Pesan Natal 2013 dan Pesan Tahun Baru 2014 dari Tentara Revolusi West Papua

Tentara Revolusi West Papua (TRWP_ di bawah komando Panglima Komando Revolusi Gen. Mathias Wenda dengan ini menyampaikan

SELAMAT MERAYAKAN HUT KELAHIRAN YESUS KRISTUS, REVOLUSIONER AGUNG DAN PANGLIMA MAHATINGGI REVOLUSI SEMESTA

dan

SELAMAT MEMASUKI TAHUN BARU 2014

Yesus Kristus dikatakan sebagai Raja Damai bukan karena ia datang berdamai dengan dunia, bersahabat dengan kelaliman, bersekongkol dengan tipu-muslihat dan manipulasi dan menganggap itu terpaksa harus diterima karena sejarah memang begitu dan tidak bisa diperbaiki laig seperti dilakukan oleh Gubernur Provinsi Papua, Gubernur Provinsi Papua Barat dan para Bupati, Walikota, Kepala Distrik dan Semua Pegawai Negeri NKRI di Tanah Papua.

Yesus Kristus datang ke dunia sebagai Raja Damai bukan karena Ia datang mengharmoniskan hubungan antara manusia dengan dosa-dosanya seperti yang dilakukan NKRI setiap saat di Tanah Papua.

Yesus datang, dan dari sejak dilahirkan sampai naik ke surga, tidak pernah berdosa dan tidak pernah mengizinkan atau menerima secara terpaksa atau mengerti dan membiarkan dosa-dosa, terutama dosa karena penipuan oleh Iblis. Itulah sebabnya Yesus tokoh revolusi semesta. Orang Papua yang menyebut diri telah menerima Yesus, menjadi orang Kristen sepatutnya setiap tahun merayakannya harus bertanya,

“Apakah saya bersekongkol dengan dosa-dosa NKRI dan menerima fakta sejarah yang penuh dengan tipu-daya ini sebagai sebuah fakta walaupun itu penuh tipu-daya?”

Yesus disebut Raja Damai justru karena ia datang melakukan Revolusi mendasar, sekali untuk selamanya, dan ia berhasil melakukannya TANPA KEKERASAN. Karena itulah gelar Raja Damai disandangNya dan bulan Desember menjadi Bulan Damai dan Sukacita. Oleh karena itulah semua orang Kristen harus sadar dan percaya pasti, bahwa yang melakukan kekerasan dan penembakan, pembunuhan dan kerusuhan pada Bulan Damai di Tanah Papua ataupun di seluruh dunia ialah pasti para musuh Raja Damai, para pasukan penipu dan mereka yang tidak mengenal Raja Damai.

Yesus datang mendamaikan hubungan manusia dengan Allah Penciptanya yang telah rusak karena manusia jatuh ke dalam dosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa disebabkan oleh tipudaya Iblis sebagai bapa segala pendusta. Ia datang memulihkan hubungan yang telah rusak oleh tipudaya.

Perjuangan Papua Merdeka merupakan sebuah revolusi, perombakan total bingkai NKRI dan keluar dari buah tipudaya antara Belanda, Indonesia dan Amerika Serikat yang telah mendatangkan kutuk dan malapetaka bagi bangsa Papua. Tentara Revolusi West Papua mengemban misi dan visi revolusioner Yesus Kristus, yang dilakukan dengan cara pertama-tama para gerilyawan sekalian mengosongkan dan menyangkal diri, dan rela menyerahkan nyawanya bagi sebuah kebenaran, yaitu bahwa sejarah bangsa Papua telah dimanipulasi habis-habisan oleh NKRI. Kemudian setelah mengosongkan diri, para gerilyawan secara langsung dan konsisten menentang penipuan dan bapa segala pendusta. Ketiga, bahwa  revolusi yang diemban para gerilyawan Papua Merdeka ialah perjuangan untuk mendatangkan kedamaian abadi antara orang Papua dan orang Indonesia, kedamaian yang sempurna tanpa rekayasa, kedamaian karena kedua bangsa dan  negara saling mengakui, saling menghormati dan saling tolong-menolong sebagai tetangga abadi yang baik, sebagai sesama manusia dan sebagai umat ciptaan Tuhan.

Kelahiran Yesus sebagai Raja Damai merupakan awal dari revolusi terbesar dan semesta yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia dan sejarah di planet Bumi. Revolusi yang penuh Damai itu didasarkan atas kebenaran dan bukan sebaliknya. Revolusi itu tidak pernah menerima kesalahan sebagai fakta sejarah dan membiarkannya begitu saja. Perjuangan Papua Merdeka haruslah didasari atas cinta-kasih dan damai, dengan menjauhkan segala rasa benci dan dengki, caci-maki dan cemooh. Perjuangan Papua Merdeka haruslah diarahkan kepada “mencari kebenaran” untuk perdamaian abadi di wilayah Melanesia dan Pasifik Selatan. Ini perjuangan suci, perjuangan pembebasan sebuah bangsa yang diberkati oleh Tuhan, bukan karena permintaan orang Papua untuk diberkati, akan tetapi karena para nabi dan rasul Papua telah mendoakannya demikian agar Tanah dan bangsa ini diberkati dan dipenuhi dari mujizat ke mujizat.

Dikeluarkan di: Markas Pusat Pertahana

Pada Tanggal: 25 Desember 2013

An. Panglima,

Secretary-General

 

 

Amunggut Tabi, Lt. Gen TRWP
BRN: A.DF 018676

Enhanced by Zemanta

1 Anggota “Raja Cyclop” Dipastikan Tewas Tertembak

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, S.E., M.SiSENTANI – Meski pihak kepolisian menyatakan masih akan mengecek kebenaran tentang informasi adanya korban yang tewas dalam penyergapan ‘Raja Cyclop’ di Yongsu, namun data terkini memastikan adanya 1 orang tewas dalam kontak senjata antara aparat dengan kelompok Raja Cyclop tersebut.

Korban diketahui bernama Eduar Okoseray di bawah pimpinan Adrianus Apeseray selaku mantan Kepala Kampung Yongsu. Korban dipastikan tewas tertembak dalam kasus kontak senjata dengan anggota Kepolisian Resort Jayapura di Markas “Raja Cyclop” Kampung Yongsu Spari, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura tanggal 29 November lalu.

Eduar Okoseray selaku Sekretaris Kampung Yongsu, yang tewas ditembus timah panas yang diduga dari pihak kepolisian itu, berdasarkan penyampaian dari salah satu Pendeta setempat selaku Ketua Majelis, yang mengurus pemakaman korban.

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, S.E., M.Si., membenarkan adanya salah satu dari kelompok Raja Cyclop meninggal akibat kontak senjata pada tanggal 29 November lalu, dan korban tersebut masih berstatus Sekretaris Kampung Yongsu.
“Memang dari penyampaian pendeta setempat yang melakukan pemakaman bahwa dari kelompok mereka yang bernama, Eduard Okoseray meninggal karena terjadi kontak senjata saat dilakukan penyergapan terhadap kelompok yang kerap selama mengintimidasi masyarakat setempat,” kata Bupati kepada wartawan di ruang Tamu Bupati Jayapura, Rabu (4/12) kemarin.

Namun menurut Bupati Awoitauw bahwa tindakan yang dilakukan pihak kepolisian sudah sesuai prosedur dan tindak yang benar, sebab kelompok tersebut sudah sering membuat masyarakat resah, sehingga dengan adanya informasi yang terima oleh kepolisian maka, mereka mencoba untuk menghindari kelompok itu untuk tidak melakukan ancaman-ancaman kepada masyarakat setempat.

“Kejadian itu, mungkin karena waktu penyisiran yang dilakukan oleh pihak kepolisian ada sedikit perlawanan dari kelompok yang dipimpin oleh Adrianus Apeseray selaku mantan Kepala Kampung Yongsu, sehingga dari kontak senjata itulah, Eduard Okoseray terkena tembak,”

jelasnya.

Kebenaran itu, menurut Bupati, disampaikan langsung oleh Pendeta setempat selaku Ketua Majelis yang mengurus pemakaman korban, yang mana sejak itu masyarakat semuanya telah mengungsi akibat peristiwa yang sebelumnya dilakukan kelompok tersebut.

Bupati Awoitauw menjelaskan, sampai saat ini masyarakat yang berjumlah 65 kepala Keluarga (KK) dan 215 jiwa mengungsi ke daerah lain. Diantaranya, Kampung Dormena, Depapre, Sentani, Waena, Dok 9 dan Padang Bulan.

Namun untuk mengantisipasi itu, Pemerintah Daerah sedang melakukan penanganan agar masyarakat yang mengungsi bisa kembali ke Kampungnya guna melakukan aktivitas seperti biasanya.

Dikatakan, penanganan yang dilakukan terhadap masyarakat ini, Pemerintah sudah menyiapkan bantuan sosial mulai hari Sabtu kemarin lalu, dan sekarang sudah ada posko baik di Kampung Dormena maupun di Kampung Yongsu itu sendiri.

“Posko ini dalam rangka pemulihan dan pengembalian masyarakat, juga kepada dinas P dan P sudah kita komunikasikan untuk bagaimana ada anak-anak yang mengungsi ini bisa ikut ujian susulan dan minggu depan ini sudah ada belajar dengan baik,”

katanya.

Alasan detail masyarakat mengungsi, lanjut Bupati Awoitauw, karena mereka diancam kelompok tersebut, sehingga pihak kepolisian mencoba mendatangi agar kelompok ini tidak melakukan pengancaman terhadap masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Selama ini mereka mengintimidasi masyarakat dengan menggunakan senjata rakitan.

Bahkan, diakuinya, masyarakat sebenarnya di Kampung Yongsu Spari sangat banyak, namun karena kelompok tersebut mereka memiliki senjata, dan Bom Molotov, akhirnya masyarakat mengkhawatirkan sehingga masyarakat mengungsi. “Kelompok itu ada lima orang, dan kita berharap mereka bisa kembali,” katanya.
Mengenai rumah yang dibakar, lanjut Bupati, ada sebanyak tiga unit rumah milik yang dibakar oleh kelompok tersebut. Mereka melakukan pembakaran karena mereka mencurigai bahwa warga ini selalu menjadi penghubung kepada pihak kepolisian.

Untuk itu, pihaknya akan berusaha mengembalikan masyarakat ke kampungnya agar aktivitas mereka bisa berjalan dengan normal, sekolah juga bisa berjalan apalagi dalam menyongsong perayaan Natal dan Tahun baru 2014 mendatang.

“Kita ingin daerah kita tenang, dan kami pemerintah daerah sendiri tetap mengupayakan memperhatikan kampung tersebut agar mereka terhindar dari hal-hal yang kita tidak inginkan,”

harapnya. (Loy/don/l03)

Source: Kamis, 05 Desember 2013 11:06, Binpa

Mahasiswa Papua di Pulau Jawa-Bali Mentuntut Hak Menentukan Nasib Sendiri

Banner Tuntutan Mahasiswa Papua di Surabaya, 1 Desember 2013
Banner Tuntutan Mahasiswa Papua di Surabaya, 1 Desember 2013

Menyusul berbagai aksi, pertunjukan film, diskusi dan demonstrasi di berbagai kota studi di seluruh pulau Jawa dan Bali, termasuk melompat masuk pagar  Konsulat Australia di Bali, kini seluruh komponen mahasiswa Papua, dikoordinir oleh Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) melakukan aksi dengan tema menuntut NKRI mengembalikan kedaulatan bangsa Papua yang telah dirampok di kota Surabaya, Jawa Timur.

Aksi mahasiswa Papua dilakukan seperti biasa, diwarnai dengan orasi-orasi, tarian-tarian adat dan teriakan-teriakan “Papua Merdeka”. Para mahasiswa juga menghias diri dengan hiasan khas Papua dan mengenakan pakaian Adat, pakaian pembeda jatidiri Papua: Koteka dan Sali.

Demonstrasi dan tuntutan kali ini menjadi istimewa karena mulai tanggal 1 Desember 2013, bendera Bintang Kejora secara resmi berkibar di Kantor Gubernur DKI Port Moresby, yang menandakan tabir merah, yang selama ini dipasang oleh NKRI dengan ancaman, suap dan pembayaran menggunakan perempuan Indonesia kepada pejabat sipil, kepolisian dan militer Papua New Guinea sampai kepada pertukaran anak dengan para pejabat PNG terbukti tidak mampu menghapus jatidiri dan hargadiri bangsa Papua, dari Sorong sampai Samarai.

Menyusul peluncuran “Sorong – Samarai Campaign” bulan lalu yang dipimpin Fred Mambrasar, kini kita menyaksikan pengibaran Bendera Bintang Kejora di sebuah Kantor Pemerintahan dari negara yang sudah merdeka dan berdaulat di kawasan saudara-saudara serumpun Melanesia, menyusul even-even yang sama kita saksikan terjadi berulangkali di Republik Vanuatu. Kampanye Sorong-Samarai kali ini tidak sekedar gaung, ia benar-benar terbukti memasuki kantor-kantor pemerintahan negara tetangga West Papua: Papua New Guinea.

Dukungan dan aksi yang dilakukan mahasiswa Papua se Jawa-Bali tahun ini secara khusus dan tegas menuntut NKRI untuk memberikan kesempatan kepada bangsa Papua  menentukan nasibnya sendiri. Dan tuntutan mereka bahwa referendum ialah solusi yang paling tepat, paling demokratis dan bermartabat.

Pages: 1 2

Agustina : Suami Saya Ditembak Dari Belakang

Penembakan-IllustrasiPASCA penyergapan dan penyisiran yang dilakukan aparat Jumat (29/11) dan Sabtu (30/11) kemarin, kondisi kampung Yonsu kini seperti kampung mati, wartawan SULUH PAPUA yang menyambangi kampung tersebut Minggu (1/12) kemarin tidak menemui warga masyarakat satupun di dalam kampung, rumah – rumah tampak kosong, hanya terlihat hewan ternak yang berkeliaran dan beberapa rumah yang rusak, hanya seorang bapak tua yang berhasil dijumpai SULUH PAPUA namun bapak tersebut mengaku baru tiba juga dari kota dan tidak mengetahui ada peristiwa dimaksud.

Pengakuan beberapa warga Kampung Yongsu yang berhasil ditemui wartawan SULUH PAPUA, Minggu siang, di beberapa kampung terdekat mengaku sedang mengungsi dan tidak berani kembali ke kampungnya, dan mereka membantah keterangan polisi bahwa terjadi kontak senjata, warga mengaku bahwa penyergapan Jumat (29/11) itu dilakukan di pagi buta dan mendadak. Kedatangan polisi itu mengendap – endap lalu mengepung kampung dan kemudian melepas tembakan. Karena panik dan takut, akhirnya warga melarikan diri ke hutan.

Agustina, istri Eduard Okoseray, salah satu korban yang dilaporkan tewas mengaku penyergapan dilakukan oleh Tim Khusus (Timsus) terjadi secara tiba-tiba. Masyarakat kampung Yongsu Sapari sebagian tidak mengetahui adanya penyergapan dari aparat kepolisian hari itu.

“Aparat datang pagi hari sekitar jam 07.00 WIT, sudah mengambil posisi sambil mengendap dan mengepung kampung, ketika aparat melepas tembakan, masyarakat ketakutan dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing lari ke hutan,” katanya kepada SULUH PAPUA di tempat pengungsiannya, di salah satu kampung tetangga.

Ketika itu suaminya juga mengajaknya untuk lari ke hutan, namun beberapa saat kemudian karena teringat sesuatu yang tertinggal di rumah sang suami kembali ke rumah dan lari kembali menyusul dirinya, di saat melarikan diri itulah terdengar serentetan tembakan dari arah belakang dan menembus dada suaminya.

“Suami saya katakan kita harus segera lari. Setelah kami lari meninggalkan rumah, suami saya kembali ke rumah untuk mengambil sesuatu lalu suami saya lari, disaat melarikan diri tersebutlah polisi menembaknya rentetan dari arah belakang kemudian peluru tembus di depan dada. Ada dua peluru yang bersarang di tubuh”, kata Agustina

Ia juga menjelaskan bahwa setelah ditembak, aparat membiarkan tubuh suaminya tergeletak di tanah, setelah aparat pergi meninggalkan kampung, sekitar pukul 13.00 WIT barulah mayat suaminya dikuburkan oleh keluarga dan warga lainnya.

Menurut Agustina saat ini masyarakat dalam ketakutan dan was-was untuk kembali ke kampung. Semuanya lari menyelamatkan diri ke hutan. Jika pihak keamanan mengatakan ada perlawanan dari korban itu itu tidak benar, yang benar korban berusaha untuk lari menyelamatkan diri namun ditembaki dari arah belakang.

“Saya harap sebelum kita kembali ke kampung, kami minta Amnesty Internasional dan Komnas HAM Papua untuk segera datang ke Kampung Yongsu Sapari karena kami takut aparat keamanan akan datang dan menyerang kami lagi,” katanya dengan mimik ketakutan dan masih diliputi suasana duka.

Menurut saksi mata lainnya kepada SULUH PAPUA yang mengaku sempat melihat peristiwa penyergapan, Jumat (29/11) kemarin. Ketika saksi itu kembali dari pantai dengan beberapa teman-temannya, aparat keamanan menyergap dari arah belakang dan menyuruh angkat tangan lalu aparat melakukan pemukulan dan menendang dirinya beberapa kali dan seorang temannya.

Setelah itu ketika aparat keamanan akan pulang, meminta maaf atas perlakuan terhadap dirinya dan seorang temannya. Lebih lanjut dikatakannya bahwa saat ini masyarakat sedang sembunyi di hutan dan dikuatirkan akan mengalami kelaparan dan juga dapat mengakibatkan kematian. Ia juga mengatakan aparat keamanan merusak 5 rumah warga. (amr/cr-12/r2/lo3)

Senin, 02-12-2013, SuluhPapua.com

AMP desak NKRI bebaskan Papua Barat

Demonstrasi Mahasiswa Papua di Surabaya, 1 Desember 2013
Demonstrasi Mahasiswa Papua di Surabaya, 1 Desember 2013

SURABAYA (WIN): Kurang lebih 300 demonstran yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), memadati halaman depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (2/12/13). Dalam aksi yang digelar itu, para demonstran ini menuntut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), agar memberikan kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyat Papua Barat.

Mesak Pekei, Juru Bicara AMP komite Kota Surabaya mengatakan, bahwa deklarasi Papua yang ke 52 sudah disahkan pada 1 desember 2013 kemarin, di kota Port Numbay, Jayapura. Dalam kesempatan itu masyarakat papua ini memohon untuk di akuinya kembali rakyat Papua, dengan menentukan nasib sendiri.

“Berdasarkan deklarasi Negara Papua Barat sejak 1 Desember 1961, kami sudah merdeka, lalu kemerdekaan itu kemudian diambil kembali oleh NKRI, oleh karena itu kami ingin menuntut kembali kemerdekaan kami kepada NKRI,” kata Mesak Pekei di tengah-tengah aksi AMP di jalan Gubernur Suryo Surabaya, Senin (2/12/13).

Mesak Pekei menegaskan Negara Indonesia telah berhasil menggagalkan berdirinya Negara Papua dan memaksakan rakyat Papua untuk bergabung dengan NKRI. Dikatakan, perjuangan untuk mewujudkan terbentuknya sebuah negara Papua tidak akan pernah surut.

Berbagai pergantian rezim penguasa di Indonesia, mulai dari rezim militeristik Soeharto hingga rezim SBY-Boediono tidak mampu meredam gejolak perlawanan rakyat Papua. “Kami tetap akan berjuang dari generasi ke generasi hingga akhir, karena kami ingin menentukan nasib kami sendiri,” tegas Juru Bicara AMP Komite Surabaya.

Dijelaskan, berbagai persoalan yang dihadapi rakyat Papua saat ini bukanlah persoalan kesejahterahan dan kesenjangan sosial maupun persoalan ketidak-setaraan ekonomi, melainkan soal identitas rakyat Papua sebagai sebuah bangsa yang tidak dapat diselesaikan dengan berbagai kebijakan NKRI di Tanah Papua.

“Inilah yang menjadi persoalan terbesar kami, sehingga kami menuntut Rezim SBY-Boediono untuk segera memberikan kebebasan dan hak untuk menentukan nasib kami sendiri sebagai solusi demokratis bagi kami selaku rakyat Papua Barat,” tukasnya.(win8/12)

Senin, 02 Desember 2013 | 14:12 WIB, WHATIndoNews

Kampanye Papua Merdeka Memasuki Babak Baru per 1 Desember 2013

Mr. Benny Wenda and His Wife, Mrs. Maria H. Wenda
Mr. Benny Wenda and His Wife, Mrs. Maria H. Wenda

Memperingati hari bersejarah atau hari besar bangsa Papua 1 Desember telah dilakukan berbagai kegiatan oleh bangsa Papua di tanah airnya (West Papua) maupun di berbagai tempat di seluruh muka Bumi. Kegiatan-kegaitan peringatan HUT 1 Desember yang mulai diperkenalkan kepada bangsa Papua sebagai “Hari Kemerdekaan” West Papua itu sejak tahun 2000 telah dilakukan dengan berbagai cara. Cara pertama di awal-awal abad ini ialah dengan pengibaran Bendera besar-besaran dan meluas di seluruh Tanah Papua, bahkan di manapun orang Papua berada Bintang Kejora berkibar dengan bebasnya. Orang Papua menyambut “udara bebas” ini dengan luapan ucapan syukur kepada Tuhan dan dengan genagan air mata kegembiraan. Banyak pemuda dan orang tua tidak sanggup menyaksikan Bintang Kejora berkibar dan bebas berkibar di Tanah Airnya, Bumi Cenderawasih.

Begitu berganti presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia, berganti pula kebijakan. Sejak Megawati Sukarnoputir menjadi Presiden, pertama-tama ia memerintahkan penculikan dan pembunuhan Ketua Presidium Dewan Papua (PDP) Dortheys Hiyo Eluay (Theys Eluay). Tepat 10-11 November 2001 Theys Eluay diculik dan ditemukan tewas di jalan menuju wilayah perbatasan West Papua – Papua New Guinea.

Dengan ancaman dan terornya, NKRI mulai melakukan penengekangan besar-besaran. Banyak aktivis dan tokoh Papua Merdeka dikejar, diburu dan dibantai.

Dampaknya kegiatan peringantan HUT Hari Besar Bangsa Papua sepanjang 10 tahun lebih belakangan ini terjadi secara kecil-kecilan. Ada yang ditandai dengan pengibaran Bintang Kejora, secara terbuka, ada yang secara tersembunyi. Ada yang diselenggarakan dengan orasi-orasi politik dan demonstrasi. Tetapi pada umumnya dirayakan dengan Kebaktian Ucapan Syukur memperingati Hari Besar bangsa Papua ini.

Menjelang 1 Desember banyak sekali aksi-aksi seperti teror dan penembakan terjadi di mana-mana. Menurut pengamatan “The Diary of OPM” kebanyakan merupakan hasil rekayasan NKRi dalam rangka mencari proyek HUT OPM per tanggal 1 Desember dan per tanggal 1 Juli setiap tahunnya. Paling tidak dua kali, atau ditambah HUT Bintang-14 tanggal 14 Desember setiap tahun juga menjadi hari-hari yang mendatangkan reseki atau uang kaget bagi para aparat TNI dan Polri yang bertugas di Tanah Papua. Oleh karena itu, kalau saja OPM dan tentaranya di rimba Papua berupaya memperingati HUT mereka dengan damai, itu hal yang tidak akan terjaid, karena aparat NKRI tidak bakalan mendapatkan uang kaget mereka. Itulah sebabnya tanggal-tanggal bersejarah bangsa Papua selama ini selalu menjadi tanggal-tanggal TNI dan Polri mencari uang kaget dan reseki tambahan.

Untuk tahun ini ada peristiwa penting yang terjadi, tepat 13 tahun setelah Bintang Kejora berkibar di Port Numbay (tepatnya Gedung Kesenian saat ini) di Taman Imbi, kini tanggal 1 Desember 2013, Bendera Bintang Kejora berkibar secara resmi di Kantor Gubernur Daerah Khusus Ibukota (NCD) dari negara orang Papua di sebelah Timur pulau New Guinea, Papua New Guinea. Pengibaran Bintang Kejora ini sendiri dipimpin langsung oleh Fungsionaris Organisasi Papua Merdeka Rt. Powes Parkop, MP, yang adalah Gubernur NCD sendiri.

Pages: 1 2

Diwarnai Baku Tembak, Polisi Gerebek Markas OPM Raja Siklop

Ilustrasi (dok. detikcom)
Ilustrasi (dok. detikcom)

Sentani – Timsus Polres Jayapura dibantu Yonif 751/Sentani berhasil menggerebek dan membongkar markas OPM Raja Siklop pimpinan Andrianus Apaseray di kampung Yongsu distrik Ravenirara, Jayapura, Papua.

Wakapolda Papua Brigjend Pol Paulus Waterpauw saat jumpa pers di Mapolres Jayapura Sabtu (30/11/2013) mengatakan penggerebekan ini berdasarkan informasi dari masyarakat. Ada laporan bahwa Oktovianus, salah satu punggawa OPM Raja Siklop, telah mengumpulkan massa sekitar 30 orang di rumahnya untuk perayaan 1 Desember.

Mendapat laporan ini, anggota Polres Jayapura dipimpin AKP Charles Simanjuntak langsung menuju lokasi yang berjak sekitar 30 Km dari Mapolres Jayapura dan langsung mengamankan Oktovianus Okuseray. Namun setelah terjadi penangkapan, massa dari Oktovianus mengamuk dan merusak rumah warga sekitar.

Mantan kepala kampung Yongsu sudah diamankan di Mapolres Jayapura untuk dimintai keterangan. Sementara dari amuk massa di kampung Yongsu Jumat (29/11) pagi, tidak ditemukan korban jiwa namun beberapa rumah warga rusak.

Dari hasil penggerebekan ditemukan amunisi SS1, laras rakitan dan berbagai alat untuk membuat senjata rakitan, sajam (pisau, parang, sabit, sangkur), bom rakitan sebanyak 6 buah, 14 amunisi moser, 19 selongsong peluru, dan 2 bom rakitan yang sudah jadi.

“Kami sedang menyelidiki apakah kelompok ini sesungguhnya mempunyai hubungan dengan kelommpok Hans Yoweni atau tidak, atau apakah memiliki hubungan dengan yang di Sorong, Isak Kalabin,”

ujar Paulus.

Paulus menjelaskan saat pengrebekan sempat terjadi kontak senjata selama 10 menit. Namun kondisi segera dapat dikuasai oleh aparat keamanan.

Stunt Rider atau Motor Freestyle, Beratraksi diatas motor yang sedang Berjalan.Bagaimana serunya?. Simak Liputan selengkapnya di Reportase Malam pukul 02.37 WIB, hanya di Trans TV

(trq/trq) Sabtu, 30/11/2013 19:45 WIB. Wilpret Siagian – detikNews

1 Desember, Jangan Ada Pengibaran ‘BK’

Deer TabuniJAYAPURA — Ketua DPRP Deer Tabuni, S.E., M.Si., menyerukan kepada seluruh masyarakat Papua yang tersebar di 29 Kabupaten/Kota, agar jangan melakukan pengibaran bendera Bintang Kejora (BK) pada tanggal 1 Desember yang disebut-sebut sebagai HUT Kemerdekaan Papua Barat.

“Mari kita maknai HUT Kemerdekaan Papua Barat pada 1 Desember mendatang dengan damai dan indah melalui doa syukur,”

imbuh Deer Tabuni di ruang kerjanya, Kamis (28/11).

Karena, kata Deer Tabuni, bila ada pengibaran Bintang Kejora nanti akan berhadapan dengan pihak keamanan. Tapi, pihak keamanan juga harus duduk bersama agar bisa mengayomi masyarakat Papua sekaligus menjadikan Tanah Papua sebagai tanah damai tanpa ada perbedaan apapun.

Deer Tabuni mengatakan, pihak masyarakat membantu Kapolda dan Kapolres seluruh Tanah Papua bersama-sama menjaga ketertiban dan kedamaian sesuai misi dan visi Gubernur dan Wagub Papua yakni Bangkit, Mandiri dan Sejahtera.

Untuk itu Ketua DPRP menghimbau kepada seluruh masyarakat Papua untuk menghindari hal-hal yang dianggap melanggar tindak pidana.

“Pengibaran Bintang Kejora tak boleh dilakukan di Tanah Papua, karena akhirnya menelan korban jiwa, “

kata Deer Tabuni.

Ditambahkan Deer Tabuni, pihaknya juga menghimbau kepada KNPB agar tak melakukan aksi demo pada 1 Desember. Apalagi Kapolda telah menegaskan tak mentolerir dan tak memberikan izin demo bagi siapapun.

“Kegiatan seperti demo, lalu tempatnya, acaranya berlangsung dimana dan apakah pengibaran Bintang Kejora bisa dilakukan atau tidak. Itu semua harus ada izin dari pihak keamanan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan,”

ujar Deer Tabuni, seraya menambahkan, kegiatan itu bisa berjalan dengan lancar dan aman apabila ada izin dari pihak keamanan. (Mdc/don/l03)

Jum’at, 29 November 2013 02:13, Binpa

Hadapi 1 Desember di Keerom Digelar Rapat Lintas Sektoral

KEEROM–Kapolres Keerom AKBP. Pasero,S.H.,M.H., mengungkapkan untuk pengamanan 1 Desember yaitu peringatan Hut Kemerdekaan Papua, maka Polres Keerom dan TNI serta jajaran Pemda Kabupaten Keerom telah melaksanakan rapat lintas sektoral yang dipimpin langsung Bupati Keerom Yusuf Wally, S.E.,M.M., di Aula Polres Keerom.

Rapat ini guna menghimpun atau mengkoordinasikan rencana pengamanan 1 Desember tersebut.

“Jadi pada hari ini kita baru saja melakukan rapat koordinasi lintas sektoral guna mengamankan Kabupaten Keerom terkait dengan menjelang 1 Desember ini, dimana dalam lintas sektoral tersebut dipimpin Bupati Keerom yang melibatkan semua unsur keamanan yang ada di Kabupaten Keerom,”

ungkapnya kepada Bintang Papua di Kantor Bupati Keerom, Selasa (26/11).

Menurutnya, pihaknya akan melakukan rapat terakhir pada tanggal 30 November mendatang, guna memantapkan pengamanan untuk Kabupaten Keerom, dimana untuk kegiatan yang nantinya akan dilakukan seperti penggalangan aparat keamanan dari TNI/Polri, dan satpol PP, serta ada juga razia –razia serta patroli gabungan setiap malam yang akan dilakukan.

“Masih ada satu kali rapat terakhir untuk memantapkan persiapan pengamanan terkait dengan 1 Desember yang nantinya kami akan lakukan penggalangan kekuatan gabungan dari TNI/Polri dan ada beberapa yang nantinya akan disiagakan didaerah –daerah yang dianggap rawan,”

jelasnya.

Selain itu juga mengimbau kepada masyarakat agar jangan cepat percaya dengan isu–isu yang berkembang dilapangan sebab menjelang 1 Desember ini banyak isu berkembang dan belum pasti ada kebenaran dalam isu tersebut, sehingga jika memang masih dalam isu sebaiknya masyarakat tidak terprovokasi.” Kami harap masyarakat bisa menjalankan aktifitas rutinnya seperti biasanya, jangan mendengar isu yang tidak bertanggung jawab, dan kita perlu ada kerukunan dalam bermasyarakat, dan polisi sebagai mitra masyarakat akan sangat mendukung hal tersebut,” tuturnya.

Ditambahkan, untuk 1 Desember ini pihaknya menjamin keamanan masyarakat, dan apabila ada indikasi kecurigaan masyarakat akan hal–hal yang mengganggu keamanan masyarakat, maka masyarakat diminta segera melaporkan kepada pihak berwajib yang terdekat, guna dapat ditindaklanjuti. (rhy/don/lo2)
Baca 8 kali

Rabu, 27 November 2013 08:08, Ditulis oleh redaksi binpa

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny