Jayapura (SULPA) – Kasus HIV terhitung dari Januari sampai dengan 31 September 2013 sebanyak 1205 orang meninggal dunia.

“Penyakit HIV identik dengan TB yang belum bisa untuk mengetahui sampel pendeteksiannya, dan TBC dapat diketahui melalui pemeriksaan batuk lender, dan pemeriksaan lainnya,” kata Nyoman Sri Antari, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan HIV Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Kamis (16/1).

Menurutnya, banyak penderita HIV meninggal karena ketidaksadaran pelaku melakukan hubungan seks bebas yang tidak menggunakan kondom. Penyebab lain adalah penderita HIV tidak melakukan rutinitas minum obat yang dianjurkan petugas perawat.

“Para pasien terkena HIV jangan melawan anjuran petugas perawat untuk minum obatnya. Sebab penyakit ini begitu kena tidak lansung meninggal. Tapi ia bertahap 15 sampai 25 tahun kemudian baru mulai lihat gejolak dan tanda-tanda,” tuturnya.

Saturday, 18-01-2014, SulPa

15.577 Kasus HIV untuk 28 Kabupaten di Provinsi Papua

Jayapura (SULPA) – Penderita Penyakit HIV sesuai data 31 September 2013 mencapai 15.577 HIV kasus yang ditemukan untuk 28 Kabupaten, ditambah dengan kota Jayapura.

“Namun data laporan yang baru melaporkan kasus HIV ini baru 16 Kabupaten yang sudah Lapor,” kata Dr. Nyoman Sri Antari, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan HIV Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Kamis (16/1/ 2014).

“Ada 13 kabupaten yang belum melaporkan data HIV. Dipastikan jumlah penderita HIV bertambah jika laporan dari 13 kabupaten tersebut masuk. Sebenarnya yang dilaporkan sejak 31 Maret 2013 itu sebanyak 13374 kasus HIV, sedangkan 31 September 2013 menambah menjadi 15.577 kasus di Provinsi Papua,”

tambah Nyoman.

Dikatakan, penyakit HIV tersebut terdata juga untuk bayi sehingga jumlahnya lebih banyak, walaupun tidak terhitung secara detail.

Lanjut dia, dinas terkait telah mengambil langkah bagaimana memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui pelatihan bagi petugas Puskesmas yang berada di wilayah kabupaten/kota, distrik dan hingga ke kampung-kampung di tanah Papua.

“Kami jujur saja bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Papua masih keterbatasan alokasi dana di Provinsi, sehingga susah untuk membiayai semua kebutuhan rumah sakit di Daerah di tingkat Kabupaten, Distrik dan Kampung, yang pasti kami tetap membutuhkan bantuan dari tiap daerah bagaimana bisa mengatasi segala penderitaan masyarakat,”

katanya.

Friday, 17-01-2014, SulPa

HIV-AIDS di Papua Tembus 10.522 Kasus

JAYAPURA — Penyebaran virus HIV-AIDS di Papua semakin memprihatinkan. Dari jumlah penduduk Papua yang hanya 2,8 juta jiwa (hasil data BPS), ternyata kasus HIV-AIDS di Papua kini telah menembus angka 10.522 kasus.

“Lonjakan kasus yang begitu cepat dan mengkhawatirkan, sebab data September 2010 lalu, kasus HIV-AIDS di Papua baru mencapai 7000 kasus, tapi kini mencapai 10.522 kasus,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua drg. Josef Rinta Rachdyatmaka,M.Kes kepada Cenderawasih Pos di Hotel Aston Jayapura, Rabu (12/10).

Pihaknya menjelaskan bahwa data tersebut diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua setelah pihaknya turun langsung ke kabupaten dan kota se-Provinsi Papua, dan atas kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota se-Provinsi Papua itu akhirnya diperoleh data yang mencapai angka memprihatinkan tersebut.

“Berarti ada selisih data sebesar 3000 orang (bila dibanding tahun 2010), dan saya yakin data tersebut sudah terekap di unit-unit pelayanan kesehatan di kabupaten dan kota, namun selama ini kurang terdata dengan baik, sehingga kami turun langsung untuk mengambil data dan hasilnya seperti itu,” katanya.

Kadinas Kesehatan ini mengatakan bahwa angka 10.522 kasus itu merupakan angka yang bisa terdata, sementara HIV-AIDS merupakan fenomena gunung es. “10.522 kasus di Papua itu merupakan angka yang terdata, namun dilihat dari pendapat sejumlah ahli yang aktif memantau perkembangan HIV/AIDS di Papua ternyata kasus HIV-AIDS di Papua itu diduga mencapai 24.300 yang belum terpantau. Ini menandakan bahwa kita harus lebih serius bekerja dalam penanggulangan kasus ini,” ujarnya.

Bahkan mantan Sekda Kabupaten Merauke ini bahwa kasus HIV-AIDS di Papua saat ini bukan saja berada di kota-kota saja, namun saat ini penderitanya juga sudah tersebar di kampung-kampung. “Ini terjadi karena mudahnya akses transportasi ke kota, sehingga warga kampung dengan cepat ke kota, dan selanjutnya berhubungan dengan lawan main yang bukan istrinya di kota tanpa menggunakan kondom. Selanjutnya kembali ke kampung dan menularkan kepada istrinya,” paparnya.

“Kasus HIV-AIDS sudah ada di kampung, dan itu yang sangat berbahanya karena mereka sangat terbatas dengan informasi soal HIV-AIDS,” sambungnya.

Josef juga mengatakan, jika diurutkan jumlah kasus HIV-AIDS tertinggi per kabupaten dan kota se-Provinsi Papua, maka Kota Jayapura dan Jayawijaya tertinggi, sebab di Kota Jayapura sudah mencapai 2012 kasus, sementara Jayawijaya mencapai 1600.

“Dari 10.522 kasus ini, usia rentang masih di usia priduktif yakni 15-40 tahun, bahkan saat ini juga sudah ada remaja yang sudah terinfeksi,” tambahnya.

Dengan melihat kondisi tersebut, pihaknya sangat berharap agar ada perhatian semua pihak dan pihaknya mendorong agar di Papua bisa diterapkan sunat atau sirkumsisi, untuk mencegah lajunya HIV/AIDS di Papua. “Meskipun harus diakui sirkumsisi tidak menjamin seseorang tidak terserang virus mematikan tersebut, namun setidaknya bisa mencegah,” tandasnya.

Sementara untuk stok ARV (antiretroviral) di Papua masih cukup. “Bahkan kita sudah salurkan ke daerah-daerah, dan dari raker dengan dinas kesehatan se-kabupaten dan kota selama tiga hari ini di Hotel Aston, semua sudah sepakat untuk serius dalam penanganan HIV-AIDS di Papua,” pungkasnya.(cak/fud)
[stickyright]
GRAFIS:
ANGKA HIV-AIDS DI PAPUA
– September 2010 : 7000 Kasus
– September 2011 : 10.522 Kasus
– Yang belum terpantau : 24.300 Kasus
– Rentang Usia Penderita: 15-40 tahun
[/stickyright]

KUTIPAN:
“Ini terjadi karena mudahnya akses transportasi ke kota, sehingga warga kampung dengan cepat ke kota, dan selanjutnya berhubungan dengan lawan main yang bukan istrinya di kota tanpa menggunakan kondom. Selanjutnya kembali ke kampung dan menularkan kepada istrinya,” ujar drg. Josef Rinta Rachdyatmaka,M.Kes

HIV-AIDS Ancam Usia Produktif di Papua!

Gubernur Suebu Launching Kampanye HIV di Papua Tahun 2010

JAYAPURA-Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu, SH, mengatakan penyebaran virus HIV-AIDS di Papua sudah menyebar ke populasi masyarakat umum dan terbanyak penyebarannya di usia antara 15-49 tahun atau usia produktif.”Jumlah kasus terbanyak ditemukan pada usia 20-29 tahun sebanyak 2251 kasus yang merupakan usia kerja dan angkatan kerja. Usia ini dalam ancaman, bila tidak ada usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan yang efektif dan terkoordinir dengan maksimal. HIV-AIDS sekarang jadi ancaman serius bagi Papua,”ungkap Gubernur Suebu saat launching Kampanye HIV di Papua untuk tahun 2010, di Jayapura, Senin (12/07).

Program kampanye ini didukung juga melalui program Kemitraan Australia Indonesia ( Autralia Indonesia Partnership).

Gubenur Suebu menjelaskan, jumlah pengidap HIV-AIDS di Papua saat ini 4967 kasus, diantaranya HIV 2565 kasus dan AIDS 2405 kasus. Dari jumlah tersebut 402 diantaranya sudah meninggal dunia.
Hasil survey terpadu HIV dan perilaku (STHP) yang dilaksanakan BPS (Badan Pusat Statistik) dan Depkes 2006 melaporkan bahwa epidemic HIV di Propinsi Papua dan Papua Barat telah memasuki populasi umum yakni menyebar ke 2,4 % populasi masyarakat umum dewasa usia 15- 49 tahun.

”Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penularan HIV di Tanah Papua jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di Indonesia,” ujar Suebu.

Suebu mengajak seluruh elemen di Papua untuk terlibat dalam upaya pencegahan penyebaran HIV-AIDS salah satunya menghindari zina dan hubungan seks di luar nikah. Dan penanganan virus ini harus melibatkan semua komponen masyarakat tanpa terkecuali.Terkait dengan pelaksanaan kampanye itu, tidak terlepas dari strategi komunikasi untuk penanggulangan HIV-AIDS, yakni kampanye multimedia yang melibatkan berbagai saluran komunikasi dan berbagai bentuk media serta menggunakan beberapa pendekatan yang saling bersinergis, yaitu komunikasi untuk perubahan perilaku, advokasi, dan penggerakan masyarakat.

Kampanye ini, mengusung tema, “Kitorang pengaruh, mari bertanggungjawab untuk HIV. Yang maknanya, HIV-AIDS adalah masalah tanggungjawab semua orang yang ada di Papua dalam hal ini berperan aktif, bertindak, dan mengambil tanggungjawab dalam penanggulangan HIV-AIDS di Papua.

Ada 4 hal yang ingin dicapai dalam kampanye ini, yakni, penundaan seks dini dan pengurangan jumlah pasangan seks, ajakan periksa atau tes HIV dan periksa infeksi menular seksual (IMS), peningkatan penggunaan kondom pada setiap kegiatan seks beresiko dan mempromosikan kondom sebagai sarana pelindung kesehatan, dan pengurangan stigma dan deskriminasi terhadap orang hidup dengan HIV-AIDS.
“Harapan kita agar kampanye ini memiliki gema luar biasa di masyarakat dan mampu mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku. Kita harus bisa memutuskan mata rantai penularan HIV dan ini tidak bisa ditunda lagi. Mari selamatkan generasi muda Papua dari HIV-AIDS,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua KPAD Provinsi Papua drh. Constan Karma menandaskan, kampanye pencegahan penyebaran HIV-AIDS di Papua dalam tahun 2010 difokuskan ke kaum lelaki. Alasannya, orang laki-laki memiliki peran dominan dalam penyebaran HIV-AIDS selama ini.

‘ ‘Perbedaan kampanye HIV-AIDS tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini

difokuskan ke para lelaki, karena lelaki yang lebih dominan dalam terjadinya hubungan seksual, sementara 90 persen penyebaran HIV-AIDS di Papua karena hubungan seks,” jelas Ketua KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) Provinsi Papua Constant Karma kepada wartawan di Jayapura, Senin (12/7) saat launching kampanye HIV-AIDS di Papua 2010.

Menurut Karma, laki-laki kategori 3 M (mobile men with money) di Papua memiliki kontribusi tinggi terhadap peningkatan laju pertumbuhan HIV di Papua. Dan ini terjadi pada semua tingkatan, terutama mereka yang memilikin uang dan selalu berpergian ke luar rumah.

“Laki-laki 3 M ini memiliki mobile, atau sering bepergian, punya money banyak dan dominan dalam membuat keputusan melakukan hubungan seks, sehingga itu yang menjadi sasaran kampanye untuk mengurangi penyebaran HIV tahun ini,” jelas.

Acara lauching Kampanye HIV tahun 2010 yang digelar kemarin, diawali dengan doa oleh 5 wakil pemuka angama dari Kristen, Katholik, Islam, Hindu dan Bunda. Setelah itu, pementasan drama singkat tentang kondisi rentan terjadinya HIV dalam keluarga dan lingkungan, kemudian dilanjutkan dengan sambutan gubernur sekaligus melaunching kampanye HIV tahun 2010 yang ditandai dengan pemukulan tifa. Usai acara Launching, Gubenur menyerahkan kunci 1 unit mobil kampanye kepada Pemkab Jayawijaya yang diterima Bupati Jayawijaya Wempi Wetipo. Acara ditutup dengan meninjau pameran kampanye HIV-AIDS di bagian depan gedung negara.

Acara Launcing Kampanye HIV tersebut diikuti oleh Muspida Provinsi Papua, para kepala SKPD Provinsi Papua, tokoh masyarakat dan tokoh adat, pemuka agama, tokoh perempuan, pimpinan media, LSM, dan stakeholder lainnya. (luc/nls)

Di Asmat Ditemukan 15 Kasus HIV/Aids

ASMAT [PAPOS]- Melalui pemeriksaan Vct mulai Januari hingga Novemnber tahun 2009 sebanyak 15 orang terinfeksi HIV/Aids, yakni 7 Pekerjsa Seks Komersial(PSK), 2 ibu rumah tangga, 6 masyarakat umum.

Demikian disampaikan Sekertaris KPAD Kabupaten Asmat, Dwi Ariana,SP yang ditemui Papua pos diruang kerjanya, belum lama ini. Dirinya menjelaskan untuk data 7 PSK ini diketahui setelah mereka melakukan tes VCT namun untuk masyarakat umum dan ibu rumah tangga diketahui secara tidak sengaja pada saat berobat kerumah sakit kemudian diperiksa.

“Memang untuk kita pendataan masih kurang dan rendahnya masyarakat yang melakukan VCT karena ini merupakan tes secara sukarela dan yang ditemukan ibu rumah tangga dan masyarakat umum setelah berobat kerumah sakit dan dilakukan Voluntary Conseling testing(VCT) oleh petugas rumah Sakit persiapan Tipe D Kabupaten Asmat merupakan satu-satunya tempat VCT ,“ungkapnya.

Untuk para PSK, secara jelasnya kita tidak tahu dimana mereka mengidap Hiv/Aids karena mereka ini secara terselubung datang dan pergi sehingga untuk mendata mereka sulit dan indicator untuk menilai tinggi atau rentan penyaik HIV/Aids tidak bisa kita kesulitan disini. “Inikan belum ada Perdanya untuk mengusir mereka serba salah, pernah diusir namun mereka kembali lagi, dan kita juga tidak bisa jamin dengan para PSK kita usir tidak menjamin bahwa HIV/Aids itu tidak akan ada di Asmat,” tandasnya

Sedangkan Infeksi Menular Seksual(IMS) memang banyak ditemukan, namun data pastinya saya kurang tahu betul karena kita KPAD hanya mengkoordinasikan data ini dimilik oleh Puskesmas Agats atau rumah sakit persiapan tipe D. Dirinya menjelaskan dari penyuluhan yang dilakukan beberapa waktu untuk para PSK terungkap bahwa para PSK ini untuk mendapatkan kondom susah selain susah harganya mahal.

Untuk itu KPAD dalam penyusunan anggaran akan mengkoordinasika dengan instansi terkait seperti capil, Dinas Kesehatan, RSUD , KPAD Provinsi nantinya siapa yang mendistribusikan kondom. “Jujur Saja selama ini memang kita ada kondom di KPAD tapi terbatas, untuk itu kedepan kita harus koodinasi kalau memang pengadaan kondom ini KPAD kita siap,” tandasnya.

Karena dengan cara seperti ini pihaknya bisa mencegah HIV/Aids, karena pemahaman masyarakat tentang kondom masih kurang untuk itu diminta agar masyarakat memahami bahwa kondom ini bukan hal yang tabuh tetapi mari kita melihat fungsinya yang bermanfaat untuk melindungi diri.[cr-57]

Ditulis oleh Cr-57/Papos  
Sabtu, 12 Juni 2010 00:00

13 IRT Pengidap HIV/ AIDS Shok Berat

MERAUKE [PAPOS]-Berdasarkan data dari Komisi Penaggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Merauke, sebanyak 13 ibu rumah tangga (IRT) yang positif mengidap penyakit HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, lima diaantaranya sedang dalam keadaan hamil. Jumlah para penderita itu, terhitung dari Januari-Maret 2010. Meskipun saat ini mereka masih tinggal bersama suami dan anak-anak, namun sedang dalam keadaan shok berat lantaran tidak menduga akan menerima kenyataan hidup demikian.

Salah seorang staf KPAD Kabupaten Merauke, Pdt. Stef Labwoer yang ditemui Papua Pos di ruang kerjanya, Senin (7/6) mengungkapkan, jumlah tersebut, umumnya tinggal di Kota Merauke, tetapi ada satu dan dua yang berada di distrik dan kampung. “Kami mengetahui keberadaan dari para penderita, tetapi tidak mungkin haraus menyebutkan nama dan alamat tempat tinggal mereka. Karena itu merupakan rahasia dan tidak boleh diketahui oleh siapapun. Hal tersebut bertujuan agar mereka tetap bergaul sebagaimana biasa dengan masyarakat lain di lingkungan sekitar,” ungkap Stef.

Stef mengakui jika 13 IRT yang mengidap penyakit HIV/AIDS, sampai sekarang belum diketahui oleh suami mereka meskipun tinggal serumah. Mereka pun masih sungkan untuk menyampaikan kepada suami masing-masing tentang kondisi kesehatan yang sedang dihadapi sekarang. KPAD, katanya, memiliki program konselling buka status. Artinya, suatu waktu, para penderita didampingi petugas, akan menyampaikan secara transparan akan penyakit yang tengah dihadapi sekarang. “Memang membutuhkan waktu yang panjang untuk istri menyampaikan kondisi yang sebenarnya. Kita harus akui juga jika ketika sang istri membuka mulut, suami tentunya akan kaget dan tidak percaya. Tetapi itulah fakta dan kondisi riil yang harus diterima,” katanya.

Ditanya bagaimana jika suami meminta untuk dilayani, Stef mengungkapkan, pihaknya telah mengingatkan para IRT agar selalu menggunakan kondom. Hal itu bermaksud agar sang suami tidak tertular penyakit mematikan tersebut. Terkadang juga isteri menolak untuk melayani dengan alasan kondisi kurang fit atau sedang sakit. “Ya, memang itu salah satu cara yang dilakukan agar suami tidak ikut tertular. Sekali lagi saya katakan bahwa suatu waktu akan disampaikan secara terbuka. Kita tidak bisa serta merta langsung meminta penderita untuk membuka mulut ke suami. Semua butuh waktu dan melihat kondisi yang ada,” tandasnya.

Saat ini, jelas Stef, para penderita tetap melakukan pemeriksaan secara rutin di sejumlah VCT yang tersebar di Kota Merauke. Khusus lima IRT yang sedang dalam keadaan hamil dan tidak lama akan melahirkan, telah diingatkan agar selalu menjaga bayi dalam kandungan dan memeriksakan kesehatan secara kontinyu. Karena dengan pemeriksaan rutin dan obat-obatan yang diberikan untuk dikonsumsi, otomatis bayi dalam kandungan akan selamat dan tidak tertular penyakit HIV/AIDS. “Ya, kuncinya adalah ibu dari bayi sendiri yang harus kontrol rutin ke beberapa tempat dimaksud. Saya menjami bayi akan lahir selamat dan tidak mengidap penyakit,” kata dia. [frans]

Ditulis oleh Frans/Papos  
Selasa, 08 Juni 2010 00:00

Penderita AIDS Terbanyak Ibu Rumah Tangga

Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura, Papua, pada akhir 2009 didominasi Ibu Rumah Tangga (IRT) Sekertaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Jayapura Purnomo, SE, di Sentani, Sabtu [20/3].

JUMLAH IRT yang terkena penyakit HIV/AIDS sampai pada akhir Desember 2009 mencapai 109 kasus, dibandingkan Pekerja Seks Komersial (PSK).”Sekarang IRT yang lebih banyak terinfeksi, dibandingkan dengan PSK yang hanya berjumlah 82 orang,” katanya.

Hal ini, lanjutnya disebabkan tertular dari suami yang sering berhubungan seks bebas dengan perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS. Ia mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura sampai pada akhir 2009 mencapai 423 kasus, yang tersebar di 14 distrik.

Menurutnya, penderita HIV/AIDS sekarang, tidak hanya dialami orang yang bermukin di perkotaan, tetapi juga masyarakat di daerah pedalaman, terbukti dari semua distrik yang ada rata-rata terdapat penderita penyakit yang mematikan itu.

“Kasus HIV/AIDS diibaratkan seperti gunung es yang setiap saat jumlah penderitanya bisa meledak”, katanya.

Ia mengatakan, penyakit tersebut terus meningkat, maka pihaknya menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, untuk mengadakan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di setpa Puskesmas.

Alat ini perlu untuk pemeriksaan secara intensif terhadap mereka yang rentan HIV/AIDS guna meminimalisasi penularan, karena penyakit tersebut tidak mudah untuk diketahui dan disembuhkan.

Ia mengatakan, “screening” merupakan upaya pencegahan yang lebih bermanfaat agar virus HIV/AIDS di Jayapura tidak meluas. Selain itu, katanya, bagi yang ingin memeriksakan diri secara suka relah, tidak dibebankan biaya (gratis).

Untuk mengurangi penderita HIV/AIDS, KPA Kabupaten Jayapura terus menjalin kerjasama dengan pihak terkait guna mensosialisasikan resiko penyakit tersebut.Khusus kepada IRT, dia mengatakan harus memeriksakan diri setiap bulan, apalagi pada saat sedang mengandung, dan diharapkan tidak boleh merasa malu.

Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura sampai pada akhir 2009 tercatat 423 kasus, dengan rincian PSK 82 kasus, Pekerja Seks Jalanan (PSJ) 3 kasus, IRT 109 kasus, swasta 42 kasus, PNS 28 kasus, buruh/petani 40 kasus, pelajar/mahasiswa 29 kasus, TNI 8 kasus, polri 6 kasus, kalangan agama 4 kasus, lain-lain 72 kasus.[**]

Ditulis oleh Ant/Papos
Senin, 22 Maret 2010 00:00

11 PSK Positif HIV di Jayawijaya

WAMENA-Dari 44 wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terjaring dalam operasi rutin Kepolisian Resort (Polres) Jayawijaya (Minggu,14/2), setelah menjalani pemeriksaan dokter dan konselor di Poliklinik Polres Jayawijaya, 11 diantaranya reaktif atau positif HIV. Demikian diungkapkan penanggung jawab VCT RSUD Wamena, dokter Viviana Maharani kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (18/2).

Dokter Vivi sapaan akrab dokter Viviana Maharani mengungkapkan, ke 11 PSK tersebut yang melakukan pemeriksaan lanjutan baru 4 orang.

Sampai April 2009, Kasus HIV-AIDS Mencapai 382

WAMENA – Bupati Jayawijaya, Wempi Wetipo, S.sos, M.Par mengatakan, masalah HIV/AIDS telah menjadi masalah yang sangat serius di Kabupaten Jayawijaya, dimana sampai April 2009 jumlah kasusnya mencapai 382 kasus, bahkan Jayawijaya menduduki peringkat tertinggi dalam peningkatan jumlah kasus dari tahun ke tahun.

Hal itu seperti diungkapkan bupati dalam sambutannya yang dibacakan Asisten II Setda Jayawijaya, Gad Tabuni dalam acara Pembukaan Peringatan AIDS Candlelight Memorial ke-26 di Gedung Sosial Katolik Wamena, Senin (18/5).

Dikatakan, setiap hari Minggu ketiga bulan Mei selalu diperingati sebagai AIDS Candlelight Memorial. Even ini, jelas Bupati Wempi, awalnya ditujukan untuk memperingati korban-korban yang telah jatuh akibat HIV-AIDS namun dalam perkembangannya kedepan AIDS Candlelight Memorial berkembang menjadi tidak hanya sekedar peringatan dan renungan belaka, melainkan telah menjadi media advokasi yang sangat baik dalam penyebarluasan informasi mengenai HIV-AIDS.

Menurutnya, AIDS Candlelight Memorial tahun ini adalah yang ke-26 kali diselenggarakan di seluruh dunia, dengan demikian sebagai lembaga atau instansi yang bergerak dalam program HIV-AIDS haruslah memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat karena dengan informasi bisa dicegah penyebaran HIV-AIDS yang semakin luas di Jayawijaya agar dapat memutus mata rantai penularannya.

Lebih lanjut diungkapkan, beberapa kegiatan yang dilakukan menyambut AIDS Candlelight memorial adalah mengadakan festifal band, lomba poster dan pameran foto.
Lewat acara tersebut kreatifitas anak-anak muda Wamena ditantang sekaligus juga dengan kepedulian mereka terhadap HIV-AIDS.

“Jika anak-anak muda sudah terinfeksi, tidak bisa menjaga pergaulan dan tidak bisa memahami dengan baik informasi tentang HIV-AIDS maka sia-sialah pembangunan karena SDM-nya menjadi lemah bahkan bisa-bisa menjadi habis karena kurangnya pengetahuan,” ujarnya.

Sekadar diketahui, pada kegiatan tersebut, seorang ODHA juga menyampaikan kesaksiannya tentang awalnya dia terinfeksi virus HIV dan apa saja yang terjadi dengan dirinya setelah terkena virus tersebut, dengan maksud untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak muda khususnya tentang bahaya HIV-AIDS yang belum ada obatnya tersebut. (nal)

Januari, Ditemukan 8 Kasus HIV/AIDS

MERAUKE- Penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Merauke tampaknya terus meningkat. Buktinya sepanjang Januari lalu, telah berhasil ditemukan 8 warga yang dinyatakan positif terinfeksi HIV/AIDS. ”Memang benar, selama Januari itu telah ditemukan 8 yang positif HIV/AIDS, “kata Kepala Pusat Kegiatan Reproduksi (PKR) RSUD Merauke dr Selvia Ingie, ketika ditemui Cenderawasih Pos, di ruang kerjanya, Rabu (4/2).

Menurutnya, 8 yang positif terinfeksi tersebut ditemukan dari 189 warga yang melalui test pemeriksaan darah dari seluruh pusat-pusat VCT yang ada di Kabupaten Merauke baik 2 rumah sakit ( RSUD dan Bunda Pengharapan) Merauke maupun Puskesmas yang ada.

Dari 8 yang positif itu juga, tercatat 2 diantaranya merupakan pekerja seks komersial sedangkan 6 lainnya dari umum. Saat itu, dr Silvia Ingie enggan memberikan data tersebut dengan alasan bukan wewenangnya. ”Kami di sini hanya merekap hasil itu dari seluruh pusat VCT kemudian kami laporkan ke dinas. Dinas yang berwenang memberikan keterangan ini dan laporannya itu disampaikan pertriwulanan,”katanya memberi alasan.

Menyinggung keberadaan KPR selama ini, Silvia mengaku rata-rata dikunjungi sekitar 200 orang setiap bulannya baik untuk konseling, pemeriksaan darah (test HIV/AIDS maupun IMS (Infeksi Menular Seksual). ”Ada yang datang dengan kesadaran sendiri melalui informasi yang diperoleh dan ada pula karena memang rujukan,”katanya.

Dari pantauan Cenderawasih Pos selama ini yang terbanyak mengunjungi KPR adalah mereka yang bekerja di tempat-tempat hiburan, seperti, lokalisasi, bar, diskotik atau tempat pijat.(ulo)

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny