Pekerja HAM Sesalkan Tindakan Kekerasan Fisik KRP III

MANOKWARI – Direktur LP3BH Manokwari, Yan Christian Warinussy, SH, sangat menyesalkan terjadinya tindakan aksi kekerasan fisik yang terjadi dalam proses penangkapan yang dilakukan oleh aparat keamanan dari gabungan POLRI-TNI terhadap para Penjaga Tanah Papua [PETAPA] beserta beberapa unsur pimpinan dalam KRP III Kamis [19/10] di lapangan Zakheus – Abepura, Jayapura. Di dalam tayangan kamera tv swasta yang menayangkan sekilas gambarnya, nampak saudara Edison Waromi, SH [mantan tahanan politik dan Presiden Eksekutiv West Papua National Authority/WPNA] ditangkap dan digiring ke mobil baracuda milik Polresta Jayapura. Juga nampak ada gambar lain dari tv swasta tersebut yang menunjukkan betapa sangat brutalnya aparat Polisi dari Polres Jayapura yang melakukan tindakan memukul/menganiaya bahkan menendang saudara Selpius Bobii pada bagian perut, tubuh, bahkan wajahnya dan ditayangkan di tv swasta tersebut pada sepanjang siang hingga malam hari tadi. Juga digelandangnya sekitar 300 orang warga Papua yang diduga menjadi peserta dalam KRP III yang oleh Kapolresta Jayapura dinyatakan sebagai sebuah acara yang memenuhi tuduhan Makar.

Indikator Makar menurut aparat keamanan, karena para pimpinan KRP III seperti Ketua Dewan Adat [DAP] Papua Forkorus Yaboisembut dan Selpius Bobii maupun Edison Waromi telah mendirikan negara dalam negara melalui pembacaan deklarasi yang menyatakan terhitung sejak tanggal 19 Oktober 2011, Negara Federasi Papua telah berdiri dan merdeka sebagai sebuah negara baru.

Rupanya aparat keamanan di bawah pimpinan Kapolresta Jayapura AKBP Imam Setyawan, SIK memang telah berwaspada sejak acara pembukaan KRP III dimana ada pembentangan Bendera Bintang pagi atau Morning Star dalam pentas tari yang dialkoni oleh Grup Musik SAMPARI. Tapi hal ini tidak menjadi sebab hingga aparat keamanan bertindak membubarkan penyelenggaraan KRP III ini hingga usai. Hanya setelah adanya pembacaan Deklarasi Negara Federasi Papua Barat bersamaan dengan pemilihan dan pnetapan Forkorus Yaboisembut sebagai Presiden dan Edison Waromi,SH sebagai Perdana Menteri dan diikuti denagn penetapan lambang negara, mata uang, bahasa serta batas-batas negara.

Ini semua sudah cukup bagi aparat keamanan gabungan POLRI-TNI untuk mendesak masuk ke arena KRP III dengan maksud melakukan penangkapan terhadap para pimpinan dan peserta kongres tersebut Rabu kemarin. Hal itu disebabkan karena POLRI senantiasa menempatkan pasal-pasal Makar dalam KUH Pidana sebagai padanannya, yaitu pasal 106 dan 110 KUH Pidana.

Seharusnya tindakan kekerasan fisik yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap para pimpinan KRP III beserta peserta dan personil PETAPA tersebut tidak perlu terjadi, apabila adanya komunikasi yang dibangun dengan intensif dan teratur terus terjadi diantara aparat keamanan dengan penanggung jawab aksi tersebut. Kenapa demikian ? karena sebenarnya tidak perlu ada langkah pembubaran dan penangkapan rakyat sipil oleh aparat keamanan, jika memang komunikasi sudah dibangun dengan baik dari mulanya.

Komunikasi yang baik diantara pihak penyelenggara KRP III dengan Kapolresta Jayapura ini rupanya tidak berjalan sesuai harapan semulanya yaitu bahwa Polisi memberikan “ijin” bagi penyelenggaraan KRP III tapi dengan catatan tidak boleh mendirikan Negara Dalam Negara.

Namun demikian karena sudah ada pendirian negara Federasi Papua oleh peserta KRP III yang dilengkapi dengan struktur pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presidennya dan ada pernyataan Negara tersebut resmi berdiri terhitung sejak tanggal 19 Oktober 2011, maka aparat keamanan langsung bertindak untuk menangkap dan membubarkannya karena dinilai sudah mengarah kepada tindak pidana Makar.

Terus terang saya sangat menyesalkan terjadinya penangkapan yang diwarnai aksi kekerasan fisik yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap para peserta KRP III itu sendiri, termasuk di dalamnya terhadap Selpius Bobii kala itu.

Menurut pendapat saya bahwa saat ini, pihak peserta KRP III dan Dewan Adat Papua serta komponen perjuangan harus segera mempersiapkan Tim Advokat yang dapat memberikan Pembelaan Hukum terhadap para pimpinan KRP III tersebut sejak awal mereka ditangkap dan disidik oleh aparat Polisi di Mapolresta Jayapura sejak kemarin. Kamis [19/10] kemarin hingga proses selanjutnya dijalankan.(cr-30/pin/don/l03)

Aktivitas di Abepura Kembali Normal

REPUBLIKA.CO.ID,JAYAPURA–Aktivitas warga Abepura dan sekitarnya di Kota Jayapura, Papua, Kamis kembali normal.

Setelah pada Rabu (19/10) kemarin sempat mencekam karena pembubaran paksa oleh aparat gabungan POLRI/TNI terhadap kegiatan Konres Rakyat Papua (KRP) III yang diselenggarakan oleh Tim Kerja Nasional Rakyat Papua Barat (TKNRPB) dilapangan bola Wisli/Zakeus Abepura-Padang Bulan.

Kembali normalnya aktivitas warga Abepura dan sekitarnya dapat dilihat dari muali ramainya aktivitas sejumlah pusat perbelanjaan dan fasilitas umum lainya, seperti pasar youtefa, Sekolah-sekolah dan kantor pemerintahan. “Hari ini kami kembali berjualan setelah kemarin sempat tutup seharian,” kata salah satu karyawan toko di jalan Gerilyawan Abepura, Gunawan.

Menurutnya, kegiatan KRP III yang dibubarkan paksa oleh aparat gabungan POLRI/TNI dan dengan banyak bunyi tembakan tekah membuat warga Abepura dan sekitarnya takut.
“Kami takut jikalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.

Senada itu, Kartika Aprilia warga Padang Bulan yang sempat terjebak macet karena pembubaran paksa tersebut mengatakan Ia dan temanya sempat lari menyelamatkan diri karena kaget dan takut bunyi tembakan. “Kami sempat lari ke rumah teman yang ada di Abepura,” katanya.

Pada Rabu (19/10) sore sekitar pukul 15.00 waktu setempat, KRP III dibubarkan secara paksa oleh aparat gabungan Polri dan TNI, yang dipimpin langsung oleh Kapolres Jayapura Kota AKBP Imam Setiawan, SIK.

Dengan menangkap Forkorus Yaboisembut sebagai presiden dan Edison Waromi sebagai perdana menteri Papua Barat. Selain menangkap dan mengamankan orang penting lainya dalam KRP III, aparat gabungan tersebut yang dilengkapi dengan senjata lengkap, truk dan barakuda juga mengamankan puluhan hingga ratusan peserta dan pasukan penjaga tanah Papua (Petapa).

Hingga kini sejumlah peserta KRP III masih menjalani pemeriksaan yang intensif di Mapolda Papua. Kapolres Jayapura Kota, juga mengimbau agar masyarakat setempat dan daerah lainya di Papua agar tidak terprovokasi dengan sejumlah isu-isu yang menyesatkan yang dienduskan oleh oknum-oknum yang tidak bertangggung jawab lewat KRP III.

“Saya imbau kepada masyarakat agar tidak cepat percaya dan terprovokasi dengan isu yang menyesatkan, seperti yang digaungkan dalam KRP III,” katanya.
Redaktur: taufik rachman
Sumber: antara

STMIK AMIKOM

Aparat bubarkan Kongres Rakyat Papua

Aparat keamanan membubarkan Kongres Rakyat Papua, mengeluarkan tembakan peringatan, dan menangkap sejumlah orang (19/10).

“Kami tidak bisa membiarkan mereka mendeklarasikan pemerintahan transisi. Itu sudah melanggar hukum dan tak bisa kami biarkan,” kata Komisaris Besar Polisi Wachjono, juru bicara Polda Papua kepada BBC Indonesia.

Wachjono mengatakan polisi telah menangkap beberapa orang, di antaranya Forkorus Yaboisembut, yang disebut Wachjono tokoh penting di balik penyelenggaraan kongres.

Ia mengatakan sempat terjadi saling dorong di arena pertemuan dan aparat berkali-kali mengeluarkan tembakan peringatan.

“Jadi bukan tembakan membabi-buta. Tidak ada korban dalam insiden ini,” ujar Wachjono.

“Yang kami tangkap juga tidak sampai ratusan,” tandasnya.

Sebelumnya Thoha Alhamid dari Dewan Papua mengatakan 200-300 orang ditangkap bersama beberapa panitia.
Ditentang

Putar dengan media player alternatif

Thoha mengatakan mereka ditangkap di akhir pertemuan yang dilaksanakan di sebuah lapangan terbuka di Abepura.

“Sudah ada isu bahwa aparat memang akan membubarkan kongres. Kami juga mendengar bahwa di akhir pertemuan akan ada deklarasi (pemerintah transisi untuk Papua),” jelas Thoha.

Mungkin karena berkembang isu deklarasi, kata Thoha, aparat keamanan bergerak masuk.

Thoha mengatakan ia sudah mendengar isu ini sejak beberapa bulan lalu dan ia menentang kongres ini.

“Sejumlah faksi memang tidak mendukung pelaksanaan kongres. Pertemuan ini dipaksakan,” katanya.

“Kami sudah berbicara dengan banyak pihak dan saya katakan ini bukan platform perjuangan rakyat Papua,” jelas Thoha.

Sebelum kongres digelar panitia penyelenggara mengatakan tema sentral kali ini adalah menegakkan hak-hak dasar rakyat Papua hari ini dan di masa mendatang.

Tahun ini adalah pelaksanaan yang ketiga. Terakhir kali Kongres Rakyat Papua dilaksanakan pada 2000.

Komandan OPM Kecam Penembakan Warga di Keerom

Komandan OPM, Lambert Pekikir, mengecam penembakan warga di Keerom, Papua, 17 Agustus 2011. Dasnum Gomba warga Arso 14, Distrik Skamto, Keerom, tewas ditembak karena diduga anggota kelompok bersenjata.

VHRmedia, Jayapura – Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) mengecam penembakan Dasnum Gomba (30 tahun), di Arso 14, Distrik Skamto, Kabupaten Keerom, 17 Agustus 2011.

Dasnum Gomba tewas ditembak anggota Yonif 330 Kodam XVII Cenderawasih. “Kami mengecam dan meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyelesaikan masalah Papua secepatnya,” kata Lambert Pekikir, Koordinator Umum TPN/OPM Dalam Negeri Papua Barat, Minggu (21/8) malam.
Dia meminta Kapolda Papua, Irjen Pol Bigman Lumban Tobing dan Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Erfi Triassunu segera menangkap dan mengadili pelaku. ”Pangdam dan Kapolda harus bertanggung jawab atas kasus penembakan ini,” ujar Lambert Pekikir.

Gomba tewas saat Yonif 330 Kodam Cendrawasih menggelar latihan di Distrik Skamto, Keerom. Gomba sempat dicurigai anggota kelompok bersenjata.

Gomba ditangkap ketika sedang menggarap kebun. Karena tidak lancar berbahasa Indonesia Gomba dipukuli. ”Saat itu juga ia diberondong. Mayatnya dimasukan karung dan dikubur disekitar kebun. Ternyata ada orang yang melihat tindakan brutal TNI, dan lapor ke keluarga Gomba. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena yang dihadapi tentara,” kata Lambert Pekikir.
Menurut Lambert, kasus ini dirahasiakan TNI karena bertepatan dengan HUT RI. ”Itu disembunyikan. Korban tewas dengan luka tembak di dada. Kejadiannya itu sore sekitar pukul 15.00.”

Lambert mengaku tidak melihat langsung peristiwa tersebut. Namun berdasarkan laporan bawahannya dan kesaksian warga, dia yakin TNI salah sasaran. ”Kami tidak mau lagi ada penembakan warga sipil. Stop sudah,” kata Lambert Pekikir.
Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Letkol Inf Ali Hamdan Bogra, mengaku belum mengetahui insiden tersebut. ”Saya belum dengar. Kalau benar ada seperti itu, pasti sudah disampaikan ke saya. Apalagi kasusnya sudah dari tanggal 17, jadi itu bisa saja tidak benar,” katanya.

Menurut Ali Hamdan Bogra, pihaknya tidak akan sembarangan menembak warga. Apalagi bertepatan dengan HUT RI. ”Kami akan cek lagi. Untuk sementara begitu dulu. Itu bisa saja keliru,” ujar Ali Hamdan Bogra. (E1)
Foto: VHRmedia/Roy

Written by VHRmedia
Monday, 22 August 2011 02:16

HUT RI Diganggu OTK

JAYAPURA – Meski secara umum Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Provinsi Papua kali ini berjalan lancar, namun di beberapa daerah peringatan ini justru diganggu oleh kelompok orang tak dikenal (OTK).

Dari data yang berhasil dihimpun Cenderawasih Pos, seorang Prajurit TNI-AD bernama Prada Jamila dari kesatuan 753/AVT ditembak oleh sekelompok orang tak dikenal (OTK) saat melakukan pengamanan upacara HUT RI di Kampung Wandenggobak, Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya, Rabu (17/8) pagi sekitar pukul 08.30 WIT.

Akibat tembakan itu, Prada Jamila mengalami luka tembak di kaki bagian paha kanan atas tembus ke bagian belakang.
Gangguan lainnya oleh OTK itu terjadi di Kabupaten Paniai. Tepatnya Rabu (17/8) sekitar pukul 09.30 WIT, OTK itu melakukan penembakan dari arah gunung ke lokasi pelaksanaan upacara HUT RI di Kota Enarotali, Kabupaten Paniai. Namun berkat penjagaan aparat, upacara pun berhasil dilaksanakan hingga tuntas.

Sementara sebelumnya, penembakan oleh kelompok OTK terjadi di Kampung Pagepota dan Uwibutu, dua kampung terdekat di Madi, ibu kota Kabupaten Paniai, Rabu (17/8) pukul 05.00 hingga pukul 07.00 WIT. Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa, hanya terjadi kontak senjata dengan aparat TNI dan polri yang bertugas di sana.

Tidak hanya itu, pada Selasa (16/8) kelompok OTK itu menyerang Polsek Komopa Kabupaten Paniai. Dalam penyerangan ini, dua 2 pucuk senjata api milik Polri masing-masing bernomor seri B 20022 dan B 101187 dan 10 butir amunisi berhasil dirampas oleh OTK itu. Pada kasus penembakan yang terjadi di Puncak Jaya itu, pihak TNI berupaya mengejar pelaku hingga terjadi kontak senjata. “Namun dari kontak senjata serta pengejaran itu, para pelaku tidak bisa ditangkap sebab melarikan diri ke hutan,” ujar sumber terpercaya kepada Cenderawasih Pos. Sedangkan korban penembakan kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Mulia Puncak Jaya dan akhirnya korban diterbangkan ke Jayapura untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut di RS Marthen Indey.

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Erfi Triassunu saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya membenarkan adanya penembakan tersebut. “Para pelaku penembakan tersebut merupakan sekelompok gerakan pengacau keamanan (GPK) yang berniat mengacaukan pelaksanaan upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan,” katanya.

Dalam penembakan yang dilakukan GPK, Pangdam mengatakan bahwa aparat sempat melakukan pencegahan terhadap GPK itu. “Pecegahan yang dilakukan prajurit dengan cara melakukan perlawanan serta pengejaran terhadap mereka, demi terlaksananya upacara pengibaran bendera Merah Putih,” ungkapnya.

Kemudian terkait penembakan di Paniai, Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Wachyono saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos membenarkan adanya penembakan tersebut.

“Ya laporannya sudah saya terima, kini kami pihak kepolisian telah melakukan pengamanan di daerah wilayah hukum Polres Paniai itu,” jelasnya Pihaknya menjelaskan, aparat kepolisian berhasil melakukan penjagaan dan pengamanan dalam upacara bendera tersebut hingga sampai pada puncaknya. “Kami pihak kepolisian harus memberikan rasa keamanan dan kenyamanan kepada masyarakat supaya bendera merah putih harus tetap dinaikan dalam upacara pengibaran bendera tersebut,” terangnya.

Sedangkan pada Selasa (16/8) sekitar pukul 01.00 wit, sumber terpercaya Cenderawasih Pos menjelaskan bahwa sekelompok Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) yang berjumlah sekitar 30 orang dipimpin oleh Jhon Yogi melakukan penyerangan ke Polsek Komopa Kabupaten Paniai.

Dalam penyerangan tersebut, 2 pucuk senjata api masing-masing bernomor seri B 20022 dan B 101187 serta 10 butir amunisi milik Polri yang bertugas di Polsek Komopa berhasil dirampas. ‘Perampasan tersebut dilakukan dengan cara pelaku mendobrak dan menodongkan senjata kepada salah satu anggota Polsek Komopa bernama Briptu Hendrik,” terangnya.

Dijelaskan sumber tersebut, sebelum merampas dua pucuk senjata api itu, kelompok tersebut terlebih dahulu menyandera seorang istri anggota Polsek Kamofa yang pada saat itu berada di Polsek. Selanjutnya kelompok tersebut meminta supaya senjata diserahkan sehingga setelah diserahkan maka istri anggota polisi itu langsung dibebaskan.

“Informasi yang beredar bahwa terjadi penembakan ketika merampas dua pucuk senjata api itu adalah tidak benar. Kelompok itu tidak mengeluarkan tembakan tapi hanya menyandera kemudian membebaskannya setelah mendapatkan senjata dan langsung melarikan diri,” kata sumber itu.

Secara terpisah, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Wacyono ketika dikonfirmasi terkait kejadian tersebut mengaku belum mendapatkan laporan tersebut dan pihaknya masih melakukan kordinasi dengan Kapolres Paniai tentang kejadian tersebut.

Sementara penembakan oleh kelompok orang tak dikenal (OTK) terjadi di kampung Pagepota dan Uwibutu, Kabupaten Paniai, Rabu (17/8) pukul 05.00-07.00 WIT. Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa, hanya terjadi kontak senjata dengan aparat TNI dan Polri yang bertugas di sana.

Selain penembakan di dua kampung tersebut, penembakan juga kembali terjadi sekitar pukul 09.30 WIT di Kota Enarotali saat upacara 17 Agustus digelar.

Pangdam XVII/Cenderawasih Brigjen Erfi Triassunu saat dimintai keterangan di Sasana Krida Kantor Gubernur Papua Dok II Jayapura, tadi malam membenarkan soal peristiwa tersebut.

Menurutnya setelah terdengar rentetan penembakan itu, aparat keamanan baik TNI dan Polri yang bertugas di dekat lokasi penembakan langsung melakukan pengejaran terhadap para pelaku, dan sempat terjadi kontak senjata dengan aparat keamanan, namun para pelaku lebih dulu menghilang ke dalam hutan, hanya menyisahkan satu buah pistol.

“Mereka ini kelompok yang berusaha mengacaukan peringatan HUT Proklamasi di Enarotali, hanya saja kami belum memastikan mereka ini berasal dari mana,” ungkapnya.

Pangdam menegaskan, meskipun ada pihak yang berusaha mengganggu jalannya peringatan HUT di Papua, namun secara keseluruhan peringatan HUT RI berjalan dengan aman dan lancar.

“Saya menghimbau kepada masyarakat Papua agar tidak terprovokasi. Marilah kita bersama-sama menjaga keamanan, dengan kondisi yang aman, maka pembangunan dan pekerjaanya kita semua bisa aman dan lancar,” tambahnya.

Sementara di Kabupaten Keerom beredar isu bahwa telah terjadi penembakan terhadap seorang anggota kepolisan dari Polres Keerom di di Arso 7, Kabupaten Keerom, Rabu (17/8) sore kemarin.

Namun informasi penembakan ini dibantah oleh Kapolres Keerom, AKBP Drs. Bedjo PS. “Ah itu cuman isu yang dibuat-buat oleh orang-orang tertentu dan tidak bertanggung jawab untuk sengaja memperkeruh situasi keamana dan keteribaan masyarakat di wilayah hukum Polres Keerom,” ungkapnya singkat saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, tadi malam.

AKBP Bedjo menegaskan bahwa isu tersebut tidak benar. “Secara keseluruhan Kamtibmas menjelang hingga usai upacara HUT RI dalam kondisi yang kondusif. Saya dan anggota telah mengecek langsung informasi tesebut ke lokasi kejadian, namun tidak terjadi penembakan terhadap anggota saya itu,” pungkas Kapolres. ((ro/nal/cak/ben/fud)

Kamis, 18 Agustus 2011 , 05:16:00
http://cenderawasihpos.com/index.php?mib=berita.detail&id=2957

Lagi, 2 Mobil Diberondong Peluru

JAYAPURA-Kasus penembakan kembali terjadi di Kota Jayapura. Jika sebelumnya menimpa mobil Mitsubishi Kuda pada Jumat (13/8) atau 3 hari lalu, di Abepantai, maka kali ini hampir di tempat yang sama, tepatnya di tikungan bawah gereja Khatolik Santo Petrus Abepantai, 2 mobil angkutan umum jurusan Abepantai-Abepura, diberondong peluru oleh orang tak dikenal, Senin (15/8) sekitar pukul 19.10 WIT tadi malam.

Dalam kejadian tidak ada korban jiwa, namun dua mobil yang ditembaki itu masing-masing mobil angkot TS 120 DS 7540 AD warna biru yang dikemudikan oleh Nurdin (23) warga Tanah Hitam dan mobil Suzuki Carry DS 7416 JK warna putih yang dikemudikan Syafrudin (35) warga Tanah Hitam Abepura ini mengalami kerusakan akibat terkena tembakan.

Awalnya, mobil mobil angkot TS 120 DS 7540 AD itu melaju dari arah Abepantai sendirian hendak menuju ke Abepura. Dalam perjalanan, tepatnya di tikungan di bawah Gereja Katolik Santo Petrus Abepantai, tiba-tiba ditembaki oleh orang tidak dikenal, sehingga langsung memacu mobilnya dengan kencang menuju ke Abepura. Akibat, penembakan itu, dashboard tepat berada di depan sopir tersebut terkena tembakan hingga mengakibatkan pecah dan terdapat 2 lobang diduga bekas tembakan.

Tidak berapa lama, mobil Suzuki Carry DS 7416 JK warna putih juga menuju ke Abepura dengan membawa 7 orang penumpang. Mobil ini juga ditembaki orang tidak dikenal yang diduga dilakukan dari arah depan di tikungan Abepantai dekat gereja tersebut, hanya berjarak 5 meter dari lokasi penembakan awal.

Akibat penembakan tersebut mobil Suzuki Carry warna putih mendapat tembakan lebih banyak, yaitu 6 lobang bekas tembakan di bagian depan sopir. Tiga di antaranya mengenai kaca depan mobil hingga pecah dan berlobang, sedangkan 3 lobang lainnya mengenai bagian bodi depan mobil.

Syafrudin, sopir taksi DS 7416 JK warna putih yang ditemui Cenderawasih Pos di tempat kejadian mengatakan, awalnya ia memang dari Abepantai menuju ke Abepura mengantar penumpang. “Saya tidak tahu, jika itu bunyi tembakan. Saya tidak mendengar, namun tiba-tiba kaca mobil di bagian depan itu seperti meledak dan kacanya berhamburan,” katanya.

Syafrudin yang belum menyadari jika ditembaki orang tidak dikenal tersebut, awalnya mengira ada orang yang melempar mobilnya tersebut dengan menggunakan batu, sehingga ia masih sempat berjalan pelan-pelan hingga di tikungan Abepantai itu.

Syafrudin mengatakan jika saat itu juga sempat berhenti dan salah seorang penumpang hendak turun, namun penumpang yang lain akhirnya meminta agar melanjutkan perjalanan menuju ke arah Abepura. “Memang tidak ada yang kena,” katanya.

Sementara itu, salah seorang saksi, Marinus Wanimbo (35) warga Abepantai yang saat itu naik ojek dibonceng oleh Pujianto (26) warga Abepantai mengatakan bahwa saat itu ia berada di belakang mobil Mitsubishi T12 DS 7540 AD warna biru tersebut, hendak menuju ke pasar Youtefa untuk mengambil barang miliknya yang tertinggal di pasar.

Saat di perjalanan, ia mendengar bunyi tembakan 2 kali. Saat itu, tidak diketahui bahwa itu suara tembakan, namun terakhir kalinya, ia merasakan seperti ada sejenis binatang ke arah di depannya seperti angin, baru diketahui itu tembakan dari arah kiri jalan.

“Saya hanya mendengar suara letusan, namun saya kira bukan suara tembakan, namun ketika seperti ada barang yang lewat di depan wajah saya seperti angin, saya sadar itu tembakan, namun yang lebih jelas merasakan suara angin yang melintas tersebut adalah tukang ojek yang saya tumpangi,” katanya.

Selanjutnya, ia menyuruh tukang ojek cepat memacu sepeda motornya. Dalam perjalanan ke Tanah Hitam, ia memberitahu dan melarang pengendara dari arah berlawanan untuk menuju ke Abepantai, karena ada penembakan di dekat Gereja.

Aparat kepolisian mendapatkan laporan adanya penembakan orang tidak dikenal itu, langsung mendatangi TKP. Dari pantauan Cenderawasih Pos, tampak anggota Reskrim Polres Jayapura Kota, Polda Papua dan Polsek Abepura Kota tampak melakukan olah TKP, diback up Sat Brimob dan TNI.

Bahkan, dengan menggunakan lampu sorot, aparat kepolisian mencari barang bukti di sekitar TKP, hingga naik di perbukitan yang ada di samping Gereja Katolik itu. Tampak terlihat Wakapolres Jayapura Kota, Kompol Raydian Kokrosono, Kasat Reskrim Polres Jayapura Kota, AKP IGG Era Adinata dan pejabat Polres Jayapura Kota. Tidak berapa lama, datang mobil INAFIS Unit Identifikasi TKP Polda Papua.

Wakapolres Jayapura Kota, Kompol Raydian Kokrosono,SIK yang ditemui di TKP mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut.

“Kedua mobil sudah kami amankan ke Mapolsek Abepura,” katanya. Bahkan, dalam kejadian ini, kata Wakapolres, tim Reskrim dari Polda Papua, Polres Jayapura Kota dan Mapolsekta Abepura langsung turun ke TKP.

Ditanya Cenderawasih Pos, apakah pelakunya diduga masih ada kaitan dengan pelaku penembakan di tempat yang sama beberapa hari lalu? Wakapolres mengatakan bahwa kemungkinan masih ada kaitannya. “Mungkin pelakunya masih berkaitan., namun kami tentu masih melakukan penyelidikan lebih mendalam dan melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi,” imbuhnya.

Akibat terjadinya penembakan itu, banyak warga yang ingin pulang ke arah Abepantai dari Abepura maupun Jayapura terpaksa mengurungkan niatnya. “Saya takut pulang. Lebih baik besok saja baru pulang ke Koya,” ujar Yanto, warga Koya ditemui di depan Pos Yanmor Tanah Hitam.

Kapolres Jayapura Kota AKBP H Imam Setiawan SIK sempat melihat langsung kedua mobil yang terkena tembakan saat sudah diamankan di Mapolsekta Abepura.

Sementara salah satu saksi yang enggan disebutkan namannya mengatakan bahwa saat itu sekitar pukul 19.10 wit melihat tiga orang masyarakat dengan menggunakan senjata pendek mengeluarkan tembakan terhadapnya. “Namun saat itu tembakan mengenai pagar besi pembatas jalan, sehingga saat itu saya mendahului mobil angkot warnah biru,” katanya.

Namun, saat itu saksi sempat mengatakan kepada Nurdin untuk jalan cepat dan langsung menuju pos patmor sebab ada tiga orang masyarakat yang membawa senjata dan menembakin orang yang melihat secara membabi buta. “Namun ternyata saudara Nurdin telah terkena tembakan di bagian dalam mobilnya, tetapi untung tidak apa-apa, selanjutnya kita melaporkan kejadian ke Pos Patmor,” terangnya (bat/fan/ro/cr-170/fud)

OTK KEMBALI BERULAH

JAYAPURA-Kasus penembakan kembali terjadi di wilayah hukum Polres Jayapura Kota. Jika sebelumnya terjadi penembakan mobil Mitsubishi Kuda sebelumnya yang terjadi pada Jumat (13/8) atau 3 hari lalu, terjadi di Abepantai, kali ini hampir ditempat yang sama tepatnya tikungan dibawah gereja menuju kearah Abepura sekitar 30 meter, 2 mobil angkutan umum jurusan Abepantai – Abepura, dan 1 kendaran motor supra x 125 diberondong peluru oleh orang tak dikenal, Senin (15/8) sekitar pukul 19.10 WIT tadi malam.

Namun dalam kejadian penembakan tersebut ini terjadi untuk kedua kalinya di tempat yang sama dilakukan oleh orang tidak dikenal alias OTK, dan dalam kejadian tersebut tidak ada korban jiwa.

Dari data yang dihimpun Cenderawasih Pos di TKP, kejadian itu berawal ketika kedua mobil dan motor tersebut berjalan dari Abepantai hendak menuju ke Abepura,tiba-tiba ditembaki dari arah gunung samping gereja sekitar jarak 50 meter dari jalan raya.

Awalnya, mobil mobil angkot TS 120 DS 7540 AD warna biru yang diketahui dikendarai oleh Nurdin (23) warga Tanah Hitam, Abepura ini melaju dari arah Abepantai sendirian hendak menuju ke Abepura. Dalam perjalanan, tepatnya di tikungan dibawah Gereja Katolik Santo Petrus Abepantai, tiba-tiba mobilya ditembaki oleh orang tidak dikenal, yang diduga pelaku penembakanya dari arah gunung.

Akibatnya, penembakan itu,bodi mobil bagian kanan terkena 2 tembakan dan peluru masih tertinggal didalam spidometer mobil.

Selanjutnya mobil Suzuki Carry DS 7416 JK warna putih yang dikemudikan Syafrudin (35) warga Tanah Hitam Abepura juga menuju ke Abepura dengan membawa 7 orang penumpang.

Dan mobil Suzuki Carry warna putih ini, juga ditembaki orang tidak dikenal yang diduga dilakukan dari arah depan Akibatnya, mobil Suzuki Carry warna putih ini terdapat 6 lobang bekas tembakan di bagian depan sopir. Tiga diantaranya mengenai kaca depan mobil hingga pecah dan berlobang, sedangkan 3 lobang lainnya mengenai bagian bodi depan mobil tersebut.

Syafrudin yang ditemui Cenderawasih Pos di TKP mengakui awalnya ia memang dari Abepantai menuju ke Abepura mengantar penumpang.

“Saya tidak tahu, jika itu bunyi tembakan. Saya tidak mendengar, namun tiba-tiba kaca mobil di bagian depan itu seperti meledak,” katanya.

Syafrudin yang belum menyadari jika ditembaki orang tidak dikenal tersebut, bahkan mengira ada orang yang melempar mobilnya tersebut, masih sempat berjalan pelan-pelan hingga ditikungan Abepantai tersebut.

Syafrudin mengatakan jika saat itu juga sempat berhenti dan salah seorang penumpang hendak turun, namun penumpang yang lain akhirnya meminta agar melanjutkan perjalanan menuju kearah Abepura tersebut. “Memang tidak ada yang kena,” katanya.

Sementara itu, salah seorang saksi, Marinus Wanimbo (35) warga Abepantai yang saat itu naik ojek dibonceng oleh Pujianto (26) warga Abepantai mengatakan bahwa saat itu ia berada di belakang mobil Mitsubishi T12 DS 7540 AD warna biru tersebut, hendak menuju ke pasar Youtefa untuk mengambil barang miliknya yang tertinggal di pasar tersebut.
Saat di perjalanan, ia mendengar bunyi tembakan 3 kali. Saat itu, tidak diketahui bahwa itu suara tembakan,dan saya juga tidak melihat pelakunya pada saat itu kerena sudah gelap.Karena merasa takut sayapun lansung menyuruh tukang ojek untuk balap.

Aparat kepolisian mendapatkan laporan adanya penembakan orang tidak dikenal itu, langsung mendatangi TKP. Dari pantauan Cenderawasih Pos dilapangan, sejumlah anggota polisi dari Polres Jayapura Kota, polsek Abepura dan dibantu TNI,melakukan olah TKP

Wakapolres Jayapura Kota, Kompol Raydian Kokrosono yang ditemui di TKP mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut.

“Kedua mobil dan 1 unit motor sudah dan beberapa orang saksi kami amankan ke Mapolsek Abepura untuk penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya

Akibat kejadian tersebut sejumlah warga yang mau pulang kearah koya dan abepante terlihat takut dan berbeloh arah,(cr-170)

“Pelaku Penembakan di Nafri 19 Orang”

IDENTIFIKASI : Sebuah mobil sedang diolah TKP petugas dalam kasus penembakan di tanjakan kampung Nafri baru-baru ini
IDENTIFIKASI : Sebuah mobil sedang diolah TKP petugas dalam kasus penembakan di tanjakan kampung Nafri baru-baru ini

Hasil teridentifikasi dilakukan oleh Polres Jayapura Kota memastikan bahwa penembakan yang dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata terhadap warga sipil sebanyak 19 orang dan mereka orang-orang terlatih.

DEMIKIAN ditegaskan Kapolres Jayapura Kota Imam Setiawan Sik dalam keterangan persnya yang didampingi Kabag Ops, Kompol Junoto, Kasubag Humas, Ipda Heri Susanto serta Perwira Sat Brimobda di Mapolres Jayapura Kota, Senin (15/8) kemarin.

“Dari jumlah para pelaku tersebut, hasil identifikasi yang dilakukan oleh anggota sesuai dokumen penyerangan Nafri ke 2 oleh kelompok Danny Kogoya yang ditemukan oleh tim gabungan TNI/Polri di Markas Danny Kogoya, saat penyergapan, baru-baru ini.

Dikatakannya, dalam dokumen penyerangan Nafri yang kita temukan itu, lengkap dengan nama-nama anggotanya sebanyak 19 orang, dan nama-nama ini akan dipertajam kembali dengan melibatkan semua komponen termasuk TNI untuk melakukan pengejaran terhadap ke 19 nama yang terlampir di dokumen.

Dari hasil operasi ini, terang Kapolres, tim gabungan mendapati 4 bangunan, yang terdiri dari pos penjagaan, gubug, dapur dan markas utama. Untuk di pos penjagaan ini, ada anggota kelompok tersebut yang memantau setiap orang yang masuk, bahkan di depan Pos Penjagaan juga terdapat orang pemantau di garis depan.

“Dari sini gerakan kami ketahuan, sehingga mereka lari, namun kami dapat beberapa barang bukti berupa dokumen-dokumen milik kelompok tersebut, baik menyangkut tata kepangkatan, rencana penyerangan maupun nama-nama yang diduga akan menjadi target kelompok ini,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Kapolres, petugas juga menemukan 3 bendera Bintang Kejora, dua diantaranya merupakan buatan manusia, sedangkan satu lagi buatan mesin yang dilabel dari Negeri Belanda.

”Bendera yang bagus ini ada lambang kecil bendera Belanda dengan bertuliskan “Document Siagn Centrelo”, namun belum bisa dipastikan apakah bendera tersebut didatangkan dari Belanda atau dibuat di Belanda,” terangnya.

Selain bendera, kata Kapolres, pihaknya juga menemukan busur dan anak panah dengan jumlah cukup banyak, namun dimusnahkan ditengah jalan, karena terlalu berat. Disamping itu, petugas juga menemukan alat komunikasi radio rit yang cukup canggih, termasuk beberapa amunisi yang tertinggal di Markas.

Paling terpenting, ungkap Kapolres, petugas menemukan dokumen yang menguatkan bahwa pelaku penyerangan di Nafri adalah kelompok Danny Kogoya. Hanya saja, pihak kepolisian belum bisa mempublikasikan secara detail isi dokumen tersebut.

”Saya tidak bisa menjelaskan lebih detail, yang jelas ada struktur organisasi, ada system pelatihan, ada sistim peraturan urusan dinas dalam (PUD) dan mereka punya displin membatasi penggunaan senter untuk penerangan, bahwa ada jam tertentu mereka turun dan naik gunung serta ada kepangkatan,” jelasnya.

Dijelaskan, dalam dokumen milik Danny Kogoya juga terlampir nama-nama beberapa pejabat dilingkungan Jayapura, termasuk Kapolres Jayapura Kota, AKBP H Imam Setiawan.

”Ada nama-nama pejabat di lingkungan Jayapura, baik itu Danlanud, Dansat Brimob, Kapolsek Abepura, Komandan Marinir, termasuk saya selaku Kapolres, namun saya belum bisa pastikan apakah nama-nama merupakan target atau hal lainnya. Yang jelas saya punya prinsip, mereka jual, saya beli dan mereka bikin rusuh masyarakat, saya sikat,” tandas Kapolres.

Menurut Kapolres, tuntuan masyarakat seratus persen meminta agar diberikan rasa aman. Bahkan, pihaknya mempertanyakan pernyataan salah satu LSM bahwa operasi gabungan TNI/Polri di kawasan Tanah Hitam meresakan masyarakat.

”Masyarakat mana yang diresahkan, jadi rekan-rekan harus memahami pernyataan LSM ini, saya pingin tahu, karena justru masyarakat yang datang dan menuntut agar para pelaku ditangkap,” tegasnya.

Kapolres juga akan mempertaruhkan jabatannya bila kambali terulang kasus Nafri 3, karena dinilai memalukan. ”Saya sangat malu sekali bila ada kasus Nafri jilid 3, dan entah apakah betul atau tidak ada sms beredar bahwa pada tanggal 17 Agustus nanti ada kelompok tertentu yang akan mengacaukan situasi dan kemungkinan kelompok Danny Kogoya, karena saya yakin KNBP tidak seperti itu,” ungkapnya.

Diakui Kapolres, dirinya telah memperingatkan kepada seluruh anggota bahwa hari 17 Agustus merupakan hari kehormatan bangsa Indonesia, maka itu siapa pun yang mencoba mengacaukan pelaksanaan upacara bendera akan dikategorikan sebagai musuh negara.

”Saya perintahkan anggota agar tidak segan-segan, bila mendapati langsung sikat, tangkap dan tembak, karena ini kewibawaan suatu Negara yang harus ditegakan dan saya siap menerima resiko apapun, karena tujuan kapolisian adalah kewibawaan Negara, ketentraman masyarakat dan penegakan hokum,” tegasnya.

Dari dokumen ini akan dikembangkan. Saya hanya menegaskan, siapa yang melakukan tindak pidana, maka dia harus ditangkap, saya sementara menitik beratkan kepada 19 orang pelaku penyerangan Nafri ke 2 yang sudah diidentifikasi satu persatu, termasuk nomor ponsel di markas Danny Kogoya.

“Nomor ini dari luar, yang jelas polisi akan terus bekerja memberikan ketentraman kepada masyarakat dan tagretnya 19 pelaku kasus Nafri 2 yang juga diperkirakan merupakan pelaku kasus Nafri ke-1,” tandasnya.

Disinggung lokasi pasti Markas Kelompok Danny Kogoya ? Kapolres menjelaskan bila dilihat dari peta jarak ke titik markas sekitar 6 kilometer, namun sesuai medan diperkirakan lebih, karena aparat harus melalui beberapa gunung dan lembah.

”Jarak di Peta dengan Medan berbeda dan dari lokasi penembakan di Nafri cukup jauh, namun memang ada jalan menuju ke sana,” terangnya.

Soal apakah ada temuan di Markas yang berkaitan dengan temuan di rumah Danny Kogoya di Tanah Hitam ? Kapolres mengakui tidak ada. Namun, dari dokumen terseut, dijelaskan rencana penyerangan hingga hasilnya, termasuk jumlah korban tewas dan senjata yang digunakan saat penyerangan.

”Ada 4 pucuk senjata yang digunakan dalam penyerangan Nafri 2, karena 3 senjata, yakni jenis Moser, AK, M-16 lupa dilengkapi peluru, sehingga mereka menggunakan parang dan alat tajam, semua terungkap di dokumen mereka,” katanya.

Ketika ditanya apakah kelompok Danny Kogoya, masih ada kaitannya dengan kelompok Matias Wenda atau Guliat Tabuni ? Kapolres mengaku belum bisa berspekulasi, karena sesuai dokumen, penyerangan itu dilakukan kelompok Danny Kogoya.

”Untuk yang mengeksekusi di lapangan bernama Lambertus Siep, yang pernah ditangkap polisi dan Nafri 1, namun karena bukti tidak kuat, mereka dilepas,” tuturnya.[**]

Written by Antonius Loy/Papos
Tuesday, 16 August 2011 00:00

Korban Penembakan Masih Dirawat di RSUD Dok II

JAYAPURA [PAPOS] – Korban penembakan oleh oknum Brimob terhadap seorang warga Tolikara bernama, Teo Yikwa saat menggelar aksi demo di Kabupaten Tolikara, Jumat [12/8] lalu, kini korban masih dirawat di ruang bedah RSUD Dok II Jayapura.

Saat Papua Pos menemui korban Teo Yikwa di ruang bedah Pria, kondisi korban terlihat sudah mulai membaik, namun wajah korban terlihat pucat karena luka tembak yang dialaminya mengeluarkan banyak darah.

Menurut, Teo selaku korban penembakan, ia mengharapkan kepada pimpinan pelaku agar segera diproses hukum sesuai aturan yang berlaku. Sebab tindkan dari oknum brimob itu menurutnya tidak manusiawi, karena saat melakukan aksi demo, ia dan kawan-kawannya tidak melakukan anarkhis. Konon lagi belum dilakukan orasi.

“Saya heran kenapa kami dikejar dan menembak saya, padahal posisi kami tidak sampai di Kantor Bupati Tolikara, oknum tersebut tidak mengeluarkan tembakan peringatan di udara melainkan langsung mengarahkan senjatanya kepada saya,” papar Teo sambil terbaring saat berbincang-bincang dengan Papua Pos.

Tentang kronologis kejadian. Menurut Teo awalnya massa dari posko menuju Kantor Bupati Tolikara untuk menanyakan surat keputusan Ketua KPU ke Sekda yang juga sebagai PJS Bupati Tolikara, Ir. Yusmin Timang.

Namun, sekitar 100 meter sampai di kantor Bupati, anggota Brimob jumlahnya kurang lebih belasan langsung menembakan senjata kearah massa, tepatnya mengenai dirinya. Bahkan, kata Teo salah satu oknum brimob yang menembak korban menyatakan bahwa “emangnya barang emas kah.

Ditempat yang sama orang tua kandung korban, Mira Tabo, menegaskan bahwa pihaknya, meminta kepada pimpinan agar oknum brimob yang menembak anaknya itu diproses hukum. “Negara ini adalah Negara hukum, jadi pelaku penembak itu harus ditangkap diadili,” tegasnya

Disinggung, laporan kejadian ini sudah dilaporkan ke Polda Papua, Mira mengaku pihaknya belum melaporkan kejadian ini karena dirinya masih berada di rumah Sakit untuk mendampingi anaknya yang sedang mengalami korban tembakan itu.

Prihatin

Sementara ditempat yang sama, Tim Intelektual Kabupaten Tolikara yang juga sebagai calon Wakil Bupati Tolikara, Amos Yikwa Sp.MSi saat mengunjungi korban mengaku sangat prihatin atas penembakan yang dilakukan oleh oknum brimob kepada korban saat melakukan aksi demo di Kabupaten Tolikara.

“Kami terus terang kecewa karena massa belum melakukan anarkhis,bahkan belum sempat duduk dikantor Bupati, tetapi oknum tersebut langsung mengeluarkan tembakan kearah massa,” katanya

Disamping itu juga, lanjut dia, masyarakat Tolikara sangat kecewa dengan sikap Pejabat Sementara Bupati Tolikara yang meninggalkan Kabupaten Tolikara untuk datang ke Jayapura. Padahal, masyarakat ingin menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah daerah untuk mengecek kedatangan KPU Provinsi untuk membawa suatu keputusan MA tentang pergantian KPU lama dan KPU baru di Tolikara

Oleh karena kesal, masyarakat terpaksa melakukan aksi demo guna mengetahui kebenaran keputusan itu. “Masyarakat kan punya hak untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dan itu dilindungi UU, namun kenapa harus ditembak saat melakukan aksi itu,” katanya.

Politikus PDS ini mengatakan, baru pertama kali ditemui di Indonesia khusunya di Papua, masyarakat saat demo menyampaikan aspirasinya dengan tidak melakukan anarkhis namun tiba-tiba ditembaki oleh oknum brimob. “Mereka belum sampai di kantor Bupati dan kalau dilihat dari jarak sekitar 100 meter datang brimob mengejar massa dan melakukan penembakan tanpa ada peringatan pertama di udara. Ini tidak ada rasa kemanusiaan,” tandasnya

Untuk itu, dia meminta kepada Kapolda Papua benar-benar menangani masalah ini dengan serius dan oknum-oknum yang terlibat didalam ini harus diproses hukum yang berlku.

Tomas Kecewa

Ditempat terpisah Tokoh masyarakat Tolikara, Bairen Wanimbo sangat menyayangkan terjadinya aksi penembakan yang dilakukan oknum birmob di jalan Tolikara-Puncak Jaya itu. Apalagi penembakan dilakukan oknum brimob tanpa alasan yang tepat. ‘’Kami seluruh masyarakat Tolikara cukup kecewa karena masyarakat Tolikara sudah sepakat sepakat Pemkab Tolikara untuk mempasilitasi KPU provinsi mengantarkan salinan amar putusan MA,’’ ujar Bairen melalui telepon selularnya, Minggu [14/8].

Demikian juga soal ijin keramain penjemputan hari pertama sudah dimasukan. Pada hari kedua pihaknya menunggu kedatangan KPU provinsi Papua, tetapi sayangnya tidak kunjung datang. Ketidak hadiran KPU provinsi Papua membuat masyarakat kecewa. Lantas masyarakat menuju kantor Bupati, tetapi sayangnya massa dihadang diluar kantir Bupati di jalan Raya Tolikara-Puncak Jaya.

Penyisiran pun kata mantan anggota DPRD Kabupaten Tolikara ini tanpa perlawanan fisik. ‘’Saya selaku pimpinan demo melihat secara jelas penembakan yang dilakukan oknum birmob. Padahal kami masih diluar kantor Bupati. Bahkan masyarakat tidak ada melakukan tindakan anarkis,’’ paparnya.

Untuk itu, selaku tokoh masyarakat ia mendesak Kapolda menarik Brimob dan mengganti Kapolres Tolikara 1 x 24 jam.’’Kami cukup kecewa terhadpa perilaku oknum Birmob tersebut, kami diperlakukan seperti bukan manusia. Oleh karena kami minta kepada bapak Kapolda agar mengganti Kapolres Tolikara dan menarik semua Biromod dari Tolikara,’’ tegasnya.[ bela/loy]

Written by Bela/Loy/Papos
Monday, 15 August 2011 00:00

Lagi, OPM Berulah Tembak Mobil di Nafri

JAYAPURA [PAPOS]–Lagi-lagi kelompok separatis Orang Tak Dikenal [OTK] berulah di daerah kampung Nafri, Kamis [11/8] malam sekitar pukul 18.30 Wit dengan menembak mobil Kuda warna biru DS 1897 AG bagian depan. Mobil dikendarai oleh Yon Yoku bersama Eti Suebu.

Beruntung, penembakan yang dilakukan OTK sebanyak 8 kali tidak mengenai kedua korban yang tengah berada di dalam mobil. Begitu mendapat rentetan tembakan, korban Yon menancak gas menuju Mapolsek Abepura Kota untuk melaporkan kejadian yang dialaminya.

Begitu mendapat informasi, aparat TNI-Polri langsung menuju lokasi kejadian untuk melakukan pengejaran terhadap pelaku. Namun sebelum aparat tiba, pelaku berhasil melarikan diri, tanpa jejak.

Kapolres Jayapura Kota, AKBP H Imam Setiawan SiK saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan terjadinya penembakan dan kelihatannya para pelaku sudah terlatih menggunakan senjata api.

“Kelompok itu mengeluarkan tembakan sebanyak 8 kali dan tembakannya tidak terhambur. Dilihat dari arah tembakan, pelakunya benar-benar orang terlatih karena tembakan yang dilakukan hanya satu arah pada bagian depan kanan mobil,” jelas Kapolres di Mapolsek Abepura, Kamis [11/8] malam.

Menurut Kapolres, para pelaku mengeluarkan tembakan secara mendesak. Lantaran hari ini [Kamis, kemarin] TNI dan Polri tengah melakukan penyisiran serta melakukan pencarian terhadap para pelaku penembakan Nafri 2 Agustus lalu. Nah, saat dilakukan penyisiran diduga merek terdesak dan melakukan penembakan kembali terhadap warga.

Dengan adanya aks penembakan ini pihaknya akan tetap melakukan pengejaran terhadap para pelaku penembakan yaitu dengan melakukan penyisiran oleh satuan TNI-Polri. “Yang jelas malam ini [ Kamis malam], kami tetap melakukan pencarian untuk mengungkap siapa pelaku penembakan tersebut,” tandasnya.

Ketika disinggung amunisi dari mana ? Kapolres mengataan soal amunisi belum bisa dipastikan karena penyidik masih melakukan penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut.

Sebelum terjadinya aksi penembakan dari OTK di Nafri, ditempat yang sama sekitar pukul 05.00 WIT gabungan TNI-Polri melakukan penyisiran. Lokasinya disinyalir salah satu markas kelompok separatis OPM di darah Gunung Tanah Hitam. Penyisiran dilakukan guna mencari terhadap pelaku penembakan di tanjakan TPA Nafri Agustus lalu.

Dari data yang dihimpun Papua Pos dilapangan, saat melakukan penyisiran ke Markas kelompok separatis OPM. Aparat berhasil menemukan 1 lembar bendera Bintang Kejora, 1 unit Genset, 1 buah document penting dan 1 buah Handphone dan aparat menghanguskan markas kelompok separatis OPM tersebut.

Kapolres Imam Setiawan menyebutkan, penyisiran dilakukan oleh TNI-Polri sesuai pernyataan dari Dany Kogoya bahwa merekalah yang melakukan penambakan di Nafri itu.“Begitu kita melakukan penyisiran kita berhasil menemukan markas mereka yang ada di pegunungan,” ungkapnya

Hanya saja, saat dilakukan TNI-Polri melakukan penyisiran telah dipantau oleh mereka, sehingga para pelaku berhasil melarikan diri, meskipun saat itu dilakukan pengejaran. Berdasarkan laporan yang kita terima ditemukan beberapa dokumen yang mengarah dari TPN-OPM serta alat bukti lainnya.

“Selain menemukan dokumen dan alat bukti itu, kita juga melakukan memusnahkan markas yang biasa digunakan pelatihan penembakan dan rekruitmen kelompok-kelompok mereka,” ujar Kapolres

Kapolres menyebutkan, kelompok-kelompok yang mereka rekrut adalah orang-orang narapidana dari Lapas Abepura. Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan pengejaran terhadap kelompok tersebut, karena mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak berperikemanuasiaan, seperti yang dilakukan tanggal 2 Agustus lalu menewaskan sebanyak 4 orang termasuk anggota TNI serta melukai sebanyai 9 warga .

Oleh karena itu, ia meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak terpengaruh atas isu-isu sms dari orang yang tidak dikenal dan meminta agar bekerjsama dengan pihak kepolisian dan aparat TNI untuk memberikan informasi atas hal-hal yang mencurigakana, seperti kasus di Nafri. [loy]

Written by Loy/Papos
Friday, 12 August 2011 08:43

Penembakan Kembali Terjadi di Jayapura

JUBI — Lagi, penembakan kembali terjadi di Abepura, Jayapura, Papua. Kali ini, penembakan oleh kelompok tak dikenal di Abe Pantai, Distrik Abepura, tepatnya didepan sebuah Gereja Katolik, Kamis (11/9) malam sekitar pukul 18.30 WIT.

Dari informasi yang berhasil dihimpun tabloidjubi.com, Eti Suebu (48) dan Jhon Yoku (38) sebagai sopir mobil mitsubishi dengan nomor polisi DS 1897 AG melintas dari arah Kabupaten Keerom hendak menuju Abepura. Ketika berada tepat didepan Gereja Katholik, mobil yang dutumpangi ditembaki kelompok bersenjata.

Tembakan yang dilontarkan kearah mobil itu sebanyak delapan kali. Mendengar tembakan itu, Eti Suebu pemilik mobil, memaksa sopirnya mencap gas menuju Mapolsek Abepura untuk melaporkan kejadian yang menimpa dirinya bersama si sopir. “Mobil ditembak sebanyak delapan kali. Dua orang yang ada dalam mobil ini tidak papa. Mereka tidak terkena tembakan,” kata sumber terpercaya tabloidjubi.com.

Dari laporan yang diajukan dua korban, tim gabungan dari polsek Abepura dan Polres Jayapura langsung menuju lokasi untuk menyisir lokasi sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP). Kapolresta Jayapura, AKBP Imam Setiawan, SIK, menjelaskan kepada sejumlah wartawan bahwa,”Kejadian itu terjadi pada pukul 18.30 WIT, seorang pengendara kendaraan roda empat dengan jenis Mitsubishi Kuda dari arah Koya menuju ke Jayapura, saat melintas di Abe Pantai, mendapatkan serangan mendadak dari orang yang tidak dikenal, berupa serangan tembakan senjata api sebanyak delapan tembakan,” jelas Kapolresta. (J/06)

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny