Lomba Jubi Warnai Peringatan 1 Mei di Perbatasan RI-PNG

 Ditulis oleh (aj/aj/acowar  

Para peserta lomba memanah sat berpose bersama panitia. JAYAPURA—Peringatan 1 Mei sebagai hari kembalinya wilayah Papua ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tampaknya diperingati hingga di wilayah Perbatasan RI-PNG.perayaan tersebut dilakukan dengan pelaksanaan lomba jubi (memanah) dan turnamen bola voley.

Dalam lomba yang melibatkan masyarakat di delapan kampong, ditutup oleh Kepala Distrik Muara Tami Robby Kepas Awi.  “Dengan memperingati moment 1 Mei, adalah sebagai salah satu upaya kita menghormati jasa para pahlawan,” ujarnya saat memberikan sambutan yang diikuti ratusan warga masyarakat di Perbatasan RI-PNG.

Sementara itu, Ketua Panitia Peringatan 1 Mei, Lettu Inf. Dony Fransisco yang menjabat sebagai Danpos Perbatasan, mengatakan bahwa peringatan 1 Mei tersebut dilaksanakan untuk menumbuhkan dan mempertebal jiwa nasionalisme di dalam kehidupan bermasyarakat.

Tentang lomba yang digelarnya, untuk lomba bola voly , diikuti oleh 12 tim. “Sedangkan lomba memanah menggunakan jubi, diikuti dengan antusias oleh masyarakat. Ada 264 peserta lomba jubi,” ungkapnya.

Keluar sebagai pemenang lomba jubi, Enos Mallo sebagai juara satu, Ismael Nally sebagai juara dua, Yakob samallo sebagai juara tiga. Sedangkan lomba bola voly, dimenangkan tim dari Kampung Holtekamp sebagai juara satu, dari Kampung Moso sebagai juara dua dan dari kampong Wutung sebagai juara tiga. (aj/aj)

Senin, 02 Mei 2011 23:29

HIV-AIDS Ancam Usia Produktif di Papua!

Gubernur Suebu Launching Kampanye HIV di Papua Tahun 2010

JAYAPURA-Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu, SH, mengatakan penyebaran virus HIV-AIDS di Papua sudah menyebar ke populasi masyarakat umum dan terbanyak penyebarannya di usia antara 15-49 tahun atau usia produktif.”Jumlah kasus terbanyak ditemukan pada usia 20-29 tahun sebanyak 2251 kasus yang merupakan usia kerja dan angkatan kerja. Usia ini dalam ancaman, bila tidak ada usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan yang efektif dan terkoordinir dengan maksimal. HIV-AIDS sekarang jadi ancaman serius bagi Papua,”ungkap Gubernur Suebu saat launching Kampanye HIV di Papua untuk tahun 2010, di Jayapura, Senin (12/07).

Program kampanye ini didukung juga melalui program Kemitraan Australia Indonesia ( Autralia Indonesia Partnership).

Gubenur Suebu menjelaskan, jumlah pengidap HIV-AIDS di Papua saat ini 4967 kasus, diantaranya HIV 2565 kasus dan AIDS 2405 kasus. Dari jumlah tersebut 402 diantaranya sudah meninggal dunia.
Hasil survey terpadu HIV dan perilaku (STHP) yang dilaksanakan BPS (Badan Pusat Statistik) dan Depkes 2006 melaporkan bahwa epidemic HIV di Propinsi Papua dan Papua Barat telah memasuki populasi umum yakni menyebar ke 2,4 % populasi masyarakat umum dewasa usia 15- 49 tahun.

”Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penularan HIV di Tanah Papua jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di Indonesia,” ujar Suebu.

Suebu mengajak seluruh elemen di Papua untuk terlibat dalam upaya pencegahan penyebaran HIV-AIDS salah satunya menghindari zina dan hubungan seks di luar nikah. Dan penanganan virus ini harus melibatkan semua komponen masyarakat tanpa terkecuali.Terkait dengan pelaksanaan kampanye itu, tidak terlepas dari strategi komunikasi untuk penanggulangan HIV-AIDS, yakni kampanye multimedia yang melibatkan berbagai saluran komunikasi dan berbagai bentuk media serta menggunakan beberapa pendekatan yang saling bersinergis, yaitu komunikasi untuk perubahan perilaku, advokasi, dan penggerakan masyarakat.

Kampanye ini, mengusung tema, “Kitorang pengaruh, mari bertanggungjawab untuk HIV. Yang maknanya, HIV-AIDS adalah masalah tanggungjawab semua orang yang ada di Papua dalam hal ini berperan aktif, bertindak, dan mengambil tanggungjawab dalam penanggulangan HIV-AIDS di Papua.

Ada 4 hal yang ingin dicapai dalam kampanye ini, yakni, penundaan seks dini dan pengurangan jumlah pasangan seks, ajakan periksa atau tes HIV dan periksa infeksi menular seksual (IMS), peningkatan penggunaan kondom pada setiap kegiatan seks beresiko dan mempromosikan kondom sebagai sarana pelindung kesehatan, dan pengurangan stigma dan deskriminasi terhadap orang hidup dengan HIV-AIDS.
“Harapan kita agar kampanye ini memiliki gema luar biasa di masyarakat dan mampu mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku. Kita harus bisa memutuskan mata rantai penularan HIV dan ini tidak bisa ditunda lagi. Mari selamatkan generasi muda Papua dari HIV-AIDS,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua KPAD Provinsi Papua drh. Constan Karma menandaskan, kampanye pencegahan penyebaran HIV-AIDS di Papua dalam tahun 2010 difokuskan ke kaum lelaki. Alasannya, orang laki-laki memiliki peran dominan dalam penyebaran HIV-AIDS selama ini.

‘ ‘Perbedaan kampanye HIV-AIDS tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini

difokuskan ke para lelaki, karena lelaki yang lebih dominan dalam terjadinya hubungan seksual, sementara 90 persen penyebaran HIV-AIDS di Papua karena hubungan seks,” jelas Ketua KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) Provinsi Papua Constant Karma kepada wartawan di Jayapura, Senin (12/7) saat launching kampanye HIV-AIDS di Papua 2010.

Menurut Karma, laki-laki kategori 3 M (mobile men with money) di Papua memiliki kontribusi tinggi terhadap peningkatan laju pertumbuhan HIV di Papua. Dan ini terjadi pada semua tingkatan, terutama mereka yang memilikin uang dan selalu berpergian ke luar rumah.

“Laki-laki 3 M ini memiliki mobile, atau sering bepergian, punya money banyak dan dominan dalam membuat keputusan melakukan hubungan seks, sehingga itu yang menjadi sasaran kampanye untuk mengurangi penyebaran HIV tahun ini,” jelas.

Acara lauching Kampanye HIV tahun 2010 yang digelar kemarin, diawali dengan doa oleh 5 wakil pemuka angama dari Kristen, Katholik, Islam, Hindu dan Bunda. Setelah itu, pementasan drama singkat tentang kondisi rentan terjadinya HIV dalam keluarga dan lingkungan, kemudian dilanjutkan dengan sambutan gubernur sekaligus melaunching kampanye HIV tahun 2010 yang ditandai dengan pemukulan tifa. Usai acara Launching, Gubenur menyerahkan kunci 1 unit mobil kampanye kepada Pemkab Jayawijaya yang diterima Bupati Jayawijaya Wempi Wetipo. Acara ditutup dengan meninjau pameran kampanye HIV-AIDS di bagian depan gedung negara.

Acara Launcing Kampanye HIV tersebut diikuti oleh Muspida Provinsi Papua, para kepala SKPD Provinsi Papua, tokoh masyarakat dan tokoh adat, pemuka agama, tokoh perempuan, pimpinan media, LSM, dan stakeholder lainnya. (luc/nls)

Program KB Bukan Untuk Membatasi Kelahiran

SENTANI-Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP2A dan KB) Kabupaten Jayapura Dra. Maria Bano mengungkapkan bahwa program Keluarga Berencana (KB) bukan untuk meembatasi kelahiran. Namun diakui, sampai saat ini masih ada pemahaman yang keliru dari sebagian warga bahwa program KB itu bertujuan untuk membatasi angka kelahiran.

Karena itu, untuk memberikan pemahaman yang benar kepada warga masyarakat mengenai program KB, pihaknya terus menerus melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan hingga ke tingkat kampung.

Selain itu, untuk mendukung program KB ini, pihaknya belum lama ini telah melakukan penyuluhan kepada para tokoh-tokoh agama melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), diharapkan melalui kegiatan tersebut mereka bisa membantu pemerintah dalam memberikan informasi yang benar dan tepat kepada masyarakat.

“Jadi perlu kami sampaikan bahwa program KB itu bukan untuk membatasi angka kelahiran tapi bertujuan untuk membantu dalam perencanaan kelahiran. Diharapkan, dengan mengatur jarak kelahiran maka dampaknya juga terhadap kesejahteraan keluarga itu sendiri,”ujarnya.

Menurut Maria, melahirkan anak itu merupakan hak azasi setiap orang, sehingga tidak ada yang bisa melarangnya, termasuk pemerintah. Tugas pemerintah adalah membantu masyarakat mengupayakan kesejahteraan keluarga, melalui program KB.

Melalui program KB ini, warga bisa membuat program perencanaan tentang kelahiran anak. Tujuannya adalah, jika kelahiran anak ini terencana dengan baik, hal ini berdampak juga terhadap perencanaan terhadap pendidikan anak itu sendiri.

“Melahirkan anak tanpa ada perencanaan yang baik ini juga akan berdampak terhadap pendidikan anak-anaknya kedepannya. Misalnya, anaknya belum disiapkan atau mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarganya, mereka sudah melahirkan anaknya lagi,”imbuhnya. (mud/tri) (scorpions)

 

Catatan SPMNews:

  1. Tujaun utama, latar belakang gagasan Keuarga Berencan dimunculkan untuk MENGURANGI pertumbuhan penduduk di seluruh dunia;
  2. Negara-negara Asia dan Afrika didesak oleh dunia barat untuk segera mengurangi jumlah penduduknya, sementara mereka sendiri malahan tidak menerima program KB, apalagi oleh Vatikan ditolak dengan tegas;
  3. Mereka memberikan dana penuh dan penghargaan-penghargaan kepada pemimpin negara yang menjalankan program KB dengan hasil memuaskan, termasuk Soeharto atalah sang juara;
  4. KB sangat bertentangan dengan Adat dan Agama, menentang Hukum Alam (kodrati).
  5. Kalau Bano mengatakan sebaliknya, justru Bano yang perlu kuliah ulang kepada dunia nyata, bukan mimpinya.

Dominikus : Orang Papua Akan Hilang Oleh Beberapa Indikator

Maraknya kasus kekerasan dan kriminalitas yang dilatar belakangi minuman keras di Papua membuat prihatin Dewan Adat Papua (DAP). Dan karena itu Kamis (3/6) kemarin, DAP menggelar Seminar yang akan dilanjutkan dengan Demontrasi ke DPRP.

Oleh : Jaenuri

Hal itu menurut Staf Khusus DAP Dominikus Sorabut untuk menuntut keseriusan pemerintah Provinsi Papua dan pemerintah Kabupaten Kota se-Provinsi Papua dalam menerapka peraturan daearah serta undang-udang yang terkait dengan peredaran minuman keras di Papua. Salah satu contoh korban miras yang terakhir adalah terjadinya insiden yang cukup serius, dimana Terianus Hesegem yang diduga dalam keadaan mabuk membuat ulah hingga ditembak oleh Polisi yang jaga di Pospol Waena. ‘’Oleh karena itu kami tidak menggebu-gebu mengcounter itu dan kami harus melihat sesungguhnya apa yang terjadi dibalik ini semua,’’ ungkap Dominikus Sorabut. Kepentingan terkait dengan miras tersebut menurut Sorabut merupakan kepentingan semua pihak. ‘’Semua kepentingan ini ada di semua pihak termasuk polisi juga, tentara juga punya kepentingan yang sama bagaimana untuk melokalisir minuman-minuman keras,’’ jelasnya. Menurut Sorabut bahwa hingg saat ini perda baik dari Provinsi maupun Kabupaten/Kota tidak ada realisasi yang jelas untuk menekan peredaran miras dan penyalahgunaannya. ‘’Oleh karena itu kami sebagai orang Papua merasa bahwa ini ada sebuah clos identiti, kehilangan identitas suatu ketika,’’ ungkapnya. Dikatakan Sorabut bahwa DAP telah mengeluarkan seruan yang berisi bahwa orang Papua akan hilang dengan sebab beberapa indikator termasuk miras. ‘’Kami sudah serukan dalam seruan umum DAP yang kedua tentang orang Papua akan hilang itu oleh beberapa indikator,’’ ungkapnya.

Menurut Sorabut bahwa orang Papua akan hilang diantaranya karena pemusnahan menggunakan senjata tajam, senjata cair, senjata padat, racun, pembunuhan karakter dan lain-lain. ‘’Oleh sebab itu kita lakukan langkah-langkah termasuk seminar hari ini sebagai sebuah kajian yang bisa dipertanggungjawabkan kepada semua pihak,’’ jelas Sorabut yang juga mengatakan bahwa pihaknya telah melayangkan surat ke kepolisian terkait rencana demontrasi ke DPRP hari ini. DAP yang menggelar seminar dengan them miras dan kekerasan represif di Aula Rumah Bina Waena dan diikuti oleh sejumlah mahasiswa asal pegunungan tengah tersebut yang nantinya dilanjutkan dengan aksi demontrasi ke DPRP, menurut Sorabut harapannya minimal peraturan yang ada terkait dengan miras harus benar-benar ditegakkan. ‘’Supaya kita bisa meminimalisir kriminalitas yang sedang muncul ini,’’ ujarnya.
Sementara itu, Theo Kossay yang hadir bersama mahasiswanya Nico Tunjanan mengatakan bahwa peraturan atau undang-undang tentang Miras di Papua harus mengatus secara rinci dan jika perlu ditiadakan.

‘’Dari hasil penelitian STFT Fajat Timur kami harap bahwa semua yang berkaitan dengan iras itu di perdakan. Perda di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sehingga dengan perda itu bisa melindungi hak-hak hidup orang Papua dari ancaman miras,’’ ungkapnya. Dikatakan bahwa kalau di luar Papua lebih banyk kriminalitas akibat narkoba sedangkan di Papua adalah akibat Miras. ‘’Karena itu kami mau undang-undang tentang miras ini seimbang dengan narkoba itu. Jadi ditiadakan kalau boleh,’’ ujarnya. Dikatakan juga bahwa jika diijinkan konsumsi maka harus diatur masalah tempat dan waktu konsumsinya. ‘’Karena orang mabuk di tempat lain, nanti pulang ke rumah otomatis akan terjadi KDRT. Nah itu diatur di dalam undang-undang itu,’’ harapnya.

Masih menurut Theo Kossay bahwa dalam penelitian yang diadakan oleh STFT Fajar Timur beberapa waktu lalu banyak hal yang terkait dengan perilaku orang Papua terhadap minuman keras. ‘’Dari kajian ini kita melihatkan tiga unsur penting, yang pertama, dari kajian ini adalah nyawa orang Papua sudah banyak sekali hilang gara-gara miras, melalui kecelakaan lalu lintas, melalui kriminal dan over dosis itu sudah banyak sekali orang meninggal,’’ ungkapnya. Yang kedua, menurut theo Kossay adalah merusak struktur, tatanan dan nilai kehidupan sosial, buadaya, pendidikan, kelurga, hukum, keamanan. ‘’Itu sudah sama sekali tidak diatasi hanya karena miras,’’ tandasnya.

Yang ketiga, menurut Theo Kossay adalah terancamnya karakteristik dan kepribadian masyarakat Papua. ‘’Jadi kalau miras ini dikonsumsi sejak aak duduk di sekolah dasar, SMP, SMA hingga jadi Mahasiswa mengkonsumsi terus menerus maka ini akan memangkas karaketeristik, kepribadian orang-orang Papua. Daya pikir sudah berkurang, bekerja pemalas, daya saingnya berkurang dan macam-macm akibat akan terjadi,’’ paparnya.(***)

Kelestarian Budaya Baliem Terancam Punah

WAMENA-Pimpinan Sanggar Seni Dani Baliem Wamena, Yoko Huby mengatakan, sejak berdiri pada 2002 lalu, hingga saat ini pihaknya belum mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya baik dalam bentuk bantuan maupun pembinaan.

“Kami sudah beberapa kali ajukan permohonan bantuan guna memajukan sanggar seni ini demi kelestarian budaya Baliem, tapi belum ada direspon dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya,”ungkapnya kepada wartawan saat ditemui di kediamannya, Rabu (3/6), kemarin.

Menurutnya, budaya asli Baliem sudah mulai punah karena terpengaruh dengan masuknya budaya dari daerah lain. Terkait dengan itu, pihaknya bersama anggota sanggar terus berupaya melestarikan budaya Baliem yang cukup diminati oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Salah satu hal yang dilakukannya, lanjut Yoko, yaitu melakukan pembinaan kepada grup-grup tari yang ada di kampung-kampung sehingga potensi yang ada di kampung tersebut dapat diangkat guna menambah kekayaan budaya Baliem.

“Salah satu yang kami lakukan untuk mengembalikan semangat budaya Baliem yaitu beberapa waktu lalu bermitra dengan LSM Peace Brigade Indonesia (PBI) menggelar kegiatan tarian perdamaian sehingga diharapkan melalui kegiatan itu dapat membantu melestarikan budaya Baliem agar semakin dikenal oleh masyarakat,”ujarnya.

Lebih lanjut diungkapkannya, karena banyaknya budaya Baliem yang belum tersentuh maka diharapkan semua pihak yang peduli termasuk pemerintah daerah dapat membantu untuk mengembangkan budaya Baliem tersebut sehingga upaya menjadikan Jayawijaya sebagai Kota DANI (damai, aman, nyaman dan indah) dapat terwujud.(nal)

Jenazah Erik Tiba di Wamena

WAMENA (PAPOS)- Jenazah Erik logo (23) pelaku penyerangan Polsekta Abepura, yang meninggal di RSUD Dok II Jayapura, Rabu (22/4) akibat luka tembak di bagian perut sebelah kiri oleh aparat keamanan, akhirnya tiba di bandara Wamena sekitar pukul 16.25 WIT dengan menggunakan pesawat Trigana Air pada flyht ke-3.

Dengan di jemput oleh sanak keluarga di Wamena akhirnya jenazah almarhum Erik Logo yang telah dimasukkan ke dalam peti setelah turun dari pesawat selanjutnya di bawah menuju kediaman keluarganya di jalan Pattimura Wamena dengan mengunakan ambulance milik RSUD Wamena.

Ketua Dewan Adat Papua (DAP)kabupaten Jayawijaya, Lemok Mabel,kepada wartawan menjelaskan bahwa rencana pemakaman almarhum tersebut belum dapat dipastikan karena masih menunggu pihak keluarga berembuk dulu, sehingga untuk sementara almarhum disemayamkan di rumah keluarga di jalan Pattimura Wamena,

Adapun sebelumnya almarhum Erik Logo salah satu dari puluhan warga lainnya pada Kamis (9/4) lalu yang melakukan penyerangan pada Polsek Abepura dengan menggunakan senjata tradisionil, bom molotov dan bom rakitan, sehingga hal ini membuat pihak keamanan terpaksa melepaskan tembakan peringatan ke udara, tapi akibat para penyerang saat itu semakin tidak terkendali sehingga petugsa lalu melumpuhkanya dengan tembakan.

Akibat peristiwa tersebut maka mengakibatkan satu orang penyerang meninggal di tempat kejadian, sementara 4 orang lainnya berhasil ditangkap dalam keadaan luka tembak dan salah satunya adalah almarhum Erik Logo yang langsung dilarikan ke rumah sakit dan setelah mendapat perawatan beberapa hari akhirnya meninggal dunia akibat luka tembak yang dideritanya.(iwan)

Ditulis oleh Iwan/Papos
Jumat, 24 April 2009 00:00

Warga Transmigrasi di Bonggo Segera Terima Sertifakat Tanah

JAYAPURA- Penantian bertahun-tahun warga transmigrasi di Distrik Bonggo Kabupaten Sarmi untuk mendapatkan sertifikat hak milik tanah, segera bakal terwujud. Pasalnya, sesuai rencana dalam waktu yang tidak lama lagi, setelah Pemilu Legislatif berakhir, penerbitan sertifikat yang merupakan hasil perjuangan keras Wakil Bupati Sarmi Berthus Kyeuw-kyeuw akan diserahkan kepada warga.

Wakil Bupati Sarmi Drs. Berthus Kyeuw-Kyeuw, MPA mengungkapkan, penerbitan surat sertifikat tanah itu dilakukan melalui perjuangan yang sangat panjang, hampir 10 tahunan. Dengan adanya surat sertifikat itu akan membuat warga semakin tenang dan nyaman untuk tingkat ditempat tersebut.

“Bayangkan hampir 15 tahun mereka tinggal dilokasi itu tanpa ada kepastian hak milik. Padahal keberadaan mereka ini ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan di Wilayah Sarmi. Sebab, tanpa mereka jalan di Bonggo tidak akan dibangun,” ujar Berthus Kyeuw-Kyeuw kepada Cenderawasih Pos, Jumat (10/5).

Dikatakan, tanpa merekapun hutan-hutan di wilayah Bonggo tidak akan pernah dibuka, termasuk sejumlah jalan. Karena itu, agar mereka itu ada kepastian hukum, mereka harus mendapatkan sertifikat kepemilikan tanah, meliputi tanah pekarangan dan lahan perkebunan seluas 1 hektare, sehingga total seluas 1,5 hektare.

Menurutnya, sudah seharusnya warga transmigrasi mendapatkan surat sertifikat tanah, karena itu sudah menjadi kewajiban pemerintah memperjuangkan masalah tersebut.

Sebelum surat sertifikat diberikan, pihaknya akan memberikan pemahaman kepada warga asli atau masyarakat adat. Selain itu, masyarakata lokal juga akan mendapatkan hal yang sama.
Untuk mengurus surat sertifikat itu kata Berthus Kyeuw-Kyeuw, dirinya harus bolak balik Sarmi – Jayapura terutama ke Kantor Pertanahan Jayapura (BPN). Sebab, tanpa diseriusi ada kemungkinan penertiban sertifikat tersebut lama diselesaikan.

Ditanya berapa sertifikat yang siap diserahkan, menurut Wakil Bupati ada sekitar 1000 sertifikat yang rencananya akan diserahkan di SP III, IV dan VI. Sedangkan untuk SP I, II, V dan VII masih dalam proses, karena pihaknya masih akan mendata ulang warga yang ada di lokasi tersebut.

“ Kami akan segera membentuk tim pendataan karena di empat SP itu ada laporan sebagian warga yang dulunya menempati lokasi itu telah menjual lahannya ke warga lain. Makanya untuk mengetahui warga yang masih menetap di lokasi itu perlu dilakukan pendataan ulang,”pungkasnya.(mud)

Hutan Hancur, Keberadaan Masyarakat Adat Terancam

JAYAPURA (PAPOS)–Forum Kerjasama Lembaga Sawadaya Masyarakat (Foker LSM) Papua, meluncurkan program kerjanya baru yang bertema selamatkan manusia dan hutan Papua, dalam peluncuran program Foker LSM yang sekaligus sebagai bentuk advokasinya terhadap pemerintah dan masyarakat luas agar lebih menghargai fungsi hutan sebagai ekosistim dunia, juga dilakukan pemutaran beberapa film documenter hasil liputan yang menceritakan tentang rusaknya keseimbangan dan fungsi hutan di Papua akibat eksploitasi yang berlebihan oleh para cukong kayu secara ilegal.

Sekretaris eksekutif Foker LSM Papua Septer Manufandu, kepada wartawan mengatakan hutan Papua yang makin hari makin mendapat ancaman kerusakan, harus mendapat perhatian serius dari semua pihak guna mendapatkan proteksi terhadap hutan Papua yang masih tersisa Selain itu, hutan Provinsi Papua juga merupakan tempat masyarakat adat yang mendiami areal sekitar hutan menggantungkan hidupnya untuk itu diserukan kepada seluruh komponen gar mulai hari ini mau menjaga dan merawat hutan di tanah Papua.

“Bila ekosistim hutan menjadi hancur maka dengan sendirinya keberadaan masyarakat adat menjadi hilang hal ini tentu harus menjadi perhatian semua pihak agar jangan hanya memikirkan memperoleh keuntungan dari hasil hutan saja,” jelas Manufandu, saat ditemui wartawan disela-sela acara peluncuran Program Selamatkan Manusia dan Hutan Papua yang berlangsung di GOR, Selasa (24/2) kemarin.

Acara peluncuran program kerja Foker LSM yang diawali dengan pemutaran beberapa film documenter serta penampilan dancer yang menghibur para tamu undangan ini dihadiri oleh unsur Musyawarah Pimpinan daerah (muspida), pihak LSM, mahasiswa dan pelajar, serta pihak gereja.(lina)

Ditulis Oleh: Lina/Papos
Rabu, 25 Februari 2009

Integrasi Pemuda Papua dan Pendatang Perlu Ditingkatkan

JAYAPURA-Pengurus Pusat Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia, Hironimus Hilapok mengatakan, salah satu kelemahan yang ada pada generasi muda Papua adalah sulit bergaul dengan pemuda non Papua.
“Untuk meningkatkan kualitas kita, maka kita harus banyak bergaul dengan pemuda dari luar Papua. Ketika bergaul dengan mereka, maka kita akan menyadari kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kita. Oleh sebab itu, integrasi (penyatuan) antara pemuda Papua dengan pendatang perlu ditingkatkan,” ujar Hironimus saat menjadi pembicara dalam seminar daerah yang digelar oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Reformasi dan KNPI Provinsi Papua di Hotel Matoa, Jumat (8/8).

Selain itu, dirinya juga menyoroti lemahnya persatuan antara mahasiswa dari daerah pegunungan dengan mahasiswa dari daerah pantai. Hal ini harus diperbaiki, sebab jika mahasiswa jalan sendiri-sendiri, maka akan melemahkan gerakan mahasiswa itu sendiri.

Pada seminar yang dipandu oleh Frits Ramandey ini, Hironimus yang saat ini sedang menyelesaikan program pasca sarjana ilmu politik di Universitas Indonesia juga menyoroti bahwa sekarang ini ada celah yang jauh antara generasi yang muda dengan generasi yang sudah tua, sehingga gerenasi muda sekarang ini seperti ayam yang kehilangan induknya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) KNPI Provinsi Papua, Muhammad Rifai Darus,SH dalam kesempatan itu menyatakan, selama ini ada proses pengkaderan generasi muda Papua yang terputus.
“Senior-senior yang sudah menduduki berbagai jabatan di eksekutif maupun legislatif tidak pernah lagi memperhatikan bagaimana membangun generasi muda. Inilah yang menjadi keprihatinan kita dan hal ini juga yang menggugah hati kita untuk memperhatikan masalah pembangunan generasi muda ini,” tandasnya.

Kepada generasi muda, Rifai mengajak untuk selalu berkreasi dan merebut setiap kesempatan yang ada. “Jangan biarkan kesempatan itu mengalir seperti air, nanti akan terus mengalir ke tempat yang lebih rendah,” pesannya. Ketua DPD KNPI ini juga menekankan pentingnya roh kebersamaan antara pemuda Papua, hanya dengan roh kebersamaan ini pemuda bisa berbicara di tingkat Papua dan tingkat nasional, bahkan internasional. (fud

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny