Di Puncak Jaya, OTK Bakar Tiga Mobil

JAYAPURA – Kelompok orang tak dikenal (OTK) kembali berulah di Puncak Jaya, Papua. Rabu (21/7) sekitar pukul 17.00 WIT lalu, tepatnya di wilayah Kampung Kalome, Distrik Tingginambut, Puncak Jaya mereka membakar tiga unit mobil jenis Strada yang datang dari arah Wamena menuju Mulia, Puncak Jaya.

Akibat peristiwa ini, tiga mobil itu hangus terbakar. Tidak hanya itu, dari kejadian tersebut juga diperoleh informasi bahwa seorang supir yang diketahui bernama Timotius Enumbi dan dua warga lainnya yaitu Nemince Wonda dan Lanko Nafi terkena serpihan peluru.

Bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe,SIP saat ditemui wartawan di Jayapura, Kamis (22/7) membenarkan kejadian itu.

”Rabu (21/7) sekitar pukul 17.00 WIT terjadi penghadangan oleh sekelompok warga sipil bersenjata diduga pimpinan Goliat Tabuni terhadap 4 mobil dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya menuju Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Tepat di perjalanan daerah Kampung Kalome, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya sekitar 2 km dari Pos TNI Kalome dihadang kemudian membakar 3 mobil yang sedang membawa bahan makanan (Bama), namun 1 mobil dilaporkan berhasil melarikan diri ke arah Wamena,” ungkapnya.

Dikatakan, dari informasi awal dilaporkan ada 2 warga masyarakat asli Puncak Jaya yang diketahui bernama Timotius Enumbi dan Nemince Wonda dinyatakan hilang atau tidak ditemukan saat kejadian penghadangan dan pembakaran itu, namun setelah dikonfirmasi Kamis (22/7) kemarin, kedua warga tersebut akhirnya diketahui telah menyelamatkan diri ke Pos Polisi Tingginambut.

Bupati Lukas Enembe mengatakan, pihaknya pernah memberikan deadline kepada kelompok sipil bersenjata itu dan deadline itu sudah berakhir pada 28 Juni 2010 lalu, dengan demikian pihaknya kembali memberikan deadline berikutnya untuk turun dan bergabung dengan warga lainnya, kemudian sama-sama membangun Puncak Jaya. ”Kita sebenarnya tidak bisa memberikan deadline hanya satu kali sehingga semua ini harus dipersiapkan dan kita juga harus mengatur teknis, mekanisme dan biaya,” tukasnya.

Diakuinya, sampai hari ini setelah pertemuan dengan gubernur tentang koordinasi soal gangguan keamanan di Puncak Jaya, belum ada informasi soal bantuan dari provinsi sehingga dengan kondisi APBD Puncak Jaya saat ini belum bisa berbicara tahap selanjutnya, karena APBD terbatas.

Oleh karena itu, justru deadline yang diberikan sampai 28 Juni 2010 ini, pihaknya mendapatkan surat dari Goliat Tabuni yang meminta bahwa merdeka adalah harga mati kemudian meminta persenjataan kepada Bupati untuk menantang.

”Ini adalah ideology yang berseberangan dengan kita, oleh karena itu harus dibuatkan perhitungan yang baik dan tidak gegabah melakukan suatu hal seperti penyisiran dan tidak segampang itu,” ujarnya lagi.

Disinggung soal keberadaan 1 SSK anggota Brimob di Puncak Jaya, Lukas Enembe yang juga Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah menambahkan, medan di Puncak jaya sangat sulit sehingga siapapun bertugas di sana pasti mengatakan medan sangat sulit, bahkan telah menelan 1 korban tewas anggota Brimob yang baru ditugaskan. “Sehingga terlatih bagaimanapun anggota itu pasti akan sulit dengan medan sebab gerombolan itu lebih menguasi medan dan tidak cukup hanya 1 SSK saja untuk mereka mengejar,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua, Komisaris Besar Polisi, Wachyono ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos membenarkan peristiwa tersebut. ”Kelompok sipil bersenjata itu menghadang kemudian membakar 3 unit mobil yang datang dari arah Wamena menuju Mulia. 1 unit mobil berhasil melarikan diri ke arah Wamena sementara 3 diketahui terbakar. Kemudian 2 orang korban yang terkena serpihan peluru dan sebelumnya memang diinformasikan belum ditemukan keberadaannya maka setelah dikroscek ternyata selamat dan sedang berada di Pos Polisi Tingginambut,” tukasnya.

Secara terpisah, kakak kandung Timotius Enumbi, Piton Enumbi ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Kamis (22/7) kemarin mengakui telah mendapatkan informasi dari Mulia, Puncak Jaya tentang keberadaan adiknya selamat. ”Informasi dari keluarga di Mulia, Puncak Jaya bahwa adik saya selamat dan saat ini sedang berlindung di Pos Polisi Tingginambut dan rencananya akan bertolak menuju Mulia,” tandasnya. (nal/fud)
 

Dua Truk Dibakar, Dua Warga Hilang

Laporan wartawan KOMPAS Ichwan Susanto
Rabu, 21 Juli 2010 | 20:17 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com — Aksi kriminalitas yang meresahkan kembali terjadi di Puncak Jaya, Papua. Dua truk dibakar dan dua warga sipil hilang di ruas jalan Kalome Tingginambut, Rabu (21/7/2010) sekitar pukul 16.00 WIT.

“Benar (ada kejadian itu), tapi saya belum dapat datanya. Hubungi Kapolres-nya masih belum tersambung,” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Wachyono ketika dihubungi, Rabu malam.

Aksi kriminalitas bersenjata kerap kali terjadi di Puncak Jaya yang didalangi kelompok sipil bersenjata pimpinan Goliath Tabuni. Kelompok ini menyebut kelompoknya sebagai Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM).

Kelompok ini telah berhasil merampas senjata api milik aparat saat menyergap di pos-pos keamanan. Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe memberikan batas waktu pada 28 Juni 2010 lalu agar kelompok itu menyerahkan senjatanya. Namun, seruan ini diacuhkan kelompok itu dengan tetap membuat keonaran.

Puncak Jaya Bukan Operasi Militer

Mayor Jenderal TNI, Hotma Marbun JAYAPURA [PAPOS] – Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI, Hotma Marbun membantah bahwa, kunjungannya di Kabupaten Puncak Jaya bersama Kapolda Papua beberapa hari yang lalu terkait deadline Bupati, Lukas Enembe terhadap kelompok bersenjata yang tak sepaham dengan NKRI diwilayah tersebut.

“Kunjungan di Puncak Jaya bersama Kapolda waktu itu hanya mengecek anggota kita saja disana, tidak ada kaitannya dengan deadline bupati,” tegas Pangdam Hotma Marbun didampingi Kapendam XVII/Cenderawasih, Lektol Inf, Susilo usai memimpin upacara serah terima jabatan Danpomdam XVII/Cenderawasih, Rabu (21/7) kemarin dilapangan Makodam.

Pangdam menjelaskan bahwa wilayah teritorial Kodam XVII/Cenderawasih mulai dari provinsi Papua hingga Papua Barat, maka sebagai Pangdam harus mengetahui wilayah dan kondisi anak buah.

Tidak ada pembicaraan mengarah kesitu, nggak ada,” ujarnya.

Pangdam lebih jauh mengungkapkan, terkait deadline 28 Juni bagi kelompok-kelompok sipil bersenjata yang ada diwilayah Puncak Jaya itu menjadi urusannya bupati Puncak Jaya, bukan TNI. ” Kalau mau minta bantuan bukan begitu caranya, Kalau mau operasi militer negara yang menentukan, kalau DPR setuju operasi militer dilakukan di daerah Puncak Jaya, maka operasi itu akan kita laksanakan, tapi kita melakukan tugas tentara di Papua,” jelasnya

Pangdam secara tegas mengatakan, operasi militer adalah suatu operasi tertentu yang dibiayai oleh negara untuk menumpas kelompok separatis.

“Tapi yang saya lakukan sekarrang tidak, TNI hanya diminta membantu polisi untuk mengamankan wilayah Puncak Jaya, maka saya kasih, jadi kalau ada orang ngomong tentara harus keluar dari Papua, berarti itu bukan warga negara Indonesia,” jelasnya.

Bahkan Pangdam menilai, hal itu dilakukan oleh orang luar yang tak senang negara ini.

“Tentara tidak bisa dikeluarkan dari Papua, karena gelar tentara sampai Papua, jadi kalau ada yang tidak senang dengan tentara, berarti bukan orang Indonesia,” tegasnya

Pangdam menegaskan kembali bahwa selama TNI dan polisi masih berada di tanah ini, Papua tidak akan merdeka. Sementara disinggung demo referendum akhir-akhir ini, Pangdam menilai dilakukan oleh orang-orang tertentu. “Bilang Otsus gagal, siapa yang suruh, karena bila Otsus dikembalikan dan dinyatakan gagal, berarti MRP juga gagal dan harus ditiadakan, karena MRP ada karena Otsus,”jelas Pangdam Hotma Marbun.

Pangdam juga menilai pernyataan pihak-pihak yang mengatakan kalau Otsus di Papua gagal adalah datang dari oknum tertentu saja, karena setelah ditanyakan kepada yang lain Otsus dinyatakan tidak gagal, bahkan saat ini masyarakat dikamoung-kampung sudah merasakan Otsus melalui pemberian dana Respek. [loy]

Ditulis oleh Loy/Papos
Kamis, 22 Juli 2010 00:00

3 Mobil Dibakar Dekat Pos TNI di Papua

Aparat Polresta Jayapura dan Polsek Abepura, Jumat (21/8), mengamankan tujuh orang yang diduga mengetahui aktivitas markas TPN OPM di Abe Gunung Jayapura Papua. Ini dilakukan saat siang harinya aparat kepolisian menggerebek markas itu. Ditemukan tiga bendera Bintang Kejora, puluhan peluru senapan M-16, senjata tajam, dokumen beserta stempel, kliping media, dan kamera. Penggerebekan ini tak berhasil meringkus Demus Wenda, Sekertaris Jenderal Komite Nasional Papua Barat yang mengaku bertanggung jawab atas pengibaran bendera Bintang Kejora pada 17 Agustus 2009.

JAYAPURA, KOMPAS.com – Kelompok kriminal bersenjata di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, tidak takut lagi kepada aparat. Mereka nekat menyergap mobil sipil yang terletak di 2 kilometer dari pos TNI, Rabu (21/7/2010) sore.

Bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe, Rabu malam, menginformasikan, tiga mobil dibakar dan dua orang dinyatakan hilang akibat perbuatan tidak bertanggung-jawab itu.

Lukas mengatakan, kasus ini bermula ketika iring-iringan empat mobil dari Wamena (ibukota Kabupaten Jayawijaya) menuju Mulia (ibukota Puncak Jaya). Iring-iringan itu mengangkut bahan makanan.

Setiba di Distrik Tingginambut, sekitar pukul 17.00, mereka dihadang sekelompok orang tak dikenal. Seketika itu langsung tiga mobil dibakar, sementara satu mobil berhasil melarikan diri kembali ke Distrik Illu.

Menurut Lukas, aksi kriminal di Tingginambut ini jaraknya sekitar 2 Km dari pos TNI. “Saya juga baru mendapat informasi dari Puncak Jaya, yang lebih jelas akan kami kontak Kapolres, untuk mematikan apakah tiga orang sopir itu melarikan diri atau sudah meninggal,” ujar Lukas Enembe kepada pers di sela-sela pembukaan Musda KNPI Papua, semalam.

Ia menambahkan, kekuatan aparat keamanan di Puncak Jaya saat ini kurang lebih 1 Satuan Setingkat Kompo (SSK). Namum, dengan kondisi geografis yang berat, aparat belum memungkinkan turun ke lokasi.

Dikatakan, persoalan di Puncak Jaya tidak akan kunjung selesai karena Pemerintah Provinsi Papua tidak ada perhatian.

“Hasil pertemuan dengan gubernur, kapolda dan pangdam (sekira 3 bulan lalu) sampai saat ini juga tidak jelas. Padahal, kondisi masyarakat di Puncak Jaya sangat merindukan kedamaian,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah Papua itu mengatakan, beberapa surat yang menamakan dirinya TPN/OPM kepada Pemkab Puncak Jaya, menyatakan, kemerdekaan Papua adalah harga mati.

“Bahkan, mereka minta Pemkab Puncak Jaya membeli senjata. Maka dari itu, diharapkan, Gubernur segera mengambil keputusan apa yang harus kami lakukan untuk menghentikan penembahkan dan aksi kriminal yang terus terjadi di Puncak Jaya sepanjang tahun ini,” katanya.

Laporan wartawan KOMPAS Ichwan Susanto
Kamis, 22 Juli 2010 | 05:12 WIB
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Kronologi Penembakan di Puncak Jaya

JAYAPURA, KOMPAS.com – – Kelompok kriminal bersenjata di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, menyergap mobil sipil yang terletak di 2 kilometer dari pos TNI, Rabu (21/7/2010) sore.

Berikut kronologi kasus penembakan dan pembakaran mobil oleh kelompok kriminal bersenjata di Puncak Jaya yang diterima Kompas, Kamis (22/7/2010) pagi.

Pada hari Rabu, terjadi penghadangan, penembakan, dan pembakaran konvoi empat mobil Mitsubishi Strada dari Wamena ke Mulia yang menyebabkan dua orang luka parah akibat tertembus proyektil peluru.

Pada pukul 13.00, keempat mobil yang membawa solar dan bahan makanan dari Distrik Illu. Namun setelah sampai Kampung Pagargom, tepatnya dekat SD Pagargom, kurang lebih 2 kilometer dari Pos TNI Kalome (45 km dari Mulia) tiba-tiba ditembaki dari arah atas gunung.

Para penembak melakukan dawi-dawi atau tarian lokal yang diduga kelompok pimpinan Goliath Tabuni. Aksi ini menyebabkan sopir Lanko Nafi terkena serpihan proyektil di lengan kiri.

Pukul 13.45, Letda (Inf) Deddi dari Pos TNI Illu dan delapan anggota menuju lokasi kejadian. Mereka tiba pukul 15.30 dan mendapati 3 mobil sudah terbakar dan barang muatan kosong yang kemungkinan telah dijarah.

Tujuh orang (sopir dan kernet mobil) yang belum diketahui identitasnya dengan membawa satu mobil berhasil lolos dan kembali ke Illu. Sedangkan sopir, Timotius Enumbi dan penumpang Neminces Wonda lari mengamankan diri dan tiba di Pos Polisi Tingginambut pukul 18.30. Keduanya luka parah karena terkena serpihan proyektil pada kaki kanan dan kiri.

Laporan wartawan KOMPAS Ichwan Susanto
Kamis, 22 Juli 2010 | 08:51 WIB

OPM Berulah, Pembangunan Jalan di Puja Terganggu

JAYAPURA [PAPOS]- Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua, Jansen Monim, ST mengatakan sejak tahun 2009 alokasi dana pembangunan jalan di kabupaten Puncak Jaya selalu disiapkan melalui APBD, APBN dan Anggaran perubahan. Sayangnya karena kondisi keamanan kurang kondusif di Puncak Jaya sehingga pembangunan tdak berjalan sebagaimana mestinya.

‘’Tahun lalu anggaran untuk alokasi pembangunan jalan di daerah Pegunungan, khususnya di Puncak Jaya selalu disiapkan pemerintah, baik melalui anggaran APBN, APBD dan Anggaran Perubahan, tetapi karena OPM selalu berulah sehingga pembangunan jalan tidak bisa terlaksana. Siapa kontraktor yang mau bekerja, jika nyawanya selalu terancam saat bekerja,’’ kata Monim menjawab wartawan usai pembukaan sidang Paripurna DPRP di main hall kantor DPRP, Rabu [14/7]

Bahkan kata Monim tahun anggaran 2010 juga disiapkan anggaran, tetapi itu tadi. Jika kondisinya masih tetap terjadi konflik sama saja, tidak ada gunanya. Nah, inilah dampak dari timbulnya gangguan, pembangunan di daerah tersebut akan lambat. Padahal pemerintah provinsi Papua punya keseriusan membangun kampung-kampung di Papua, tetapi karena daerah kurang kondusif sehingga pembangunan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Lebih lanjut dikatakannya, selain anggaran pembangunan jalan di Puncak Jaya, pemerintah juga mengalokasikan anggaran pembangunan jalan Habema, Nduga dan Kenyam. ‘’Ini adalah prioritas kita. Pembangunan jalan ini akan dibangun nanti sampai ke pelabuhan. Demikian juga nanti tahun 2011 pembangunan akan dilakukan dua arah dari Kenyam-Habema, Habema-Kenyam. Anggaran pembangunan jalan ini bersumber dari APBN, APBD dan anggaran perubahan,’’ terangnya. [bela]

Ditulis oleh Bela/Papos
Kamis, 15 Juli 2010 00:00

Berita Duka: Col. TRWP Oscar Gunto, Perwira MPP TRWP Meninggal Dunia

Kop Surat TRWP
Kop Surat TRWP

Pada Petang ini, pukul 13 siang Waktu New Guinea (WNG), telah menghembuskan nafas terakhir, seorang Perwira Tentara Revolusi West Papua (TRWP) di Markas Pusat Pertahanan, Rimba New Guinea:

1. Nama: G.T. Oscar

2. Pangkat: Colonel TRWP

3. BRN: –

5. Jabatan: Staff Khusus Logistik Markas Pusat Pertahanan

6. Masa Pengabdian: Sejak 1980-meninggal (2010)

Colonel TRWP Oscar GT
Colonel TRWP Oscar GT

Col. Oscar sehari-hari berutagas menjaga keamanan dan kelangsungan kegiatan Kantor Pusat TRWP, dan menjain hubungan dengan Masyarakat Adat setempat dalam rangka mendapatkan dukungan dan kerjasama.

Beliau meninggal karena di-Zanggoma, artinya meninggal oleh buatan orang tuan tanah di MPP.

Dengan ini, atas nama

segenap Perwira dan Pasukan MPP TRWP di bawah Komando Gen. TRWP Mathias Wenda, dengan makhluk penghuni Bumi Cenderawasih menundukkan Kepala dan Berduka sedalam-dalamnya

atas kepergian salah satu Perwira yang berperan penting dalam perlawanan menentang Penjajah NKRI.

Semoga pekerjaan yang ditinggalkan akan diteruskan oleh Generasi Muda West Papua, sampai kita mencapai cita-cita luhur dan aspirasi murni bangsa Papua, “Kebebeasan, Kedaulatan dan Kemerdekaan” bersama Kebenaran Sang Bintang Kejora.

Dengan menundukkan Kepala dan menatapkan matahati ke langit New Guinea, kami berdoa,

Ya, Tuhan, inilah kami, kami bangsa Papua

Sejak NKRI menginvasi dan menginjakkan kaki ke Bumi Cenderawasih melalui jalan yang curang dan tidak demokrasi, dan dengan pelanggaran Hak Asasi Kami sebagai makhluk ciptaanMu

Kami telah dengan berani menyatakan “tidak” kepada kehadiran NKRI dan terus berjuang untuk kemerdekaan kami.

Pada hari ini, telah berpulang salah satu Perwira kami di MPP TRWP, menyusul banyak Perwira dan pasukan serta orang Papua lain yang telah tiada demi perjuangan ini

Kami tahu sepenuhnya dan sedalam-dalamnya, bahwa Tuhan beserta kami, dan bahwa kami akan meraih kemerdekaan itu,

Walau demikian, “Sampai kapankah kami harus menderita dan terus mati berserakan di hutan rimba, tanpa dikubur di tanah leluhur dan kampung halaman kami?”

Apakah nenek moyang kami yang bersalah mendiami pulau New Guinea?

Apa dosa kami, sehingga kami harus berjuang sampai terpuluhan tahun?

Kami berdoa dan serahkan semua kami yang hidup untuk dikuatkan dan diberi petunjuk dan kebijaksanaan serta bekal untuk meneruskan perjuangan ini, sampai Papua Merdeka.

Kami berdoa agar Generasi Muda West Papua merapatkan barisan dan mencontoh perjuangan generasi pendahulu mereka, termasuk contoh dari alm. Col. Oscar GT. sehingga biar satu pergi, seribu tumbuh kembali, sampai Papua Merdeka.

Dengan disaksikan oleh segenap komunitas makhluk, para penghuni Bumi Cenderawasih, atas nama semuanya, dan demi Allah Pencipta serta Pelindung kami, sekali lagi kami menyampaikan,

BERDUKACITA SEDALAM-DALAMNYA

Dikeluarkan di: Markas Pusat Pertahanan

Pada Tanggal: 12 July 2010

—————————————————————

Panglima,

Mathias Wenda, Gen. TRWP

NBP: A.001076

Lampiran Contoh Pangkat Baru untuK Perwira Menengah:

pangkat Mid Ranking Officers (Periwa Menengah)
pangkat Mid Ranking Officers (Periwa Menengah)

OPM Sudah Bentuk ‘Kabinet’

Bendera Sang Bintang Kejora
Bendera Sang Bintang Kejora

Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe saat berbincang-bincang dengan Kapolres AKBP Aleks KorwaMulia—Deadline  28 Juni bagi TPN/OPM agar  menyerahkan diri sebagaimana pernah diungkapkan Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe, bukan berarti setelah deadline langsung diadakan penyerangan terhadap kelompok yang terus bergerilya di hutan dan pegunungan di Papua tersebut.

‘’Deadline itu bukan berarti langsung tentara masuk operasi, itu tidak. Ada tahapan-tahapannya sehingga harus dengan tegas kita bicara begitu,’’ ungkapnya saat memberi keterangan pers di kediamannya kemarin.

Dikatakan, dengan adanya deadline sudah banyak perkembangan yang diperoleh, terutama komunikasi yang terjalin lewat surat. ‘’Dengan begitu kita bisa kirim surat, dan setelah mereka baca nanti bisa menilai bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak baik dan menyengsarakan rakyat. Kesadaran untuk mereka itu yang kita tuju,’’ lanjutnya.

Dijelaskan,  kalau deadline seperti yang banyak diartikan masyarakat umumnya, yaitu operasi militer atas TPN/OPM, menurutnya hal itu butuh koordinasi dengan berbagai kalangan karena akan menyangkut berbagai hal, seperti bagaimana menyiapkan masyarakat yang akan diungsikan dan lain-lainnya. ‘’ Berapa biaya yang harus kita siapakan, siapa-siapa  yang harus dicari dan tempatnya dimana. Ini bukan pekerjaan deadline seperti ini. Ini pekerjaan terkoordinasi dan pekerjaan terpadu semua komponen,’’ jelasnya.

Dan terkait dengan komunikasi yang terjalin, menurut Bupati pihaknya telah menerima banyak sekali surat dari berbagai kalangan, terutama kelompok TPN/OPM. ‘’Terakhir kemarin malam saya menerima surat dari mereka. Suratnya ditujukan kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan tembusan sebanyak 23 tembusan yang semuanya di luar negeri termasuk Presiden Amerika Serikat Obama,’’ ungkapnya sambil menunjukkan surat berbungkus amplop coklat.

Isi surat yang oleh Bupati  Lukas Enembe sempat dibacakan dan disaksikan wartawan baik lokal maupun nasional di halaman kediaman Bupati Puncak Jaya tersebut tampak isinya yang juga terdapat susunan kabinet negara yang diinginkan oleh TPN/OPM,  yang berisi Anton Tabuni sebagai presiden dan dengan 32 menteri.  Rupanya dengan melihat susunan ini, ternyata OPM sudah mempersiapkan kabinet.

Yang mengejutkan   diantara kabinetnya terdapat sejumlah tokoh masyarakat maupun tokoh agama,  termasuk Sekjen PDP Thaha Alhamid di dalamnya. ‘’Surat-suratnya banyak dan saya file untuk nantinya bahan laporan saya. Artinya ada komunikasi dengan mereka yang isinya macam-macam,  termasuk permintaan-permintaan mereka yang mungkin kita tidak bisa jawab seperti permintaan senjata dan amunisi. Kita jawab ini menyangkut sendi-sendi kehidupan berbangsa sehingga kita balas itu tidak mungkin kita lakukan,’’ ungkapnya.

Disinggung solusi terbaik, dengan tegas Lukas Enembe  mengatakan bahwa hanya satu yakni TPN/OPM dapat menyerah dan kembali menjadi warga negara membangun bersama Papua yang damai. ‘’Sudah tidak ada jalan lain. Wilayah ini dibentuk atas dasar undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia,’’ tegasnya.
Dikatakan juga bahwa kepada LSM maupun organisasi-organisasi lain jangan terus menyorot aparat yang sering dituding melanggar HAM. ‘’Orang yang dibunuh aparat itu bisa saya hitung, paling sekitar lima orang. Sedangkan yang mereka (TPN/OPM ) bunuh itu jauh lebih banyak. Kalau aparat kita tidak terlalu persoalkan karena memang sudah tugasnya di situ. Tapi ini masyarakat, tukang ojek mereka bunuh, wanita-wanita mereka perkosa dan ada beberapa orang yang mereka siksa hingga mengalami luka berat dan sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit di sini. Trus mau disebut apa kelakuan mereka itu?,’’ ungkapnya.
Sementara itu Kapolres Puncak Jaya AKBP Aleks Korwa mengungkapkan terkait situasi Kamtibmas di Puncak Jaya bahwa pihaknya terus melakukan kewaspadaan meski dukungan peralatan yang minim. ‘’Kendala kita ras mereka pada umumnya sama, terus masyarakat jua ketakutan melapor karena terkait ancaman jiwa mereka. Medan di sini seperti kita lihat bersama itu sulit. Sedangkan bagi mereka itu rumah mereka,’’ ungkapnya usai peresmian Politeknik Kesehatan Program Khusus Diploma III Puncak Jaya.

Dan terkait deadline, Kapolres mengatakan bahwa target sasaran yakni kembalinya senjata milik aparat TNI/Polri yang dirampas kelompok TPN/OPM  yang menurutnya berkekuatan sekitar 300-400 orang dengan senjata yang juga cukup banyak belum ada satupun yang berhasil kembali. ‘’Untuk langkah-langkah selanjutnya kita koordinasi dengan pemerintah daerah. Rencana nanti diatas satu juli kita akan rapat ulang karena 1 juli adalah hari Bhayangkara. Nantinya kita rapatkan bersama terkait hasil rapat 15 Juni lalu,’’ ungkapnya.
Terkait poster-poster yang dipajang di sejumlah tempat dipinggir Jalan raya yang berisi foto orang yang masuk DPO, Aleks Korwa mengatakan bahwa hal itu cukup efektif dalam upaya pengejarannya ‘’Diantara poster itu berhasil kita tembak satu yaitu Elenius Telenggen beberapa waktu lalu,’’ ungkapnya lagi.
Disinggung jam malam maupun razia-razia pada pos-pos tertentu oleh aparat TNI/Polri yang berkekuatan sekitar 500 personel gabungan anggota organik Polres Puncak Jaya, Gegana Brimobda Papua, Densus 88 Antiteror, Satuan Pelopor dari Kelapa Dua Bogor serta TNI, Kapolres mengatakan bahwa untuk jam malam memang diberlakukan sampai jam 9 malam. ‘’Kita himbau kepada masyarakat untuk tidak keluar diatas jam 9 malam. Tapi itu tidak kaku, masih ada toleransi,’’ jelasnya.

Untuk razia, menurutnya yang diperiksa adalah KTP, senjata tajam dan senjata. ‘’ Selama ini belum ada satupun yang kita ambil. Sedangkan kalau ada masyarakat yang tidak memiliki KTP kita koordinasi dengan dinas kependudukan untuk segera mengurus ke sana,’’ jelasnya. (cr-10/jir)

Warga Papua Tuntut Referendum

Demo Papua tuntut referendum (Banjir Ambarita | VIVAnews)
Demo Papua tuntut referendum (Banjir Ambarita | VIVAnews)

VIVAnews – Sekitar dua ribu warga Papua menggelar aksi unjuk rasa di halaman gedung DPR Papua di Jalan Samratulangi Jayapura Papua, Jumat 18 Juni.

Sepanjang melakukan aksinya, massa terus meneriakan ‘Papua Merdeka’ dan ‘Referendum. Warga Papua merasa otonomi khusus yang telah diberlakukan sejak tahun 2001, sama sekali tidak menjawab segala persoalan.

Nyatanya, warga Papua sebagian besar masih terbelenggu dalam kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Aksi unjuk rasa itu juga membawa sebelas poin tuntutan pada DPR Papua.

Isinya antara lain, tuntutan menutup areal PT Freeport Indonesia, referendum harus segera dilaksanakan atau memisahkan diri dari NKRI, menolak otonomi khusus, meminta pemerintah Indonesia untuk membebaskan tapol/napol, serta menghentikan sementara pemilukada di Papua.

Dalam melakukan aksi unjuk rasa, sebagian warga Papua menggunakan pakaian adat.

Forkorus Yoboisembut yang menjabat sebagai Ketua Dewan Adat Papua mengatakan, pihaknya mendukung SK MRP nomor 14 bahwa kepala daerah maupun wakilnya harus putra asli Papua.

Namun, sambungnya, pemerintah pusat ternyata tidak mendukung keputusan itu. Itu bukti bahwa pemerintah Indonesia tidak serius melaksanakan otonomi khusus secara murni dan konsekuen.

“Tidak ada lagi solusi, otsus juga ternyata tidak diseriusi pemerintah sehingga kami meminta refrendum atau merdeka,’’ tegasnya.

Aksi unjuk rasa itu melumpuhkan jalan Raya Jayapura-Sentani selama kurang lebih 3 jam. Akibatnya, akses menuju Bandara Sentani selama tersendat. (umi)

Laporan: Banjir Ambarita| Papua

Anggota Brimob Dimakamkan

Jenazah Briptu Agus Suhendra dinaikkan ke pesawat (VIVAnews/ Banjir Ambarita)
Jenazah Briptu Agus Suhendra dinaikkan ke pesawat (VIVAnews/ Banjir Ambarita)

VIVAnews – Brigadir Satu Agus Suhendra, anggota Brigade Mobil Kedunghalang, Bogor, yang tewas tertembak di Kampung Yambi Distrik Mulia Puncak Jaya Papua, akhirnya dimakamkan. Istri korban tak kuasa menahan sedih hingga jatuh tersungkur dan pingsan.

Pemakaman Agus Suendra dilakukan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Dreded, Kecamatan Bogor Selatan, Jawa Barat. Wakil Kepala Korps Brimob Brigadir Jendral Syarief Gunawan memimpin langsung upacara pemakaman.

Kesedihan mendalam dirasakan keluarga korban. Hingga akhirnya, Hasanah (26) istri almarhum dan Herlina (56), ibunda almarhum, yang hadir di lokasi pemakaman jatuh pingsan.

Menurut Syarief Gunawan, Agus Suhendra akan diberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat. “Awalnya, almarhum hanya Brigadir Anumerta, kami akan menaikan pangkat sebagai luar biasa Anumerta,” kata Syarief usai pemakaman.

Syarief mengaku mengenal persis tentang tindak tanduk almarhum dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri, terutama di daerah Papua. “Jadi, atas jasanya dalam menjalankan tugas Negara itu, kami memberikan penghargaan,” jelas dia.

Lebih lanjut ia mengatakan, kepolisian akan tetap melakukan operasi penegakan hukum di daerah Papua. Saat ini, kata dia, kelompok
sparatisme bersenjata masih merajalela di daerah Papua.

Jajaran keamanan telah melakukan langkah-langkah strategis untuk menangkap kelompok separatism Papua. “Mudah-mudahan saja, pelaku penembak almarhum dalam waktu dekat berhasil ditangkap,” tegasnya

Laporan: Ayatullah Khumaeni l Bogor

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny