Kerusuhan Manokwari di Hari Lahir GKI Di Tanah Papua

Kerusuhan di Manokwari pada 26 Oktober 2016 (Foto: Ist)
Kerusuhan di Manokwari pada 26 Oktober 2016 (Foto: Ist)

MANOKWARI, SATUHARAPAN.COM – Suasana di Manokwari sampai siang hari dilaporkan masih mencekam, kendati pihak Kepolisian telah berhasil mengendalikan situasi pasca aksi massa berdarah kemarin (26/10).

Dalam aksi massa itu seorang meninggal, sejumlah orang terluka, termasuk Danramil. Pos polisi rusak, enam sepeda motor terbakar dan ada upaya massa untuk membakar sejumlah kantor, termasuk kantor BRI Manokwari.

Kronologi peristiwa berdarah itu masih belum jelas akibat adanya berbagai versi. Satuharapan.com mendapatkan sejumlah data yang masih memerlukan verifikasi.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 26 Oktober yang adalah hari libur resmi di Tanah Papua, termasuk di Manokwari. Hari itu diperingati sebagai hari lahirnya Gereja Kristen Injili (GKI) Di Tanah Papua 60 tahun silam (26 Oktober 1956).

Namun, kata Yan Christian Warinussy, direktur LP3BH Manokwari, hari bersejarah ini dinodai oleh peristiwa yang menyedihkan. Awalnya adalah ketika seorang anak muda bermarga Pauspaus asal Fakfak mengalami tindakan kekerasan. Ia ditikam dengan pisau oleh dua orang pelaku yang diduga berasal dari Sulawesi Selatan (Bugis Makassar) di seputaran kawasan Sanggeng-Manokwari.

Akibatnya, sejumlah kerabat dan teman dari korban tidak terima dan melakukan pemalangan jalan Yos Sudarso dengan cara membakar ban serta melakukan tindakan hendak mencari sang pelaku penusukan/penikaman tadi.

Aparat kepolisian dari Polres Manokwari yang didukung oleh Brimob Polda Papua Barat dan personel polisi Polda Papua Barat, dipimpin langsung Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol.Royke Lumowa, langsung turun mengamankan situasi.

Tapi, menurut Yan Christian, berdasarkan informasi dari warga sipil di kawasan Sanggeng, aparat polisi kemudian melakukan tindakan menembak secara membabi-buta, hingga mengakibatkan jatuh korban di pihak warga sipil Sanggeng.

Menurut informasi warga yang belum diverifikasi, terdapat 7 (tujuh) korban luka tembak senjata api, salah satunya Ones Rumayom (45) yang kemudian meninggal. Selebihnya, Erik Inggabouw (18) tahun dan 5 (lima) orang lain yang masih diidentifikasi identitasnya. Mereka berenam saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr.Ashari – Biryosi, Manokwari-Papua Barat.

Tadi malam sejak pukul 20:30 WIT hingga tadi pagi jam 06:25, menurut Yah Christian, masih terdengar bunyi letusan senjata api di kawasan Sanggeng hingga ke Swafen dekat Kantor Pengadilan Negeri Manokwari dan Mapolda Papua Barat.

Menurut dia, ada juga informasi bahwa semalam terjadi gerakan penyerangan dari warga sipil asal Bugis Makassar dari Kampung Makassar di Wosi ke Sanggeng, sehingga sempat terjadi ketegangan hingga pagi hari.

“Sampai tadi pagi sekitar jam 08:50 wit, ketika saya melakukan perjalanan dari rumah saya di Swafen menuju kantor LP3BH di Fanindi Bengkel Tan, di sepanjang jalan H.Soejarwo Condronegoro, SH dari Swafen-Reremi suasana aman. Tapi di jalan Yos Sudarso tepat di jembatan Sahara ada bekas pembakaran ban mobil dan juga di Jalan Gunung Salju di pertigaan samping Hotel Triton ada bekas pembakar ban mobil dan masih ada palang serta puing-puing sisa pembakaran yang belum jelas dan ada kepulan asap kecil,”

kata Yan Christian kepada satuharapan.com.

Dilaporkan pula bahwa SMP Negeri 3 Manokwari tutup, juga Hadi Supermarket, pintunya terbuka sedikit saja dan toko serta kios sepanjang jalan Gunung Salju terlihat tutup dan jalan lengang.

Meninggal Bukan karena Tembakan

Sementara itu keterangan pihak Kepolisian Papua Barat mengatakan bahwa berita yang beredar yang mengatakan korban penikaman ususnya terurai, tidak benar. Luka yang benar adalah di punggung. Saat ini korban masih dirawat di RS AL Manokwari.

Menurut polisi, peristiwa bermula dari korban, Vijay Pauspaus, makan di warung kaki lima. Ia dikatakan membuat kekacauan dengan tidak membayar dan merusak warung.

Pada perkembangannya ada kesanggupan dari korban untuk membayar tetapi sudah terlanjur terjadi kesalahpahaman.

Warga sekitar warung menegurnya tetapi tidak digubris. Akhirnya terjadi perkelahian yang mengakibatkan luka tusuk pada korban. Pelaku diduga pemuda pendatang yang saat ini sedang dikejar oleh petugas.

Warga Sanggeng yang merupakan daerah asal korban, marah mendengar kejadian itu lalu melakukan penyerangan terhadap polisi/patroli rayon. Pos dirusak, enam sepeda motor dibakar. Massa pun dilaporkan mencoba membakar kantor BRI dan bangunan di sekitarnya.

Danramil Kota terkena bacok di kepala hingga 10 jahitan.

Menurut keterangan pihak kepolisian, petugas patroli rayon berusaha membubarkan massa dengan tembakan ke udara, dan akhirnya diarahkan ke bagian kaki. Dua orang terkena peluru karet di paha dan dua orang luka karena terjatuh akibat kejaran petugas.

Belakangan diketahui satu korban terkena tembakan di paha atas nama Oni Rumayom. Tetapi menurut dokter RS AL, sebagaimana dikutip oleh polisi, korban meninggal bukan karena luka tembak. Sebab di luka tembak tersebut tidak ada pendarahan yang hebat.

Untuk memastikan penyebab kematiannya siang ini atau besok pagi akan dilakukan otopsi. Dokter forensik masih harus didatangkan dari Makassar.

Sedangkan keadaan luka yang dialami Vijay Pauspaus dinilai tidak kronis seperti yang diberitakan.

“Tadi malam saya nengok dan ke RS korban masih bisa bercakap-cakap dengan saya,” kata Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol.Royke Lumowa.

“Saat ini situasi kota Manokwari terkendali,” kata Kapolda.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah menginstruksikan jajarannya untuk mencari pelaku penembakan. Dipastikan Tito pelaku penembakan akan diproses jika terbukti melakukan pelanggaran hukum.

“Tentunya, termasuk proses penembakan tersebut oleh siapa, sesuai prosedur atau tidak. Kalau ada pelanggaran hukum kita akan proses, kalau ada penegakan disiplin kita akan tegakan, kalau dia melakukan pembelaan diri kan lain lagi,” kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (27/10).

Editor : Eben E. Siadari

Residivis Ditembak Mati, Manokwari Rusuh

JAYAPURA [PAPOS] – Timotius AP, seorang residivis lapas Manokwari ditembak mati oleh polisi. Ia merupakan terpidana kasus pencurian dengan kekerasan dan pemerkosaan. Akibat penembakan tersebut, Manokwari bergejolak dan kerusuhan pun pecah, Rabu (5/12). Dua pos polisi dibakar, warung dan toko dijarah.

Kronologis kejadian sesuai informasi yang diperoleh Papua Pos, Selasa (4/12) sehari sebelum kerusuhan, anggota Polsek Kota Manokwari memperoleh info bahwa DPO terpidana bernama Timotius AP sedang berada di rumah mertuanya di Jalan Baru Manokwari. Ketika hendak ditangkap Timotius A,P melarikan diri dengan motor Yamaha Mio sehingga petugas mengejar hingga ke Pantai Maripi.

Saat itu, ada barang terpidana jatuh dan dia berhenti hendak mengambil barang itu. Melihat Timotius yang sedang mengambil barang yang jatuh, tidak disia-siakan oleh petugas yang langsung memberi peringatan dengan kata-kata agar ia menyerahkan diri.

Bukannya menyerah, Timotius justru mengarahkan pistol rakitan yang dibawanya kepada petugas. Karena merasa terancam, terpaksa petugas melepaskan tembakan dengan maksud untuk melumpuhkannya dan mengenai pinggang.

Setelah roboh, petugas memeriksa keadaannya dan langsung dilarikan ke RS AL guna mendapatkan pertolongan dan perawatan intensif. Namun sekitar pukul 18.00 Wit, DPO terpidana itu dinyatakan tidak tertolong jiwanya oleh petugas medis yang menanganinya.

Kabid Humas Polda Papua, AKBP I Gede Sumerta Jaya, yang dikonfirmasi wartawan, Rabu (5/12) mengemukakan, akibat dari kejadian itu sekitar pukul 10.30 Wit massa mengarak jenasahnya ke Mapolres. Namun dalam perjalanan massa disekat oleh pasukan Dalmas sehingga massa anarkis dan merusak warung-warung di sekitar Pelabuhan Manokwari yang sempat memacetkan arus lalu lintas.

Katanya, massa juga melakukan aksi anarkhis dengan memalang Jalan Yos Sudarso Sanggeng sehingga aktifitas lalulintas pun terhenti. Selain memalang jalan, massa juga melakukan pembakaran ban. Massa juga membakar Pos Polisi Sanggeng dan Pospol Lantas Manokwari Kota karena tidak terima Timotius ditembak mati.

Massa yang rusuh menuju Polres Manokwari sambil mengarak peti jenasah residivis DPO itu, berhasil dipecah oleh tim gabungan TNI/Polri. “Massa berhasil dipecah oleh bantuan Brimob dan TNI sehingga jenasah dibawa kembali pulang ke rumahnya,” ujar I Gede.

Dijelaskan I Gede, Timotius AP adalah penjahat yang terkenal dengan beberapa rentetan kejahatan dan sangat licin seperti belut karena berkali-kali ditahan, berkali-kali pula bisa lari dari Lapas di Kampung Ambon Manokwari itu.

Pada tahun 2012, katanya, Timotius melakukan tiga tindak pidana antara lain kasus pencurian dengan kekerasan dua kali dan divonis 9 dan 6 tahun. Di tahun yang sama dia melakukan tindak pidana pemerkosaan dan divonis 3 tahun.

Di samping itu, masih ada 7 laporan polisi terkait kasus yang dilakukannya yaitu pencurian dengan kekerasan, pencurian berat, penganiayaan dan pengeroyokan. Selain itu dia berkali-kali kabur dari lapas Manokwari.

“Yang pertama pada pertengahan Juli 2012 dan berhasil ditangkap oleh petugas Polres pada tanggal 13 September 2012. Dia kembali kabur pada tanggal 16 September 2012,” katanya.

Namun setelah insiden rusuh itu, lanjutnya, situasi Kota Manokwari berangsur pulih dan normal kembali. Para tokoh adat dan tokoh agama ikut membantu pemulihan situasi di Manokwari. Kapolda Papua pun turun ke Manokwari untuk ikut membantu pemulihan situasi, serta berkoordinasi dengan para tokoh agama, adat dan masyarakat.

“Situasi Kota Manokwari berangsur karena campur tangan tokoh adat dan tokoh agama yang ada di sana,” kata I Gede. [tom]

Terakhir diperbarui pada Kamis, 06 Desember 2012 00:02

Rabu, 05 Desember 2012 23:12m Ditulis oleh Tom/Papos

ILAGA RUSUH, 17 TEWAS

JAYAPURA-Kerusuhan antar warga terjadi di Ilaga Kabupaten Puncak,Papua, Minggu31 Juli, sekitar pukul 07.00 WIT. Akibat kerusuhan itu17 orang tewas dan puluhan lainnyaluka-luka.

Juru Bicara Polda Papua, Kombes Wachyono ketika dikonfirmasi mengatakan, selain 17 orang tewas dan puluhan lainnya luka, sejumlah rumah dan kendaraan warga hangus dibakar. “ Tempat kerusuhan disekitarkantor DPRD setempat, hingga perumahan warga, satu unit mobil dinas DPRD Puncak,” jelasnya.

Menurut Wachyono, pihaknya belum mengetahui secara detail pemicu terjadinya bentrok massal itu. “Kami masih menyelidiki penyebab kerusuhan antar dua warga bermarga berbeda, yang menyebabkan belasanorang tewas,” terangnya.

Lanjut Wachyono, pihaknya juga masih kesulitan mendapat perkembangan terakhir terutama kondisi Ilaga. Karena akses ke sana sangat sulit dan hanya dengan pesawat itupun jika cuaca memungkinkan. “Hubungan kesana hanya dengan telepon satelit, sedangkan kami mendapat laporan dari sana melalui SSB. Akses kesana juga hanya bisa dengan pesawat,” paparnya.

Namun, dari informasi awal yang diterima, sambungnya, kerusuhan antara warga pendukung Elvis Tabuni Ketua DPRD kabupaten Puncak dengan pendukung Simon Alom, mantan karetaker Bupati Kabupaten yang baru di mekarkan itu. “Akibat kerusuhan itu Kelompok Elvis Tabuni tewas 13 orang, sedangkan pengikut Simon Alom 4 orang tewas,” ungkapnya.

Wachyono mengatakan, pihaknya belum mendapat laporan mengenai kronologis kejadian, baru sebatas hanya jumlah korban yang tewas.

Sementara dari informasi yang berhasil dihimpun, kerusuhan itu dipicu proses Pemilukada kabupaten Puncak yang saat ini sedang berlangsung. Elvis Tabuni dan Simon Alom ikut dalam proses tersebut.

Sementara Kepala Bappeda Kabupaten Puncak, Wellem Wandik ketika dikonfirmasi, membenarkan adanya kerusuhan massal di Ilaga.”Saya sedang di Jayapura tapi dari informasi yang saya peroleh memang ada kerusuhan, tapi detailnya, silahkan tanya Bupati atau Polda Papua,” tukasnya melalui telepon selelurnya.

Sementara penjabat Bupati Puncak Recky Ambrauw saat ini masih menjalani proses hukum, karena diduga memalsukan dokumen SK pengangkatakan dirinya sebagai penjabat Bupati Puncak. (jir/don/l03)

Senin, 01 Agustus 2011 00:17

Polri-TNI Bentrok di Karubaga

Mayjend TNI A. Y Nasution dan Irjen Pol Bagus EdodantoJAYAPURA (PAPOS) –Pratu Rustam anggota TNI dari Satgas 756 Pos Karubaka, mengalami luka-luka di bagian perut dan langsung jatuh pingsan di TKP, akibat dikeroyok oleh sejumlah anggota Polri di depan pos jaga masuk Mapolres Tolikara, Selasa (28/4) sekitar pukul 10.15 WIT kemarin.

Insiden pengeroyokan anggota TNI itu buntut dari peristiwa pada Senin (27/4) malam sekitar pukul 24.30 WIT, dimana sepeda motor salah satu anggota Polri yang berboncengan bersama salah seorang anggota Sat PP Pemerintah Kabupaten Tolikara, dihentikan oleh anggota regu jaga malam Satgas 756 Pos Karubaka.

Setelah mendapat pertolongan pertama di pos jaga Mapolres Mimika, Pratu Rustam kemudian dilarikan ke RSUD Tolikara, namun karena peralatan RSUD Tolikara tidak memadai, akhirnya korban dibawa ke RSUD Wamena dengan menggunakan jalan darat, dan saat ini masih dirawat di RSUD Wamena.

Malam sebelumnya, (Senin malam, red) anggota Satgas 756 Pos Karubaga yang tengah jaga malam, Senin (28/4) malam, sekitar pukul 24.30 WIT menghetikan laju kendaraan orang mabuk yang kebetulan dikendarai anggota Polri dan Sat PP saat melitas berboncengan dengan sepeda motor di depan pos jaga Satgas 756 Karubaka.

setelah petugas Pos jaga mengetahui bahwa kedua orang tesebut dalam keadaan mabuk, kemudian anggota Pos menanyakan, namun anggota jaga pos justru mendapat jawaban menantang. Karena keduanya dalam keadaan kondisi mabuk lalu kedua orang tersebut mengamuk.

Akhirnya, anggota pos langsung memukul kedua orang tersebut. Kedua orang mabuk tersebut mengaku bahwa mereka dari anggota Polres Jayawijaya dan anggota Polisi PP (Pamong Praja), akhirnya baik keduanya maupun petugas pos jaga saling meminta maaf.

Paginya Kapolres Tolikara sempat mendatangi pos jaga Satgas 756 Karubaga untuk mengklarifikasikan kejadian semalam. Kedua belah pihak pada waktu itu saling minta maaf, bahkan Kapolres mengatakan bahwa masalah ini sampai disini saja. “Jangan masalah ini Besar-besarkan,”ujarnya.

Karena sudah ada perdamaian Pratu Rustam pergi berjalan tanpa pakaian dinas ke luar pos, tetapi setibanya di depan pos jaga Mapolres dirinya justru dikeroyok. Ketika dikonfirmasi wartawan, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI A.Y Nasution, usai peragaan Tekhnologi dan UKM Papua di GOR Cenderawasih mengatakan, insiden di Tolikara sudah diselesaikan secara baik.

“Itu hanya perselisihan biasa saja, dan sudah damai serta tidak ada korban jiwa,”kata Pandang kepada wartawan.

Ditempat yang sama Kapolda Papua Irjen Pol FX Bagus Ekodanto juga mengatakan hal yang sama, bahwa kejadian itu cuman hanya salah paham. Menurutnya, perselisihan tersebut awalnya dipicu karena mabuk, namun kini sudah diamankan.

POLISI TEMBAK WARGA SIPIL

Sementara itu, di kota Timika, seorang warga sipil Cauiruddin (21) ditembak oknum Polisi berpangkat Briptu Edward Kawab (25), sekitar pukul 24.00 WIT pada hari Minggu (26/4) lalu. Nyawa warga jalan Ahmad Yani itu tak tertolong, setelah diterjang dua peluru pistol Revolver milik pelaku anggota Polres Mimika di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Kota Timika.

Data A1 yang berhasil dihimpun Papua Pos menyebutkan, kronologis penembakan itu berawal ketika pelaku dan korban berada di KM 10 Kota Timika. Keduanya saat itu asik menegak Minuman Keras (Miras) sambil bercanda. Dalam kondisi mabuk berat korban mengambil tas milik pelaku.

Tak selang beberapa lama kemudian pelaku berhasil merebut tasnya kembali lantas menyeluarkan pistol yang ada dalam tas dan menembakan kepada korban.Tembakan peratama mengenai bagian lengan kanan tembus ke telapak tangan kiri korban. Tembakan kedua, tembus dada bagian kanan, lalu korban jatuh.

Sesaat berikutnya satuan P3D tiba di TKP langsung mengamankan pelaku di Polre Timika. Selanjutnya korban dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Namun setelah tiba di rumah sakit korban tidak tertolong hingga meninggal dunia di rumah sakit Mitra Masyarakat Timika.

Ketika di lonfirmasi ke PLT Kabid Humas Polda Papua Nurhabri membenarkan atas kejadian tersebut. Menurutnya, anggota Polri Mimika itu telah menembak teman masyatakatnya hingga korban meninggal pada saat di bawa ke Rumah sakit Mitra Masyarakat.

“Korban telah dievakuasi ke tempat asalnya di daerah bugis,”katanya di Mapolda, Selasa (28/4) kemarin.

Namun untuk sementara pelaku telah diamankan Di Polres Mimika dan petugas P3D Polres Timika mengamankan barang bukti yang dibawa pelaku yakni, 1 PCK Senpi Sejenis Revolver dengan No seri AUN 8835, 3 Butir peluru yang masih utuh dan 2 butir selongsong Peluru.
Selain itu, Nurhabri mengatakan pelaku tetap ditahan dan akan dikenakan hukuman.”Bapak Kapolda telah menegaskan bahwa bila ada anggota yang terlibat mabuk akan tahan di sel dan apabila terbukti tindak pidana tidak segan-segan untuk di pecat,” ujarnya.(cr-50)

Ditulis oleh Cr-50/Papos
Rabu, 29 April 2009 00:00

Kapolda Tinjau Kerusuhan Timika

AKSI : Warga long march Selasa lalu di kota Timika buntut dari kasus penembakan warga masyarakat oleh oknum polisi
AKSI : Warga long march Selasa lalu di kota Timika buntut dari kasus penembakan warga masyarakat oleh oknum polisi

TIMIKA (PAPOS) -Untuk memastikan kondisi terakhir situasi kota Timika pasca tertembaknya Simon Fader dan penyerangan Mapolsek Mimika Baru, Kapolda Papua Irjen Polisi FX Bagus Ekodanto, Rabu 28/1 kemarin, tiba di Timika.

Kapolda Papua dating di Timika bersama Tim Laboratorium Forensik dari Makassar, melakukan pertemuan dengan jajaran Kepolisian Mimika untuk mendengar secara langsung kasus yang terjadi di Mapolsek Mimika Baru.
Kegadiran Kapolda yang didampingi Direskrim Polda Papua Kombes Paulus Waterpauw yang sudah di tiba Timika sehari sebelumnya, selain mendapat laporan juga melihat barang bukti yang disita Polisi dari massa yang menyerang Mapolsek Mimika Baru, Selasa 27/1 sore.

Kapolda Bagus Ekodanto saat memberikan keterangan pers di Mapolsek Mimika Baru Rabu (28/1), mengatakan bahwa kasus yang terjadi di Timika ada dua kasus. Menurut Ekodanto, kasus pertama adalah soal tertembaknya salah satu warga atas nama Simon Fader oleh aparat Kepolisian dan kasus tindakan anarkis warga saat mengantar jenasah ke rumah duka.

Kata Kapolda, untuk kasus bentrok aparat dengan warga di Kampung Kodok Minggu (25/1), terjadi ketika aparat dari Polsek Mimika Baru melakukan tindakan Polisinil, yaitu tugas untuk menghimpun data, menyelidiki kasus yang bertujuan melakukan proses penyelesaian terkait kasus keributan dengan warga di depan Bar Discotik.

Namun karena aparat terancam saat tiba di lokasi dan mendapat perlawanan, sehingga aparat menlpaskan tembakan peringatan. Dan dari beberapa tembakan peringatan tersebut, ada serpihan peluru yang mengenai salah satu warga.

“Karena peluru serpihan proyektil yang mengenai warga, berarti tembakan tersebut sifatnya tidak langsung diarahkan ke warga,” tegas Kapolda Ekodanto.

lanjut Kapolda, kasus penembakan tersebut juga terus diselidiki dan memintai keterangan dari beberapa saksi, termasuk serpihan proyektil dan senjata yang diduga digunakan aparat pada saat kejadian akan diuji balistik serta serpihan proyektil oleh Tim Laboratorium Forensik (Labfor) dari Makassar.

Penyelidikan oleh tim Labfor tersebut akan dikembangkan dan memastikan senjata serta pelaku penembakan.“Kalaupun terbukti ada anggota dalam melaksakan tugasnya salah prosedur maka akan diproses sesuai hukum dan akan menindak anggotanya,” ungkap Kapolda.

Terkait kasus tertembaknya Simon Fader, terang Kapolda pihak penyidik sudah memeriksa 8 anggota Polisi serta 1 warga masyarakat. Sementara Kapolres Mimika AKBP Godhelp C Mansnembra saat diminta Kapolda menjelaskan awal terjadinya bentrok mengatakan, kasus awal yang terjadi di Bar Queen adalah saat warga dan dua anggota Polisi usai ke luar dari Discotik tersebut.

“Sampai saat ini tim penyidik masih mendalami penyebab terjadinya keributan di depan Discotik,”jelasnya.

Sementara dari bentrok aparat dengan warga, Selasa (27/1) lalu, di Timika dua warga tertembak. Dua warga yang terkena timah panas itu, Raymond Wetubun (28) dan Kace Rahangmetan (35), saat ini dirawat di RSUD Timika.

Kapolda Papua Irjen Polisi Bagus Ekodanto ketika dikonfirmasikan wartawan di Mapolsek Mimika Baru, Rabu 28/1 kemarin, mengatakan dua warga tersebut terkena tembakan dibagian pantat dan paha.

Dua warga yang termasuk dalam kelompok massa yang mencoba menyerang dan menembusi barikade Brimob di Mapolsek Mimika Baru, Selasa (27/1) sore, datang dengan membawa senjata tajam terpaksa berhadapan dengan aparat yang terus mempertahankan Mapolsek dari serangan warga.

“Massa yang datang dan menyerang Mapolsek sudah diberikan peringatan sesuai prosedur berupa himbauan dan tembakan peringatan, namun karena massa tetap bergerak maka, aparat melumpuhkan massa dengan mengeluarkan tembakan,” tegas Kapolda.

Kata Kapolda, sebelum terjadinya bentrok beberapa tokoh masyarakat telah bertemu dengan Kapolres dan Dirreskrim Polda Papua Kombes Polisi Paulus Waterpauw agar warga tidak membuat aksi, namun bentrok aparat dengan massa di sekitar Mapolsek Mimika Baru, akhirnya pecah.

Aparat menemukan dan mengamankan barang bukti yang dibawah warga. Barang-barang bukti yang saat ini diamankan adalah berupa busur, panah, parang, tombak, 9 buah bom molotov, badik dan sangkur.

Sehingga tegas Kapolda, massa datang bermaksud anarkis, selain menyerang Mapolsek Mimika Baru, warga juga merusak beberapa fasilitas seperti Pos Polisi dibakar, sebuah Bar Di Rusak, rambu-rambu jalan dan lampu pengatur kendaraan serta menganiaya salah satu anggota TNI dan merampas senjata api, walau beberapa jam kemudian perwakilan warga masyarakat telah mengembalikan senjata tersebut ke Mapolsek Mimika Baru.

Kapolda menegaskan, apa yang telah dilakukan warga tersebut merupakan tindakan anarkis, dimana tindakan tersebut jelas melanggar Undang-Undang, sehingga kasus tersebut akan dikembangkan penyelidikan dan akan diproses sesuai aturan.

Dari pantauan Papua Pos dua warga yang tertembak Raymon Wetubun dan Kace Rahangmetan saat ini masih dirawat di RSUD. Untuk memastikan jenis peluru yang ditembakkan aparat kepada dua warga, tim Dokter maupun tenaga medis saat menjelaskan kepada Kapolda Ekodanto, bahwa jenis peluru yang menngenai korban berbentuk peluru proyektil (peluru tajam).

Dari beberapa keterangan yang didapat dari petugas medis di RSUD dua warga yang tertembak telah menjalani operasi dan mengangkat serpihan proyektil pada Selasa (27/1) malam.

Dua korban terlihat didampingi oleh keluarga serta kerabat dekat dan Ketua Kerukunan Keluraga Maluku Tenggara Piet Rafra. Kepada wartawan beberapa kerabat dan keluarga menyesalkan dan menyayangkan tindakan aparat yang melakukan tembakan kepada warga, dan meminta agar kasus tersebut agar dapat diproses. (husyen)

Ditulis Oleh: Husyen/Papos
Kamis, 29 Januari 2009
http://papuapos.com

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny