Tukang Ojek di Puncak Jaya Tewas Mengenaskan

JAYAPURA–MI: Seorang tukang ojek, Moganif Pulanca, 32, Jumat (26/2) pagi, sekitar pukul 09.00 WIT, ditemukan tewas mengenaskan di pinggir jalan kampung Muyukwi, Mulisa, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

Kapolres Puncak Jaya AKB Alek Korwa yang dihubungi dari Jayapura membenarkan temuan mayat yang setelah diselidiki ternyata tukang ojek. Korban meninggal akibat dikampak di rahang kiri tembus leher belakang.

Saat ditemukan sepeda motor korban nampak menindih tubuhnya. Lokasi temuan jasad korban yang terletak di sekitar kota Mulia atau tiga kilometer dari Polres Mulia, berdasarkan laporan masyarakat yang menemukan sesosok mayat di pinggir jalan.

Setelah diselidiki ternyata korban adalah Moganif yang berprofesi sebagai tukang ojek. Jenazah korban saat ini sudah dievakuasi ke Jayapura dengan menggunakan pesawat Susi Air.

Ketika ditanya apakah sudah ada yang dimintai keterangan, Alek mengakui belum ada yang dimintai keterangannya. “Kami masih menggumpulkan barang bukti dan melakukan olah TKP,” jelasnya. (Ant/OL-04)

Polri Telusuri Keterkaitan OPM dalam Penembakan di Papua

Jakarta – Kepolisian belum menemukan adanya keterlibatan OPM dalam aksi penembakan sejumlah anggota Brimob di Timika, Papua. Namun dilihat dari aksi penembakan, indikasi adanya keterlibatan OPM terus ditelusuri.

“(Keterlibatan) OPM belum. Tapi indikasi ke arah sana iya,” kata Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (25/1/2010).

Edward mengatakan, dilihat dari aksi dan praktek penyerangan memang mirip dengan aksi OPM. Namun, polisi tidak mau mengambil kesimpulan terlalu cepat.

“Mereka kan sering melakukan penyerangan seperti itu. Dan dari kasus yang terungkap modus atau cara-cara seperti itu,” jelasnya.

Edward mengatakan, polri belum menambah jumlah personel atau pengerahan operasi di Timika, Papua pascapenembakan. Polri hanya akan mengerahkan kekuatan dengan melakukan pengejaran pada pelaku.

“Kita intensifkan kekuatan di sana dan lakukan pengejaran. Kita lakukan penyisiran di TKP dan tempat lain yang diduga menjadi tempat pelaku bersembuyi,” tandasnya.

Apakah ada hubungannya dengan Kelly Kwalik? “Belum tahu,” pungkasnya.

Rakyat Papua Berduka Menuntut Merdeka

TEMPO Interaktif, Timika – Kematian Kelly Kwalik menjadi duka terdalam bagi seluruh rakyat Papua. Jenazah Kelly Kwalik sudah tiba di Timika diantar Direskrim Polda Papua Kombes Petrus Wayna pada Jumat (18/12) siang.

Di hadapan sekitar 500 warga Papua, Petrus mengatakan pihaknya sudah meminta pada Kapolri untuk membawa jenazah Kelly ke Timika. "Tugas kami membawa jenazah Kelly sudah kami lakukan. Kami minta warga tidak terpancing isu-isu," kata Petrus.

Petrus juga meminta warga ada yang mau menerima jenazah secara resmi. "Jangan takut, tidak ada yang akan ditangkap," kata Petrus. Warga Amungme dan Papua memutuskan akan menerima jenazah Kelly secara kolektif, dan akan menanggung semua biaya secara kolektif.

Tokoh masyarakat Amungme, Hans Magal, mengatakan semua orang Papua sedang berduka. "Semua orang papua sedang berduka, mari kita berdoa menghormati jasad Tuan Kelly Kwalik. Hari ini hari ketiga Tuan Kelly dinyatakan meninggal," kata Hans.

Menurut Hans, tokoh-tokoh warga sudah membicarakan dengan DPRD Mimika dan Kapolres Mimika tentang siapa yang akan menerima jenazah. "Setelah diserahkan siapa rakyat Papua yang menerima, lalu mau disemayamkan dimana dan dimakamkan dimana dan kapan. Kami belum mengambil keputusan kami sepakat bersama pemimpin papua mau membicarakan kesepakatan ini," kata Hans.

Dalam pertemuan di halaman DPRD Mimika juga muncul desakan untuk merdeka dan referendum. "Kami minta DPRD dan Kapolres menyediakan dua meja di depan. Masyarakat akan pilih sendiri siapa yang mau gabung dengan NKRI, dan siapa yang mau lepas," kata tokoh warga, Douw.

Warga juga meminta pemerintah mengijinkan mengibarkan bendera Bintang Kejora di makam Kelly karena Kelly adalah tokoh kemerdekaan Papua.

Pasca Penembakan Kelly Kwalik, Polri Tetapkan 1 Tersangka Separatis

Jakarta – Kepolisian menetapkan Jeep Murip (24) sebagai tersangka terkait kasus separatisme di Papua. Dia ditangkap bersama empat orang lainnya dalam penggerebekan yang menewaskan Kelly Kwalik, pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

“Karena dia memegang peluru, dikenakan pasal UU darurat,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Kamis (17/12/2009.
Nanan menjelaskan peran Jeep adalah ajudan Kelly Kwalik. “Dia anggota Kelly Kwalik,” ujarnya.

Empat orang lain, lanjut Nanan, tidak dikenakan status tersangka. Sebab mereka hanyalah istri dan anggota keluarga Kelly Kwalik. “Karena dia keluarga, dia istri, tidak bisa dikenakan pasal apapun,” ujar Nanan.

Nanan menjelaskan, saat ini keluarga masih diamankan di Polres Timika. Mabes Polri pun tidak akan membawa keluarga Kelly ke Jakarta. “Cukup di Polda Papua,” ujarnya.

(ddt/lrn/detikNews)

Pembunuhan Kepsek dan Isterinya di Nimbokrang Sudah Ada yang Dicurigai

SENTANI- Kasus pembunuhan yang menimpa seorang Kepala Sekolah (Kepsek) bernama Wahid dan isteinya Murni, yang dilakukan seorang pria bertopeng di rumahnya, di Jalan Nimbokrang Kampung Benyom Jaya Dusun I Blok C Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura Rabu malam (14/10) sekitar pukul 23.30 WIT lalu, terus ditindaklanjuti aparat Polres Jayapura.

Untuk mengungkap kasus yang menghebohkan warga ini, aparat kepolisian masih intensif mengumpulkan data-data dan keterangan dari sejumlah saksi. Dari keterangan awal, polisi menduga, kasus pembunuhan ini dipicu karena masalah iri hati atau dendam.

Kapolres Jayapura AKBP Mathius D Fakhiri, S.IK didampingi Kasat Reskrim Abraham Marpaung, S.IK saat dikonfirmasi mengungkapkan, pihaknya sampai saat ini masih mengumpulkan keterangan beberapa saksi, dimana saksi yang sudah diperiksa sebanyak ada empat orang, termasuk anak korban yang mengetahui kejadian tersebut.

“Kita belum tahu siapa pelaku pembunuhan ini. Makanya untuk mengungkapkan kasus ini, kita baru mendalami keterangan saksi-saksi serta melakukan identifikasi terhadap sidik jari yang ada di kaca nako yang dilepas pelaku. Dari hasil sidik jari ini, nantinya bisa jadikan alat untuk pengungkapan lebih lanjut,” ujar Kapolres kepada Cenderawasih Pos, Jumat ( 16./10) kemarin.
Dikatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh, pihaknya telah mencurigai seseorang yang juga sebagai tetangga korban. Namun, untuk memastikan apakah pelakunya dia atau bukan, harus dicocokkan dengan sidik jarinya.
Setelah identifikasi sidik jari pada kaca nako itu ada hasilnya, pihaknya akan memanggil orang tersebut untuk diambil sidik jarinya. Karena berdasarkan analisa dan fakta yang ada, dugaan sementara, kasus ini bukan merupakan korban perampokan.

“Jika memang ada unsur perampokan, paling tidak ada barang-barang di dalam rumah yang ikut diambil pelaku. Namun, berdasarkan pengecekaan, semua barang-barang di rumah masih utuh. Kesimpulan sementara, kasus pembunuhan ini ada motif iri atau dendam dari pelakunya,” tandas Kapolres.

Dugaan sementara ini berdasarkan keterangan saksi yang menyatakan bahwa dua hari sebelum kejadian, pernah ada seseorang yang datang ke rumah korban. Hanya saja, saksi tidak begitu mengenali orang tersebut.

Sekadar diketahui, peristiwa tragis ini, berawal dari seorang pria yang mengunakan penutup kepala alias topeng masuk ke dalam rumah melewati kaca nako jendela kamar anaknya yang masih duduk di kelas I SMP. Setelah berhasil masuk rumah, pelaku berjalan menuju kamar korban. Di dalam kamar itulah, pelaku menghabisi nyawa korban dengan memukul kepala korban mengunakan kayu balok.

Saat pelaku itu masuk ke dalam kamar korban, anak korban sempat melihatnya, namun pelaku itu dikiranya bapaknya, sehingga anak korban itu tidur lagi.

Tidak lama kemudian, saksi bangun dan pergi ke kamar belakang untuk buang air kecil. Setelah kembali, saksi menuju ke kamar orang tuanya dan sempat melihat pelaku memukuli orang tuanya. Setelah itu, pelaku kabur melewati jendela kamar saksi. Akibat pemukulan menggunakan kayu balok itu, ibu saksi ini langsung meninggal dunia, sedangkan ayahnya masih bernafas, namun kemudian meninggal dalam perjalanan menuju RSUD Yowari Doyo Baru, Kabupaten Jayapura. (mud/fud) (scorpions)

Jenazah Erik Tiba di Wamena

WAMENA (PAPOS)- Jenazah Erik logo (23) pelaku penyerangan Polsekta Abepura, yang meninggal di RSUD Dok II Jayapura, Rabu (22/4) akibat luka tembak di bagian perut sebelah kiri oleh aparat keamanan, akhirnya tiba di bandara Wamena sekitar pukul 16.25 WIT dengan menggunakan pesawat Trigana Air pada flyht ke-3.

Dengan di jemput oleh sanak keluarga di Wamena akhirnya jenazah almarhum Erik Logo yang telah dimasukkan ke dalam peti setelah turun dari pesawat selanjutnya di bawah menuju kediaman keluarganya di jalan Pattimura Wamena dengan mengunakan ambulance milik RSUD Wamena.

Ketua Dewan Adat Papua (DAP)kabupaten Jayawijaya, Lemok Mabel,kepada wartawan menjelaskan bahwa rencana pemakaman almarhum tersebut belum dapat dipastikan karena masih menunggu pihak keluarga berembuk dulu, sehingga untuk sementara almarhum disemayamkan di rumah keluarga di jalan Pattimura Wamena,

Adapun sebelumnya almarhum Erik Logo salah satu dari puluhan warga lainnya pada Kamis (9/4) lalu yang melakukan penyerangan pada Polsek Abepura dengan menggunakan senjata tradisionil, bom molotov dan bom rakitan, sehingga hal ini membuat pihak keamanan terpaksa melepaskan tembakan peringatan ke udara, tapi akibat para penyerang saat itu semakin tidak terkendali sehingga petugsa lalu melumpuhkanya dengan tembakan.

Akibat peristiwa tersebut maka mengakibatkan satu orang penyerang meninggal di tempat kejadian, sementara 4 orang lainnya berhasil ditangkap dalam keadaan luka tembak dan salah satunya adalah almarhum Erik Logo yang langsung dilarikan ke rumah sakit dan setelah mendapat perawatan beberapa hari akhirnya meninggal dunia akibat luka tembak yang dideritanya.(iwan)

Ditulis oleh Iwan/Papos
Jumat, 24 April 2009 00:00

Dewan Adat Wilayah Baliem Lapago Mengutuk Keras

WAMENA (PAPOS)- Setelah pimpinan 14 denominasi Gereja yang tergabung dalam Persekutuan Gereja-Gereja Jayawijaya (PGGJ) yang mengutuk keras atas terjadinya pembunuhan terhadap 4 warga sipil yang dilakukan oleh orang tidak bertanggungjawab, kali ini Dewan Adat Wilayah Baliem Lapago menyatakan hal yang sama, mengutuk keras insiden yang dinilai tidak manusiawi itu.

Ketua Dewan Adat Wilayah Baliem Lapago Lemok Mabel mengatakan, atas kejadian itu Dewan Adat wilayah Baliem Jayawijaya meminta kepada pihak yang berwajib dalam hal ini Kepolisian, untuk mengungkap dan menangkap dalang dibalik peristiwa tersebut.

Sejumlah Tokoh dari Timika: Stop Kekerasan!

TIMIKA (PAPOS) -Sejumlah tokoh dari berbagai agama di Kabupaten Mimika, mendesak aparat kepolisian dan sekelompok warga Suku Kei di wilayah itu segera menghentikan pertikaian. “Tidak ada gunanya saling bertikai. Kkalau ada persoalan diselesaikan dengan bijaksana, kekerasan hanya mendatangkan penderitaan bagi banyak orang,” ujar Pastor Paul Tumayang OFM dri Keuskupan Timika, Rabu (28/1) kemarin.

Pertikaian antara polisi dengan warga Suku Kei di Timika kembali pecah pada Selasa (27/1) dipicu oleh kematian Simon Fader yang terkena pecahan proyektil peluru polisi pada Minggu (25/1)

dinihari lalu.

Simon Fader yang sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika, meninggal dunia Selasa pagi. Setelah mengetahui ada warganya yang meninggal dunia, warga Suku Kei lalu memblokir Jalan C Heatubun di sekitar Kompleks Wowor, Kelurahan Kwamki Baru dekat Polsek Mimika Baru.

Suasana semakin tegang saat ratusan orang mengarak jenazah Simon Fader dari RSUD Timika menuju kota yang berjarak sekitar lima kilometer dengan berjalan kaki.

Rencana awal, jenazah diarak ke Kantor DPRD Mimika atau ke Kantor Polsek Mimika Baru. Masa yang marah membawa senjata tajam berupa parang, tombak, dan panah membakar pos polisi di kompleks Pasar Swadaya Timika.

Tidak itu saja, rambu-rambu lalu lintas seperti traffic light di sepanjang Jalan Yos Sudarso dirusak dan dilempar dengan batu. Jalan Yos Sudarso yang menghubungkan Kwamki Baru dengan Pasar Swadaya Timika lumpuh total dan ditutup dengan kayu dan batu.

Sekitar pukul 13.30 WIT, massa yang mencapai puluhan orang bersenjatakan parang, tombak dan panah nekad menerobos barikade aparat yang bersenjatakan lengkap.

Massa berencana membakar Kantor Polsek Mimika Baru.

Usaha mereka tidak berhasil karena dihadang ratusan aparat kepolisian dari Polres Mimika dibantu Brimob Detazemen B Mimika. Kelompok massa yang lain terutama ibu-ibu bertahan di pertigaan Jalan Yos Sudarso-Jalan Cenderawasih, tepatnya di depan Gereja Katedral Tiga Raja Timika.

Polisi mengeluarkan tembakan peringatan ke udara untuk menghalau massa dalam waktu sekitar lebih dari setengah jam. Sejumlah tokoh masyarakat Kei di Timika terus berupaya menenangkan warga mereka, namun tidak digubris oleh warga.

“Kami sudah tidak bisa atasi lagi, bahkan Kepala Suku (Drs Piet Rafra) tidak mereka dengar,” tutur sejumlah tokoh Kei di Timika, diantaranya Ir Beny Renyaan, Hengky Selitubun SH dan Viktor Fakubun SAg.

Mereka berharap Uskup Timika, Mgr John Philip Saklil Pr turun tangan menenangkan warga Kei, namun Uskup Saklil dilaporkan tidak berada di Timika karena sedang bertugas ke Nabire.

Saat situasi genting tersebut, Pastor Paul Tumayang dengan mengenakan jubah imamatnya turun tangan untuk mengajak warga Kei kembali ke rumah mereka.

Namun permintaan Pastor Paul juga tidak ditanggapi.

Hingga Selasa malam, ruas Jalan Yos Sudarso ke arah Kelurahan Kwamki Baru masih ditutup total. Saat kejadian, warga Timika di sekitar kompleks Kantor DPRD, Kelurahan Kwamki Baru tampak sangat takut dengan menutup rapat pintu rumah mereka.

Suasana kacau terlihat di Jalan Cenderawasih pada Selasa siang dimana puluhan orang berlari menyelamatkan diri saat sekelompok warga Kei mengejar anggota intel dan wartawan yang hendak mengambil gambar.

Hingga Rabu pagi, suasana di sekitar Kelurahan Kwamki Baru Timika terlihat warga sekitar masih takut keluar rumah. (ant)

Ditulis Oleh: Ant/Papos
Kamis, 29 Januari 2009

Tragedi Abe Berdarah Diperingati Dengan Orasi

JAYAPURA-Puluhan massa yang tergabung dalam Solidaritas untuk Korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), Minggu (7/12) memperingati Kasus Abepura berdarah yang terjadi 7 Desember 2000,

Peringatan yang berlangsung di lingkaran Abepura yang berlangsung dari pukul 16.00 hingga 18.15 WIT, diisi dengan orasi serta penyalaan obar yang dilakukan oleh 8 orang. Dalam orasi yang dilakukan secara bergantian, pada intinya mereka menyayangkan belum adanya keadilan terhadap para korban tragedi 8 tahun yang lalu.

Sementara itu pnanggungjawab kegiatan Penehas lokbere dalam orasinya menyatakan, dalam dalam putusan sidang di Makassar (8-9) 2005, majelis hakim mengabaikan hal-hal subtansial dalam upaya penegakan keadilan dan tidak mengakomodir hak-hak korban untuk mendapatkan keadilan.

Dalam kesempatan itu massa yang tergabung dalam Solidaritas Untuk Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) menyampaikan 4 poin pernyataan sikap yaitu pertama mendesak DPRP bersama Gubernur segera membuat Perdasus tentang hak reparasi dan perlindungan bagi korban pelanggaran HAM di Tanah Papua. Kedua segera membentuk pengadilan HAM di Papua.

Ketiga mendesak pemerintah pusat untuk memberikan kewenangan penuntutan kepada perwakilan Komnas HAM di Papua dan Keempat mendesak DPRP dan MRP untuk mendorong sebuah evaluasi resmi atas kebijakan keamanan di Papua, menolak pasukan organik dan non organik serta rasionalisasi jumlah Aparat organic (TNI/Polri) di tanah Papua.

Setelah membacakan pernyatakan sikapnya, sekitar pukul 18.15 WIT, massa meninggalkan lingkaran Abepura. (cr-153).

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny