Tanda Heran di Honiara Menjadi Tonggak Sejarah Baru bagi Melanesia

Selama beradad-abad orang Melanesia di kawasan Pasifik Selatan berada dalam dunia mereka sendiri, terisolir, terdampar, terpojok. Tidak berbicara, apalagi mengenal apa yang ada di sekelilingnya. Dikirannya di sekelilingnya hanyalah hamparan air laut yang di dalamnya ada ikan. Ia tahu selepas ikan-ikan di dalam air itu terdapat manusia lain, tetapi ia tidak mengakui persis bahwa yang dikenalnya seberang laut itu sebenarnya dirinya sendiri.

Ditambah lagi, kalaupun dia berusaha mengetahui lalu mengenalnya, ia didikte, dipaksa, ditekan supaya walaupun ia mengenal orang-orang di seberang sana itu dirinya sendiri, ia dibayar dan dengan dasar bayaran itu dipaksa untuk tidak mengakui bahwa mereka itu dirinya sendiri. Sebuah penyangkalan paksa, sebuah penderitaan yang begitu lama dideritanya.

Sebelum modernisasi ia mengira di dunia ini hanya dirinya dan suku-bangsanya. Di era penjajahan dikiranya orangnya ialah penjajahnya, dan sesama bangsa dan ras-nya itu musuhnya. Setelah kemerdekaan, rekan sesama Melanseia-nya itu diberi nama A, B, dan C, sehingga tidak senama dengan dirinya, yang membuat dirinya tidak sanggup berkata bahwa dirinya ialah dirinya, dan tetangganya itu juga ialah dirinya. Ia terpaksa harus mengaku ini sebagai “west papua” dan itu sebagai “papua new guinea”, ini sebagai Vanuatu dan itu sebagai West Papua, ini sebagia Solomon Islands dan itu sebagai West Papua, ini sebagai Fiji dan itu sebagai West Papua, bukannya kami ini Melanesia.

Tanda heran yang dimulai di Kepala Burung, pulau Mansinam, bahkan dari pulau-pulau Timor kini bersambung menjadi tanda heran berikutnya, “West Papua diakui sebagai ras Melanesia, bangsa Papua!”, sesuatu yang ditolak mentah-mentah oleh NKRI. NKRI memaksa dirinya menyebut orang Melanesia di Tanah Papua sebagai orang Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia, bertanah air satu tanah air Indonesia. Padahal tanah dan air di Indonesia bukan satu, beribu-ribu; bangsa bukan satu, beribu-ribu; bahasa juga apalagi bukan satu. Sebuah pembohongan diri sendiri, Indonesia menipu diri sendiri, dan penipuannya balik menelan dirinya sendiri, dan pada akhirnya KEBENARAN akan berjaya, dan di era kejayaan itu, tipudaya tidak punya kuasa lagi. Era kekalahan tipu-daya itu telah dimulai, di meja KTT MSG, di kota Honiara, Kepulauan Salomon.

Tanda heran ini menyusul tanda heran sebelumnya, yaitu beberapa bulan sebelumnya telah terjadi sebuah pertemuan akbar di kalangan pejuang dan organisasi perjuangan bangsa Papua di Port Vila, Republik Vanuatu dan di akhir pertemuan tersebut telah dibentuk sebuah wadah pemersatu, ULMWP, sebuah payung organisasi yang mempersatukan berbagai faksi yang ada selama ini.

Tanda heran di Honiara menyusul tanda heran di Port Vila. Dan Tanda heran di Honiara disusul oleh Tanda heran di Port Moresby, yaitu di Sidang PIF yang baru saja berakhir, di mana isu West Papua dibahas secara resmi, dan secara resmi pula diputuskan bahwa sebuah “Fact-Finding Mission” harus dikirim ke West Papua, Indonesia untuk mengusut berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di Tanah Papua, di tangan polisi dan militer Indonesia.

Tanda heran di Vila, Honiara dan Moresby telah terjadi menyusul tanda-tanda heran sebelumnya, yang terjadi dalam kurun waktu setahun terakhir, yaitu yang pertama Perdana Menteri Papua New Guinea sebagai seorang Papua, yang lahir dan besar di Tanah Papua, yang sukses menjadi Perdana Menteri di Tanah Papua secara resmi, dan secara dinas mengumumkan bahwa beliau akan “engage” Indonesia untuk membicarakan berbagai isu yang muncul di West Papua.

Tanda heran yang pernah dimulai di paling barat kepulauan Melanesia sedang mengikuti arus gelombang samudera pasifik, perlahan tetapi pasti, tenang tapi menghanyutkan. Pengakuan bangsa Papua sebagai ras Melanesia kali ini sudah merupakan tanda heran tonggak sejarah bagi identitas Melanesia sebagai sebuah ras yang terhimpit oleh ras Melayu di bagian Barat dan bangsa Eropa di bagian Selatan, dan Asia di bagian Utara.

Pengakuan orang West Papua sebagai rumpun Melanesia secara resmi atas nama negara-negara Melanesia merupakan titik tolak seluruh proses pengembalian jatidiri dan  hak asasi yang melekat kepada manusia Melanesia sebagai makhluk hidup dan sebagai makhluk manusia.

Mari kita doakan terus, sehingga tanda heran dan tanda heran ini terus berlanjut, sampai tanda heran terakhir ialah West Papua dan bangsa-bangsa lain di muka Bumi yang saat ini masih dijajah merdeka dan berdaulat di luar cengkeraman penjajah. Amin!

Artikel Mirip:

  1. Adakah Tanda Heran di PIF
  2. Tanda Heran itu Ada di Honiara
  3. Kita Sadar, …

PM not attending but appoints special envoy to MSG

Vanuatu Daily Post – By Godwin Ligo Jun 26, 2015

Vanuatu’s position on West Papua application and other important regional issues will be known at the end of the MSG Summit, according to reliable sources within the Government.

Reliable sources within the Government have confirmed that the Government has appointed a Special Prime Minister’s Envoy to the MSG Meeting in Honiara.

He is the Prime Minister’s Office, Director General (DG), Johnson Naviti, but the Daily Post also understands that the DG Naviti will travel to Honiara to convey the Vanuatu Government’s decisions to the meeting.

The Government’s stand on the issue of West Papua application for full MSG membership and other important regional issues will be made known only at the end of the MSG heads of government summit, which ends tomorrow with plenary and closing ceremony.

The outcome of the West Papua application for MSG full membership is expected to be made known publicly from Honiara, Solomon Islands, later today, Vanuatu time.

The decision by the MSG leaders will be made during the MSG Heads of Governments during their Retreat today, according to reliable government source in Port Vila.

It is expected to be made known through a Communiqué to be issued by the MSG officials in Honiara late today.

The Daily Post understands that Vanuatu Prime Minister nor other ministers could be present at the MSG 20th Summit, 2015, because of the current political situation in the country involving court cases; first the Constitutional Case involving Speaker’s decision to close the First Ordinary Session of Parliament when the Opposition sponsored motion against Prime Minister Sato Kilman, was not debated and the bribery case that has been moved by Court for hearing next month.

The West Papua application for full membership into the MSG has been one of the main issues of concern by the churches, the chiefs and other civil societies in Vanuatu and around the Pacific region and beyond prior to and over the period of the MSG 20th Summit 2015 in Honiara this week.

The Vanuatu Christian Council have aired their stand on the issue for and on behalf of all churches and Christian ministries in the country earlier this week while the Malvatumauri Council of Chiefs made a final call on the Vanuatu Government to vote for West Papua full membership in a statement published in the Daily Post yesterday.

Shortly, the outcome will be made known and it will most likely show what Vanuatu’s stand is on the West Papua Application for full membership into the MSG.

Since its election, the new government has not officially cleared its position on the United Liberal Movement of West Papua’s application to be a full member of the MSG.

ligo@dailypost.vu

Port Vila berparade untuk Kemerdekaan West Papua

Posted: Wednesday, December 3, 2014 12:00 am, By Len Garae | Vanuatu Daily Post, diterjemahkan PMNews

Kemarin pagi Port Vila bangun dengan gegap gempita menyambut marching dari Brigade Mobil (Brimob) Brass Band dan pukulan yang membuat semua mata mau melihatnya, saat mereka memimpin paradanya melewati Ibukota menuju ke bukit di mana Bendera Bintang Kejora telah berkibar berdampingan dengan Bendera Vanuatu di Saralana yang dikibarkan oleh para pejuang kemerdekaan dari Vanuatu.

Sejumlah orang melambaikan bendera West Papua dipimpin oleh Perdana Menteri dan anggota kabinetnya dan delegasi dari West Papua yang telha tiba pada waktunya untuk mengambil bagian dari Pertemuan Unifikasi di Rumah Adat (Nakamal) para Kepala Suku dalam waktu tiga hari dimulai dari hari ini

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny