Sedang Naik Motor, 2 Anggota TNI Ditembak

Sabtu, 11 Agustus 2012 02:03

JAYAPURA—”Jangan berandai andai. Jangan kita menduga orang yang tak benar. Tapi, yang jelas pelaku penembakan bukan dari anggota masyarakat karena masyarakat tak memiliki senjata,”jelas Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol (Inf) Jansen Simanjuntak menjawab pertayaan wartawan di ruang kerjanya, Jumat (10/8) terkait penembakan dua anggota Satgas Yonif 408.

Kapendam mengatakan, pihaknya belum mengetahui siapa pelaku penembakan dua Anggota Satgas Yonif 408.

Ketika didesak pelaku apakah kemungkinan penembakan tersebut dari kelompok TPN/OPM pimpinan Lambert Pekikir yang bermarkas di wilayah perbatasan, Kapendam mengatakan jangan terlalu cepat menuduh orang atau kelompok lain.
Ia membenarkan dua Anggota Satgas Yonif 408 masing masing Serda Dwi Joko dan Prada Miko ditembak OTK ketika

Dua Anggota TNI dari Satgas Yonif 408 masing masing Serda Dwi Joko dan Prada Miko ditembak Orang Tak Dikenal (OTK) sebanyak 4 orang ketika melintasi perkebunan sawit di Kampung Suskun, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom atau 1 Km dari Pos Wambe , Jumat (10/8) sekitar pukul 08.00 WIT. Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol (Inf) Jansen Simanjuntak yang dikonfirmasi wartawan di ruang kerjanya, Jumat (10/8) membenarkan dua Anggota Satgas Yonif 408 masing masing Serda Dwi Joko dan Prada Miko ditembak OTK ketika melintasi perkebunan sawit di Kampung Suskun, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom atau 1 Km dari Pos Wambe pada Jumat (10/8) sekitar pukul 08.00 WIT.

Namun demikian, dia menjelaskan, kedua Anggota Satgas Yonif 408 tak tertembak peluru. Tapi terkena serpihan batu didekatnya yang terkena temvakan. Akibatnya, Serda Dwi Joko menderita luka tembak pada bagian betis kaki kiri, luka memar pada bagian wajah dan luka robek pada pelipis mata kiri. Sedangkan Prada Miko menderita luka memar pada bagian wajah dan bagian kepala.

Menurutnya, kedua korban dievakuasi di RS Marthen Indey, Aryoko, Distrik Jayapura Utara menggunakan Helycopter.

“Kedua korban dalam keadaan sehat dan sadar. Tapi Tim Medis tengah berupaya mengeluarkan serpihan batu yang tertinggal di tubub korban,” tukas dia.

Dia mengutarakan, pihaknya tengah melakukan aksi pengejaran terhadap 4 pelaku yang diduga berada di TKP ketika terjadi aksi penembakan tersebut. Tapi seorang diantaranya telah ditangkap.

Detail kronologis kasus dugaan penembakan dua Anggota Satgas Yonif 408 berawal pada Jumat (10/8) sekitar pukul 07.30 WIT 2 Anggota Satgas Yonif 408 masing masing Serda Dwi Joko dan Prada Miko berangkat dari Pos Wambe menggunakan sepeda motor jenis Honda Mega Pro No.Pol.B 6067 COR/07.14 menuju Kampung Suskun, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom. Dengan tujuan meminjam alat potong rumput di masyarakat Kampung Wambe atas nama Paulus. Tapi alat tersebut tak ada. Keduanya berlalu.

Pukul 07.40 WIT karena alat tersebut tak ada maka kedua Anggota Satgas Yonif 408 tersebut langsung menuju Kampung Wambe. Pukul 07.50 WIT setelah kedua anggota tersebut mengambil alat potong rumput selanjutnya kembali ke Pos Wambe.

Pukul 08.00 WIT pada saat dalam perjalanan kembali dari Kampung Wambe melewati kebun sawit atau 1 Km dari Pos Wambe. Tiba tiba keduanya ditembak satu kali dari arah kiri . Keduanya langsung terjatuh dari sepeda motor. Akibatnya, Serda Dwi Joko dan Prada Miko menderita luka tembak di tubuh.

Pukul 08.05 WIT kedua anggota tersebut langsung berlari ke Pos Satgas Wambes yang berjarak 1 Km dari TKP. Untuk meminta bantuan sambil membalas tembakan ke arah kiri sebanyak 3 kali tembak.

Pada 08.20 WIT kedua anggota tersebut tiba di Pos Satgas Wambe langsung diangkut mobil Ambulance Satgas Yonif 408 ke Kout 144 PTP untuk pencegahan perdarahan. Pukul 10.25 WIT kedua korban dievakuasi menu RS Marthen Indey menumpang Helicopter.

Pasca kejadian, masyarakat yang dicurigai melewati Kampung Suskum pada saat kejadian atas nama Oscar Numberi kini ditahan dan dimintai keterangan di Polres Keerom. (mdc/don/l03)

Di Perumnas IV, 1 Pucuk Senjata Polisi Dicuri

Selasa, 07 Agustus 2012 22:35

JAYAPURA – Senjata api laras pendek jenis Revolver S & W serta 1 unit Tabled merk Casio warna hitam, dicuri Orang Tak Dikenal (OTK) di rumah Brigpol Ferley F (29), Anggota Satuan Narkoba Polres Jayapura di Perumnas IV, Kelurahan Hedam , Distrik Heram, Kota Jayapura, Selasa (7/8) sekitar pukul 04.00 WIT.

Kabid Humas Polda Papua Kombespol Drs Johannes Nugroho Wicaksono ketika dikonfirmasi via ponselnya, Selasa (7/8) petang membernarkan pihaknya telah menerima laporan kasus dugaan pencurian senjata api yang dialami seorang anggota Polres Sentani ketika korban dan keluarganya lelap tertidur.

Dikatakan, senjata api jenis Revolver S & W dengan amunisi terpasang dalam silinder 5 butir dan juga sarung senjata api dengan amunisi terpasang pada sarung 6 butir yang disimpan dibawah kasur beserta 1 unit Tablet merk Casio.

‘’Kami tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus dugaan pencurian senjata api ini sekaligus Olah TKP oleh Polres Abepura. Bahkan akan dilakukan pemeriksaan terhadap korban,’’ tutur dia.

Ditanya motif kasus dugaan pencurian senjata api tersebut, dia mengatakan, pihaknya mendalami kasus ini. ‘’Saya tak bisa mengada-ngada, sebab pelakunya belum terungkap, ’’ tuturnya. Detail kronologis, menurut dia, kasus dugaan pencurian senjata api ini bermula ketika pelaku masuk ke rumah korban setelah memanjat rumah korban berlantai 2 melalui jendela di samping kanan kamar korban. Kemudian pelaku turun melalui tangga masuk ke dalam kamar korban. Selanjutnya pelaku mengambil 1 pucuk senjata api Revolver jenis S & W serta 1 unit Tabled merk Casio warna hitam .

Kata dia, sekitar pukul 04.00 WIT, saksi mendengar bunyi sirine mobil mainan anak korban yang diletakan didepan kamar di lantai 2. Kemudian saksi terbangun dari tidur dan melihat seseorang mengenakan topi rasta/koplo, baju warna hijau rasta hendak masuk ke dalam kamar saksi.

Namun pelaku tak jadi masuk dan memberi kode dengan tangan untuk tak bersuara kepada korban. Selanjutnya pelaku turun ke lantai dan saksi membangunkan keluarganya korban mengejar pelaku. Tapi pelaku melarikan diri melalui pintu dapur yang terbuka.

Sesaat pasca kejadian, ujarnya, Unit Reskrim Polsek Abepura tiba di TKP selanjutnya melakukan Olah TKP.

Sebelumnya, 1 pucuk senjata api milik Danramil Mulia, Puncak Jaya Lettu (Inf) Paulinus Logo dirampas OPM Faksi Yambi serta 1 pucuk senjata api milik Brimobda Papua yang bertugas menjaga keamanan Pemilukada Punca Jaya diduga dicuri OTK. (mdc/don)

Sidang Buchtar Tabuni, Filep Karma Tak Mau Disumpah

http://www.bintangpapua.com, Kamis, 26 Juli 2012 23:38

Buchtar TabuniJAYAPURA – Ketua Umum KNPB Buctar Tabuni kembali menjalani Persidangan di Pengadilan Negeri Jayapura, Kamis( 26/7/2012) dengan agenda mendengarkan keterangan saksi. Hanya saja Majelis Hakim Haris Munandar yang menyidangkan kasus ini sempat jadi bingung karena Filep Karma, saksi yang didatangkan tidak mau diambil sumpahnya.
Awalnya Filep Karma mau menjawab pertayaan Majelis Hakim, hanya saja pada saat mau diambil sumpahnya Filap Karma sudah menolak

Hakim melontarkan pertanyaan kepada Filep Karma: “Siapa nama saudara, saksi menjawab, Filep Karma. Lantas hakim melanjutkan pertanyaan dimana tempat dan tanggal lahir saksi Filep Karma, ia menjawab semua pertanyaan itu. Setelah dijawab oleh Saksi Filep Karma, hakim melanjutkan, saksi warga negara mana? dia menjawab, Papua Barat. Saksi beragama apa? ia menjawab tak punya agama, berarti atheis ya, hakimpun binggung,,,… Kenapa tak punya agama. Saya tidak beragama, tapi percaya pada Tuhan. Apakah saudara saksi seorang PNS, dia menjawab, seorang pejuang, karena pejuang saya dipenjara, hakim bertambah binggung.

Filep Karma: “Saya tidak mau diambil sumpah, saya lebih takut kepada Tuhan saya dari pada kepada manusia. Hakim: itu pikiran saudara saja. Filep, ya saya berkata benar Pak”. Hakim, “Iya, saudara perlu diambil sumpahnya melalui kitabnya/syariatnya”. Filep: “saya tidak mau melanggar ajaran dari Tuhan saya, firman Tuhan saya adalah hukum positif”. Hakim: “Sekarang sidang ini hukum positif berlaku disini sebagai tata cara persidangan”.Hakim Haris Munandar bertanya, bagaimana jaksa mau diajukan tidak saksi Filep Karma sebagai saksi, karena jawabab Filep yang dianggap tak masuk akal. Dalam sidang mendegarkan keterangan saksi, jaksa menghadirkan Filep Karma sebagai saksi tunggal, dengan jawabannya yang tidak sesuai persidangan, terpaksa Hakim memerintahkan Jaksa agar saksi Filep Karma tidak diajukan dalam persidangan mendegarkan keterangan saksi.

Demikian Jaksa yang dipimpin Ahmad Kobarubun, Jhon Rayar dan seorang jaksa tidak mengajukannya sebagai saksi, demikian Sidang mendegarkan keterangan saksi dalam sidang Buctar Tabuni ditunda minggu depan, Senin, 30 Juli 2012 oleh Hakim Haris Munandar.

Ditemui terpisah, Penasehat Hukum Buctar Tabuni, Gustaf Kawer mengatakan, dengan berjalannya sidang yang terpaksa saksi tidak dapat diajukan jaksa sebagai saksi, oleh Gustaf dinilai, jaksa seharusnya tahu tata cara atau urutan urutan seseorang bila diajukan sebagai saksi yakni sesuai pasal 185 ayat 7 KUHP. Namun yang terjadi dalam sidang kali ini, jaksa juga dalam menghadirkan saksi tidak melihat ketentuan pasal 185 ayat 7 KUHP. Menurutnya jaksa seharusnya siap dan tahu prosedur menghadirkan saksi, dengan tidak adanya saksi yang dihadirkan jaksa, semakin membuat persidangan molor dan kita mau menganut asas cepat yang berarti biaya juga kurang.(Ven/don/l03)

Seminar Nasional Dihentikan Peserta

Seperti diinformasikan sebelumnya (lihat di sini ) bahwa hari ini akan dilaksanakan sebuah seminar nasional. 43 Tahun Pepera. Seminar ini pada awalnya berjalan dengan suasana yang aman terkendali dan sangat sesuai dengan harapan para peserta yang ada.

Namun seiring waktu yang berjalan dari pembicara satu ke pembica lainnya, sangat jelas bahwa ada suatu hal yang berusaha ditutupi. yaitu fakta tentang Pepera yang cacat hukum itu, pepera yang tidak sesuai dan penuh dengan kebohongan. Fakta-fakta Pepera malah tidak dibahas tetapi langkah solusi masalah penyelesaian untuk Papua yang di bahas. Antara lain, solusi Papua dengan dialog, kemudian pembicaraan seputar otsus yang sebenarnya sudah tidak sesuai. sudah ditolak oleh masyarakat Bangsa Papua. Namun itulah kenyataan yang terjadi di republik ini.

Bahkan dalam seminar inipun terlalu berjalan dengan satu arah dimana mereka mengganggap bahwa generasi Papua sudah merasa bagian sah dari bangsa Indonesia. Sehingga persoalan sejarah Pepera yang terjadi tidak menjadi satu alasan juga yang membuat papua bergejolak tetapi mereka lebih melihat ke kegagalan otsus.

Situasi dan suasana semakin tidak terkontrol, luapan emosi peserta yang ada ketika pernyataan-pernyatan yang keluar dari seseorang mengatasnamakan mahasiswa Papua, yang menganggap mitos seputar pulau Papua sebagai naga dan juga Papua itu bagian utama dari berdirinya republik ini, sehingga pasti suatu saat nanti orang papua juga akan menjadi Presiden di republik indonesia.
Para peserta meminta pembicara tersebut untuk berdiam dan segera seminar ini ditutup karena tidak sesuai.
Bahkan seperti di tulisan seblumnya telah dimuat mengenai tujuan dari seminar ini, yaitu :

1. Menggali kembali semangat PEPERA 69, kaitannya dengan Sejarah Politik, Hukum internasional dan implementasi 43 tahun dalam membangun Papua yang sejahtera dan berkeadilan.
2. Menggali penjelasan semua pihak terkait upaya-upaya pemerintah yang telah dan tengah dilakukan di Papua demi terwujudnya masyarakat papua yan sejahtera dan berkeadlan
3. Menggali masukan masyarakat ( akademisi, LSM, dan tokoh Papua) terkait pelaksanaan otsus dan implementasi 43 Tahun dalam membangun papua yang sejahtera dan berkeadilan.
4. Meneguhkan kembali kepercayaan bersama bahwa otsus Papua merupakan kebijakan terbaik dalam penyelesaian persoalan-persoalan dipapua, namun implementasinya masih tersendat-sendat secara operasional.
5. Mencari titik temu dan sinergi programatik, semua pihak dalam penyelesaian konflik di papua secara damai, sejahtera dan berkeadilan.

Para peserta yang ada akhirnya meminta kepada Panitia untuk membubarkan dan menghentikan jalannya seminar ini. Dengan sedikit riak kecil dimana para paserta sempat melakukan aksi dengan suara-siara yang sangat keras untuk menentang dan melawan kepada panitia untuk segera jalannya seminar ditutup.
Akhirnya seminarpun ditutup. tanpa ada kompromi dan lain sebagainya.
==================================================================

Menurut pendapat saya, ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal-hal seperti itu. Kini 43 tahun sudah berlalu, indonesia telah memaksakan kehendaknya atas papua tetapi tidak berhasil, karena sejak kemenangan pepera hingga saat ini, Bangsa Papua masih menuntut untuk kemerdekaan yang sudah diproklamirkan. Sudah banyak korban berjatuhan, sudah banya pembungkaman suara-suara, penghilangan nyawa. Semua untuk sebuah kesatuan palsu yang dibangun. Dulu kami generasi lahir dan langsung belajar pancasila, kami ditipu bahwa itu adalah idiologi dan dasar negara kami, ternyata setelah kami dewasa memahami apa yang sesungguhnya terjadi, kami tak merasa bagian dari negara ini… kini kami menuntut pada indonesia, belanda dan PBB untuk segera mengakui kedaulatan kami bangsa Papua.

Bahkan jangan lagi ada mimpi jika nanti suatu kelak kita akan menjadi presiden di republik indonesia,……
Hingga kini, indonesia menganggap adanya suara untuk kemerdekaan adalah karena kesejahteraan tetapi bagi kami sesungguhnya itu ada pembohongan kepada warga bangsanya, Papua menuntut kemerdekaan karena fakta sejarah kemerdekaan bangsanya sudah ada.
Maka indonesia harus dan segera untuk mengakui bahwa Papua sudah merdeka, indonesia harus meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukan sejak tercetusnya trikora. Pepera 1969 dan berbagai kejadiaan lainnya. (PH)

Tembaki Markas TNI, Empat Warga Diamankan

AYAPURA – Diduga telah melakukan penembakan terhadap markas TNI yaitu markas Batalyon Infanteri 752 Kompo E Bintuni, pada Sabtu (21/4), empat orang warga akhirnya diamankan pihak aparat.

Keempat warga yang ditangkap itu antara lain JM (30) Kepala Kampung Sibena, WA (49) Operator Senso, KM 05 Sibena, SR (18) Pelajar KM O5 Sibena dan YI (19) Operator Senso, KM 05 Sibena.

Informasi yang terima Cenderawasih Pos dari sumber terpercaya menyebutkan, pada Sabtu (21/4) sekitar pukul 00.30 Wit terjadi gangguan penembakan terhadap markas Batalyon Infanteri 752 Kompi Senapan E Bintuni, tepatnya mengarah Danki Kapten Inf. Gani.

Dengan adanya penembakan itu, Lettu Aswin bersama 6 orang anggotanya melakukan pengejaran ke arah Sibena, namun karena cuaca dan stuasi tidak mendukung, pengejaran dihentikan. Selanjutnya pukul 07.00 WIT, kembali dilakukan pengejaran ulang bersama 10 orang anggota ke arah Sibena.

Berdasarkan hasil jejak para pelaku, pihak TNI berhasil menemukan para pelaku menuju rumah salah satu kepala sekolah di Bintuni. Sesampainya di rumah kepala sekolah, pihak TNI melakukan penggeledahan dan penyisiran. Dalam penggeledahan tersebut ditemukan 1 pucuk senjata laras panjang rakitan jenis SS-1, 2 Magazen, 76 Amunisi kaliber 5,6 MM, dan menangkap 4 orang warga yang diduga sebagai pelaku penembakan.

Pada saat itu 1 orang berhasil melarikan diri. Sedangkan keempat warga yang diamankan itu langsung diserahkan ke Polres Teluk Bintuni.

Pascapenembakan dan penangkapan tersebut, situasi dan kondisi sudah berjalan normal. Sedangkan pihak Kompi E Yonif 752 masih melaksanakan penyisiran dan pengejaran terhadap 1 orang yang diduga terlibat keras dalam penembakan tersebut.

Kabid Humas Polda Papua AKBP Drs. Johannes Nugoroho Wicaksono membenarkan adanya penembakan markas Batalyon Infanteri 752 Kompi Senapan E Bintuni itu. “Ya benar ada anggota Senapan E yang mendapat serangan dari 5 orang yang sebelumnya tidak dikenal dan kemudian pihak kompi Senapan E langsung melakukan pengejaran,” katanya.

Dalam pengejaran tersebut berhasil menangkap 4 orang yang diduga sebagai pelakunya dan kini keempat warga itu telah diserahkan ke Mapolres Bintuni untuk dilakukan pemeriksaan secara intensif.

“Tidak hanya keempat warga itu yang berhasil diamankan, barang buki berupa 1 pucuk senja api jenis SS-1 rakitan, amunisi 77 butir kaliber 5,56 mm, dan 2 magazen berhasil diamankan. Namun satu orang pelaku berhasil kabur dalam penggerebekan saat itu, dan kini ia menjadi target operasi,”

ungkap Kaid Humas.

Sedangkan terkait kronologinya, Kabid Humas menjelaskan, para pelaku melakukan penembakan ke arah markas Kompi Senapan E, sebanyak 3 kali. Akibat penembakan itu, anggota kompi langsung melakukan pengejaran.

Berhubung saat melakukan pengejaran cuaca tidak mendukung, anggota kemudian beristirahat. Kemudian melanjutkan pencarian ke arah Sibena. “Anggota Kompi melakukan pengejaran ke daerah Sibena berdasarkan hasil jejak para pelaku yang mengarah ke rumah salah satu kepala sekolah di Bintuni. Setelah sampai di rumah itu, anggota Kompi langsung melakukan penggeledahan dan penyisiran lokasi, yang ternyata para pelaku ada di dalam rumah dan ditemukan barang bukti,” paparnya.

Sedangkan dalam pemeriksaan terhadap JM, diperoleh keterangan bahwa senjata api rakitan dibeli di daerah Ransiki Kab. Manokwari dengan harga Rp 40 juta, dari kenalan temannya.

“Senjata itu baru 3 bulan dimiliki oleh para pelaku. Yang kegunaannya masih akan kami dalami. Serta kami juga akan mendalami keterangan-keterangan para pelaku beserta saksi-saksi,”

tandasnya.

Terkait siapa penjual senpi itu, pihaknya sedang melakukan penyelidikan, guna meredam peredaran senpi rakitan yang bisa mengancam stabilitas daerah ini. “Satu warga yang melarikan diri saat penggerebekan kini masih dalam pengejaran,” tegasnya. (ro/fud)

Senin, 23 April 2012 , 17:59:00, Cepos

Lagi, Penembakan di Mulia 1 Tewas

Senin, 23 Januari 2012 22:05

JAYAPURA- Lagi-lagi, aksi penembakan oleh kelompok tak dikenal (OTK)
kembali terjadi di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Jumat 20 Januari sekitar
pukul 19.20 WIT, tepatnya di Kampung Karobate Ujung Bandara Mulia.
Akibatnya satu warga sipil dikabarkan tewas tertembak.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, warga di sekitar lokasi saat itu
sedang berada di rumah, kemudian dikagetkan dengan suara tembakan sebanyak
3 kali. Warga kemudian keluar rumah untuk mengecek sumber suara tembakan.
Namun yang ditemukan adalah sesosok mayat yang tergetak dengan luka
tembakan di kepala belakang tembus leher depan. Akibatnya Warga pun
ketakutan dan hingga Sabtu siang memilih tidak beraktivitas.

Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw ketika dikonfirmasi
membenarkan adanya aksi penembakan itu. ‘’Tadi malam ada aksi penembakan
yang membuat salah seorang warga sipil bernama Rofiq pekerjaan swasta
tewas ditempat,. Ia ditembak di kepala bagian belakang tembus leher dan
tewas ditempat,’’kata Waterpauw.

Lanjutnya, pihaknya belum mengetahui secara pasti motif dan kronologis
aksi penembakan. ‘’Warga hanya mendengar suara tembakan sebanyak 3 kali,
lalu keluar mengecek dan menemukan Rofiq yang sehar-harinya pedagang
kelontongan sudah tewas tergeletak,’’terangnya.

Menurut Jenderal berbintang satu orang Papua asli ini, pihak kesulitan
meminta keterangan warga. ‘’Warga takut memberikan keterangan menjadi
salah satu kendala kami untuk mengungkap kasus penembakan ini, tapi yang
jelas tim penyidik sudah melakukan olah TKP,’’ujarnya.

Jadi, sambungnya belum bisa dipastikan siapa kelompok yang melakukan aksi
penembakan. ‘’Bisa saja ini kelompok orang tak dikenal, tapi dilokasi
kejadian selama ini juga dikenal sebagai tempat kelompok OPM Yambi
melakukan aktivitasnya, ‘’ungkapnya. Ditanya tentang aktivitas warga yang
sempat lengang karena Mulia mencekam, Wakapolda menyatakan hal itu tidak
benar. ‘’Memang malam itu warga semapt takut keluar rumah, tapi Sabtu ini
aktivitas mereka sudah berjalan normal karena situasi sudah
kondusif,’’paparnya.

Sementara itu jenazah Rofiq hari ini diterbangkan dari Mulia ke Jayapura
dengan pesawat Trigana, untuk kemudian diberangkatkan ke kampung
halamannya di Sumatera.

Direktur Imparsial Poengky Indarti mengatakan, Polri harus bertanggung
jawab atas serangkaian aksi penembakan di Puncak Jaya yang menewaskan
warga sipil maupun anggota Polri sendiri. Sebab, Polri yang diberikan
kewenangan melindungi masyarakat serta mengusut pelaku criminal. ‘’Sudah
banyak korban yang jatuh baik warga sipil maupun anggota Polisi, tapi
hingga saat ini tidak satupun pelaku yang tertangkap. Polisi harus
bertanggung jawab atas semua itu, karena sesuai amanat UU, mereka yang
memiliki kewenangan untuk melakukan pengusutan,’’ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, anggota Polisi yang ditugaskan di Puncak Jaya
juga semestinya harus dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dalam
melaksanakan pengamanan. ‘’Mestinya setiap anggota Polisi yang ditempatkan
disana harus dilihat kapasitas dan kualitasnya, supaya mampu memahami
kondisi daerah,’’paparnya.

Ia juga menyatakan, evaluasi terhadap Kapolda Papua juga perlu dilakukan,
karena terkesan tidak mampu menghentikan serangkaian aksi kekerasan di
Puncak Jaya. ‘’Melihat banyaknya aksi kekerasan di Puncak Jaya terutama
tahun 2011, Kapolda harus bertanggung jawab, karena tak mampu mengelolah
keamanan disana dengan baik. operasi disana juga perlu direview karena
terbukti tak mampu menghentikan kekerasan, ’’imbuhnya.

Pasar gelap senjata juga mestinya menjadi perhatian Polri, karena diduga
para pelaku serangkaian kekerasan di Puncak Jaya memiliki senjata serta
amunisi yang cukup banyak. ‘’Mabes Plri mestinya memperhatikan dan
menghentikan peredaran senjata di pasar gelap, karena disinyalir kelompok
bersenjata di Puncak Jaya memperoleh senjata dari sana,’’paparnya.
Imparsial juga menyoroti Pemerintah Daerah Puncak Jaya dan juga harus
bertanggung jawab atas serangkaian kekerasan yang membuat jatuhnya korban
sipil. ‘’Kondisi Puncak Jaya kan masih tertib sipil, mestinya bupati juga
bertanggung jawab atas keamanan masyarakat, yakni berkoordinasi baik
dengan aparat Kepolisian,’’tukasnya.(jir/don/l03)

Perburuan Penembak Kapolsek Mulia Diwarnai Baku Tembak

Metrotvnews.com, Mulia: Pasca-meninggalnya Kepala Kepolisian Sektor Mulia AKP Dominggus Awes, situasi di Kabupaten Puncak Jaya, Papua, masih belum kondusif. Aparat kepolisian dari Brigade Mobil yang memburu pelaku pembunuhan Kapolsek, sempat terlibat baku tembak dengan anggota Organisasi Papua Merdeka.

Baku tembak terjadi di daerah Pos Kotis Brimob yang ada di Kota Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Baku tembak itu sudah berlangsung selama dua hari terakhir. Namun sejauh ini tidak ada korban jiwa dari aparat kepolisian maupun dari pihak OPM.

Selain terjadi saling tembak, OPM juga membakar perkantoran Dinas Perikanan di Puncak Jaya, yang membuat Kota Mulia semakin mencekam.

Sejauh ini anggota OPM masih dengan bebas menenteng senjata laras panjang di Kota Mulia. Hingga hari ini, Jumat (28/10), pihak kepolisian sudah memeriksa lima orang saksi terkait kasus penembakan Kapolsek Mulia. Sementara Polda Papua mengaku sudah mengantongi ciri-ciri pelaku penembakan Kapolsek.(DSY)

Senjatanya Dirampas, Kapolsek Mulia Ditembak Mati

Korban penyerangan dan penembakan di Bandara Mulia, Senin (24/10) kemarin. Inzet : Foto almarhum yang sedang dipegang salah satu keluarga
Korban penyerangan dan penembakan di Bandara Mulia, Senin (24/10) kemarin. Inzet : Foto almarhum yang sedang dipegang salah satu keluarga
JAYAPURA- Kabupaten Puncak Jaya, Papua sepertinya tidak pernah sepi dari aksi -aksi penembakan. Entah sudah berapa korban jiwa yang jatuh, baik di pihak aparat maupun di pihak kelompok OPM akibat aksi penembakan. Kabar terbaru Senin (24/10) kemarin, Kapolsek Mulia Kabupaten Puncak Jaya Papua, AKP Dominggus Otto Awes NRP 65100665 dilaporkan, ditembak kelompok separatis OPM, tepat di depan pesawat milik MAF (Mission Aviation Followship), yang saat itu sedang mendarat di Bandara Mulia. “Ia ditembak saat berdiri di depan pesawat MAF yang sedang parkir di apron Bandara Mulia. Kapolsek berada disana, untuk memonitor langsung kegiatan bandara,,” ujar Kombes wachyono Juru Bicara Polda Papua.

Saat sibuk memantau kegiatan bandara, tiba-tiba dua pelaku yang diduga anggota kelompok separatis OPM mengeroyok korban hingga jatuh terlentang. “Ketika korban terjatuh, salah seorang pelaku kemudian menindih dan seorang lagi merampas senjata revolver jenis Taurus dengan nomor seri XK 25609. Kemudian pelaku menembak korban sebanyak dua kali di hidung sebelah kiri dan leher kiri, yang mengakibatkan korban tewas ditempat,” jelasnya.

Pada saat penembakan terjadi, yang terlihat jumlah pelaku hanya dua orang. “Sesuai keterangan sejumlah saksi, pelaku hanya dua orang dengan ciri-ciri 1 orang menggunakan pakaian warna merah, tinggi badansekitar 150 cmQþkurusQþ tidak menggunakan sepatu. 1 orang lagi menggunakan pakaian warna hitam, tinggi badan sekitar 160 cmQþ kurus, tidak menggunakan sepatu,” terangnya.

Setelah melihat korban terkapar dan berhasil merampas senjatanya, para pelaku langsung melarikan diri ke arah Gunung Nenas di sekitar bandara. “Mereka kabur dan menghilang di balik Gunung Nenas,” jelasnya.
Sementara korban, saat itu juga di evakuasi ke RS Mulia. Dan hingga kini akibat cuaca yang tidak bersahabat, belum bisa diterbangkan ke Sentani Jayapura.

Kata Wachyono, pihaknya sudah melakukan olah TKP dan sempat menuntup penerbangan dari dan ke Mulia. Namun, saat ini aktivitas kembali berjalan normal.

Menurut Wachyono, pelaku adalah kelompok separatis OPM yang selama ini kerap melakukan aksi penembakan. “Mereka ini separatis OPM yang selalu mengacau keadaan di Puncak Jaya,”tukasnya.

Semebtara itu, Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Puncak Jaya, AKBP Alex Korwa dalam laporannya kepada pihak Kepolisian Daerah Papua menuturkan, peluru tersebut belum berhasil dikeluarkan dari kepala korban, dan diharapkan bisa dikeluarkan oleh tim medis RS Bhayangkara, Jayapura, saat jenazah dievakuasi kesana, Selasa (25/10) hari ini.

“Proyektil peluru masih ada dalam kepala almarhum. Belum berhasil dikeluarkan,” kata Kapolres dalam percakapan telepon genggamnya.

Dia juga mengatakan, evakuasi baru bisa dilakukan esok hari karena terkendala cuaca yang tidak bersahabat.
Berdasarkan pantauan koresponden ANTARA Jayapura, di Mulia, Senin sore, jenazah AKP Dominggus Awes saat ini sedang disemayamkan di aula kantor Polres Puncak Jaya, setelah dimandikan di Rumah Sakit Mulia.
Tampak Bupati dan Wakil Bupati Puncak Jaya beserta pihak keluarga korban dan masyarakat umum berada di dekat jasad AKP Dominggus Awes.

Sementara itu, Polres Puncak Jaya menaikkan bendera setengah tiang di halaman kantornya.
Kapolsek Mulia AKP Dominggus Awes tewas ditembak di bagian hidung (kepala) oleh kelompok separatis bersenjata di Bandara Mulia pada Senin pagi.

Aparat keamanan masih terus melakukan pengamanan di lokasi penembakan dan melakukan pengejaran di kawasan pegunungan.

Kabupaten Puncak Jaya adalah salah satu daerah yang terletak di Pegunungan Papua, yang baru genap berusia 15 tahun pada tanggal 8 Oktober 2011 lalu.

Topografinya yang sulit serta cuaca relatif ekstrim seperti daerah di Pegunungan Papua lainnya, membuat daerah ini hanya bisa dijangkau dengan penerbangan perintis pesawat berbadan kecil.(jir/ant/don/l03)

Buru Separatis, Polri Tambah Pasukan 300 Personel

Anggota Brimob Siap Diterjunkan Meneror Rakyat Papua - inilah.com/Ardhy fernando
Anggota Brimob Siap Diterjunkan Meneror Rakyat Papua - inilah.com/Ardhy fernando
INILAH.COM, “Kita sudah menahan enam orang pelaku yang ingin makar terhadap NKRI. Kita harus melaksanakan penegakan hukum,” tegasnya usai mengikuti upacara pembukaan Latihan Kesiapsiagaan dan Ketanggapan TNI–Polri Dalam Penanggulangan Aksi Terorisme di Mako Brimob Kepala Dua, Selasa (25/10/2011).

Terkait penembakan Kapolsek Mulia, AKP Dominggus Octavianus, pihaknya kembali menegaskan bahwa saat ini polisi tengah melakukan penyelidikan. Ada tiga tim yang diturunkan dan didukung oleh tim lain untuk melakukan pelacakan terhadap dua pelaku yang lari ke arah hutan.

Beratnya medan di Papua, diakuinya memperlambat proses penyidikan dan pengejaran pelaku. Karenanya guna memantu tim yang telah diturunkan, rencananya hari ini akan kembali dikirimkan pasukan 300 personil tambahan. “Ya, tadi ada sekitar 300-an personil. Dari Bareskrim ada 3 tim, 1 tim 10 orang jadi ada 30,” terang Sutarman. [mah]

Jenazah Kapolsek Dominggus Dimakamkan Besok

INILAH.COMMenurut Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam, Selasa (25/10/2011), jenazah almahum saat ini berada di RS Polri setempat setelah sebelumnya di berada di Jayawijaya dan dipindah lagi ke Jayapura.

Hasil autopsi sementara, pihaknya menemukan satu butir peluru di bagian kepala belakang. Sedangkan satu butir peluru lainnya yang ditembakkan ke leher korban tidak ditemukan.

“Yang didapat satu, yang satu belum ditemukan. Kita belum tahu apakah masih di TKP apa tidak. Tapi yang jelas sudah dapat satu butir di tempurung kepalanya,” terang Anton.

Mengenai motif pelaku, pihaknya belum bisa memastikan karena masih dalam proses pencarian. Dia menambahkan, penyerangan yang disertai perebutan senjata api milik aparat di daerah ini sudah terjadi dua kali sejak Juni lalu. “Disitu terjadi dua kali. Ada anggota kita juga yang diambil senjatanya,” tambahnya.

Polri sendiri nanti malam rencananya akan mengirimkan 170 personelnya dari Mako Brimob Kelapa Dua. Datangnya pasukan tersebut untuk membantu Polda setempat dalam melakukan pengamanan.

“Kita juga dibantu dan bekerjasama dengan TNI, sama-sama kita mengamankan. Intinya memberi rasa aman dan sekaligus ingin menangkap pelaku-pelakunya,” ujar Anton. [mvi]

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny