Teror Penembakan di Freeport Makin Menjadi

JAYAPURA[Anggota Brimob saat melakukan penyisiran di sekitar Mile 42 pasca penembakan, Senin (10/12) lalu.PAPOS]-Aksi teror penembakan yang dilakukan kelompok sipil bersenjata (KSB) di kawasan PT Freeport Indonesia di Timika makin menjadi. Mereka seperti tak mau memilih korban. Setiap kendaraan yang melintasi kawasan tersebut menjadi sasaran tembak.

Kali ini satu mobil yang mengangkut rombongan Komandan Korem 174/Anim Ti Waninggap (ATW) Merauke, Brigjen TNI Bambang Hariyanto diberondong tembakan di sekitar Mil 42, Kamis (12/12) sekitar pukul 12.30 WIT.

Teror penembakan oleh orang tak dikenal ini merupakan keempat kalinya. Sebelumnya tiga penembakan beruntun terjadi mulai Minggu (9/12) hingga Selasa (11/12).

Dalam kejadian tersebut Danrem Korem 174/Anim Ti Waninggap (ATW) Merauke selamat termasuk Dandim Timika, Letkol Dwi Lagan, anggota polisi dan petinggi PT. Freeport. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf. Lismer Lumban Siantar dihubungi semalam membenarkan adanya penembakan tersebut.

”Memang benar ada penembakan, namun selain rombongan Danrem Merauke, ada rombongan dari polisi, kemudian Freeport juga. Tidak ada korban dari kejadian ini,”

ujar Kapendam kepada Papua Pos melalui ponselnya semalam.

Menurut Kapendam, penembakan itu terjadi ketika rombongan usai melakukan peninjauan pos-pos pengamanan di areal Freeport. ”Saat mereka usai melakukan peninjauan, rombongan ditembaki,” ujarnya.

Kapendam mengatakan, walau petinggi TNI ditembaki, namun pihaknya menyerahkan kasus ini sepenuhnya kepada kepolisian untuk menanganinya.”TNI sebatas memback-up kepolisian,” ucapnya.

Masih menurut Kapendam.,Kapendam menuturkan, pihaknya belum mengetahui secara pasti motif penembakan tersebut.”Kami belum tahu, sebab masih dalam penyelidikan kepolisian,” katanya. Kapendam menegaskan, pihak TNI siap membantu kepolisian untuk melakukan pengejaran terhadap para pelaku penembakan.

Kenny Kwalik Dibalik Penembakan

Sementara Kapolda Papua, Irjen Polisi Tito Karnavian mengatakan dari pengembangan penyidikan diketahui bahwa aksi teror penembakkan di area Freeport tersebut diduga ada keterlibatan kelompok bersenjata Kali Kopi pimpinan Teny Kwalik yang bermarkas di Tanggul Timur.

“Kita sudah tahu mereka sehingga kita sedang meningkatkan pengamanan di area Freeport dengan melakukan patroli, pengawalan dan penjagaan. Kita tingkatkan dan intensifkan,” kata Tito kepada wartawan di Timika, Kamis pagi.

Meski aksi teror penembakkan kembali marak, namun Polda Papua belum berencana menambah pasukan pengamanan PT Freeport.

“Tidak ada penambahan pasukan karena personil yang disiagakan untuk melakukan pengamanan sebanyak 800 orang untuk menghadapi kelompok ini,”

kata Tito.

Dari data pihak kepolisian, kelompok bersenjata pimpinan Teny Kwalik berjumlah sekitar delapan hingga 10 orang. Kelompok ini diketahui memiliki beberapa pucuk senjata api. Senjata itulah yang selama ini digunakan untuk melakukan teror penembakan terhadap sejumlah kendaraan yang melintas di ruas jalan Timika-Tembagapura maupun ruas jalan Tanggul Timur menuju Kampung Nayaro.

Usai melakukan aksi teror penembakan, kelompok tersebut langsung melarikan diri ke dalam hutan.

Kapolda Papua mengakui pekan lalu jajarannya menerima surat selebaran yang mengatasnamakan Markas Komando Militer III Timika pimpinan Teny Kwalik.

Selebaran serupa diterima pihak Kodim 1710/Mimika. Dalam surat tersebut, kelompok Teny Kwalik menuntut agar limbah Freeport yang berdekatan dengan markas mereka harus dihentikan karena mereka merasa dirugikan.

“Motif inilah yang sedang kami pelajari bersama Freeport dan berupaya melakukan komunikasi dengan kelompok ini untuk menanyakan apa keinginan mereka. Jika mereka mengakui betul persoalan limbah Freeport maka kita akan berkoordinasi dengan Freeport untuk mencari jalan keluarnya dengan memindahkan aliran pembuangan limbah itu,”

kata Tito.

Selain limbah Freeport, perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu diketahui juga mengambil material batu dan pasir dari area Kali Kopi untuk membangun Tanggul Timur.

Kelompok bersenjata pimpinan Teny Kwalik diketahui merupakan kelompok yang sudah lama terbentuk. Kelompok Teny Kwalik diketahui juga mendalangi serangkaian aksi teror penembakan di area Freeport sejak 2009.

Dengan semakin gencarnya pembangunan Tanggul Timur sebagai dinding pembatas area pengendapan tailing PT Freeport, kelompok Teny Kwalik merasa makin dibatasi ruang geraknya. [tom]

Jum’at, 13 Desember 2013, Ditulis oleh Tom/Papos  

 

Menyambangi “Markas Raja Cycloop” di Hutan Distrik Ravenirara (Bagian 3/Habis)

Laporan : Ibrahim S/ Walhamri Wahid

Adrianus Apaseray dan Oktovianus Sorondanya ketika mengajak wartawan SULUH PAPUA ‘menengok” rumah tinggalnya yang dirusak saat penyerbuan polisi ke Kampung Yonsu Yongsu pekan lalu, kondisi kampung sendiri hingga kini masih sunyiLEWAT tengah hari, akhirnya Adrianus Apaseray dan Oktovianus mendampingi saya keluar dari “markas” mereka dan berjalan kaki menuju ke Kampung Yonsu Spari, kediaman mereka, sepanjang perjalanan obrolan kami tetap berlangsung.

Adrianus mengeluarkan segala uneg – uneg yang mengganjal di hatinya termasuk soal tudingan polisi bahwa dirinya disamakan dengan teroris dan sedang belajar merakit bom sehubungan ditemukan sejumlah alat – alat yang di curigai untuk merakit bom di rumahnya.

“itu bukan alat merakit bom, yang mereka sita itu adalah alat – alat kerja meubel saya, mesin bor, sekap, mesin amplas, router dan beberapa alat lainnya, pipa yang mereka sita itu kan hanya pipa kosong bukan dipersiapkan untuk merakit bom, peluru yang mereka ambil juga itu peninggalan Perang Dunia II”, kata Adrianus sambil tertawa kecil mengetahui alat – alat kerja meubelnya di anggap sebagai peralatan merakit bom.

Ia juga menjelaskan bahwa senjata yang di sita dari rumahnya maupun rumah Oktovianus hanyalah sebuah senapan angin yang banyak di jual di toko karena biasa mereka gunakan untuk berburu.

“senjata rakitan kami bukan seperti itu, kalau kami mau bikin senjata rakitan itu hak kami karena itu untuk perjuangan kami, tapi kami bukan separatis apalagi teroris, kami memperjuangkan hak kami”

timpal Oktovianus

Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, akhirnya kami sampai di tengah – tengah kampung, ada beberapa warga yang sudah berani muncul di kampung, namun mereka tidak menunjukkan gelagat takut saat melihat kedatangan kami.

“ada beberapa warga yang sudah berani pulang siang untuk jaga harta dan ternak yang masih ada, tapi biasanya malam itu mereka kembali ke pengungsian di keluarga di Dormena atau kampung tetangga lainnya, karena mereka khawatir akan di serbu lagi tengah malam”,

jelas Adrianus.

Menurutnya selama ini ia tidak pernah melakukan aktivitas meneror warga apalagi memeras, andaikan ada yang sedikit salah paham atau beda pendapat dengan beberapa warga bukan terkait pandangan dan perjuangannya, namun soal – soal lain di dalam pemerintahan.

“tidak benar kalau saya meneror semua warga, lihat kan, kita lewat tadi mereka biasa – biasa saja, karena saya tidak mengganggu warga yang tidak mencampuri urusan saya, kalaupun ada yang merasa terteror itu karena mereka menjadi mata – mata dan melaporkan aktivitas saya di kampung selama ini kepada aparat, jadi mereka – mereka itu yang terteror”,

jelasnya.

Ia juga mengakui aksi “melaporkan dirinya” ke aparat itu disebabkan juga karena urusan di dalam pemerintahan kampung, termasuk soal dana ADK, dimana ia dituduh menggelapkan sejumlah dana dimaksud.

“karena ada pihak – pihak yang tidak terima soal dana ADK itu, akhirnya mereka mau cari muka ke aparat dan melaporkan aktivitas saya selama ini”,

jelas Adrianus.

Tapi menurutnya peristiwa beberapa hari lalu tidak ada hubungannya dengan dana ADK atau masalah jabatan kampung, namun itu adalah bagian dari sebuah perjuangan.

Sambil kami melihat – lihat kondisi rumahnya yang rusak, kolam ikannya yang katanya diracun, Adrianus lalu menguraikan akar masalah sebenarnya, menurutnya awalnya memang menyangkut masalah dana ADK, kemudian di giring ke masalah politik, dimana ada beberapa oknum warga di Kampung Yonsu yang melaporkannya ke pihak keamaman.

“jadi saya dilaporkan meneror dan intimidasi warga kampung, padahal saya hanya bermasalah dengan mereka – mereka yang menjadi Yudas Iscariot, jadi yah itu, mungkin karena iri hati, atau bagaimana, sehingga di giring ke masalah politik, dan saya dianggap sebagai kelompok pengacau, saya memang anak buah Hans Jouweni, tapi saya bukan pengacau, apalagi meneror warga”,

kata Adrianus.

Ia juga membela diri, bila ia menggunakan dana itu, karena ia juga merasa berhak, karena ihwal turunnya dana Otsus adalah karena perjuangan TPN/OPM.

“dana Otsus itu ada karena OPM atau karena sebagian besar orang pribumi Papua minta merdeka, sementara ada pejabat-pejabat yang bisa korupsi sampai belasan miliar namun hukum tidak menyentuh mereka, oleh karena itu, pejabat Papua yang korupsi uang rakyat akan kami hancurkan sesuai dengan cara kami. Ini juga perjuangan kami”,

katanya

Soal pengibaran bendera Bintang Kejora di Balai Kampung, Oktovianus Sorondanya mengakui ia yang melakukannya, sebagai tanda perlawanan dan eksistensi kelompok mereka dibawah komando Brigjen (TPN/OPM) R. H. Jouweni.

“ya.. benar kami yang kasih naik bendera itu, sebagai tanda perlawanan kita, dan itu perintah dari organisasi OPM, karena apa yang kami lakukan adalah perintah dari atasan kami sebab kita bukan bagian dari Indonesia, dan dunia sudah tahu bahwa masalah Papua adalah masalah Internasional. Jadi kami minta kepada pihak Indonesia untuk segera membuka diri berdialog dengan Papua diatur oleh pihak yang netral ditempat yang netral sama seperti dong (Indonesia) berdialog dengan Aceh juga harus melibatkan PBB, Amerika Serikat dan Belanda karena mereka biang keladi yang telah menyerahkan Papua ke tangan Indonesia untuk dibantai, disiksa dan dihancurkan di atas tanah leluhur kami”,

kata Oktovianus berapi – api.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa mereka sudah tidak percaya lagi pada pemerintah Republik Indonesia yang selalu membohongi rakyat pribumi Papua “kami tidak percaya pada pemerintah Republik Indonesia yang selalu membohongi orang Papua. Otonomi Khusus, tidak ada sesuatu yang khusus di Papua sebab semua aturan masih terus dipegang di Jakarta, UP4B dan Otsus Plus semua adalah penipuan.

Jadi tekad kami sudah bulan minta merdeka, nanti mau miskin melaratkah atau kayakah itu urusan belakang yang penting tanah Papua harus merdeka dulu” kata Oktovianus dan mengaku tidak takut meski kini ia dan kelompoknya masuk target aparat, karena menurutnya itu resiko dari perjuangan.

Kurang lebih 30 menit mereka berdua membawa saya keliling kampung, ia juga sempat menjelaskan kronologis peristiwa naas Jumat (29/11) lalu, termasuk lokasi dimana Eduard Okoseray di tembak dan kami juga sempat menyambangi kuburannya.

Keduanya juga membawa saya melihat kondisi rumah – rumah mereka yang porak poranda setelah di geledah oleh aparat yang hingga kini masih dibiarkan dalam kondisi apa adanya.

Menjelang sore, akhirnya saya berpamitan dan di dampingi penghubung sebelumnya untuk kembali berjalan kaki ke Kampung Dormena, dan akhirnya kami tiba sudah larut dan saya memutuskan untuk bermalam di kampung itu.

Tidak terasa saya sudah 2 hari putus kontak dengan keluarga dan kantor redaksi, dan saya pun tidak memikirkan bahwa mereka semua risau dan gelisah memikirkan keberadaan saya, hingga pagi – pagi saya dikejutkan dengan kedatangan keluarga yang mencoba menelusuri jejak saya, karena mereka khawatir kondisi saya yang tidak ada kabar selama 2 hari.

Rupanya karena tidak ada kabar dari saya selama 2 hari, seorang kakak saya berkoordinasi dengan Pimpinan Redaksi dan diputuskan untuk mengirim utusan dari keluarga guna menelusuri jejak dan keberadaan saya, dan mereka semua bahagia karena mengetahui keadaan saya yang baik – baik saja, dan akhirnya kami kembali ke Jayapura bersama – sama tengah hari itu. (SELESAI)

Kamis, 12-12-2013, SuluhPapua

Imparsial : Penembakan di Freeport Banyak Kepentingan “Main”

Direktur Eksekutif Imparsial, Poengki IndartiJAYAPURA – Serangkaian aksi penembakan secara berturut-turut selama 3 hari, terjadi di areal Tambang PT Freeport Timika Papua, dimana aparat Kepolisian belum mampu menghentikannya.

Mendapat tanggapan dari Imparsial LSM Pemerhati HAM. Imparsial mensinyalir terkait aksi teros penembakan ini ada banyak kepentingan yang “bermain” di sana.

“Penembakan di Freeport yang sangat marak sejak 2009, kembali terjadi lagi. Diawali pada Minggu 8 Desember dan terjadi berturut-turut di mile 40-41, mengenai kendaraan yang ditumpangi aparat keamanan. Ini teror yang sangat misterius, karena pelakunya tidak pernah bisa diketahui atau bahkan ditangkap,”

ujar Direktur Eksekutif Imparsial, Poengki Indarti melalui pesan elektroniknya, Rabu 11 Desember.

Kekerasan berupa penembakan yang tak pernah bisa dihentikan, jika pelakunya tidak berhenti sendiri, justru mengundang tanda tanya besar. “Mengapa Freeport yang selama ini selalu dijaga aparat keamanan bersenjata dengan sangat ketat, masih saja kecolongan dengan aksi para pelaku? Mengapa selama ini aparat keamanan gagal menangkap para pelaku? Apakah para pelaku sedemikian lihai mengecoh aparat? Atau justru ada sebab-sebab lain.”tanya dia.

Dari analisa Imparsial, kata dia, ada sejumlah hal yang menjadi pemicu kembali terjadinya aksi penembakan misterius di areal Freeport.

“Ada beberapa analisa terhadap hal ini. Kekerasan di Freeport terjadi tidak dalam ruang yang kosong. Ada banyak kepentingan “bermain”di situ. Bahkan situasi politik nasional juga kemungkinan besar bisa berdampak di Papua – pilihannya bisa di Freeport atau di Puncak Jaya. Dinamika politik di Papua juga bisa menjadi penyebab kembali maraknya aksi kekerasan di Freeport,”

terangnya.

Namun, faktor lain juga bisa menjadi munculnya aksi teror itu, seperti masalah uang atau upeti.

“Selain itu serangan ini bisa juga dialamatkan pada PT. Freeport Indonesia, dengan maksud mendapatkan uang dari PT. Freeport. Ini bisa dilakukan oleh pihak mana saja yang mempunyai akses pada senjata api,”

jelasnya.

Oleh karena itu, yang paling penting harus dilakukan adalah upaya Polda Papua secara serius dan sungguh-sungguh untuk melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap para pelaku.

“Selain itu sangat penting bagi Polda untuk melakukan operasi razia senpi dan sajam, termasuk bahan-bahan peledak di seluruh Papua. Nama baik Polda dipertaruhkan untuk bisa menangkap para pelaku hidup-hidup dan membawanya ke pengadilan,”

terangnya. (jir/don/l03)

Kamis, 12 Desember 2013 08:26, Binpa

Ada Teny Kwalik di Balik Penembakan Freeport ?

SESEORANG yang mengaku bernama Teny Kwalik semalam menghubungi Redaksi SULUH PAPUA dan mengklaim dirinya yang bertanggung jawab terhadap serangkaian peristiwa penembakan yang terjadi di Freeport beberapa hari ini.

“Saya Teny Kwalik, Panglima Daerah TPN/OPM Makodam 3, kami yang melakukan penembakan siang kemarin, dan kami bukan OTK atau kelompok separatis, kami TPN/OPM yang ingin Papua merdeka”,

kata lelaki di ujung telepon agak terbata – bata semalam.

Namun yang mencurigakan, nampaknya di belakang si penelepon ada orang kedua yang mengajarkan atau mengarahkan kepadanya tentang apa – apa yang harus di sampaikan, saat SULUH PAPUA mengejar apa bukti bahwa ia pelakunya dan apa bukti bahwa ia benar – benar Tenny Kwalik, si penelepon terdengar gugup dan menjawab ragu – ragu, dan terdengar suara halus di belakang yang mengarahkan, namun belum selesai pembicaraan tiba – tiba ada gangguan pada saluran telepon dan akhirnya terputus.

Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, aksi penembakan yang terjadi di PT Freeport Indonesia menjadi atensi khusus Polri-TNI. Kemudian dari hasil pengembangan kasus kelompok yang melakukan penembakan tersebut merupakan kelompok Tenny Kwalik.

”Kita sudah tahu mereka sehingga kita sedang meningkatkan pengamanan di area Freeport dengan melakukan patroli, pengawalan dan penjagaan. Kita tingakkaan dan intensifkan. Tidak ada penambahan pasukan karena personil yang disiagakan untuk melakukan pengamanan sebanyak 800 personil untuk menghadapi kelompok ini ,”

jelas Tito usai melakukan pertemuan perwira TNI-Polri di Rimba Papua Hotel, Rabu (11/12).

Selain melakukan peningkatan pengamanan, Satgas Amole bersama TNI akan melakukan anting dan pengejaran terhadap kelompok ini yang bermarkas di Kali Kopi Tanggul Timur. Kelompok ini jumlahnya tidak terlalu banyak kemungkinan mereka berjumlah sekitar delapan sampai sepuluh orang sehingga ketika mereka melakukan penembakan langsung melarikan diri.

”Kita sedang mempelajari motif penembakan yang dilakukan kelompok itu. Memang ada sebuah selebaran yang kami terima dari Polres Mimika dan Kodim 1710/Mimika mereka menuntut agar limbah Freeport yang berdekatan dengan markas mereka harus dihentikan karena mereka merasa dirugikan,”

jelas Tito.

Meskipun ada beberapa poin di dalam surat itu yang menyatakan ingin memisahkan diri dan lain sebagainya, tetapi kepolisian melihatnya dari motif persoalan yang di timbulkan yakni limbah pembuangan PT Freeport Indonesia yang berdekatan dengan markas kelompok bersenjata itu di Kali Kopi yang dianggap sangat merugikan mereka sesuai dengan surat edaran itu.

”Motif inilah yang sedang kami pelajari bersama Freeport dan berupaya melakukan komunikasi dengan kelompok ini untuk menanyakan apa keinginan mereka. Aapabila mereka mengaku betul persoalan limbah Freeport, kita akan berkoordinasi dengan Freeport untuk mencari jalan keluarnya dengan memindahkan aliran pembuangan limbah itu,”

kata Tito.

Wakil Direktris Yayasan Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan (Yahamak) Kabupaten Mimika Arnold Ronsumbre mengecam keras aksi penembakan yang kelompok bersenjata di areal obyek vital nasional (obvitnas) PT Freeport Indonesia.

“Kasus penembakan ini merupakan sebuah perbuatan yang sangat tidak terpuji. Kami mengutuk keras aksi penembakan itu sehingga saatnya nanti pelaku akan dapat merasakan hukum karma,”

kata Arnold kepada wartawan di Timika.

Menurutnya, aksi penembakan di area Freeport menunjukkan ketidakmampuan aparat keamaman dalam melakukan pengamanan. Sudah tentu masyarakat akan mempertanyakan sejauh mana kinerja aparat keamanan. Arnold mengatakan, selama ini aparat selalu menggunakan istilah OTK yang semestinya tidak digunakan sebagai sebuah istilah apabila aparat keamanan sudah mengetahui pelaku penembakan itu. Seharusnya aparat keamanan harus menjelaskan siapa otak di balik sejumlah kasus penembakan yang terjadi di area Freeport.

“Tugas aparat keamanan adalah segera menjawab siapa pelaku sebenarnya dari penembakan itu. Jika penembakan itu dilakukan karena ketidakpuasan dengan Freeport, harus dibicarakan secara jujur apa yang masih menjadi kekurangan, sehingga tidak membuat gerakan terlalu banyak dan menimbulkan keresahan bagi masyarakat,”

ujarnya.

Sebelumnya Eli Ramos Patege, aktivis HAM di Papua mensinyalir penembakan di Freeport yang kembali mencuat merupakan bagian dari skenario bisni pengamanan di areal freeport. “Konflik di areal FI didesain oleh aparat untuk mencapai dua tujuan yakni mendapatkan dana keamanan dari perusahaan Freeport dan dari pemerintah daerah atau pusat serta menciptakan ketidaknyamanan di Tanah Papua,” kata Eli Ramos Petege, Aktivis HAM dalam siaran pers ke media ini, kemarin.

Menurut Eli, akses masuk ke areal perusahaan raksasa ini sangat sulit sebab pengawasan begitu ketat. Warga pemilik wilayah Amungsa yang tinggal di Kampung Banti, Arwanop dan lainnya harus mengurusi surat izin untuk pergi dan pulang dari kampung ke Timika. Pun sebaliknya, pemilik ulayat yang mau mengambil kayu bakar saja, wajib mengurus izin di departemen Lingkungan Hidup FI sekitar satu minggu. “Sementara itu, berdasarkan pantauan saya pada tahun lalu, sepanjang jalan dari mile 32 (lowland) sampai mile 73 (highland/tempat penggilingan) diawasi ketat oleh aparat keamanan. Kita juga tahu bahwa perusahaan itu berada dibawah pengawasan 1.800 personil TNI/Polri. Artinya bahwa kekerasan itu tidak mungkin dilakukan oleh warga sipil yang berada di luar dari areal freeport,” papar Eli Ramos Petege.

Berdasarkan data SULUH PAPUA, penembakan yang dilakukan orang tak dikenal itu terjadi pukul 12.45 wit terhadap 1 unit monil Escort warna putih dengan nomor lambung 01-4758. Pengemudinya adalah Ridwan yang mengendarai mobil bersama dua personil Brimob Detasemen B Polda Mimika, Brigadir Supriadi yang sedang melaksanakan pengawalan trailer explosive menuju mil 68. Bersama Escort putih, ada juga tujuh unit trailer yang membawa bahan peledak beriringan dari Cargodok dengan tujuan mil 68. Pada pukul 12.40 wit rombongan tiba di Pos Pengamanan di mil 40, kemudian melanjutkan perjalanan ke mil 68 dengan urutan monil Escort warna putih Nomor Lambung 01-4758, mobil trailer dengan Nomor Lambung 020955 dan mobil trailer 020868. Pada pukul 12.45 wit, ketika rombongan telah berjalan sekitar 100 meter dari Pos mil 40, tiba-tiba mobil Escort yang dikemudikan Ridwan ditembak dari arah sebelah kanan sebanyak dua kali.

Spontan, pimpinan iring-iringan mobil Brigadir Supriyadi langsung membalas tembakan. Mobil Escort yang mereka tumpangi pun kemudian berbalik arah menuju Pos Pengamanan di mil 40. Pada saat berbalik arah itu, kelompok bersenjata menembak lagi iring-iringan sebanyak satu kali. Serangan kedua itu membuat mobil trailer dengan Nomor Lambung 020868 spontan mundur dan menabrak mobil trailer 020955 hingga mengakibatkan selang radiator kendaraan itu terlepas. Mendengar bunyi tembakan, anggota Brimob yang berada di Pos Penjagaan mil 40 langsung menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk memberikan bantuan.

Aksi baku tembak pun tak terhindarkan antara Brimob Detaseman B dengan kelompok bersenjata yang berlangsung kurang lebih 10 menit. Pukul 13.15 wit, Komandan Satgas wilayah dataran rendah area Freeport Indonesia AKBP Yusuf Wali bersama satu peleton Brimob Satgas Amole PT Freeport Indonesia tiba di Pos mil 40 dan langsung menuju ke TKP. Selanjutnya, pada pukul 13.30 wit, satu regu Anggota TNI Yonif 754 Ene Neme Kangase dibawa pimpinan Mayor Inf Akbar, beserta satu regu TNI Denkav-3/SC Pos Randfile dibawa pimpinan Lettu (Kav) Musrsaling juga tiba di TKP dilanjutkan dengan peninjauan. Selanjutnya, anggota Denkav 3/SC (Pos Randfile) pimpinan Musrsaling menggunakan Rantis Anoa melaksanakan patroli dari mil 40 sampai dengan mil 46.

Tidak ada korban jiwa dalam aksi penembakan misterius itu. Sementara, satu unit mobil Escort terkena tembakan pada pintu bagian kanan bawah, dan satu buah lubang tembakan pada bagian atas ban belakang sebelah kanan, juga bekas tembakan pada kaca spion sebelah kiri. Sehari sebelumnya, seorang karyawan Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) bernama Agustinus Waiyay ditembak kelompok bersenjata, Senin (9/12), sekira pukul 02.00 wit. Waiyay merupakan driver yang mengendarai water truck dengan nomor lambung 021010 menuju Mil 41, tujuan pos pengamanan internal PT Freeport Indonesia. Korban ditembak sebanyak enam kali dari arah kiri jalan mengakibatkan lima bekas tembakan di pintu radiator atas ban. (K6/R1)

Kamis, 12-12-2013, SuluhPapua

Teror Penembakan di Freeport Terus Berlanjut

Aparat Kepolisian Densus 88 Anti-Terror
Aparat Kepolisian Densus 88 Anti-Terror

JAYAPURA[PAPOSSalah satu korban penembakan, Senin (9/12) lalu Agustinus Weiyai sopir truk tangki (paling kiri) memberikan kesaksian terkait insiden yang menimpanya kepada anggota B Brimob Timika.]-Teror penembakan yang dilakukan orang tak dikenal di areal PT Freeport terus berlanjut. Kali ini orang tak dikenal menembaki konvoi jenis Toyota LWB dengan nomor lambung 01-4758 yang dikemudikan H Ridwan, Selasa (10/12) sekitar pukul 13.00 WIT. Dalam peristiwa penembakan tersebut tidak ada korban jiwa.

Mereka ditembaki dari arah kanan jalan sekitar 50 meter sebelum pos mil 40. Akibat penembakan ini, terdapat 3 buah lubang bekas tembakan, masing-masing 2 di bodi kanan kendaraan dan satunya di kaca spion kanan.

Sebelumnya pada Senin (9/12) lalu, sopir water truk yang diketahui bernama Agustinus Weyai ditembaki di sekitar lokasi yang sama yakni mile 40. Begitupun dengan anggota TNI ditembaki saat melitas di kawasan tersebut.

Pasca-insiden penembakan siang tadi, konvoi truk pengangkut bahan peledak terpaksa tertahan di pos mil 40. Sementara tim Brimob dari Detasemen B Timika, langsung mengejar pelaku penembakan.

”Pelaku terus dikejar anggota kami, pelaku diduga bersembunyi di sekitar hutan”

ucap Kabidhumas Polda Papua, AKBP Sulistyo Pudjo Hartono,SIk saat dikonfirmasi Papua Pos via ponselnya, Selasa (10/12).

Kabid Humas mengatakan polisi sudah melakukan olah TKP mengamankan barang bukti berupa , 1 unit kendaraan LWB No Lambung 01-4758.

Pihak kepolisian mencurigai pelaku penembakan merupakan orang yang sama yang sebelumnya melakukan penembakan di lokasi yang sama.

”Pelaku kemungkinan orang yang sama, hanya motifnya masih didalami,”

ujarnya.

Disinggung kondisi karyawan Freeport, pasca aksi penembakan yang sudah berlangsung 3 hari berturut-turut ini, Kabid Humas mengatakan kondisi ini tentu membuat karyawan PT Freeport terganggu dalam menjalankan aktivitas mereka,” ucapnya.[tom]

Rabu, 11 Desember 2013, Ditulis oleh Tom/Papos

Brimob Disersi Jadi Pelatih OPM?

Wakapolda Papua Brigjen Paulus WaterpauwJAYAPURA – Salah seorang anggota Brimob Jajaran Polda Papua dikabarkan desersi dari pelaksanaan tugasnya, bergabung dengan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bahkan kabar menyebutkan Brimob Disersi tersebut menjadi pelatih tembak OPM. Hanya saja kabar itu dibantah Polda Papua.

“Kabar mengenai adanya anggota Brimob yang bergabung dengan kelompok OPM sama sekali tidak benar, namun kalau ada yang disersi atau meninggalkan tugas, bisa jadi ada,”

ujar Wakapolda Papua Brigjen Paulus Waterpauw, Rabu 4 Desember.

Menurutnya, anggota yang desersi pun hanya beberapa orang.

”Memang kami akui ada yang desersi, tapi itu bisa dihitung jari, mereka juga sedang dicari untuk kembali ke kesatuannya,”

kata dia.

Issu atau rumor terkait adanya anggota yang desersi, sambungnya, sudah beredar sejak tahun lalu, tapi setelah di inventarisir hanya dua orang yaitu di Paniai. “Indikasinya memang ada 2 orang anggota Polri yang desersi di Paniai, tapi bukan bergabung dengan OPM,”ucapnya.

Sebelumnya, issu atau rumor tentang sejumlah anggota Brimob Polda Papua bergabung dengan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka pimpinan Matias Wenda, yang bermarkas di Viktoria Perbatasan RI-PNG, merebak. Mereka bergabung, untuk bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan Papua.

Salah satu warga Kabupaten Keerom yang namanya enggan disebut mengatakan, ada salah satu anggota Brimob aktif berinisial SW bergabung dengan OPM pimpinan Matias Wenda. Kemudian dia dipercaya menjadi pelatih atau pembina para militer OPM di Viktoria.

Kelompok Matias Wenda, Yan Korari dan Lambert Pekikir diduga memiliki persenjataan jenis Mozer, AK 47 dan M16. (jir/don/l03)

Kamis, 05 Desember 2013 11:00, Binpa

4 Anggota TPN-OPM Divonis Penjara

JAYAPURA – Empat orang yang sebelumnya ditangkap lantaran dicurigai sebagai anggota TPN-OPM, akhirnya divonis Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1 A Jayapura, Kamis (7/11). Para terdakwa dijerat dengan pidana pasal  110 KUHP ayat 1 (jo) 106 KUHP dengan hukuman pidana yang berbeda. Untuk tiga terdakwa masing-masing, Isak Demetouw, Nikodemus Sosomar dan Soleman Teno dihukum pidana penjara selama 2 tahun 2 bulan. Sedangkan satu terdakwa lainnya, Daniel Nerotou, divonis 1 tahun penjara.

Vonis yang diberikan kepada 3 terdakwa ini lebih ringan dua tahun dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Toman Ramandey, S.H., yang menuntut ketiganya diganjar empat tahun penjara. Majelis Hakim yang diketuai Dolman Sinaga, S.H., mempertimbangkan sikap para terdakwa yang selama persidangan cukup kooperatif.

Berdasar keterangan di ruang sidang, perkara ini berawal pada, 3 Maret 2013, saat Anggota Satgas Yonif 755 Yalet yang saat itu tengah berjaga di Pos Satgas, Kampung Nengke, Distrik Pantai Timur Kabupaten Sarmi, mendapat laporan dari warga yang melihat ada anggota TPN-OPM yang tengah melintas di jalan menuju Kampung Yamna. Petugas kemudian menindak lanjuti laporan warga dengan melakukan pengejaran terhadap orang yang dimaksud.

Setelah dilakukan pengejaran, kemudian didapati dua buah sepeda motor yang ditumpangi oleh para terdakwa yang selanjutnya ketika dimintai untuk menunjukkan KTP, namum tidak memiliki kartu identitas, sehingga oleh petugas dilakukan penggeledahan. Dalam penggeledahan kemudian ditemukan uang tunai Rp20 juta, catatan hasil pertemuan tentang pelaksanaan pesta mama Papua, Kartu Anggota TPN-OPM atas nama Nikodemus Sosomar yang telah jadi terdakwa.

Selain itu, petugas juga menemukan satu buah atribut bendera Bintang Kejora berukuran kecil, sangkur komando dan kemudian setelah dilakukan pemeriksaan di jok motor yang ditumpangi terdakwa, didapati pula 3 buah botol berisikan serbuk belerang. Semua temuan petugas kini telah menjadi barang bukti atas perbuatan para terdakwa. (art/don/l03)

Sumber: Sabtu, 09 November 2013 06:36, Binpa

Enhanced by Zemanta

POLISI: YOGOR TELENGGEN TERLIBAT PENEMBAKAN DI PUNCAK JAYA | tabloidjubi.com

POLISI: YOGOR TELENGGEN TERLIBAT PENEMBAKAN DI PUNCAK JAYA | tabloidjubi.com.

Jayapura, 20/8 (Jubi) – Yogor Telenggen alias Kartu Kuning yang diduga kuat terlibat dalam penembakan anggota Brimob pada Desember 2011 dan pesawat Trigana pada April 2012 lalu di Kabupaten Puncak Jaya. Ini terungkap saat penyelidikan kasus penyerangan Polsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya.

Menurut data Kepolisian Daerah (Polda) Papua, salah satu dari dua tersangka yang kini mendekam di rumah tahanan (rutan) Polda Papua, Yogor Telenggen alias Kartu Kuning, diduga juga terlibat dalam aksi penembakan lainnya, seperti penembakan terhadap dua anggota Brimob di Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya, Desember 2011, penembakan pesawat Trigana di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya pada April 2012 lalu.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) I Gede Sumerta Jaya mengemukakan, hasil dari reka adegan itu, terungkap bahwa Yogor Telenggen terlibat dalam penembakan pilot pesawat Trigana dan anggota Brimob, beberapa bulan lalu di Kabupaten Puncak Jaya. “Yogor Telenggen adalah kelompok Puron Wenda, bahwa yang bersangkutan juga terlibat dalam penembakan pesawat dan anggota Brimob,” katanya, Selasa (20/8).

Seperti diberitakan sebelumnya, tiga orang tewas dalam penyerangan Polsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, pada Selasa 27 November 2012 silam. Antara lain Kapolsek Iptu Rofli Takubesi dan dua anggotanya, Briptu Daniel Makuker dan Briptu Jefri Rumkorem.

Penyerangan disertai penembakan, penganiayaan dan pembakaran ini, satu anggota lainnya atas nama Briptu M.Ghozali berhasil meloloskan diri dari serangan tersebut. Kelompok bersenjata yang diduga berjumlah 50 orang, berhasil merampas senjata api laras pendek jenis revolver milik Kapolsek Pirime dan dua senjata laras panjang jenis AR-15 dan SS1, 1 kotak amunisi revolver, laptop milik Kapolsek 1 unit, dan uang tunai 110 ribu.

Dari hasil penyelidikan, 17 orang yang diduga kuat melakukan penyerangan polsek, dua diantaranya yang kini telah ditangkap, yakni Usmin Telenggen dan Yogor Telenggen alias Kartu Kuning, sedangkan 15 lainnya masuk dalam daftar DPO. (Jubi/Indrayadi TH)

Kejar Pelaku Penembakan Satu Peleton Brimob Dikirim ke Puncak Jaya

Kejar Pelaku Penembakan Satu Peleton Brimob Dikirim ke Puncak Jaya.

TIMIKA—Pelaku penembakan yang menyebabkan tewasnya seorang tenaga

Nepenthes maxima near Puncak Jaya, Western New...
Nepenthes maxima near Puncak Jaya, Western New Guinea (~2600 m asl) (Photo credit: Wikipedia)

medis dan melukai dua lainnya di Mulia, Puncak Jaya masih terus dikejar. Untuk mengejar pelaku yang diduga dari kelompok sipil bersenjata ini, aparat keamanan diperkuat/ditambah.

Ya, satu peleton personel Brigade Mobil Kepolisian Daerah Papua dikirim ke Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, dengan menggunakan helikopter MI-17 TNI AD, Kamis (1/8/2013). Mereka ditugaskan mengejar pelaku penembakan ambulans RSUD Puncak Jaya di kawasan Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, pada Rabu (31/7/2013). Penembakan itu menewaskan satu orang dan melukai beberapa orang lainnya.

“Hery Nyoman (sebelumnya diduga bernama Erik Yoman) yang meninggal dunia rencananya dimakamkan di Mulia, sementara dua petugas kesehatan yang terluka tembak harus dievakuasi untuk mengeluarkan proyektil peluru di RSUD Dok II Jayapura,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Kombes Pol I Gde Sumerta, Kamis (1/8/2013) sebagaimana dilansir kompas.com.

Mereka yang terluka adalah petugas RSUD Puncak Jaya, Darson Wonda (27) dan Frits Baransano (42). Darson adalah sopir ambulans, yang mengalami luka tembak di lengan kiri. Sementara Frits adalah tenaga medis, mengalami luka tembak di lengan dan rusuk kanan. Sementara itu, imbuh Sumerta, kondisi Kota Mulia saat ini sudah kembali kondusif.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada Rabu siang, sekitar pukul 14.10 WIT telah terjadi penembakan terhadap mobil ambulans RSUD Puncak Jaya. Ambulans ditembaki kelompok bersenjata tidak dikenal di daerah Puncak Senyum dalam perjalanan kembali ke Kota Mulia usai menjemput pasien di Kampung Urgele, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya. (binpa/don/l03)

Enhanced by Zemanta

Lambert Bantah Perintah Kibarkan ‘BK’ di Keerom

Lambertus Pekikir
Lambertus Pekikir, Koordinator OPM dalam Negeri, Keerom, West Papua

JAYAPURA – Koordinator Umum TPN-OPM, Lambertus Pekikir dengan tegas membantah telah memerintahkan pengibaran bendera Bintang Kejora (BK) di Distrik Skamto, Keerom pada 1 Juli 2013. “Itu palsu, saya sudah buat pernyataan sebelum 1 Juli di Bintang Papua, dan saya berkomitmen dengan apa yang sudah saya sampaikan kepada publik, kami fokus lakukan kegiatan di Markas kami, dan kejadian pengibaran bendera itu sama sekali tanpa sepengetahuan kami, itu oknum-oknum yang tidak jelas dan kami menduga disponsori oleh pihak-pihak tertentu, jelas saya membantah itu dan Markas Besar TPN-OPM sangat menyesalkan kejadian tersebut,” jelas Lambert Pekikir kepada Bintang Papua, Selasa (2/7) kemarin.

Sebagaimana diberitakan Bintang Papua edisi (2 Juli) kemarin bahwa, Pengibaran BK di Keerom di Kampung Nyaw , Arso Barat, Distrik Skanto Kabupaten Keerom adalah Lambertus Pekikir seperti yang diungkapkan Juru Bicara Lembertus Pekikir saat ditemui Bintang Papua di Keerom, Senin (1/7).

“Kami melakukan Upacara Pengibaran Benderah Bintang di Kampung Nyaw Arso Barat,Distrik Skanto Kabupaten Keerom dan pengibaran BK maupun melakukan Ibadah Syukur dan ini sesuai Perintah Kordinator Organisasi Papua Merdeka (OPM), Lembertus Pekikir,”

ungkapnya.

Terkait dengan berita itu, Lambert juga berharap agar publik dapat menyaring segala informasi dengan baik dan benar.

“Selama ini apabila ada hal-hal penting yang ingin disampaikan ke publik bangsa Papua, akan saya sampaikan langsung kepada Bintang Papua dan beberapa rekan media yang sudah kami kenal, selain itu, semuanya sampah, dan kami otomatis tidak bertanggung jawab terhadap hal itu,”

jelasnya lagi.

Lambert juga berharap agar rekan-rekan jurnalis lebih jernih dalam menyaring informasi terkait TPN-OPM, hal serupa juga pernah dilontarkan oleh Gen. Goliath Tabuni, bahwa banyak oknum-oknum yang kerap mengakui dirinya sebagai TPN-OPM dan melakukan kegiatan-kegiatan yang justru untuk kepentingan dan keuntungan pribadi yang bersangkutan.

“Kami tidak mungkin bisa berbicara bebas kepada setiap orang, kami hargai pekerjaan rekan-rekan jurnalis di lapangan, tetapi akan jauh lebih baik kalau dapat menyaring dan seleksi kebenaran informasi, saya mengenal beberapa wartawan, dan sering menyampaikan beberapa hal kepada mereka, saya tidak menyampaikan ke sembarang orang, semoga kedepan tidak terjadi lagi, kami menyayangkan hal itu, saya tidak mau dianggap tidak komit, apa yang sudah saya sampaikan kepada publik tidak mungkin saya langgar, dan apabila hal itu saya langgar, saya sendiri yang akan menyampaikannya kepada publik melalui media,”

tutup Lambert. (bom/don/l03)

Rabu, 03 Juli 2013 06:07, Jubi

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny