JAYAPURA—Setelah puasa beberapa saat, Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali bikin ulah. Kali ini sejumlah 20 orang kelompok sipil bersenjata ini melakukan aksi penyerangan di Sub Sektor Kulirik, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua, Sabtu (4/1) pukul 16.00 WIT.
Dari data yang berhasil dihimpun, sekelompok orang dengan menggunakan senjata api dan tajam, tiba-tiba mendatangi Pos Polisi Kulirik. Mereka langsung menyerang, pelaku diperkirakan sekitar 20 orang.
Anggota Pos Polisi yang biasanya berjaga sekitar 7 orang, sekitar 5 orang tidak ada ditempat, karena 5 orang sedang berpatroli di kampung di sekitar distrik.
Karena jumlah personil di Pos hanya 2 orang, para pelaku berhasil menyerang, dan berhasil merampas senjata dan amunisi.
Juru Bicara Polda Papua Kombes Pujo Sulistyo saat di konfirmasi mengatakan, para pelaku berhasil merampas sejumlah senjata dan amunisi. “Pada saat penyerangan, 8 senpi laras panjang yang terdiri dari AK 47, Mouser 1 btr, SS1, 5 pack dan amunisi dibawa oleh pelaku,” ungkapnya.
Adapun Kronologis kejadian, jelasnya, saat anggota lain sedang patroli. 1 anggota jaga sedang masak di dapur dan 1 berjaga di Pos. Lalu pelaku mendobrak pintu depan dan sempat tarik menarik dengan pelaku yang mengambil senjata. “Karena kalah jumlah, 2 anggota menyelamatkan diri lewat pintu belakang ke sungai dan kemudian melapor ke Polres,”tuturnya.
Yang pasti, satu pelepon Brimob yang ada di Kota Lama Mulia ibulota Puncak Jaya masih terus melakukan pengejaran. “Anggota Polri dan TNI masi kejar pelaku, bahkan tim Mabes juga akan diperbantukan,” tandasnya.
Imparsial : Jangan-Jangan “Gangster”Bukan Pejuang Kemerdekaan
Sementara itu, Imparsial LSM pemerhati HAM mensinyalir, kelompok penyerang bukan pejuang Kemerdekaan Papua tapi gerombolan Gangster.
“Jika aksi penyerangan itu ada kaitannya dengan pelaksanaan Pileg dan Pilpres mendatang, jelas sangat berbahaya, karena kelompok bersenjata itu, telah dimanfaatkan oleh kepentingan elit politik tertentu untuk kepentingan mereka. Dan tindakan kelompok bersenjata itu bukan lagi pejuang Kemerdekaan, tapi tidak ada bedanya dengan gangster,”
ucap Direktur Eksekutif Imparsial Poengki Indarti melalui pesan elektroniknya, Minggu 5 Januari.
Kemungkinan, lanjutnya, jika kelompok itu menyerang atas pesanan kepentingan tertentu, maka mereka ditengarai juga mereka mendapat imbalan.
“Tindakan menyerang dengan imbalan uang untuk kepentingan politik, adalah tindakan gangster. Kalau benar mereka adalah pejuang pembebasan, maka tidak akan mau bekerja demi uang untuk pemenangan elit tertentu,”
pungkasnya.
Menurut Imparsial, dalam Pilkada Kabupaten Puncak Jaya dan Puncak beberapa waktu lalu, ternyata juga ada kaitannya antara kekerasan dengan proses Pilkada. “Dalam dua Pilkada itu ada kaitan kekerasan dengan proses demokrasi yang sedang berlangsung,” imbuhnya.
Guna mengungkap kekerasan itu, Polisi harus mengejar dan menangkap kelompok bersenjata. “Kejar dan tangkap pelaku, dengan tetap menghormati hak-hak masyarakat disekitar lokasi persembunyian mereka,” ucapnya.
Memang dilema, ada pelaku kejahatan, tetapi ada masyarakat yang tinggal disekitar lokasi mereka. “Sehingga trauma masyarakat berlipat ganda,”imbuhnya.
Imparsial juga meminta, seharusnya intelejen lebih berperan aktif untuk memberi peringatan pada pihak kepolisian, agar dapat mencegah supaya tidak terjadi peristiwa kekerasan perampasan senjata. “Peran intelijen harus jauh lebih besar dalam memberikan informasi,” tandasnya.
Mengenai klaim Bupati Henock Ibo beberapa waktu lalu, bahwa ratusan kelompok bersenjata pengikut Goliat Tabuni telah kembali ke tengah-tengah masyarakat, kemudian pemerintah Provinsi Papua menggelontorkan ratusan milliar dalam bentuk program, guna mendorong rekonsiliasi, Imparsial sangat mendukung langkah tersebut, selama untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat juga yang selama ini dianggap berseberangan. “Langkah itu memang bagus, apalagi dana diberikan dalam bentuk program,” terangnya.
Namun, jika diberikan dalam bentuk uang, mereka pasti akan berbuat kejahatan lagi. “Jangan asal kasih dalam bentuk uang, karena pasti akan berbuat kejahatan lagi. Goliat Tabuni dan pengikutnya kan pejuang Papua Merdeka, jadi harus benar-benar dirangkul dan bersedia meletakkan senjata. Tapi jika terus menerus begini, artinya tidak bisa dirangkul, itu membuktikan ternyata mereka adalah gangster, maka mereka harus diproses pidana,”tegasnya. (jir/mdc/don/l03)
Senin, 06 Januari 2014 06:40, BinPa

