Tuntaskan Masalah di Papua Dengan Dialog

KBR68H – Papua terus saja memanas. Saat peringatan Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia ke-66, serangkaian peristiwa penembakan terjadi di Paniai. Sedang sebelumnya aksi berbau separatisme juga mengemuka dengan pengibaran bendera Bintang Kejora. Ada dugaan kelompok pengacau keamanan ini ingin mengacaukan hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-66. Koordinator Jaringan Damai Papua Pastor Neles Tebay menjelaskan kondisi terakhir Bumi Cenderawasih.

Kalau ditempat anda situasinya seperti apa?

Saya di Jayapura, situasinya aman tapi orang-orang sedikit resah karena kekerasan-kekerasan yang terjadi beberapa hari yang lalu termasuk di dalam kota, mobil ditembaki, bendera bintang kejora dikibarkan, dan lain sebagainya.

Kalau aparat keamanan menyebutkan pelakunya OPM, siapa sebenarnya yang melakukan ini?

Menurut laporan memang pelakunya OPM tapi itu belum ada investigasi, polisi masih melakukan investigasi. Jadi, saya pikir tidak adil kalau hanya karena melihat bendera bintang kejora dikibarkan lalu menyatakan bahwa pelakunya OPM, sementara OPM sendiri tidak bisa dimintai pendapat. Jadi saya pikir siapapun pengibar bendera itu, pengibaran bendera bintang kejora ini memperlihatkan bahwa ada masalah di Papua yang belum diselesaikan.

Dari saksi-saksi yang ada sejauh ini, yang Pastor Nelles Tebay ketahui siapa?

Jadi, dari pihak yang menangkap bahwa menuduh OPM sebagai pelaku kekerasan, sementara polisi belum secara langsung menyebutnya betul sebagai pelaku, rakyat biasa sedang mencari-cari siapa pelakunya karena kekerasan ini terjadi di tempat yang sama dalam waktu yang tidak terlalu lama. Jadi ini mesti orang yang betul-betul menguasai keadaan kota Jayapura atau Arbepura terutama. Jadi ini jelas kita tidak tahu persis siapa pelakunya. Tapi siapapun pelakunya, pengibaran bendera bintang kejora itu memperlihatkan bahwa ada masalah di Papua yang memang belum diselesaikan, belum dituntaskan.

Masalah yang anda tangkap seperti apa?

Bendera bintang kejora ini bendera politik, kalau memang itu yang menyebarkan adalah OPM, OPM itu bukan organisasi kriminal, ini organisasi yang memperjuangkan ideologi tertentu, ideologi pro merdeka. Tuntutan pro merdeka itu ada, bukan karena tidak ada apa-apanya, tuntutan ke pro merdeka karena ada penyebanya. Yang sekarang diperlukan adalah pemerintah Indonesia dengan pihak OPM atau rakyat Papua yaitu bersama-sama bertemu berdialog untuk mencari tahu penyebab-penyebab dari terjadinya penembakan-penembakan di kabupaten Paniai misalnya. Tanpa berdialog, masalah atau penyebab utama dari kekerasan ini tidak akan teridentifikasi, maka solusinya pun tidak akan diambil. Jadi sementara ini menurut saya yang paling penting dilakukan untuk menghentikan kekerasan ini dan mencegah kekerasan ini terjadi lagi adalah perlunya dialog antara Jakarta, pemerintah pusat dan rakyat Papua untuk bersama-sama mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, dan bersama-sama mencari bagaimana menyelesaikan masalah ini secara damai.

Pasca konferensi, apakah tawaran dialog ini sudah diajukan ke pemerintah pusat?

Salah satu rekomendasi dari konferensi perdamaian adalah dialog. Banyak rakyat Papua itu sudah menerima dialog sebagai sarana terbaik untuk mencari solusi, jadi banyak orang Papua di kampung-kampung sudah mulai berdoa agar dialog antara pemerintah pusat dan rakyat Papua bisa terjadi suatu saat.

Jakarta seringkali mengajukan pertanyaan, bukankah ada Majelis Rakyat Papua, ada Dewan Adat dengan merekalah dialog dilakukan oleh Jakarta. Kemudian kalau mau dialog dengan OPM, itu dengan siapa?

Jadi, yang pokok itu adalah pemerintah pusat punya keinginan untuk berdialog dengan orang Papua, itu yang pertama. Lalu orang Papua itu diwakili oleh siapa itu nanti akan ditentukan oleh orang Papua. Kalau menurut saya, kalau pemerintah mau menyelesaikan masalah Papua maka dialog mesti melibatkan pihak yang bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Kalau antara pihak-pihak yang tidak bertentangan, ya tidak perlu berdialog silahkan bersilaturahmi saja. Tapi kalau betul-betul mau diadakan dialog untuk menyelesaikan masalah Papua, maka dialog mesti dilaksanakan diantara pihak-pihak yang berkelahi atau yang bertikai. Dengan demikian, TPN itu sudah harus mau tidak mau terlibat dalam keseluruhan proses dialog ini.

Sebetulnya bagaimana kekuatan TPN/OPM ini?

Saya juga tidak tahu kekuatan dari TPN/OPM, saya tidak punya akses dari mereka.

Apakah OPM mau diajak berdialog?

Mereka perlu ditanyai apakah TPN/OPM mau berdialog dengan masyarakat Papua.

Sampai sekarang hasil konferensi itu belum diberikan ke TPN/OPM?

Belum.

Sumber: http://www.kbr68h.com/berita/wawancara/10939

THURSDAY, 18 AUGUST 2011 15:25 SURYAWIJAYANTI

Mantan Waket MRP, Ir Frans Wospakrik Berpulang

JAYAPURA – Papua kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Jika sebelumnya mantan Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Agus Alue Alua meninggal dunia di Rumah Sakit Dian Harapan Waena Jayapura pada Kamis ( 7/4) sekitar pukul 15.00 WIT karena sakit, maka kali ini giliran mantan Wakil Ketua MRP, Ir. Frans A. Wospakrik,M.Sc berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa.

Ya, Frans A. Wospakrik yang juga mantan Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura ini meninggal pada Minggu (31/7) pukul 23.15 WIT saat menjalani perawatan di ruang ICU RSUD Abepura.

Cenderawasih Pos yang memonitor langsung di RSUD Abepura hingga pukul 01.00 WIT tadi malam belum berhasil mendapatkan konfirmasi dari pihak RSUD Abepura tentang penyebab kematian almarhum.

Pihak keluarga yang berada di RSUD Abepura tadi malam juga belum bersedia memberikan keterangan, karena mereka masih terpukul atas kejadian ini. Pihak keluarga baru bersedia memberikan keterangan jika jenazah sudah berada di rumah duka di Jalan SPG Perumnas I, Kelurahan Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, tepatnya di depan SMA Teruna Bhakti Waena.

Dari pantauan Cenderawasih Pos pukul 00.46 WIT, jenazah almarhum sedang dimandikan di kamar jenazah RSUD Abepura dan setelah selesai rencananya akan dibawa ke rumah duka. Namun hingga pukul 01.30 WIT, jenazah masih di RSUD Abepura.

Kabar duka ini sontak langsung menyedot perhatian banyak pihak. Terbukti tadi malam beberapa tokoh Papua di antaranya Ketua MRP Sementara Joran Wambrauw, Wakil Ketua MRP Sementara Pdt. Hofni Simbiak,S.Th, Staf Ahli Gubernur Agus Sumule dan para dosen dari Uncen tampak langsung berkunjung ke RSUD Abepura. (nls/fan/fud)

Sumber: Senin, 01 Agustus 2011 , 09:56:00, Cepos

Enhanced by Zemanta

Hanya Laporan Berkala Biasa, Tidak Ada Perintah Membungkam Aktivis di Papua

Laporan setebal 25 halaman yang dibuat Agustus 2007 atau 13 tahun silam itu di bagian akhirnya tercantum nama Lettu (Inf) Nur Wahyudi sebagai Danpos Satgas Ban-5 Kopassus Pos I Kotaraja.

Didalamnya ada sederet nama para aktivis yang menurut pengakuan mereka dijadikan “target operasi”, namun dari dokumen yang berhasil di peroleh Bintang Papua dari blog berbahasa Inggris milik Alan Nairm jurnalis Amerika Serikat yang pertama kali mempublikasikan dokumen tersebut, nama – nama aktivis dimaksud tidak lebih dari daftar para aktivis yang berdomisili di wilayah Kotaraja dan sekitarnya yang getol menyuarakan ketidakadilan, pelanggaran HAM, dan mengkritisi Pemerintah, dan sama sekali tidak ada perintah untuk membungkam mereka semua.Dan buktinya nama – nama yang tercatat di dalam dokumen yangdikeluarkan 13 tahun lalu itu, hingga kini orang – orangnya masih segar bugar dan tetap menjalankan aktivitas mereka, memperjuangkan ketidakadilan yang diterima oleh orang Papua selama ini.

“Adapun nama tokoh – tokoh gerakan sipil dan politis vokal yang berdomisili di Kotaraja dan sekitarnya, antara lain :

  1. Pdt. Socrates Sofyan Yoman (Ketua Gereja Baptis Pa­pua),
  2. Markus Haluk.(Sekjen AMPTI),
  3. Buchtar Tabuni (Aktivis),
  4. Aloysius Renwarin, SH.(Ketua Elsham)
  5. , DR. Willy Mandowen.(Mediator PDP),
  6. Yance Kayame (Ketua Komisi A DPRP),
  7. Lodewyk Betawi,
  8. Drs.Don Agustinus
  9. Lamaech Flassy MA (Staf Ahli PDP),
  10. Drs. Agustinus Alue Alua (Ketua MRP),
  11. Thaha Al Hamid.(Sekjen PDP),
  12. Sayid Fadal Al Hamid (Ketua Pemuda Muslim Papua),
  13. Drs.Frans Kapisa.(Ketua Solidaritas Nasional Mahasiswa Papua),
  14. Leonard Jery Imbiri,S.Pd.(Sekretaris Umum DAP),
  15. Pdt.DR.Benny Giay.(Pdt KINGMI Papua),
  16. Selfius Bobby (Mahasiswa STT Fajar Timur)”,

Demikian tertulis pada halaman 6 Laporan Triwulan I Pos Kotaraja yang berhasil diperoleh Bintang Papua. Yang kemudian dilanjutkan dengan daftar nama

Tokoh Adat (Ondoafi), dan Tokoh Masyarakat yang berdomisili di seputar wilayah Kotaraja dan sekitarnya, lengkapnya dalam laporan tersebut tertulis, “Adapun nama tokoh adat, tokoh masyarakat yang berdomisili di Kotaraja dan sekitarnya antara lain :

  1. Ramses Ohee (Ondoafi Waena),
  2. Jhon Mebri (Ondoafi Yoka, Daulat Frengkiw (Ondoafi Nafri), dan
  3. George Awi (Ondoafi Enggros).

Selain itu juga dilaporkan secara lengkap daftar kantor instansi pemerintah, sarana pendidikan, sarana ibadah, pusat – pusat ekonomi dan perbelanjaan, daftar parpol, dan komposisi dan jumlah penduduk di Jayapura secara umum berdasarkan suku bangsa, yang kesemuanya data tersebut terangkum dalam Bagian Keadaan dan Kondisi Daerah Operasi Satgas Ban-5 Pos I Kotaraja, termasuk daftar 6 orang anggota Satgas Ban-5 yang bertugas. Mulai dari awal sampai akhir laporan setebal 25 halaman itu, sama sekali tidak ada instruksi secara halus maupun tersamar, apalagi tegas yang bertujuan untuk “membungkam” apalagi menghabisi para aktivis yang pro Merdeka, maupun yang getol menyuarakan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat di Papua dan aktivis yang vokal mengkritisi Pemerintah.

Lembar pertama laporan itu pada kop-nya tertulis dengan huruf balok SATGAS BAN – 5 POS I KOTARAJA, yang disambung dengan judul laporan dengan huruf balok juga “LAPORAN TRIWULAN I POS KOTARAJA, sedangkan sistematika penulisannya terdiri dari Pendahuluan, Keadaan, Tugas Pokok, Konsep Operasi, Pelaksanaan, Prediksi kedepan, Hambatan dan cara Mengatasi, serta Kesimpulan dan Saran. Adapun maksud dari penyusunan Laporan Triwulan tersebut seperti tercantum pada halaman 1 adalah memberikan gambaran, masukan dan laporan tentang kegiatan yang telah dan yang akan dilaksanakan oleh anggota Pos Kotaraja dalam mengimplementasikan tugas pokok Satgas Ban -5, dengan tujuan sebagai bahan masukan kepada Dan Satgas Ban – 5 Kopassus agar mengetahui situasi dan kondisi di daerah Kotaraja, kegiatan anggota Pos Kotaraja serta kegiatan kelompok Gerakan Sipil Politis/Bersenjata di seputaran Kotaraja.

Dalam laporan itu juga dilaporkan beberapa strategi dan pola pendekatan yang dilakukan oleh Satgas untuk meredam dan meminimalisir berkembangnya paham separatisme yang mengancam keutuhan negara yang terus di dengungkan oleh tokoh – tokoh Papua, dimana mereka mencoba mengidentifikasi pola gerakan, paham ideologi, kelemahan, kekuatan, serta pihak – pihak yang bisa dijadikan “kawan” untuk mematikan ideologi separatisme dimana kesemua laporan itu terangkum dalam halaman 8 dengan judul Keadaan Musuh.

Sebagaimana pengakuan Forkorus pada media ini Senin (15/11) bahwasanya selain ia merasa di mata – matai oleh intelijen, saat ini juga beredar sejumlah uang yang bertujuan untuk melenyapkan dan membungkam kevokalannya, dan itu diperkuat dengan informasi bocornya dokumen operasi Kopassus yang menurut pengakuan Forkorus sendiri ia belum melihat secara langsung dokumen tersebut dan hanya mendengarnya dari beberapa rekan yang sudah membaca lansiran beberapa media online atas blog Alan Nairm di, jurnalis Amerika Serikat yang mempublikasikan dokumen itu. Menurut Andi Widjajanto Direktur Executive Pacivis UI dalam bukunya berjudul Panduan Perancangan Undang – Undang Intelijen Negara yang diteribitkan 2006 lalu, bahwa semestinya dalam melakukan kegiatan-kegiatan intelijen, alat negara tidak boleh melanggar hak-hak dasar (non-derogable rights) meliputi:

(a) hak untuk hidup; (b) hak untuk bebas dari penyiksaan;

(c) hak untuk bebas dari perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi;

(d) hak untuk bebas dari perbudakan;

(e) hak untuk mendapatkan pengakuan yang sama sebagai individu di depan hukum; dan

(f) hak untuk memiliki kebebasan berpikir, keyakinan nurani, dan beragama.

Sehingga kegiatan mematai – matai atau memantau setiap kegiatan politis apalagi yang menjurus kepada makar yang dikhawatirkan mengganggu keutuhan suatu negara adalah tindakan legal sama seperti hak kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum yang diberikan negara kepada warga sipil. sepanjang tidak melanggar hak – hak dasar manusia, dan itu terjadi di semua negara yang menganut azas demokrasi. Peraturan terakhir yang diberlakukan terhadap intelijen nasional adalah Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2004. Untuk fungsi koordinasi semua kegiatan intelijen, Badan Intelijen Negara (BIN) berpegang pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2002, sedangkan terkait Komunitas Intelijen Daerah (KID) yang saat ini terbentuk di semua tingkat kabupaten merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 11 Tahun 2006. (Bersambung)

Sebulan Mengenang Almarhum Hans Wospakrik: Kecemerlangan dalam Kesederhanaan

Persis sebulan yang lalu, Indonesia kehilangan salah salah satu putra terbaiknya. Hans J. Wospakrik meninggal di RS Dharmais, Jakarta pada tanggal 11 Januari 2005 karena penyakit leukimia. Dosen Fisika Teoritik di ITB ini juga merupakan kebanggaan daerah asalnya, Papua. Bukan hanya kecermelangannya yang membuat banyak orang kehilangan dirinya, tapi terutama kesantunan dan kelembutan hati beliau. Komitmennya pada dunia pendidikan serta perhatiannya pada mahasiswanya meninggalkan kesan mendalam bagi bekas murid-muridnya. Tulisan ini hanya hendak sedikit mengenang kembali beliau, sehingga semangat positif dan nilai luhur yang diperjuangkan oleh alm. Hans J. Wospakrik dapat menginspirasi dan diteruskan oleh banyak orang.

Hans J. Wospakrik memang lahir dalam keluarga pendidik. Keluarga Wospakrik adalah keluarga yang terpandang di masyarakat Papua, sebagai keluarga pendidik. Saudara-saudaranya banyak yang berprofesi sebagai dosen juga; salah satunya, Frans Wospakrik,
menjadi rektor Universitas Cendrawasih.

Atas saran kakaknya, Hans J. Wospakrik muda masuk ITB tahun 1971 sebagai mahasiswa Teknik Pertambangan. Namun, Pak Hans tidak betah, sehingga tahun berikutnya Hans pindah ke jurusan Fisika ITB Pendidikan sarjananya diselesaikan tahun 1976. Akhir tahun 1970-an, Hans pergi ke Belanda untuk melanjutkan studi pascasarjana di bidang fisika teoritik. Minatnya terhadap bidang penelitian mulai berkembang di sana. Dia lebih tertarik melakukan pendidikan di luar bidang desertasinya, ujar Satria Bijaksana, dosen Fisika, Wakil Dekan FMIPA

Semenjak tahun 1999 beliau pergi ke Universitas Durham, UK. Tapi, program doktornya baru diambil pada tahun 2002 di universitas yang sama. Menurut Satria, yang juga bekas anak didik almarhum, di sana, beliau banyak mengadakan penelitian yang pantas dikagumi. Menurut Satria, dalam satu-dua tahun ke depan, Hans diharapkan sudah menjadi guru besar Departemen Fisika. Dari segi senioritas; dari segi akademik kami sudah berharap banyak, tuturnya.

Pada awal tahun 1980-an, sembari melanjutkan studi pascasarjananya, pernah mengadakan riset bersama Martinus JG Veltman, di Utrecht, Belanda, dan di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat (AS). Tahun 1999, Veltman meraih Nobel Fisika.

Cemerlang dan Bersemangat
Beliau sangat mengutamakan originalitas, ungkap Fredy P. Zen, ketua Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Fisika Teoritik, Departemen Fisika, ITB Bidang fisika teoritik memang salah satu bidang Fisika yang sulit; juga sulit dalam pengembangan penelitiannya. Publikasi beliau tidak sangat banyak, tapi originalitasnya pantas dikagumi, ujar Fredy, yang juga teman dekat almarhum Hans. Beberapa publikasinya diterbitkan di jurnal internasional, Physical Review D (1982 dan 1989), Journal of Mathematical Physics (2001 dan 2002), International Journal of Modern Physics (1991), serta Modern Physics Letters A (1986 dan 1989).

Semangat kerja beliau yang tinggi diakui oleh rekan-rekan staff pengajar Fisika. Kadang saya mengira sudah bekerja cukup keras. Sudah telat pulangnya, ujar Satria, Tapi begitu lewat kantor Pak Hans, masih ada beliau (di kantornya red.) Semangatnya tinggi sekali tapi juga low-profile, ungkap Boby E. Gunara, rekan dosen Fisika teoritik yang satu ruangan dengan almarhum Hans.

Sebelum almarhum pergi ke RS Dharmais di Jakarta, bahkan, almarhum Hans masih menyempatkan diri untuk membuat kunci jawaban ujian mahasiswa S-1. Hans juga telah meminta tolong Boby untuk memeriksa ujian-ujian mahasiswanya. Tanggung jawabnya sebagai pengajar dan pembimbing tidak pernah dilupakannya, kendati sedang sakit parah sekalipun.

Kesetiaan pada ITB
Kecemerlangannya membuat banyak pihak menawarkan pada Hans tawaran mengajar dan proyek-proyek tertentu. Banyak sekali yang menawarkan Pak Hans, ungkap Fredy, Terakhir itu, Pak Hans ditawarkan mengajar di Kyoto University. Tapi, Hans tidak pernah mau menerima tawaran-tawaran itu walaupun bayarannya tinggi.

Dia dosen yang benar-benar setia dan sederhana, kenang Fredy. Setiap kali ditanya mengapa tidak mau menerima tawaran menggiurkan itu, Hans selalu menjawab dengan: saya malas . Tapi, Fredy yakin bahwa ada alasan yang lebih besar, mengapa almarhum Hans menolak banyak tawaran itu.

Kepergian yang Mendadak
Tidak ada yang menyangka tokoh pendidik kebanggaan masyarakat Papua ini akan pergi begitu cepat. Kalau orang melihat perawakan Pak Hans yang tegap dan gagah, tidak akan ada yang menyangka kalau beliau sakit, ungkap Satria. Rekan-rekannya tidak ada yang mengetahui bahwa Hans mengidap leukimia. Bahkan Hans sendiri baru memeriksakan diri dan mengetahui bahwa dirinya mengidap leukimia seminggu sebelum beliau meninggal.

Hari Jumat, 7 Januari, Hans masuk RS Dharmais, Jakarta. Rekan-rekan dosen yang mengetahui hal ini sudah berencana menjenguk tapi tidak segera karena banyak yang mengira bahwa walaupun leukimia itu penyakit berat, namun prosesnya butuh waktu lama. Teman-teman di Fisika mengira ya, Pak Hans mau kontrol ke Jakarta, ujar Satria. Tidak ada yang mengira lima hari kemudian beliau meninggal.

Fredy, yang dekat dengan almarhum mengungkapkan bahwa memang Hans pernah mengeluh lemas dan tidak enak badan. Waktu itu, dikira karena pengaruh diet, ujar Fredy. Saat itu Hans memang sedang diet tidak makan daging untuk menekan kolesterol. Setahunya, Hans memang tidak pernah mengeluh sakit kepada siapa pun kecuali dirinya. Mungkin beliau tidak mau orang khawatir, ujar Fredy.

Saat halal bihalal 2004, Hans memang tampak lebih kurus tapi tetap bersemangat. Waktu itu kami bercanda, bahwa ini karena diet, kenang Fredy. Menurutnya, terakhir bertemu dengan almarhum adalah Desember 2004, Hans menceritakan dengan bersemangat bahwa dirinya baru saja mengirimkan kartu natal bersamaan dengan hasil penelitiannya terakhir kepada profesor pembimbingnya di Durham, UK.

Saat Hans sering tidak ke kampus, tidak banyak rekan-rekan atau mahasiswanya yang mempunyai prasangka negatif. Teman-teman mengira Pak Hans itu flu. Kan sedang musim hujan, ujar Fitria Armalivia, mahasiswa program sarjana Departemen Fisika yang tugas akhirnya dibimbing oleh almarhum. Bulan Desember 2004 ada banyak liburan dan juga merupakan masa ujian semester sehingga dosen-dosen pun jarang bertemu, ungkap Satria. Mahasiswa sibuk belajar dan dosen mempersiapkan serta memeriksa ujian.

Hubungan dengan Mahasiswa
Hans memang bukan tepatnya dosen yang gaul dengan mahasiswanya, namun Hans selalu mengutamakan mahasiswanya. Kalau diajak berdiskusi tentang Fisika, dia sangat bersemangat, ungkap Fredy. Walaupun harus pulang sampai larut malam pun, Hans tetap mau meladeni mahasiswa yang berkonsultasi dengannya.

Kuliah yang dipegangnya bukan kuliah gampangan, tapi karena cara mengajarnya, kuliahnya menjadi mudah. Pak Hans bilang kalau kehadiran kuliah gak wajib, tapi justru kita yang selalu ingin dateng ke kuliah Pak Hans, ujar Arma, Sayang kalau ketinggalan kuliah Pak Hans. Hans memang dikenal pandai mengajar. Kalau kita tanya sesuatu, pasti ceritanya panjang, bukan cuma ngasih definisi. Karena menurut Pak Hans, kita harus bisa ngerti sendiri, bukan cuma dikasih definisi dan bisa ngitung, kenang Arma. Dia bisa membuat hal sulit menjadi kelihatan mudah, ujar Satria yang pernah menjadi mahasiswa Hans juga. Saat mengajar, Hans selalu membawa catatan kuliah yang ditulis sendiri dengan tulisan tangan tanda bahwa selalu mempersiapkan diri sebelum memberikan kuliah.

Dalam membimbing mahasiswanya, Hans itu tidak pernah terburu-buru. Pekerjaan beliau juga dikenal rapih. Saya pernah mengalami masalah dalam suatu perhitungan. Enam kali pertemuan dengan Pak Hans, baru ketemu salahnya, kenang Arma, Pak Hans itu benar-benar telaten. Hans memang selalu involve dalam kegiatan mahasiswanya. Tidak hanya omong, kenang Satria Beliau ikut terlibat dalam setiap pekerjaan dan tugas anak-anak bimbingannya.

Pak Hans itu sangat encouraging, ujar Fredy, rekan dosen yang juga pernah menjadi mahasiswa almarhum, Dia selalu mendorong yang muda-muda. Hal ini juga tampak dalam kuliah-kuliah yang beliau berikan. Dia tidak mau jadi yang pintar sendiri, kenang Fredy, Saya belajar banyak tentang cara mengajar dari beliau.

Banyak rekan-rekan dan mahasiswanya yang amat kehilangan dengan sikap beliau yang santun dan hormat. Pak Hans betul-betul menempatkan orang dengan respek, semua orang diperlakukan dengan santun dan hormat, kata Satria, Dia hebat tapi tetap santun.
***
Bukan hanya Departemen Fisika atau masyarakat Papua yang kehilangan beliau. ITB dan juga, Indonesia telah kehilangan satu individu yang patut dibanggakan: hebat, potensial, tapi juga rendah hati dan santun. Kesantunannya dalam bersosialisasi dengan siapapun serta keterlibatannya pada setiap mahasiswanya patut dijadikan contoh. Kesetiaan dan komitmennya pada ITB terwujud dalam prinsipnya yang benar-benar fokus dalam pekerjaannya mengajar dan meneliti; tawaran mengajar atau ber- proyek selalu ditolaknya. Diluar kecermelangan serta semangatnya yang tinggi dalam mengajar serta meneliti, Hans tetap menjadi pribadi yang ramah serta sederhana. Bahkan, pulang-pergi dari ITB menuju rumah kontrakannya, Hans masih menggunakan kendaraan umum.

Banyak potensi dan perjuangan almarhum Hans Wospakrik yang belum selesai. Semoga keutamaan almarhum Hans Wospakrik dan nilai-nilai yang beliau perjuangkan dapat menginspirasi kita dan dapat dilanjutkan oleh kita: masyarakat ITB dan masyarakat Indonesia.

Jumat, 11 – Februari – 2005, 12:21:00 | krisna, Sumber: ITB News
antonius krisna murti
10/2/05 11.12 pm

Enhanced by Zemanta

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny