Dialog Sarana Terbaik !

JAYAPURA – Wacana dialog untuk menyelesaikan konflik-konflik di Papua dengan melibatkan seluruh komponen yang digagas Jaringan Damai Papua (JDP), rupanya sejalan dengan pemikiran Ketua Dewan Adat Papua (DAP), Forkorus Yaboisembut,S.Pd.

Menurutnya, dialog merupakan sarana terbaik untuk mencari solusi yang tepat penyelesaian konflik antara Rakyat Papua dan Pemerintah Indonesia.

“Kami bertekad untuk mencari solusi atas berbagai persoalan politik, keamanan, hukum dan HAM, Ekonomi dan lingkungan hidup serta sosial budaya di Tanah Papua melalui suatu Dialog antara Rakyat Papua dan Pemerintah Indonesia, yang dimediasi pihak ketiga yang netral,” tandasnya. Hal itu diungkapkan Forkorus dalam salah satu pidatonyapada perayaan hari Pribumi Internasional yang dilakukan DAP di Kampung Sabron Yaru, Distrik Sentani Selatan.

Dalam pidato Ketua DAP yang diterima Bintang Papua dari Satf Khusus DAP Dominikus, selain menyebutkan tujuh poin seruan dan 4 poin pernyataan, juga menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia lalai dalam melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam Deklarasi PBB tentang hak-hak bangsa pribumi maupun UU Dasar 1945.

“Dalam Sidang Dewan HAM PBB pada bulan Juni 2006 di Kota Jeneva, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Deklarasi PBB tentang Bangsa Pribumi. Pemerintah Indonesia juga telah menandatanggani Dokumen yang sama di Sidang Umum PBB di New York pada tanggal 13 September 2007. Dengan demikian, telah jelas bahwa Negara dan Pemerintah Republik Indonesia bukan saja menyetujui atau mendukung Deklarasi PBB, tetapi dengan sendirinya terikat dan berkewajiban melaksanakan setiap butir dari Deklarasi PBB tentang Bangsa Pribumi.

Dikatakan, meskipun pemerintah Indonesia telah melaksanakan kewajiban dan komitmennya untuk membangun masyarakat adat Papua lewat UU Otonomi Khusus, menurut Forkorus bahwa kenyataannya hingga saat ini, kondisi sosial ekonomi dan budaya serta sipil politik masyarakat adat Papua semakin buruk dan termarjinalkan. “Ketika hak-hak masyarakat adat Papua tidak terpenuhi, maka pemerintah telah lalai melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam Deklarasi PBB tentang hak-hak bangsa pribumi maupun UU Dasar 1945,” tandasnya.

Dalam seruannya yang terdiri 7 poin, ia meminta kepada seluruh masyarakat adat Papua untuk membangun persatuan dan kekuatan bersama sebagai satu bangunan yang kokoh.

“Jangan terus memberi diri untuk dipecah belah dengan kampanye PILKADA yang cenderung mengadu domba sesama masyarakat adat, atau isu-isu dan cara-cara yang menciptakan konflik diantara masyarakat adat Papua, atau antara masyarakat adat Papua dengan pihak lain sebagai mitra yang setara dan yang saling menguntungkan,” serunya.

Seruan berikut, yakni menyatakan bahwa tanah Papua harus dibebaskan dari tindakan kekerasan dan penindasan dan harus dibangun sebagai Tanah Damai, Tanah yang penuh Berkat.

“Karena itu Dewan Adat Papua juga menyerukan pentingnya satu para-para dialog internal antara Pimpinan adat, Pemimpin gereja dan para Pimpinan Agama, politisi Papua, para birokrat Papua, anggota parlemen maupun LSM guna bersama-sama mencari solusi dalam mengatasi persoalan masyarakat adat Papua yang dari hari ke hari justru semakin memperihatinkan,” jelasnya.

Poin berikut, forkorus menyebutkan bahwa pihaknya memandang bahwa pemerintah Indonesia melalui aparat keamanan gagal melakukan perlindungan dan pengoyaman serta ketrentraman warga sipil di Tanah Papua tanpa terkecuali. “Untuk itu, kami menghimbau kepada pemerintah untuk secara proaktif dan professional menanganinya,” lanjutnya.

Selanjutnya, dinyatakan bahwa tanah adalah Ibu dan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dirawat dengan baik untuk kebahagiaan kita dan anak cucu masyarakat adat Papua.

“Karena itu, Dewan Adat Papua menyerukan kepada seluruh tokoh adat dan anak adat Papua untuk tidak menjual tanah-tanah adat. Pembangunan investasi di Papua tidak boleh menghilangkan hak masyarakat adat atas tanahnya,” tandasnya.

Dewan Adat Papua, juga menyerukan kepada seluruh masyarakat adat Papua untuk secara aktif membantu dan atau mengambil inisiatif dalam melestarikan bahasa ibu, mengembangkan pendidikan tradisional secara landasan yang kokoh bangunan nilai dan tatanan kehidupan bangsa yang bermartabat. Selain itu, kita meningkatkan ketahanan panganan berbasis tanaman makanan lokal masyarakat adat Papua.

Masih dalam seruan Dewan Adat Papua, dinyatakan bahwa DAP mendesak Pemerintah Republik Indonesia, Lembaga Swadaya Masyarakat, Dunia Usaha, Lembaga-lembaga Internasional yang berada di Tanah Papua serta seluruh masyarakat adat di Tanah Papua dan diluar Tanah Papua untuk membantu penyelesaian Konflik Kekerasan di Tanah Papua dengan jalan dialog sebagai sarana terbaik;

Sedangkan dalam seruan terakhirnya (ke tujuh), DAP mendesak aparat kepolisian tidak melupakan dan terus berupaya mengungkap dibalik penembakan terhadap Aktivis HAM alharhum Opinus Tabuni.

Di akhir pidatonya, Forkorus menegaskan tentang pandangannya DAP, bahwa sampai saat ini, eksistensi Masyarakat Adat Papua tidak diakui oleh pemerintah Indonesia.

“Eksistensi dan perjuangan masyarakat adat Papua masih sering dilihat dalam perspektif politik sehingga dengan mudah memunculkan justifikasi yang mengarah pada aktifitas separatis dan makar,” ungkapnhya.
Sementara itu, Perayaan Hari Pribumi Internasional Tahun 2011 yang jatuh pada Selasa (9/8) bisa menjadi refleksi terhadap prilaku kekerasan yang terus dialami warga pribumi atau orang asli untuk memikirkan strategi melindungi diri dari semua ancaman dari luar dan bertahan hidup pada nilai nilai kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun, dengan begitu bisa bertahan hidup di era transformasi saat ini.

“Kami menyampaikan selamat bagi mereka yang merayakannnya,” Wakil Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua Matius Murib menegaskan via ponsel kepada Bintang Papua, Selasa (9/8) malam.

Menurut dia, terkait dengan tanggal 9 Agustus adalah Hari Pribumi Internasional, masyarakat Papua bisa rayakan, hanya masih trauma dengan tahun 2008 ketika perayaan itu terjadi insiden penembakan terhadap seorang warga sipil Opinus Tabuni di Wamena, yang belum juga terungkap aparat kepolisan hingga saat ini.

“Komisi untuk masyarakat pribumi di PBB tentu memantau perkembangan kasus kasus yang dialami warga termasuk orang asli Papua dan lain lain,” ujarnya. (aj/mdc/don/l03)

Selasa, 09 Agustus 2011 21:44
http://bintangpapua.com/headline/13523-dialog-sarana-terbaik-

Besok, DAP Peringati Hari Pribumi

JUBI — Dewan Adat Papua (DAP), Selasa (9/8) akan memperingati hari pribumi internasional. Rencananya peringatan hari pribumi ini akan diikuti masyarakat Papua di kota Jayapura.

“Besok DAP akan peringati hari pribumi internasional. Peringatan ini direncakan akan berlangsung di Desa Dosay, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Papua,” kata Dominikus Sorabut sari DAP Papua kepada tabloidjubi.com di Abepura, Senin (8/8).

Dominikus mengaku, peringatan akan dilakukan dalam bentuk doa syukur. “Besok semua orang Papua diharapkan hadir. Karena hari itu merupakan hak bagi semua,” tandasnya.

Peringatan hari pribumi ini juga ternyata didukung oleh elemen intelektual muda pribumi Papua, diantaranya Asosiasi Mahasiswa Pengunungan Tengah Papua se Indonesia (AMPTPI).

“Besok ada peringatan hari Pribumi internasional. Ada doa dari bangsa Papua untuk memperingati hari ini. Doa bersama ini difasilitasi DAP,” kata Ketua AMPTPI, Markus Haluk saat dikonfirmasi via ponselnya.

Hari pribumi internasional lahir dari Deklarasi PBB 13 September 2007 tentang Perlindungan Bangsa Pribumi Internasional (United Nations Declaration on the Rights Indigenous Peoples). (J/06)

TABLOID JUBI:

http://tabloidjubi.com/daily-news/jayapura/13581-besok-dap-peringati-hari-pribumi-.html

Salam Natal 2010 dan Tahun Baru 2011: Mari Kita Berjuang Terus Sampai PAPUA MERDEKA!

Dengan melewati perayaan Tahun rakyat dan anugerah sang Khalik Langit dan Bumi serta segenap isinya, maka dengan ini pula bangsa Papua mensyukuri memperoleh anugerah dan berkat yang melimpah.

Kedatangan Yesus Kristus ke Muka Bumi bertujuan utama menyelamatkan umat manusia dari kegelapan dan penjajahan, dari penguasa gelap yang menyangkal dan menyiksa umat manusia. Kedatangannya telah membawa banyak perubahan dan perubahan-perubahan yang dilakukannya penuh dengan kontroversial, banyak yang menolak, banyak juga yang menerima. Lama kelamaan, kontrovesi itu semakin jelas.

Manusia mulai dewasa dan memahami semua karya Yesus sebagai sang Juruselamat.

Tetapi perlu dicatat bahwa Yesus Kristus bukan hanya sekedar seorang Juruselamat, tetapi bisnis penyelamatan umat manusia itu dilakukan secara revolusioner, dengan cara merombak apa yang salah dalam bangunan pemahaman umat manusia terhadap Makhluk Ilahi.

Sudah banyak teolog, sosiolog, antropolog, politikus, rohaniawan, masyarakat adat melihat sosok Yesus sebagai seorang Revolusioner terbesar dalam sejarah umat manusia. Yesus lahir, hidup, menderita, dan mati sampai bangkit dan dengan ini melakukan revolusi besar-besaran dan mendasar. Tatatan sosial, budaya, politik, ekonomi, rohani dan aspek kehidupan umat manusia direvousi secara total.

Revolusi itu tidak berhenti saat Yesus disalibkan. Pada saat penyaliban, dan bahkan sebelum penyalibannya, Yesus sudah berulangkali menyatakan, “Kalian akan melakukan hal-hal yang lebih besar lagi,”, dan untuk melakukan hal-hal itu Yesus telah meninggalkan penggantinya.

Dalam perjalanan sejarah kehidupan umat manusia itu telah nyata terjadi revolusi besar-besaran di sana-sini.

Dalam proses revolusi itulah, maka dengan ini, komando Revolusi yang ada di Pulau New Guinea, yang kini beroperasi di hutan rimba New Guinea, saya selaku Panglima Tertinggi Komando Revolusi untuk West Papua, New Guinea dan Melanesia sekalian, menyampaikan kepada sekalian bangsa Papua di manapun Anda berada:

  • Bahwa perjuangan kemerdekaan West Papua merupakan kelanjutan proses revolusi tuntas umat manusia, kelanjutan revolusi yang ditinggalkan Yesus Kristus, yang patut diikuti oleh para pengikut Kristus;
  • Bahwa revolusi ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengembalikan kedaulatan bangsa Papua dari tangan penjajah Indonesia, akan tetapi lebih dari itu ialah dalam proses pembangunan umat manusia sebagai kelanjutan pekerjaan Tuhan di Tanah Papua
  • Bahwa revolusi dimaksud di Tanah Papua tidak akan pernah terwujud dengan kehadiran NKRI di Tanah Papua. Karena itu, Otonomi Khusus bukanlah sebuah langkah revolusioner, tetapi ialah langkah kompromi, yang menunjukkan bukti matinya nyali dan rasa manusia Papua, tanda mentalitas orang Papua yang memenuhi syarat dijajah, yang pola pikirnya tidak meneladani revolusi Yesus yang ditinggalkannya; yang secara jelas menunjukkan bukan ciri dari seorang pengikut Revolusioner Dunia, Yesus Kristus

Oleh karena itu, memasuki tahun baru 2011 ini, Saya selaku Panglima Teringgi Komando Revolusi, Tentara Revolusi West Papua, yang memimpin kelanjutan Revolusi di Tanah Papua, untuk kepentingan bangsa Papua, Pulau New Guinea dan ras/etnis Melanesia, menyerukan agar setiap pihak mempersiapkan diri dalam doa, tenaga, waktu dan dana untuk terus mendukung perjuangan Papua Merdeka, karena perjuangan ini merupakan kelanjutan Amanat Agung Yesus Kristus, “Pergilah, Jadikanlah sekalian bangsa murid-Ku, mulai dari Yerusalem, YUdea, Samaria, dan sampai ke Ujung Bumi,” (Kisah Rasul 1:8).

Bagi yang menolak Revolusi ialah mereka yang senang dengan “status quo”, yang mentalnya mental budak, yang nyalinya telah mati, yang hargadirinya telah tergadaikan, atau digadaikan, atau telah hilang sama sekali.

Memasuki tahun 2011, lihatlah kepada perubahan-perubahan sebagai dampai dari Revolusi di Tanah Papua. Semoga bagi yang bertelinga mendengar, yang bermata melihat tanda-tanda ini, dan yang berhatinurani terdorong untuk mendukung misi agung ini.

Issued at: Central Defence Headquarters
On date: 28 December 2010
——————————————————
Secretary-General I,

Signed

Amunggut Tabi, Lieut. Gen. TRWP
BRN: A.018676

Supreme Commander,

Signed

Mathias Wenda, General TRWP
NBP: A.001076

Pengibaran Bintang 14, Diwaspadai

JAYAPURA-Meski pergerakan kelompok pro kemerdekaan ‘Bangsa Melanesi’ selama ini sudah kurang terdengar lagi, namun pihak kepolisian Polda Papua tetap mewaspadai kemungkinan adanya gerekan-gerakan tidak terduga. Untuk itu, sehubungan hari ini, Selasa 14 Desember yang diklaim sebagai hari Kemerdekaan Bangsa Melanesia, pihak Polda Papua telah menginstruksikan ke seluruh jajarannya di Polres dan Polresta untuk menyiagakan pasukannya. Pihak Polda Papua berjanji tidak akan mentolerir pihak-pihak tertentu yang sengaja mengibarkan bendera bintang 14 atau bendera Melanesia di wilayah Papua, dengan tujuan memperingati hari kemerdekaan Bangsa Melanesia. Polda Papua menggerakan sebanyak 999 aparat keamanan, sedangkan masing masing Polres dan Polresta di seluruh Provinsi Papua dan Papua Barat menggerakan 2/3 aparat keamanan sebagai langkah antisipasi. Demikian Kabag Humas Polda Papua AKBP Wachyono mengatakan hal ini ketika dihubungi Bintang Papua via ponselnya semalam. Dia mengatakan, pihaknya melakukan operasi pengamanan dan razia seperti unjukrasa, pengibaran bendera Bintang 14 dan lain lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan dan ketertiban agar masyarakat dapat melakukan aktivitasnya dengan aman dan lancar.

Pengamanan tersebut, katanya, dilakukan selama 4 hari sejak Minggu (12/12) hingga Selasa (14/12) khusus di Kota Jayapura, pihaknya menggerakan aparat keamanan di titik keramaian mulai dari Bhayangkara hingga sampai ke wilayah perbatasan Papua New Gui Nea (PNG) di Skouw Wutung, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura serta menjaga obyek obyek vital seperti Kantor Gubernur, Gedung DPRP dan lain lain. Sementara pantauan di Gedung DPRP, Jayapura kemarin tampak aparat keamanan dari Brimobda Papua berjaga jaga sejak Minggu (12/12) pukul 19.00 WIT.Seorang aparat keamanan yang ditemui Bintang Papua di Halaman DPRP, Senin (13/12) mengatakan, kemarin untuk mengantisipasi Hari Melanesia, maka pihaknya mendapat tugas melakukan penjagaan di seluruh titik mulai dari Bhayangkara sampai ke wilayah perbatasan Papua Nugini (PNG) di Skouw Wutung, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.
Sementara itu, menjelang peringatan kemerdekaan bangsa Melanesia 14 Desember 2010, di Wilayah Keerom digelar patroli serta operasi gabungan TNI dan Polri. Demikian diungkapkan Kapolres Keerom, AKBP Bedjo PS saat ditemui di Kantor Bupati, Senin (14/12).

Menurutnya, Razia serta patroli dilakukan untuk menjadikan wilayah Keerom tetap aman dan kondusif. “Diharapkan juga masyarakat tetap tenang dan menjalankan aktifitas seperti biasanya, jangan mudah terovokasi terhadap orang yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.Potroli Gabungan ini dilakukan pada malam hari sampai pagi bersama pihak TNI atau Satgas yang sedang bertugas. “Kami akan lakukan Patroli Gabungan dengan sejumlah TNI yang ada di Wilayah Kabupaten Keerom,” ungkapnya.
Kapolres Kabupaten Jayapura, AKBP Matius Fakhiri kepada wartawan mengakui bila tidak ada pengamanan khusus yang dilakukan untuk mengantisipasi hari malenesia ( 14 Desember) “ Tidak ada pengamanan khusus, hanya saja kita tetap melakukan apel siaga juga menggelar patroli tetap, dalam dua hari terakhir ini, untuk mengantisipasi adanya gerakan-gerakan tidak terduga,” ungkapnya di hadapan wartawan ketika di temui di Mabes Polres Jayapura, kemarin( 13/12).

Diakui Matius, sekalipun ada siaga yang diberlakukan untuk 1 regu dari Brimob, untuk pengamanan di wilayah Sentani dan sekitarnya, akan tetapi pasukan brigadier mobil tersebut tetap bersiaga di markas besar Brimob sambil menunggu perintah lanjutan.Terkait izin untuk melakukan kegiatan pada hari ini ( 14 desember) diakui Martinus bila pihaknya belum menerima laporan permohonan izin untuk melakuakn kegiatan di wilayahnya. Diakuinya, bila situasi di Sentani dan sekitarnya menjelang tanggal 14 Desember aman terkendali.(mdc/cr-11/as/don/03)

Antisipasi Hari Melanesia

AYAPURA [PAPOS]– Polda Papua dan seluruh jajaran Polres di Provinsi Papua dan Papua Barat melakukan pengamanan antisipasi terkait dengan perayaan hari Melanesia yang jatuh pada hari ini, Selasa (14/12). Dimana seperti masa-masa lalu pada 14 Desember, sekelompok kecil masyarakat melakukan pengibaran bendera bintang empat belas.

Untuk Hari ini, Selasa (14/12) Polda dan seluruh Polres melakukan antisipasi gerakan kelompok masyarakat Melanesia tersebut dengan menurunkan personil sebanyak 999 personil dari Satgas Polda Papua, untuk menghindari adanya gerakan sekelompok orang untuk melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan NKRI.

Kepala Bidang Humas Polda Papua, Kobes Pol, Wachyono kepada Papua Pos mengatakan, meskipun tidak ada warga yang mengajukan surat perberitahuan ke Polisi untuk melakukan aksi pada peringatan hari Melanesia tanggal 14 Desember ini, namun pihak kepolisian daerah Papua tetap melakukan antisipasi, apakah kemungkinan ada gerakan pengibaran bendera bintang 14 atau aksi demo, maka Polisi akan membubarkan secara paksa.

“ Polda Papua sudah siap melakukan pengamanan diwilayah yang dianggap rawan,” ujar Kabid Humas Polda Papua saat dikonfirmasi Papua Pos, Senin (13/12) kemarin.

Lebih jauh ditegaskan, Jajaran kepolisian akan melakukan patroli di setiap titik yang dianggap rawan serta melakukan operasi rutin untuk menghindari adanya orang yang membawa senjata tajam, bahan peledak dan barang bawaan yang membahayakan diri termasuk narkoba.

Operasi ini juga terkait dalam pengamanan masyarakat menjelang perayaan natal.

Kabid Humas menuturkan, selain melakukan patrol di setia titik rawan baik dari skla kecil maupun skala besar, pihaknya juga akan melakukan pengamanan di Kantor Gubernur, Kantor DPRP, termasuk di daerah Jayapura sampai pada daearah perbatasan RI-PNG di Skouw.

Lanjutnya, dengan anggota yang disiagakan ini melakukan pencegahan adanya pelanggaran-pelanggaran bagi kelompok-kelompok tertentu atau yang ingin mengacaukan situasi keamanan. “ Kalau memang ditemukan pelanggaran yang melawan hukum, maka kita akan melakukan penegakkan hukum,” tegas Kabid Humas.

Selain melakukan antisipasi diwilayah Kota Jayapura, Polda Papua juga mengistruksikan kepada semua jajaran Polres di Polda Papua dan papua Barat untuk melakukan persiapan anggota dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya tindakan masyarakat yang melakukan kegiatan peringatan Hari Melanesia.

“Semua Polres diinstrusikan melakukan pengamanan dan meurunkan 2/3 kekuatan pasukan,” ujar Kabid Humas.

Ketika ditanya, apa tindakan bila ada oknum-oknum yang melakukan pelanggaran atau anarkhis saat perayaan hari Melanesia ini, Kabid Humas mengatakan, kalau ada pelanggara maka ditindak sesuai dengan hukum serta melakukan penangkapan dan memproses sesuai aturan hukum yang berlaku. Polisi tidak pernah kompromi dengan orang-orang yang melakukan anarkis dan pengacau keamanan, tandasnya.[loy]

Selamat Merayakan Hari Besar Bangsa Papua

Dari Markas Pusat Pertahanan Tentara Revolusi West Papua, saya, Gen. Mathias Wenda, atas nama segenap Staff di Markas Pusat dengan ini mengucapkan:

SELAMAT MERAYAKAN
Hari Besar Bangsa Papua 1 Desember 2010

kepada segenap rakyat West Papua di manapun Anda berada, khususnya para Panglima Komando Revolusi Daerah bersama Pasukan gerilyawan West Papua Merdeka.

Semoga sekalian bangsa Papua semakin bersatu, Satu Hati, Satu Jiwa, untuk Satu Cita-cita: PAPUA MERDEKA!

Panglima,

Mathias Wenda, General TRWP.

BRN: A.001076

HUT OPM, Polri-TNI Berkoordinasi

JAKARTA – Mabes Polri akan berkoordinasi dengan TNI terkait pengamanan peringatan kelahiran Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang jatuh pada 1 Desember ini.

“Masing-masing satu pleton. Satu pleton Brimob, satu pleton TNI, dari batalyon yang terdekat di sana dan dari Polres sendiri,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen Iskandar Hasan, Rabu (1/12/2010).

Iskandar menjelaskan polisi akan terus mewaspadai dan mengantisipasi segala kemungkinan bentuk tindakan seporadis dari OPM.

“Kondisi geografi di Papua cukup sulit walaupun kelihatannya jarak pandangnya dekat, tapi ngejarnya itu turun dulu baru naik lagi. Itu juga sedang ditelusuri pasukan di sana baik itu dari Brimob, TNI, maupun Polres setempat,” jelasnya.
(hri)

800 Personel TNI/Polri Siaga di 48 Titik

AKBP Imam Setiawan, SIKJAYAPURA – Terkait perayaan 1 Desember hari ini, aparat tidak mau kecolongan. Tidak tanggung-tanggung ada sekitar 800 personel yang terdiri atas 700 anggota Polri dan 100 anggota TNI akan disiagakan untuk menjaga 48 titik yang ada di Kota Jayapura.Kapolresta Jayapura AKBP Imam Setiawan, SIK mengatakan, masyarakat tidak perlu merasa panik atau gelisah karena memasuki tanggal 1 Desember ini yang dianggap sebagai Hari Kemerdekaan Bangsa Papua dan sering diwarnai dengan pengibaran bendera Bintang Kejora (BK) secara diam-diam.”Masyarakat diharapkan tenang saja,” tegasnya kepada wartawan saat ditemui di halaman Museum Negeri Expo Waena, Selasa (30/11).

Menurutnya, penjagaan oleh aparat keamanan ini telah dilakukan sejak kemarin lalu (Senin-Red) hingga hari ini tanggal 1 Desember 2010. Untuk itu, lanjutnya, dengan adanya kegiatan-kegiatan masyarakat seperti pengobatan massal atau pembagian sembako seperti yang dilakukan oleh Persatuan Gereja Kota Jayapura dapat memperlihatkan bahwa kondisi dan situasi aman.

“Pensosialisasian bahwa situasi Kota Jayapura aman dapat terlihat dari kegiatan-kegiatan sosial yang digelar oleh masyarakat sendiri,” tandasnya. (dee/03)

Selamat Merayakan 1 Juli 2010: Pemuda Harapan Bangsa, Bukan Generasi Tua

Bendera Sang Bintang Kejora
Bendera Sang Bintang Kejora

Tanggal 1 Juli 1971, setelah setahun lamanya bangsa Papua menunggu Belanda memenuhi janinya untuk memberikan kedaulatan kepada bangsa Papua untuk merdeka dan berdaulat, maka telah dilakukan berbagai persiapan antara Komite Nasional Kemerdekaan West Papua (West Papua Freedom Committee) yang diketuai Tuan Nicolaas Jouwe bersama gerilyawan di Rimba New Guinea di bawah pimpinan Seth Jafeth Roemkorem dan Hendrik Jacob Prai.

Persiapan-persiapan itu telah melahirkan sebuah “Proklamasi Kemerdekaan” pada 1 Juli 1971 bertempat di Waris Raya, Port Numbay. Proklamasi kemerdekaan West Papua, sebagaimana proklamasi kemerdekaan semua bangsa di muka bumi, hanya diucapkan sekali untuk selamanya, dan itulah yang terjadi tanggal 1 Juli 1971. Kini kita sudah memasuki tahun ke-39 setelah proklamasi dimaksud.

Sepanjang perjalanan sejarah Negara West Papua, berbagai kendala telah dihadapi, terutama sekali karena Belanda mengingkari janjinya. Kalau saja Belanda tetap setia memenuhi janjinya, persoalan-persoalan susulan yang kita alami tidak akan pernah kita hadapi. Ditambah lagi sikap dan mentalitas ekspansionis dan kolonialis Indonesia, terutama Soekarno dan para Jenderal TNI-nya menyeret nasib bangsa Papua menjadi malang. Ditambah lagi kerakusan Amerika Serikat mengeruk sumberdaya alam di Tanah Papua menutup mata mereka melihat kebenaran dan demokrasi dan HAM yang mereka junjung dan akui sebagai juaranya.

AKibatnya bangsa Papua dilempar ke lautan Pasifik kemalangan tanpa tahu di mana dan kapan mencapai tepian untuk sekedar menarik nafas.

Dalam mengenang sejarah, adalah kebiasaan setiap umat manusia di muka bumi untuk mengajak kaum mudanya, Pemuda dan Mahasiswa untuk memetik nilai-nilai luhur dan makna yang terkandung dalam apa yang telah terjadi untuk membenahi dan memacu langkah menuju cita-cita.

Dalam memasuki usia ke-39 ini, Tentara Revolusi West Papua (TRWP) atau West Papua Revolutionary Army (WPRA) setelah memisahkan diri dari organisasi Politik, Organsasi papua Merdeka (OPM) sejak 1 Januari 2007 berdasarkan hasil kongres TPN/OPM Pertama di Rimba New Guinea pada 26 November – 3 Desember 2006, maka telah mempersiapkan langkah-langkah untuk membenahi Organisasi Politiknya (OPM) untuk mengatur dan mengkoordinir perjuangan Kemerdekaan West Papua dengan menetapkan sejumlah fungsionaris di tingkat Pusat dan daerah yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi organisasi secara strategis dan taktis dan mempersiapkan segala aparatur dan perangkat untuk kemerdekaan dan pembentukan negara West Papua yang merdeka dan berdaulat.

Dalam rangka itu, maka saya selaku orang tua dan selaku pemegang Komando Revolusi menyampaikan:

SELAMAT MERAYAKAN HUT PROKLAMASI NEGARA WEST PAPUA
1 Juli 2010

Perlu saya tambahkan bahwa angkatan bersenjata dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) saat ini tidak-lah sama dengan organisasi sayap militer sebelumnya, karena saat ini setiap kegiatan politik dan operasi militer di lapangan sedang dikoordinasikan dan diusahakan agar dikendalikan oleh Kantor Pusat OPM dan setap kegiatan atau aksi gerilya dipertanggungjawabkan secara politik oleh OPM. Selama ini sudah banyak kegiatan gerilya bersifat sporadis dan tidak terorganisir. Oleh karena itu selama kurang dari lima tahun ini TRWP telah melakukan pembenahan-pembenahan Hukum Revolusi dan mempersiapkan perangkat Hukum dan Sstem administrasi Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Tentara Revolusi West Papua. Anda dapat mengakses sedikit informasi tentang perkembangan dimaksud di trpb.melanesianews.org

Setelah pembenahan sayap militer dengan segala perangkat hukumnya, maka kita sedang memasuki ke tahap pembenahan Organisasi Sayap Politik, yaitu OPM.

Walaupun PDP sudah terang-terangan katakan, “OPM tidak ada!” dan menjadikan OPM sebagai salah satu pilar dalam tubuhnya, walaupun WPNCL mengatakan “OPM sebagai salah satu komponen di dalam organ bernama WPNCL”, walaupun NKRI mengatakan “OPM” sebagai separatis, walaupun lembaga-lembaga lain dibentuk dan berupaya menggantikan atau mengambil-alih misi dan visi serta tanggung-jawab serta fungsi OPM, tetapi OPM tetap hidup, dan hidup terus sampai PAPUA MERDEKA.

Saya selaku Pemegang Komando Revolusi mau nyatakan dari Rimba New Guinea secara terus-terang dan pasti, bahwa “OPM masih hidup, OPM masih ada, OPM tidak dihapus, OPM tidak dapat dihapus, OPM tidak akan pernah dihapus, SAMPAI PAPUA MERDEKA!”

OPM yang dibentuk di Kepala Burung oleh Awom dan Mandatjan bersaudara bersama teman-teman mereka, OPM yang dipimpin oleh Aser Demotekay, Elky Bemey, James Nyaro, Mathias Tabu, Jacob Prai, Seth Roemkorem di Port Numbay, OPM yang dipimpin oleh Kelly Kwalik, Tithus Murib, Nggoliar Tabuni, Yudas dan Silas Kogoya, OPM yang dipimpin oleh Mathias Wenda masih ada, komandonya masih ada, tongkat kepemimpinan masih ada, semanga, roh, visi dan misinya masih ada, SAMPAI PAPUA MERDEKA!

Hari ini, 1 Juli 2010,  diberitahukan kepada semua pihak, bahwa kini sudah ada tokoh dan fungsionaris OPM yang muda, yang gagah berani, yang rela mati, membela dan mempertahankan hargadiri, martabat dan hak kedaulatan bangsa Papua dan negara West Papua.

Perlu dijelaskan juga bahwa OPM adala organisasi politik, ia tidak bergerilya dan berperang dengan senjata, ia tidak tahu melakukan kejahatan, ia tidak tahu menembak atau memangku senjata. Yang OPM tahu adalah perjuangan Papua Merdeka haruslah direbut dengan ‘Politik Papua Merdeka” hinga mencapai kemerdekaan secara demokratis dan bermartabat. Berbeda dengan itu, TRWP bertugas utama untuk melakukan kegiatan-kegiatan gerilya meentang penjajah. Walaupun demikian, saat ini angkatan bersenjata West Papua tidak lepas kendali dari OPM, ia bekerjasama dan berkoordinasi dengan OPM.

Walaupun demikian, OPM bukanlah TRWP, sama seperti TPN adalah OPM sehingga namanya disebut TPN/OPM. Saya, Gen TRWP Mathias Wenda beserta semua Panglima yang beroperasi di West Papua saat ini BUKANLAH Panglima TPN/OPM, tetapi Panglima TRWP. Dan orang-orang OPM sudah mulai muncul untuk mempertanggungjawabkan kegiatan TRWP secara politik.

Untuk itu saya selaku orang tua menyerukan kepada semua orang Papua, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, di dalam negeri dan di luar negeri, di tanahan penjara NKRI dan di tanahan Polri/ TNI, sebagai pencari suaka ataupun sebagai buronan, dimanapun Anda berada, “ROH DAN SEMANGAT PAPUA MERDEKA” di dalam OPM dan TRWP tetap dan semakin menyala, dan tidak akan pernah mati.

Dalam rangka peringatan HUT ke-39 Proklamasi Kemerdekaan West Papua ini, saya mohon kepada semua orang Papua untuk belajar kembali sejarahnya, dan merenungkan makna semua peristiwa dalam sejarah, dan membenahi diri dan bersiap diri untuk terus mempertahankan jatidirinya, aspirasinya dan pandai membaca segala peristiwa yang terjadi aagar tidak mudah dikelabui oleh permainan musuh, karena musuh NKRI sudah terlanjur masuk ke dalam tubuh dan jiwa orang Papua sendiri.

Dengan pemisahan organisasi perjuangan sayap politik dan sayap militer, maka perjuangan ini semakin diorganisir secara terprogram dan terorganisir, dalam tahapan tahunan, dua tahunan, tiga tahunan, lima tahunan, dan seterusnya. Hal ini membutuhkan perencanaan Program dan Anggaran untuk Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Panitia Perumus yang telah dibentuk TRWP sudah mempersiapkan semuanya, Anggaran Belanda dan Program Kerja Jangka Pendek dan Jangka Menengah Sudah ada, kini saatnya sekalian orang Papua memberikan sumbangan dana untuk perjuangan ini.

Sudah lama dan sudah banyak sekali orang Papua katakan, “Kami/ Saya berdosa saja,” “Iyo dorang berjuang dalam politik dan militer, kami berjuang dalam hati saja,”, “Iyo, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangan jadi, kita berjuang menurut yang kita bisa buat,” dan sebagainya. Dalam rangka HUT ke-39 ini saya menghimbau semua orang Papua untuk bersiap-siap, bahwa sebuah Lembaga Dana (West Papua Trust Fund) sudah disiapkan untuk didirikan, di mana orang Papua dapat memberikan sumbangan tanpa harus diketahui oleh siapapun, dan lembaga ini-pun tidak akan memberitahu siapa penyumbangnya. Lembaga ini akan diaudit oleh Auditor Internasional dan akan ada Badan Pengawas serta Badan Pengurus Keuangan,  dan ditangani oleh Bendaharawan yang sudah mahir dalam akunntasi modern dengan sistem komputerisasi mutakhir.

Semua ini dilakukan untuk menunjukkan kelayakkan kesiapan West Paupa sebagai sebuah negara yang sedang menunggu untuk diakui dunia dan untuk menjaga kerahasiaan para penyumbang agar tidak dihabisi kolonial NKRI yang dikenal buas dan haus darah itu.

Ada banyak hal yang saya mau sampaikan, tetapi dengan sedikit informasi ini, dalam rangka HUT ke-39 ini, saya harap moyang, tanah, hewan dan tumbuhan, semua yang telah mati dan yang akan lahir, Tuhan Khalik Langit dan Bumi cenderawasih memberikan hikmat dan pengeritan yang jernih dan jelas serta kekuatan untuk mengambil langkah menyongsong pengakuan kemerdekaan West Papua sebagai sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat.

Amin,

Panglima Komando Revolusi,

Gen. TRWP Mathias Wenda

BRN: A.001076

SELAMAT ULANG TAHUN WEST PAPUA YANG KE-39

Bendera Sang Bintang Kejora
Bendera Sang Bintang Kejora

Pada Tanggal 1 Juli 1971 adalah hari Proklamasi kemerdekaan bangsa Papua yang berdaulat diatas negerinya sendiri seperti bangsa-bangsa lain yang sedang hidup merdeka di muka bumi ini, sehingga bertambanya usianya yang ke 39 tahun, maka West Papua semakin dewasa untuk merealisasikan kemerdekaan itu karena dia cukup umur untuk mengatur dirinya sendiri didalam rumah tangganya West Papua.

Meskipun hak dan kemerdekaan itu dirampas oleh bangsa-bangsa lain dengan berbagai kepentingan di bumi Papua tetapi kami tetap memperjuangkan hak-haknya sampai West Papua berdiri sendiri diatas tanahnya, menjadi tuan diatas negerinya sendiri.

Walaupun West Papua masih dijajah oleh bangsa-bangsa lain, namun Ia selalu merayakan hari kemerdekaanya dimanapun, kapanpun, dia berada. West Papua semakin dewasa didalam mengatur, menata dirinya didalam perjuangan agar dalam alam kemerdekaan ia lebih dewasa untuk mengatur dirinya sendir tanpa campur tangan orang/bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.

Didalam arena perjuangan pun ia telah dewasa untuk membedakan mana yang baik dan benar karena ia telah belajar banyak melalui banyak pengalaman dalam perjuangan, pengalaman baik dan buruk menjadi guru dan pelajaran yang paling berharga untuk ditetapkan sebagai landasan didalam perjuangan.

Seperti seorang yang sudah dewasa mencapai 24-25 tahun yang siap untuk memisahkan diri dari orang tuanya dan menikah dan mendirikan rumah tangganya sendiri serta mengatur rumah tangganya tanpa harus bergantung di orang tuanya. Maka kesiapan untuk West Papua berdiri sendiri diluar rumah tangga orang tua angkatnya/bapa piaranya.

Mengukur umur dan pertumbuhan Bangsa West Papua, sudah saatnya untuk memerdekakan dirinya dan membangun rumah tangganya sendiri.

Untuk itu dalam mempersiapkan dirinya menuju kemerdekaan dalam rumah tangganya, ia sendiri telah mempersiapkan Pagar Rumah, Landasan Rumah, Tiang-tiang rumah, papan, balok, atap rumah sehingga rumahnya sudah rampung tinggal pindah rumah kapan saja.

Kepala rumah tangga sudah ada, untuk bertanggung jawab sehingga semua anak-anak yang lahir sebelum menikah maupun sesuah menikah hendaknya menyatukan barisan dengan bapak rumah tangga agar kita dapat dibawa secepatnya ke rumah yang telah dibangun.

Untuk itu pesan kami: semua pejuang secara pribadi maupun organisasi yang masih terhamburan tanpa mengetahui siapa bapaknya, mari kita bersatu menyatukan barisan untuk merebut rumah itu meskipun bapa piara/bapa angkat tidak setuju, secara kasar maupun halus kita harus merebut rumah itu dibawa satu komando, bapak Revolusi West Papua yang sedang mempersiapkan diri untuk bertanggung jawab didalam rumah tangganya.

Dalam proses perjuangan ini anak dan bapa harus menyatukan suara, kehendak, kekuatan agar bapa tiri yang datang dari jauh dan kawin mama di Papua bisa meninggalkan tempat diam-diam.

Agar semua keinginan itu tercapai, semua anak-anak yang mendirikan gubuk-gubuk kecil yang bernama PDP, DeMMAK, WPNCL, AMWP, harus bergabung ke rumah induk OPM dibawa komando Panglima Tertinggi Tentar Revolusi West Papua agar semua kekuatan yang tercerai-berai dapat disatukan sehingga dengan kekuatan ini kita dapat mengusir BAPA TIRI/PENJAJAH yang datang cari makan di tanah Papua dan merampas mama papua dari suaminya yang orang Papua asli lalu kawin dengan mama Papua sehingga telah mengacaukan dan mengaburkan jati diri anak negeri bersama ibu kandungnya.

Semoga cerita pendek ini menjadi kado ulang Tahun untuk-mu Papua, kami anak-anak yang lahir dari darahmu siap untuk meneruskan perjuangan sampai anak-anak negeri berdiri sendiri diatas Tanah Leluhurnya.

Kami persembahkan sebuah puisi untukmu:
Tangisan Seorang Yatim di Medan Perjuangan
Mama…. Telah sekian lama aku mengembara di rimba…
Telah sekian lama aku mengasingkan diriku di negeri orang..
Telah sekian lama aku mencari bapa kandungku,
karena Mamaku dikawaini orang yang tidak bertanggung jawab..
Dalam perjalanan pengembaraan ini aku telah kehilangan…..
Kehilangan mereka……
Om, kaka, adik, saudara-saudaraku, teman-teman-ku….
Tulang-tulang mereka telah berserahkan di hutan..
Di lubang batu…
Di lubang tanah….
Di kota-kota ….
Bagaikan binatang liar diatas tanahnya sendiri…
bagaikan anak yatim di negeri orang….
Tuhan…. Mengapa, mengapa…
Engkau ciptakan tanah ini..
Engkau lahirkan kami di atas tanah ini…..
Apakah hanya untuk lahir dan mati….?
Kepada siapakah siapa aku harus mengeluh…
Karena semua orang sekelilingku menutup telinga dan mata mereka…
Aku ingin kembali ke bapaku….
Aku ingin menemukan rumahku….
Aku ingin mencari dia….
Aku ingin berada di sisinya,. apapun situasi, kondisi, medan…… aku tidak peduli…..

Hai mama, kekasihku…….
Dengan berat hati aku meninggalkan-mu sekian lama…
Aku harus pergi…. Aku harus melawan….
Sampai kapapun, apapun situasinya…
untuk menemukan rumah dimana bapa berada…
Kuatkanlah hatimu….., berteguh kepada janji kita diatas tanah Leluhur…
West Papua…

Jangan bertanya kemana aku pergi, dari mana aku datang, biarkan aku pergi untuk kita semua…..

Burung Mambruk, Lambang Negara West Papua
Burung Mambruk, Lambang Negara West Papua

Port Moresby 1 July 2010.
Tary Yikwainak Karoba

============================================
Tary Karoba, PO.BOX7326, Borok 111, NCD PNG
Bank South Pacific (BSP)
Waigani Banking Centre
N a m e : David Posianie
Account Number : 1001358031
Branch Code : 8202
BSP Code : BOSPPGPM
============================================
Write or ring us before you send us any  contributions, Thank You.
Mobile: +675 71456663.

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny