polisi maupun hilang karena kelalaian anggota,” tukasnya.

Ditambahkan, hingga kini senjata yang hilang belum ada satupun yang berhasil ditemukan kembali.  Meski demikian, kata Wachyono, pihaknya terus berupaya melakukan penyelidikan demi mendapatkan kembali senjata yang hilang tersebut. (dee/don)

http://bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=…:lebih-9-pucuk-senpi-polda-hilang&catid=25:headline&Itemid=96

Rabu, 20 April 2011 00:47

Bincang-Bincang Dengan Drs. Mohammad Musa’ad,M.Si Tentang MRP

Mereka Punya Gigi, Tapi Masih Tumpul Sekedar melihat sedikit ke belakang tentang MRP sejak terbentuknya hingga akhir masa jabatannya Bulan Oktober 2010, Bintang Papua sempat berbincang-bincang dengan Ketua Democratic Center Drs. Mohammad Musa’ad,M.Si yang sejak terbentuknya Tahun 2003 selalu konsen dengan isu tentang Otsus dan Sejumlah permasalahan di Papua. Laporan Ahmad Jainuri Drs. Mohammad Musa’ad,M.SiUndang-undang […]

Pulau Terluar Dikhawatirkan Diambil Asing

 

Jakarta (ANTARA News) – Sebanyak 92 pulau terluar di Indonesia saat ini perlu diamankan karena sangat berpeluang diambil alih pihak asing.

“Kalau tidak (diamankan), nasib 92 pulau itu akan sama dengan (Pulau) Sipadan dan Ligitan,” kata peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Ono Kurnaen Sumadiharga di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, 92 pulau yang perlu diamankan itu lokasinya tersebar dari Aceh hingga Papua dan berada cukup jauh dari garis pantai wilayah yang berpenduduk serta sebagiannya belum memiliki nama.

Ia mencontohkan beberapa pulau yang berada di sekitar Pulau Biak, Papua yang sangat jarang dikunjungi pejabat pemerintahan.

Demikian juga beberapa pulau kecil yang berada di sekitar kepualauan Natuna, Kepri yang juga jarang ditempati.

Akibat jauhnya lokasi dan jarang dikunjungi tersebut, 92 pulau itu sangat berpeluang diduduki dan direbut pihak asing.

“Awalnya mungkin hanya nelayan asing yang menyandarkan kapal, lalu menetap sekian lama. Setelah itu menancap bendera negaranya dan mengklaim jadi milik mereka,” katanya.

Guru besar bidang oseanografi Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menambahkan, ada juga pulau yang berpenduduk memiliki peluang diklaim pihak asing menjadi milik negara mereka.

Ia mencontohkan beberapa pulau di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara yang penduduknya banyak berbahasa Tagalok, bahasa resmi Philifina dan menggunakan mata uang negara tetangga itu, Peso.

Jika tidak disikapi dengan bijaksana, tidak tertutup kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di pulau tersebut.

Untuk mengantisipasi hal-hal itu, kata dia, pemerintah perlu melakukan penjagaan seperti menempatkan personil Angkatan Laut untuk agar pulau-pulau itu tidak dipergunakan pihak asing.

Jika kurang mampu, pemerintah dapat menjalin kerja sama dengan pihak swasta agar pulau-pulau itu dimanfaatkan seperti dijadikan tempat wisata.

Apabila sudah ada kegiatan di pulau-pulau terluar itu, maka pihak mana pun tidak berani untuk melakukan kegiatan illegal, termasuk mengklaimnya sebagai milik mereka.

Pemerintah juga dapat memasukkan pihak asing untuk mengelola pulau-pulau itu. “Namun harus ada perjanjian dulu yang tidak merugikan Indonesia dalam segala hal,” katanya.(*)

COPYRIGHT

Dua Pulau di Sekitar Enggano Hilang

Bengkulu (ANTARA News) – Pulau Satu dan Pulau Bangkai yang berada di sekitar Pulau Enggano, sekitar 90 mil dari Kota Bengkulu kini tinggal nama karena sudah tenggelam akibat abrasi.

Koordinator Enam Kepala Suku di Enggano, Rafli Zen Kaitora di Bengkulu, Sabtu mengatakan pulau yang masing-masing memiliki luas lebih dari 2 ha. dan 1 ha. tersebut tenggelam akibat tingginya abrasi yang terjadi di perairan Enggano.

“Sebelumnya berupa hutan dan ditanami kelapa tapi sekarang tinggal gundukan pasir, karena kayu dan tanaman lain sudah hilang,”katanya.

Pulau Satu kata dia hanya berjarak 2 km dari Desa Kahyapu sementara Pulau Bangkai berjarak 4 km dari Desa Banjarsari.

Menurut Rafli, tingginya laju abrasi di wilayah kepulauan tersebut terjadi mulai awal 1990an dan yang paling parah terjadi pada sekitar tahun 1997.

Sebelumnya kata dia kedua pulau ini dipelihara oleh masyarakat Enggano khususnya Suku Kahuga di Pulau Bangkai dan Suku Kaarubi di Pulau Satu.

“Pada tahun 1960, dua pulau ini masih dijaga oleh dua suku ini dengan memelihara pohon kelapa dan tidak ada perkebunan, tetapi yang membuat pulau ini cepat hilang karena pohon-pohonnya sering ditebangi nelayan yang singgah di pulau ini,”katanya.

Pulau-pulau di sekitar pulau Enggano yang masih tersisa yakni Pulau Merbau seluas 7 ha dan Pulau Dua seluas 11 ha kata dia hingga saat ini masih sering disinggahi oleh nelayan dari Lampung, Muara Angke, Sibolga bahkan neyalan asing.

Rafli mengatakan hilangnya dua pulau ini menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat Pulau Enggano karena bisa mengancam keberadaan pulau mereka. (*)

COPYRIGHT

Polri-TNI Bentrok di Karubaga

Mayjend TNI A. Y Nasution dan Irjen Pol Bagus EdodantoJAYAPURA (PAPOS) –Pratu Rustam anggota TNI dari Satgas 756 Pos Karubaka, mengalami luka-luka di bagian perut dan langsung jatuh pingsan di TKP, akibat dikeroyok oleh sejumlah anggota Polri di depan pos jaga masuk Mapolres Tolikara, Selasa (28/4) sekitar pukul 10.15 WIT kemarin.

Insiden pengeroyokan anggota TNI itu buntut dari peristiwa pada Senin (27/4) malam sekitar pukul 24.30 WIT, dimana sepeda motor salah satu anggota Polri yang berboncengan bersama salah seorang anggota Sat PP Pemerintah Kabupaten Tolikara, dihentikan oleh anggota regu jaga malam Satgas 756 Pos Karubaka.

Setelah mendapat pertolongan pertama di pos jaga Mapolres Mimika, Pratu Rustam kemudian dilarikan ke RSUD Tolikara, namun karena peralatan RSUD Tolikara tidak memadai, akhirnya korban dibawa ke RSUD Wamena dengan menggunakan jalan darat, dan saat ini masih dirawat di RSUD Wamena.

Malam sebelumnya, (Senin malam, red) anggota Satgas 756 Pos Karubaga yang tengah jaga malam, Senin (28/4) malam, sekitar pukul 24.30 WIT menghetikan laju kendaraan orang mabuk yang kebetulan dikendarai anggota Polri dan Sat PP saat melitas berboncengan dengan sepeda motor di depan pos jaga Satgas 756 Karubaka.

setelah petugas Pos jaga mengetahui bahwa kedua orang tesebut dalam keadaan mabuk, kemudian anggota Pos menanyakan, namun anggota jaga pos justru mendapat jawaban menantang. Karena keduanya dalam keadaan kondisi mabuk lalu kedua orang tersebut mengamuk.

Akhirnya, anggota pos langsung memukul kedua orang tersebut. Kedua orang mabuk tersebut mengaku bahwa mereka dari anggota Polres Jayawijaya dan anggota Polisi PP (Pamong Praja), akhirnya baik keduanya maupun petugas pos jaga saling meminta maaf.

Paginya Kapolres Tolikara sempat mendatangi pos jaga Satgas 756 Karubaga untuk mengklarifikasikan kejadian semalam. Kedua belah pihak pada waktu itu saling minta maaf, bahkan Kapolres mengatakan bahwa masalah ini sampai disini saja. “Jangan masalah ini Besar-besarkan,”ujarnya.

Karena sudah ada perdamaian Pratu Rustam pergi berjalan tanpa pakaian dinas ke luar pos, tetapi setibanya di depan pos jaga Mapolres dirinya justru dikeroyok. Ketika dikonfirmasi wartawan, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI A.Y Nasution, usai peragaan Tekhnologi dan UKM Papua di GOR Cenderawasih mengatakan, insiden di Tolikara sudah diselesaikan secara baik.

“Itu hanya perselisihan biasa saja, dan sudah damai serta tidak ada korban jiwa,”kata Pandang kepada wartawan.

Ditempat yang sama Kapolda Papua Irjen Pol FX Bagus Ekodanto juga mengatakan hal yang sama, bahwa kejadian itu cuman hanya salah paham. Menurutnya, perselisihan tersebut awalnya dipicu karena mabuk, namun kini sudah diamankan.

POLISI TEMBAK WARGA SIPIL

Sementara itu, di kota Timika, seorang warga sipil Cauiruddin (21) ditembak oknum Polisi berpangkat Briptu Edward Kawab (25), sekitar pukul 24.00 WIT pada hari Minggu (26/4) lalu. Nyawa warga jalan Ahmad Yani itu tak tertolong, setelah diterjang dua peluru pistol Revolver milik pelaku anggota Polres Mimika di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Kota Timika.

Data A1 yang berhasil dihimpun Papua Pos menyebutkan, kronologis penembakan itu berawal ketika pelaku dan korban berada di KM 10 Kota Timika. Keduanya saat itu asik menegak Minuman Keras (Miras) sambil bercanda. Dalam kondisi mabuk berat korban mengambil tas milik pelaku.

Tak selang beberapa lama kemudian pelaku berhasil merebut tasnya kembali lantas menyeluarkan pistol yang ada dalam tas dan menembakan kepada korban.Tembakan peratama mengenai bagian lengan kanan tembus ke telapak tangan kiri korban. Tembakan kedua, tembus dada bagian kanan, lalu korban jatuh.

Sesaat berikutnya satuan P3D tiba di TKP langsung mengamankan pelaku di Polre Timika. Selanjutnya korban dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Namun setelah tiba di rumah sakit korban tidak tertolong hingga meninggal dunia di rumah sakit Mitra Masyarakat Timika.

Ketika di lonfirmasi ke PLT Kabid Humas Polda Papua Nurhabri membenarkan atas kejadian tersebut. Menurutnya, anggota Polri Mimika itu telah menembak teman masyatakatnya hingga korban meninggal pada saat di bawa ke Rumah sakit Mitra Masyarakat.

“Korban telah dievakuasi ke tempat asalnya di daerah bugis,”katanya di Mapolda, Selasa (28/4) kemarin.

Namun untuk sementara pelaku telah diamankan Di Polres Mimika dan petugas P3D Polres Timika mengamankan barang bukti yang dibawa pelaku yakni, 1 PCK Senpi Sejenis Revolver dengan No seri AUN 8835, 3 Butir peluru yang masih utuh dan 2 butir selongsong Peluru.
Selain itu, Nurhabri mengatakan pelaku tetap ditahan dan akan dikenakan hukuman.”Bapak Kapolda telah menegaskan bahwa bila ada anggota yang terlibat mabuk akan tahan di sel dan apabila terbukti tindak pidana tidak segan-segan untuk di pecat,” ujarnya.(cr-50)

Ditulis oleh Cr-50/Papos
Rabu, 29 April 2009 00:00

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny