Banjir Rendam 11 Desa di Buol – Jalan Berlubang dan Ambles di Cilacap Bagian Barat

Palu, Kompas – Sedikitnya 11 desa di tiga kecamatan di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, 650 kilometer utara Kota Palu, terendam banjir setinggi betis orang dewasa hingga lebih dari satu meter sejak Jumat lalu. Hingga Minggu (30/11) sore, tak kurang dari 500 rumah penduduk masih terendam air.

Informasi dari Syamsuddin Mangge, Kepala Bagian Humas dan Protokol, serta Musadianto, Kepala Subbagian Pemberitaan Humas Pemkab Buol, Minggu, menyebutkan, warga mengungsi ke rumah saudara atau tetangga saat air menyerbu. Mereka segera kembali bila air surut. Penduduk sudah terbiasa, wilayah itu memang langganan banjir tahunan.

”Desa-desa yang paling parah terendam adalah Desa Wakat, Pamoyagan, Goamonikal, dan Suraya di Kecamatan Momuno. Empat desa lain di Momuno juga kebanjiran walau tidak terlalu parah, yaitu Taluan, Petugu, Panimbul, dan Tongan. Di Kecamatan Bukul, desa yang kebanjiran adalah Bungkudu dan Biau. Sementara di Kecamatan Bokat banjir merendam Desa Kodongan,” ujar Musadianto.

Menurut Camat Momuno Syafruddin Utarakal, setidaknya 500 rumah di empat desa yang paling parah terendam banjir setinggi 50-100 cm.

Banjir kali ini disebabkan hujan deras yang turun sepanjang Jumat hingga Sabtu. Hingga Minggu sore, mendung masih menyelimuti kota Buol. Adapun di Kecamatan Momuno dan sekitarnya, hujan tak kunjung reda.

Sementara itu, sejumlah ruas jalan di sekitar Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, mulai berlubang, ada pula yang ambles pada musim hujan ini.

Lubang tampak di ruas jalan Purwokerto-Rawalo dan Lumbir-Majenang. Jalan di Desa Cilongkrang, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, ambles sepanjang 20 meter dengan kedalaman 80 sentimeter.

Kepala Unit Pelaksanaan Tugas Bina Marga Wilayah Cilacap Priyono, Minggu, mengatakan, jalan ambles di Desa Cilongkrang kini ditimbun sementara dengan tanah. ”Yang penting jalan itu sudah bisa dilewati,” katanya.

Menurut Priyono, diduga jalan ambles karena lapisan tanah di bawah jalan melunak akibat kena rembesan air dari aliran air bawah tanah di bawah jalan itu. Akibatnya, setiap musim hujan, jalan itu ambles 5-10 cm. Namun, kali ini amblesnya terbilang cukup dalam.

Akan diteliti

Untuk memperbaiki jalan, Bina Marga Cilacap masih menunggu pencairan dana pemeliharaan jalan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Sambil menunggu, pihaknya akan meneliti jenis lapisan tanah di jalan itu untuk menentukan konstruksi yang harus diterapkan dalam memperbaiki jalan.

”Kami perlu tahu seberapa dalam lapisan tanah keras pada ruas jalan itu. Juga seberapa besar debit air di aliran air bawah tanah di bawah jalan itu,” katanya.

Tunggu cuaca cerah

Priyono juga menyatakan bahwa pihaknya akan memperbaiki jalan berlubang yang timbul selama musim hujan. Sejauh ini, ada sekitar 20 kilometer jalan berlubang di beberapa ruas jalan, mulai dari Brebes-Bumiayu-Pekuncen hingga Purwokerto-Rawalo dan juga Lumbir-Majenang.

”Saat ini perbaikan jalan berlubang baru tambal sulam. Perbaikan total menunggu cuaca cerah. Namun, setidaknya perbaikan itu bisa membuat nyaman para pengguna jalan,” ungkapnya.

Bagi sebagian warga Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, perbaikan jalan di wilayahnya dan beberapa kecamatan di Cilacap bagian barat terasa lambat. Hal itu diutarakan Kepala Desa Jenang Sunarto dalam panen raya padi hasil bendung darurat Sungai Cilopadang, yang dihadiri oleh Wakil Gubernur Jateng Rustriningsih. Warganya merasa dirugikan dengan buruknya kondisi infrastruktur jalan di Cilacap bagian barat, termasuk jalan ambles di Wanareja.

”Masih banyak jalan di Cilacap bagian barat yang belum diperbaiki. Banyak jalan berlubang sehingga rawan kecelakaan,” kata Sunarto.

Menanggapi keluhan warga, Rustriningsih mengatakan, pihaknya akan segera meminta perbaikan kerusakan jalan di Cilacap bagian barat. (REN/MDN)

BANJIR DI TANJUNG MORAWA BELUM SURUT

Metrotvnews.com, Deli Serdang: Banjir kiriman yang merendam sekitar 300 rumah di Desa Bangun Sari Baru, Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatra Utara, belum surut, hingga Senin (1/12) ini. Ketinggian air bervariasi mulai 50 centimeter hingga satu setengah meter.

Warga mulai mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka khawatir air semakin tinggi. Sebagian dari mereka memilih mengungsi di masjid. Menurut salah seorang warga, banjir ini banjir musiman. Setiap musim hujan, permukiman mereka selalu digenangi banjir. Meski demikian, hingga kini belum ada penanganan serius dari pemerintah daerah.(BEY)

Artikel Mirip, Click di SINI

Kota Gorontalo Lumpuh Karena Banjir

Gorontalo (ANTARA News) – Aktivitas perekonomian di Kota Gorontalo, Senin, lumpuh setelah hampir seluruh wilayah Gorontali digenangi banjir akibat hujan deras yang terus mengguyur kota itu sejak beberapa hari lalu.

Dari pantauan ANTARA, genangan air hingga setinggi 1,5 meter telah merendam pusat pertokoan dan sejumlah kantor sehingga mengganggu aktivitas kerja pada karyawan dan pegawai pemerintah.

Ruas jalan utama Jalan Ahmad Yani, Panjaitan, Jaksa Agung danDiponegoro maset total menciptakan antrian panjang kendaraan, sementara berdasarkan Posko Penanggulangan Bencana Kota Gorontalo, penduduk yang mengungsi membludak hanya dalam kurun tiga jam.

“Tadi pengungsi baru sekitar 1.300 orang tapi sekarang sudah lebih dari 2.000 orang,” kata salah seorang petugas posko.

Jumlah kelurahan yang dilanda banjir pun bertambah setelah masuknya daerah Heledulaa Selatan, Heledulaa Utara, Moodu, Biawu, Bugis, Tenda, Ipilo, Tamalate, Tenilo dan Limba U II menjadi wilayah-wilayah terkena banjir.

Pemerintah Kota Gorontalo telah mengevakuasi warga dan menempatkannya di 20 lokasi pengungsian yang terdiri dari rumah penduduk, kantor, sekolah dan gedung pertemuan. (*)

Brebes dan Banyumas Dilanda Banjir

Catatan SPMNews:
Sejak Akhir 2004, SPMNews selalu meliput berbagai berita tentang “Suara Alam” atau “Alam Bicara” yang terjadi di wilayah NKRI, dengan maksud agar orang Papua mencermati dan mengikuti perkembangan suara alam dimaksud secara saksama. Coba hitung ke belakang, sejak kapan Alam mulai bicara keras di wilayah NKRI. Jangan Anda kaget, kalau ia mulai sejak akhir 2004.
————————–
[PURWOKERTO] Hujan deras pada Minggu (12/10), mengakibatkan banjir bandang di Kabupaten Banyumas dan Brebes, Jawa Tengah. Banjir mengakibatkan 85 rumah rusak diterjang banjir dengan rincian, 15 rumah di Brebes dan 70 rumah di Banyumas. Selain itu empat jembatan di Kabupaten Brebes, putus.

Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Brebes Kustoro ketika dikonfirmasi SP, Senin (13/10) menjelaskan, banjir Brebes terjadi di dua desa di Kecamatan Bumiayu dan Paguyangan, semuana di wilayah Brebes selatan.

“Banjir disebabkan meluapnya Sungai Pemali sehingga memutuskan sebuah jembatan gantung di Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan,” katanya.

Banjir juga menyebabkan sebuah mobil sedan dan sebuah mobil bak terbuka, hanyut.

Sementara di Kecamatan Bumiayu, banjir yang sama juga menyebabkan tiga jembatan desa putus, yaitu dua jembatan di Desa Pruwatan, masing-masing di Dukuh (bagian desa) Penanjung dan Kubangsari. Satu jembatan lagi di Desa Kedungkidang juga ambruk.

Puluhan hektare sawah yang hampir panen juga terendam, sehingga kerugian semuanya mencapai ratusan juta rupiah.

Sementara itu, di Desa Kranggan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas juga terjadi banjir bandang akibat meluapnya Sungai Mremang. Banjir bandang juga memporakporandakan 70 rumah dan tiga hektare sawah yang yang siap panen. Sebanyak 300 ekor bebek milik warga setempat, Wasimin, dilaporkan hanyut.

Sampai Senin pagi cuaca mendung di Banyumas dan Brebes masih cukup tebal, sehingga warga diimbau waspada.

Kepala Subbagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Banyumas, Kristin Lestari menjelaskan, tim SAR dan petugas Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi telah siaga di daerah-daerah rawan banjir dan longsor. [WMO/M-11]
——————————————————————————–
Last modified: 12/10/08 SPDaily

Ijin Kelapa Sawit di Papua Dipertimbangkan

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, mempertimbangkan untuk memberikan ijin pembukaan lahan kelapa sawit di Papua. Namun pemberian ijin ini akan sangat ketat untuk menghindari terjadinya konflik antara investor dan masyarakat setempat, seperti di Kalimantan dan Sumatera.

“Papua sangat potensial untuk ditanami sawit,” kata Anton dalam pembukaan Pameran dan Konferensi Minyak Sawit Sedunia, di Jakarta, Rabu (21/5). Total lahan potensial di Papua untuk ditanami kelapa sawit mencapai 3-4 juta hektare.

Menurut Wakil Presiden, Jussuf Kalla, pengusaha kelapa sawit harus memikirkan kesejahteraan masyarakat sekitar perkebunan. “Indonesia adalah produsen (produk minyak sawit) nomor satu dunia, tapi mengapa masyarakat (sekitar perkebunan) justru menderita,” kata dia.

Kalla mengingatkan, selain bermasalah dengan lahan masyarakat, ekspansi lahan sawit besar-besaran sangat perpotensi menghancurkan pohon dan hutan tropis, sehingga berkontribusi terhadap timbulnya banjir. “Bagaimana caranya agar tidak merusak,” ujarnya.

ARTI EKAWATI

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny