300 Warga Eks Timtim di Sulawesi Barat Ingin Pulang ke Timor Leste

KUPANG, KOMPAS.com – Sebanyak 300 warga eks Timor Timur (Timtim) yang tinggal di Desa Sejati, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, berniat ingin kembali ke kampung halaman mereka (repatriasi) ke Timor Leste.

Koordinator warga eks Timtim di Mamuju Tengah, Hanafi Martins mengatakan, keinginan kuat ratusan warga itu lantaran hingga saat ini, semua aset mereka berupa tanah di Timor Leste masih utuh dan oleh keluarganya menginginkan mereka kembali ke Timor Leste.

Selain itu, kata Martins, alasan lain yang membuat 300 warga itu ingin pulang ke tempat asal mereka di Same, Distrik Manufahi, Timor Leste, karena mereka terus mengalami gagal panen akibat banjir yang terus melanda wilayah mereka.

“Di tempat tranmigrasi kami di Kecamatan Tobadak ini, kami bekerja sebagai petani yang menanam sawit dan cokelat. Namun akhir-akhir ini kami kesulitan, karena banjir yang menerjang dan merusak perkebunan kami, sehingga kami pun tak berdaya dan kami ingin segera pulang ke Timor Leste,” kata Martins kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (7/4/2017) sore.

Bukan hanya itu, lanjut Martins, sebagian besar warga eks Timtim di wilayahnya sudah menjual tanah perkebunan mereka, sehingga mereka tidak lagi bisa menanam sawit dan cokelat.

Martins mengaku, ia bersama ratusan warga eks Timtim sudah mendiami tempat transmigrasi itu sejak tahun 2000 silam atau selama 17 tahun. Saat itu, pasca-referendum, ia bersama ratusan warga lainnya keluar dari Timtim pada 21 November 1999 dan langsung berlayar menuju Makasar, Sulawesi Selatan, dengan menggunakan kapal laut.

Mereka sempat berada di Makasar selama empat bulan, dan akhirnya diarahkan oleh pemerintah untuk tinggal di daerah transmigrasi di Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, hingga kini.

Keinginan kuat ratusan warga eks Timtim untuk pulang ke Timor Leste mengalami kendala karena saat ini mereka tidak memiliki akses.

“Kami sudah sepakat dan semuanya ingin pulang, tapi tidak ada yang bisa memfasilitasi. Kami minta supaya pemerintah mengizinkan dan memfasilitasi agar kami bisa pulang ke Timor Leste,” harapnya.

54 OPM Menyatakan Diri Kembali ke NKRI

JAKARTA, KOMPAS.com

– Sebanyak 154 anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) bertobat. Mereka menyatakan diri kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Berdasarkan siaran pers resmi TNI Angkatan Darat yang diterima Jumat (24/3/2017), 154 anggota OPM itu tiba di Kampung Sinak Distrik Sinak Kabupaten Puncak Jaya pada 15 Maret 2017.

Didampingi oleh Komandan Koramil 1714-04/Sinak Lettu Inf Yusuf Rumi dan pendeta Zakarias Tabuni, mereka bersama-sama menghadap Bupati Puncak Jaya Wilem Wandik untuk menyatakan berhenti angkat senjata dan bergabung kembali ke Indonesia.

Hadir pula dalam momen penting itu, Anggota DPRD daerah pemilihan Sinak, sejumlah SKPD Kabupaten Puncak, tokoh adat serta tokoh agama lainnya.

Mereka kembali bukan tanpa alasan. Mereka merasa tidak mendapatkan apa-apa selama mengikuti gerakan separatis bersenjata pimpinan Lekagak Telenggen dan Gombanik Telenggen.

Bupati Wilem menggelar simbolisasi penerimaan kembali mereka ke NKRI dengan penyerahan sehelai bendera merah-putih. Setelah itu, mereka diperbolehkan kembali ke kampung halamannya masing-masing.

Diketahui, 154 anggota OPM kelompok Utaringgen Telenggen itu berasal dari Kampung Weni dan Kampung Rumagi, Distrik Mageabume, Kabupaten Puncak Jaya. Wilayah itu berbatasan dengan Distrik Yambi, kabupaten yang sama.

Ada beberapa permintaan dari para eks separatis itu. Pertama, mereka meminta jaminan keamanan dari TNI dan Polri pascamenyerahkan diri. Sebab, keputusan mereka itu diyakini membuat bekas pimpinan mereka marah dan hal itu membahayakan keselamatan mereka dan keluarga

Kedua, mereka juga meminta pemerintah setempat membangun honai yang laik dan sehat untuk ditinggali. TNI, Polri dan pemerintah setempat sepakat untuk memenuhi permintaan mereka.

Penulis : Fabian Januarius Kuwado
Editor : Sabrina Asril

Ketua MPR Janji Fasilitasi Eurico Guterres untuk Bertemu Jokowi

KUPANG, KOMPAS.com – Ketua MPR Zulkifli Hasan berjanji akan memfasilitasi pertemuan antara Ketua Umum Uni Timor Aswain (Untas) Eurico Guterres dengan Presiden Joko Widodo.

Penegasan itu disampaikan Zulkifli saat menyampaikan sambutannya dalam kegiatan Pelantikan pengurus pusat Untas di Hotel Ima Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), SElasa (31/1/2017) petang.

Menurut Zulkifli, pertemuan itu dimaksudkan agar Eurico bisa menyampaikan sejumlah persoalan yang menyangkut warga eks Timor Timur yang hingga kini belum diselesaikan hingga tuntas.

Untas merupakan organisasi yang beranggotakan ribuan warga eks Timor Timur (Timtim) yang berada di Indonesia khususnya NTT.

“Persoalan Untas ini harus diselesaikan. Nanti pertengahan Februari 2017 ini, saya akan jumpa dengan Presiden Jokowi dan saya akan sampaikan keinginan Eurico untuk berjumpa dengan Presiden Jokowi,” kata Zulkifli.

Dia menilai, jika persoalan yang menyangkut warga eks Timtim tidak tuntas, tentu akan menjadi beban sejarah. “Ini tentu tidak bagus buat negara ini. Saya dan teman-teman anggota DPR akan berjuang agar pemerintah bisa menyelesaikan dan negeri ini harus bisa menyelesaikan persoalan persoalan sampai tuntas,”ucapnya.

Sejumlah masalah yang saat ini masih dihadapi oleh warga eks Timtim yakni terkait dengan upaya memberikan perlindungan, status kewarganegaraan dan hak-hak masyarakat yang tetap setia kepada NKRI, termasuk penyelesaian aset-aset negara dan hak perdata perseorangan, seperti yang termuat dalam Tap MPR Nomor V.

KNPB : Aksi BMP Di Wamena Tidak Berwibawa

Wenas Kobogau

Wamena — Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wilayah Wamena Wene Helakombo Mengatakan aksi Barisan Merah Putih (BMP) di Wamena sangat tidak berwibawa terhadap nilai-nilai demokrasi. Jumat (17/06/2016).

Seberapa pentolan anak-anak jalanan Dibawah Pimpinan Aloka Alex Logo sebagai coordinator Lapangan, beliau berasal dari Kampung Waga-Waga,Distrik Kurulu Kabupaten Jayawijaya telah mengajak seberapa orang-orangnya (keluarga sendiri) untuk Turun Aksi penolakan KNPB Di Kantor Kab.Jayawijaya , namun sayangnya tidak berhasil seperti yang diharapkan oleh penggagasnya.

Peserta aksi Yang turun aksi saat itu adalah maksimal 20 orang termasuk koorlapnya, sedangkan yang tertua lainnya hanya seberapa orang antara lain :
1. Wamnak Logo
2. Dimbik Mabel
3. Menega Logo
4. Kemudian yang lainnya adalah anak-anak jalanan yang statusnya kurang jelas.

Mereka datang disertai dengan alat-alat tajam yang lengkap untuk menyampaikan beberapa aspirasi sesuai persiapanya namun tidak disampaikan dan bubar begitu saja karena tidak ada satu pejabatpun yang mau menerima mereka.

Hal ini terbukti bahwa perjuangan KNPB sebagai Media bukanlah isu Kabupaten Jayawijaya tetapi Dunialah yang mengenalnya. Dan perjuangan BMP yang selama ini diberi kepercayaan NKRI benar-benar tidak berhasil.

Masa Aksi BMP datangi kantor Bupati Jayawijaya namun hanya sampai diluar gapura sambil orasi-orasi oleh saudara koorlap Aloka Alex Logo tanpa penerima aspirasi. Saat itu tidak ada satu pejabat/pegawai siapapun yang bisa menerima aspirasinya.

Dan selanjutnya Kordinator lapangan Aloka Alex Logo dalam Orasinya Menyatakan Bahwa :

‘’BUBARKAN KNPB“, Namun Dalam Aksi ataupun Orasi-orasi Barisan Merah Putih (BMP) tersebut berjalan tanpa Pengawalan dalam hal ini Pihak berwajib (POLRI). Padahal masa aksi tersebut membawa berbagai alat tajam sangat aneh tetapi nyata.

Wene Helakombo

Komandan OPM Belum Dipastikan Kapan Akan Serahkan Diri

Nggoliar Tabuni. (Youtube)
Nggoliar Tabuni. (Youtube)

Suara.com – Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Teguh Pudji Raharjo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan kapan Jenderal Tertinggi Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) Goliat Tabuni akan menyerahkan diri.

Teguh menyampaikan, kalau Goliat menginginkan mengakhiri aktivitas melawan Pemerintah Indonesia.

Kabar itu disampaikan Teguh, menurut hasil pertemuan TNI dengan 23 anak buah Goliat di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya.

“Memang kita tidak bertemu langsung dengan Goliat Tabuni dan belum tahu kapan dia mau serahkan diri. Tapi berdasarkan pertemuan 23 anggota Goliat Tabuni dengan Kasdam XVII Cenderawasih di Tingginambut, bahwa Goliat bersama anggotanya itu ingin kembali ke NKRI untuk menjadi warga Indonesia,”

kata Teguh saat dihubungi Suara.com melalui telepon selulernya, Selasa (24/3/2015) malam.

Melalui puluhan anggota separatis yang dipimpinnya itu, Goliat juga menyampaikan perasaan menyesal karena pergerakannya selama ini tidak membuahkan hasil bagi kemajuan Papua merdeka.

Bahkan Goliat pun ingin menikmati hidup dan pembangunan seperti warga Indonesia lainnya.

Sementara itu Teguh juga mengatakan pihaknya belum mengetahui secara gamblang soal keberadaan Goliat Tabuni yang hingga kini masih menyembunyikan dirinya.

“Kami kurang tahu keberadaan Goliat dimana, kami hanya bertemu anggota dari Goliat Tabuni saja,” katanya.

Terkait info Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan akan merilis identitas dari 23 anggota Goliat Tabuni, Teguh mengaku belum mendapat informasi soal itu.

Selama ini Goliat Tabuni dikenal sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional (TPN)- Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bermarkas di Tingginambut Puncak Jaya, Papua.

Pada tanggal 11 Desember 2012 dia dilantik menjadi Panglima Tinggi TPN-OPM dengan pangkat Jenderal Goliat Tabuni bersamaan dengan itu dilakukan juga pelantikan Wakil Panglima TPN-OPM, Letjen Gabriel Melkizedek Awom, Kepala Staf Umurn TPN-OPM, Mayjen Terianus Satto.

Pelantikan ini sesuai dengan KTT TPN-OPM yang berhasil digelar di Markas TPN Perwomi Biak, Papua sejaktanggal 1-5 Mei 2012 lalu.

Pelantikan tersebut juga dihadiri sekitar 500 pengikut TPN-OPM dan ditandai dengan tembakan anggota TPN-OPM, yakni tanda resmi Goliat Tabuni sebagai pemimpin perjuangan kemerdekaan Papua Barat.

Selama kepemimpinannya sebagai Jenderal OPM, kelompok Goliat Tabuni telah menewaskan puluhan anggota TNI/Polri di wilayah Puncak Jaya. (Lidya Salmah)

Source: Merdeka.com, Laban Laisila : 24 Mar 2015 | 21:03

Indonesia Utus Delegasi Hadiri MSG di Noumea

Woman at Noumea market.
Woman at Noumea market. (Photo credit: Wikipedia)

Jayapura, 17/6 (Jubi)—Pemerintah Indonesia telah mengirim utusan dalam jumlah yang besar di Pertemuan Persaudaraan Ujung Tombak Melanesia, di Noumea Kaledonia Baru, 17-21Juni . Pemerintah Indonesia juga mendapat undangan karena memperoleh status sebagai pengamat dalam pertemuan MSG sejak 2011.

Hal ini dilaporkan oleh Nic Maclellan dari PACNEWS di Noumea, pada Senin(17/6) pertemuan Persaudaraan Ujung Tombak Melanesia Anggota MSG yang dikutip tabloidjubi.com Senin(17/6).

Dia menulis para pemimpin MSG punya perspektif yang berbeda soal hubungan antara Jakarta dan Jayapura, apalagi setelah Indonesia memperoleh status pengamat MSG pada 2001.

Memang pada Maret 2013, Koalisi Nasional Papua Barat untuk Pembebasan untuk Papua Barat (WPNCL) secara resmi telah mengajukan permohonan kepada Sekretariat MSG di Port Vila untuk menjadi anggota penuh dari badan sub-regional.

Hal ini merupakan agenda puncak dan delegasi WPNCL dipimpin oleh Wakil Presiden John Otto Ondawame yang secara resmi telah diundang oleh FLNKS. Delegasi pimpinan John Otto Ondowame akan melobi para pemimpin MSG, mencari keanggotaan penuh dari badan sub-regional bagi WPNCL.

Papua Barat telah mendapatkan dukungan publik dari berbagai negarawan Melanesia seperti mantan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Ezekial Alebua. Pemerintah baru di Vanuatu dipimpin oleh Moana Karkas Kalosil, bahkan telah membatalkan hubungan dekat dengan Jakarta yang telah dibangun oleh mantan Perdana Menteri Sato Kilman.

Namun yang jelas tulis Nic Maclellan kalau para pemimpin MSG akan menyeimbangkan dukungan mereka terhadap gerakan Papua Barat dengan peningkatan hubungan ekonomi dan politik mereka dengan Indonesia.

Perdana Menteri PNG Peter O’Neill telah memimpin delegasi besar ke Jakarta, untuk bertemu dengan Presiden Indonesia dan diskusi tentang perdagangan, investasi, pengawasan di perbatasan dan masalah ekstradisi.

Selain itu Fiji juga telah memperkuat hubungan dengan Indonesia sebagai bagian dari peningkatan dialog Selatan-Selatan dan keanggotaan Gerakan Non-Blok. Dalam KTT MSG di Noumea, pemerintah Indonesia telah mengirimkan delegasi besar termasuk Franz Albert Joku dan Nick Messet, untuk mengikuti KTT MSG termasuk berdebat soal keanggotaan WPNCL di dalam MSG.(Jubi/Dominggus A Mampioper)

Penulis : Dominggus Mampioper | June 17, 2013 | 618:40, Jubi

Enhanced by Zemanta

Markas Pusat TPN-OPM Tanggapi Danny Kogoya, Cs

DANIEL KOGOYA (Tengah) (Jubi/Alex)
DANIEL KOGOYA (Tengah) (Jubi/Alex)

Jayapura – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), Organisasi Papua Merdeka (OPM) Komando Markas Pusat menanggapi kelompok Danny Kogoya yang diberitakan menyerah kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Seperti dilangsir di wpnla.net, Sabtu, (26/1), atas nama, Panglima Tinggi, Kepala Staf Umum TPN-PB, Mayjen Teryanus Satto mengatakan, TPN-OPM sejati belum pernah menyerah kepada pemerintah Indonesia.

“Daniel Kogoya cs ini bukan merupakan pejuang sejati TPN, namun mereka sebagai pengungsi di PNG yang tidak jelas status mereka. Artinya, General Refugess Status atau Political Aslylum Seeker Status. Karena nilainya beda dan penanganannya pun beda,”

tulis Mayjen Teryanus Satto.

Diketahui, Jumat, (25/1)  lalu,  212 warga Papua pimpinan Daniel Kogoya  yang selama ini menjadi warga pelintas batas (PNG-Indonesia) dan dikabarkan turut memperjuangkan Papua Merdeka itu menyerah kepada pemerintah Indonesia.

Acara penyerahan diri 212 warga Papua  itu dilakukan di Aula Kantor Distrik Muara Tami. Acara itu dihadiri 810 warga dan digelar oleh  Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura, Pemda Keerom, dan Kodam XVII/Cenderawasih yang diwakili oleh Korem 172/PWY.

Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI. Christian Zebua menerima 37 pucuk senjata yang diserahkan oleh Daniel Kogoya. Wakapolda Papua, Brigjen Pol. Paulus Waterpauw, Plt. Sekda Provinsi Papua, Elia Loupatti, Wali Kota Jayapura,  Benhur Tommy Mano, Sekda Kabupaten Keerom, Yerry F.Dien ikut menyaksikan.

Harian  Bintang Papua, Jumat, (25/1) memberitakan, penyerahkan diri Daniel Kogoya adalah hasil dari ajakan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI. Christian Zebua.

“Ajakan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI. Christian Zebua yang mengajak warga Papua yang selama ini hidup di hutan belantara untuk keluar hutan dan bersama-sama membangun Papua yang kaya raya ini, mulai menunjukkan hasil,”

tulisnya.

Dalam tanggapannya, Kepala Staf Umum TPN-PB, Mayjen Teryanus Satto mengatakan, mereka yang menyerah itu adalah oknum-oknum yang mengalami suatu krisis iman dan mental.

“Mereka kehilangan roh. Ada tiga Roh yang melindungi TPN-OPM, yaitu Roh Tuhan, Roh Alam dan Roh Moyang,”

katanya.

Ia juga menegaskan, TPN-PB yang tergabung dalam Komando Nasional berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi di Biak pada tanggal 1-5 Mei 2012 tidak terpengaruh dengan pernyataan 212.

Kata dia, Danny Kogoya dan anggotanya yang menyerah ini adalah yang pernah menentang Sidang terhormat (KTT TPN-OPM) di Markas Perwomi Biak, pada tanggal 3 Mei 2012 dan wallout dari Sidang pada saat itu.

“Perjuangan Papua Merdeka adalah perjuangan suci,”

tulis website TPN-PB itu.

Ia tegaskan, Daniel Kogoya cs ini bukan TPN-OPM seperti Goliath Tabuni, Kelly Kwalik (alm), Daniel Kogoya (alm) di Mapenduma, Tadius Magai Yogy (alm); Richard Joweny; Mathias Wenda; Bernard Mawen; Meklianus Awom (alm) dan Pimpinan TPN-OPM lainnya.

“Menurut hukum revolusi, mereka ini adalah penghianat perjuangan bangsanya,”

katanya.

Danny Kogoya Ada di Penjara

Juru bicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Wim Metlama kepada majalahselangkah.com, Senin, (28/1) mengatakan,  pria yang disebut sebagai Danny Kogoya sudah ditangkap dan sekarang ada dalam penjara LP Abepura.

Dikatakan Wim, ia sudah konfirmasi kepada Danny Kogoya yang di pejara.

“Dalam kepemimpinan TPN nama Daniel atau Danny Kogoya hanya dua orang, yaitu saya dan satunya komandan operasi di Mapenduma yang sudah meninggal, jadi selain itu tidak ada pimpinan OPM atau anggota yang bernama Daniel atau Danny di kubu TPN.OPM,”

kata Danny seperti dikutip Wim. (GE/MS)

 Mon, 28-01-2013 14:20:39, MS

KEASLIAN DANIEL KOGOYA DIRAGUKAN

DANIEL KOGOYA (Tengah) (Jubi/Alex)
DANIEL KOGOYA (Tengah) (Jubi/Alex)

Jayapura – Keaslian sosok Daniel Kogoya, pimpinan 212 pelintas batas RI-PNG yang selama ini bermukim di Papua Nugini dan memutuskan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia masih diragukan sebagian orang.

Salah satu aktifis mahasiswa, Patrick Belau tak yakin jika orang yang mengaku Daniel Kogoya tersebut, benar-benar Daniel Kogoya yang asli.

“Sebagai aktifis mahasiswa saya melihat pernyataan di media yang oleh orang yang mengkalim sebagai Danny Kogoya dan mengeluarkan pernyataan menyerahkan diri dan kembali ke NKRI itu sangat diragukan,”

kata Patrick Belau via pesan singkatnya, Minggu (27/1).

Menurutnya, saat ini Danny Kogoya sedang berada di LP Abepura. Sementara yang mengeluarkan pernyataan tersebut adalah Danny Kogoya yang ada di perbatasan.

“Nah, ini keliru. Danny Kogoya itu ada berapa sebenarnya,”

singkatnya.

Dikatakan Patrick, tidak ada cerita Danny Kogoya bersama anak buahnya mau kembali ke NKRI, karena Danny Kogoya adalah tokoh pejuang OPM. Tokoh OPM sejati tidak akan menyerahkan diri.

“Dan untuk oknum yang mengklaim diri sebagai Danny Kogoya adalah Danny Kogoya binaan TNI/Polri alias binaan Indonesia. Jadi pada intinya pernyataan itu keliru,”

tutup Patrick Belau.

Sebelumnya, 2 September 2012 lalu sekitar 23.30 WIT, seorang yang diklaim polisi sebagai Danny Kogoya ditangkap saat sedang berada di Hotel Dani, Entrop, Kota Jayapura. Dalam penangkapan yang dilakukan anggota Polresta Jayapura itu, aparat terpaksa menembak kaki kanan yang bersangkutan saat berusaha kabur. Akibatnya, kaki Danny harus diamputasi karena tulang keringnya hancur. (Jubi/Arjuna)

 Sunday, January 27th, 2013 | 22:38:42, TJ

Penuturan Kopka, Paus Kogoya Saat Bernegosiasi Dani Kogoya

Dani Kogoya merupakan salah satu tokoh sentral Tentara Perjuangan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB), dengan jabatan terakhir Kepala Staf TPN OPM PB. Nah bagaimana ia bisa didekati dan diajak bergabung ke NKRI oleh Kopka Paus Kogoya anggota Kodim 1702/Jayawijaya? berikut ulasannya.

Siapapun pasti tahu betapa sulitnya mendekati dan mengajak para tokoh sentral Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk diajak kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sama halnya dengan Kepala Staf Tentara Perjuangan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB), Daniel Kogoya.

Berbagai rintangan dan tantangan menghadang, begitupun nyawa bisa saja menjadi taruhannya, namun tekad Kopka Paus Kogoya agar saudara-saudaranya yakni, Daniel Kogoya dan pengikutnya dapat hidup dengan aman, damai, dan tidak hidup dalam pengejaran aparat keamanan, karena dinilai separatis.
Atas dasar itulah, pada tiga bulan lalu, dirinya menghadap Danrem 172/Praja Wira Yakti, Kolonel Yopie Wayangkau, untuk menyampaikan maksudnya untuk mengajak Daniel Kogoya bersama pengikutnya untuk hidup dengan aman, damai dan hidup diberdayakan dalam bingkai NKRI.

“Waktu itu saat ketemu Danrem 172/PWY untuk menyampaikan niat saya sekaligus meminta ijin, dan Danrem menyampaikan silakan, itu niat baik, dan upaya selalu koordinasi dengan dirinya (Danrem,red),” ungkapnya kepada Bintang Papua usai penyerahan Daniel Kogoya dan pengikutnya di Aula Kantor Distrik Muara Tami, Jumat, (25/1).
Kemudian, dirinya mulai melakukan komunikasi melalui penghubungnya dengan Daniel Kogoya, dan sedikit demi sedikit Daniel Kogoya tersentuh hatinya, lalu dirinya dan Daniel Kogoya berbuat janji untuk bertemu di perbatasan RI-PNG, tepatnya Wutung, Distrik Muara Tami.

Tiba pada hari yang dijanjikan, dirinya berangkat ke perbatasan RI-PNG, disitulah komunikasi lebih lanjut dibangun, dimana dirinya mengajak Daniel Kogoya agar menghentikan segala kekerasan yang dilakukan selama ini, karena rakyat menjadi korban. Lagi pula saat perhatian pemerintah terus secara optimal diberikan kepada rakyat Papua melalui berbagai kebijakan-kebijakan, diantaranya diberlakukannya dana Otsus bagi Tanah Papua.

“Waktu itu saya gunakan mobil taksi ke perbatasan untuk bertemu dengan Daniel Kogoya. Kami bangun komunikasi selama 3 bulan antara saya dan Daniel Kogoya,” terangnya.

Selanjutnya, ketika Daniel Kogoya memantapkan niatnya untuk bergabung dengan NKRI, akhirnya pada hari yang ditentukan dirinya berangkat ke PNG dengan difasilitasi Danrem 172/PWY menggunakan perahu spead boat. Setiba di PNG Ia disambut Daniel Kogoya bersama pengikutnya dengan berseragam loreng lengkap beserta dengan senjatanya.

Sewaktu dalam perjalanan ke PNG, ia juga takut, karena baginya inilah adalah sama saja menyerahkan diri dengan maut, dimana selain berhadapan dengan Daniel Kogoya dan pengikutnya, disisi lainnya juga harus berhadapan dengan aparat keamanan.

Rintangan yang dihadapi pun tidak segampang dibayangkan, karena saat dirinya dan Daniel Kogoya hendak kembali ke Muara Tami, mereka dihadang oleh dua kapal perang milik aparat keamanan PNG, disinilah ketakutannya bertambah, karena jika dirinya bersama Daniel Kogoya dan gerombolannya ditangkap, yang pastinya tidak akan bisa pulang ke Jayapura, dan tamatlah riwayat pekerjaan yang selama ini dilakukannya, yakni membawa kembali Daniel Kogoya dan pengikutnya ke pangkuan NKRI.

Di tengah ketakutannya itu, dirinya meminta kepada Daniel Kogoya dan pengikutnya untuk bisa berbicara dalam Bahasa Inggris Fiji, namun minimal bisa Berbahasa Inggris. Suasana semakin bertambah tegang ketika kapal perang milik PNG semakin dekat dengan perahu yang ditumpanginya itu. Melihat hal itu Daniel Kogoya berbicara dengan aparat keamanan PNG dengan menggunakan Bahasa Inggris Fiji.

Dengan mendengar Bahasa Inggris Fiji yang digunakan Daniel Kogoya, pihak aparat keamanan PNG mengira bahwa dirinya dan Daniel Kogoya bersama pengikutnya merupakan warga PNG, setelah itu dirinya menyerahkan sejumlah rokok kretek, dan akhirnya tentara PNG pergi meninggalkan mereka.

“Waktu itu ombak hamtam kami, jadi kami berenang kembali hanya dengan celana dalam saja. Kemudian kami gunakan perahu yang agak besar untuk kembali, dan saat itu kami bertemu dengan tentara PNG. Waktu kami dikepung saya bilang bicara sembarangan saja dengan bahasa Inggris atau inggris Fiji, kalau ketahuan kita orang Indonesia kita ditangkap. Saya bilang ke Daniel Kogoya untuk segera bicara dengan bahasa Inggris Fiji, dan akhirnya tentara PNG hormat beliau karena Daniel Kogoya adalah salah satu tokoh besar yang di kenal di PNG, akhirnya kami di lepas,” jelasnya.

Tantangan yang dihadapi bukan hanya sampai disitu saja, tantangan lainnya adalah semenjak pihaknya mulai berada di perairan laut Indonesia, kehabisan bahan bakar minyak, dan hanya berlabuh selama 3 jam, yang kemudian ditemukan oleh angkatan laut Indonesia dan dibawa ke Jayapura.

“Syukur kami diselamatkan oleh Tuhan, sehingga kami bisa tiba disini dan saudara saya Daniel Kogoya beserta pengikutnya bisa kembali ke kampung halamannya dan hidup sebagaimana dengan saudara-saudara kita yang lainnya untuk membangun tanah Papua,” pungkasnya.(*/don/l03)

Minggu, 27 Januari 2013 15:46, Binpa

Daniel Kogoya Janji Tidak Akan Ada Lagi Korban

DANIEL KOGOYA (Tengah) (Jubi/Alex)
DANIEL KOGOYA (Tengah) (Jubi/Alex)

Jayapura – Pimpinan TPN/OPM Daniel Kogoya yang telah bergabung ke pangkuan Ibu Pertiwi dan memilih untuk menetap di Provinsi Papua bersama 212 kepala keluarga pelintas batas lainnya, berjanji tidak akan ada lagi jatuh korban di sana-sini.

“Ada rasa kebanggaan khusus saya bisa gabung dan masuk ke tanah Papua, itu karena ada dua anak putra daerah yang mendapatkan tempat yang baik dari pemerintah pusat, yakni Danrem 172 dan Wakapolda Papua. Karena kebanggaan itulah saya ambil keputusan dan mengambil sikap untuk kembali ke kampung halaman (Papua_red) untuk membangun Papua bersama dengan rakyat Papua lainnya,”

kata Daniel Kogoya saat acara penerimaan pelintas batas tradisional, di Kantor Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Jumat (25/1).

Dia menegaskan, atas nama, kelakuan, dan sikap dirinya selama menjadi pimpinan TPN/OPM banyak rakyat menjadi korban dimana-mana.

“Maka hari ini saya nyatakan tidak akan lagi terjadi hal itu,”

tambahnya.

Menanggapi itu, Daniel Kogoya meminta kepada Pangdam, Kapolda, Gubernur Papua, Wali Kota Jayapura serta Danrem 172 jangan lagi ada tindak kekerasan terhadap rakyat.

“Saya atas nama pimpinan TPN/OPM sudah ada di tengah-tengah pemerintah Indonesia khususnya Papua ini, untuk itu kita bersama-sama membangun daerah ini. Saya melihat rakyat saya menderita tidak punya tempat tinggal, mereka teriak-teriak di jalan, tidur di jalan dan juga orang papua yang ingin sewa rumah kesana kemari padahal kami yang punya tanah ini. Untuk itu, saya minta pemerintah pusat maupun Papua tolong memberikan kesempatan, saya minta pembangunan di daerah ini segera dilaksanakan. Dalam TPN/OPM masih ada pimpinan tertinggi, kalau saya diperlakukan dengan baik apa beratnya dia akan bergabung dengan kita,”

tegasnya.

Pada kesempatan itu juga, Daniel Kogoya memperkenalkan jaringan Komunikasi yang di dukung oleh Danrem 172 dan Dandim 1702 Jayawijaya. Selain itu dirinya juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Kapolsek Koya karena telah membina masyarakat pelintas batas dengan baik.

“Selama saya diluar ada rasa kecemburuan sosial, tetapi anak-anak saya sudah jadi perwira dan memimpin Papua ini, sehingga saya melihat diri buat apa menahan diri di luar. Untuk itu saya lebih memilih masuk, kalau kita berbuat baik terhadap rakyat, rakyat juga akan berbuat yang lebih baik,”

katanya.(Jubi/Alex)

Friday, January 25th, 2013 | 22:34:06, TJ

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny