Pratu Hamdan, Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) Yonif R 321/GT ditembak mati oleh TPNPB /OPM

Pratu Hamdan, Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) Yonif R 321/GT ditembak mati oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) di Distrik Yal, Kabupaten Nduga, Papua Barat pada Senin, 3 April 2023 sekitar pukul 09.20 pagi.

Hamdan mengalami luka tembak pada bagian kepala dan tewas setelah melakukan kontak senjata dengan prajurit TPNPB dibawa pimpinan Panglima Kodap III Nduga, Egianus Kogoya.

Pemerintah indonesia dibawa kepemimipinan Presiden Joko Widodo dan New Zealand ParliamentNew Zealand Government diminta untuk melakukan negosiasi dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagaimana yang telah menyandera pilot Philips Marthens warga negara New Zealand oleh TPNPB sejak 7 februari 2023 lalu untuk segera dibebaskan.

United Nations Human RightsUN GenevaUnited Nations Police – UNPOL dan semua komunitas Hak Asasi Manusia (HAM) diseluruh dunia harus ketahui bahwa konflik bersenjata di West Papua telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari pihak sipil bahkan terhadap prajurit TNI/POLRI dan TPNPB sebagaimana dalam bukti dibawa ini adalah Jazad Pratu Hamdan prajurit TNI yang ditembak mati oleh TPNPB di Nduga kemarin.

Dunia internasional juga harus ketahui bahwa pilot Philips Marthens warga negara New Zealand hari ini nyawa telah terancam. Sebab, Ia berada ditengah konflik bersenjata.

Naftall Tipagau Pemerintah indonesia minta untuk melakukan perundingan dengan OPM agar nyawa pilot Philips Marthens bisa terselamatkan di wilayah konflik bersenjata di Nduga, West Papua sebab, Ia adalah warga sipil tak bersenjata yang di sandera oleh TPNPB hanya karena tak patuh atas peringatan yang dikeluarkan oleh OPM TPNPB yang menyatakan bahwa pesawat sipil dilarang masuk dalam wilayah konflik bersenjata di Nduga, Intan Jaya dan sejumlah tempat lainnya. Maka Ia ditangkap pada 7 Februari 2023 lalu hingga sekarang masih berada di hutan bersama prajurit TPNPB.

CNN Africa CNN Politics FOX Channel CNN Create CNN CoCNN AfricansCNN Politicso FOX ChannelisCNN CreateCNCNN CommunicationseaCNN Directo USAonCNN This MorningCNN Parenting CCNN WeathererCNN OpinionNNCNN en EspañolCNN BusinessnmCNNCNN InternationalUnCNN KurdiShXiCNN+ NCNN EntertainmentgiCNN State of the Unions China Xinhua News SBBC News PidginmeBBC PashtowsBBC News 中文(繁體)wsBBC World Service ABBC BurmesejaBBC News YorubackBBC News नेपाली BBBC News AfriqueBBBenjamin BurtonC black-ishBBBBC URDU BBBC News AfricaFoBBC NewsFoBBC1 BBC AmericaBBC EarthBBC News MundoFox NewsFox 11 Los Angeles

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Komnas TPNPB-OPM Umumkan Duka Nasional Se Tanah Papua

SERANGAN JANTUNG. DEWAN MILITER TPNPB BRIGJEN NAFTALI AWOM MENINGGAL DUNIA

Biak, 21 September 2021|00.30

Kronologis:
Brigjen Naftali Awom AwalNya Menjadi Anggota Organisasi Papua Merdeka Sejak Kecil, Jend. Melkias Korkonsup Awom Lantik Brigjen Naftali Awom Menjadi Anggota OPM Kemudian Menjadi Kepala Markas Besar Organisasi Papua Merdeka, Perwomi Biak. di Bawah Komando Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) Jend. Melkias Korkonsup Awom.

Setelah Komnas Dorong Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Papua Merdeka-Tentara Pembebasan Nasional KTT. TPN-OPM, di Markas Induk OPM Perwomi Biak.

Almarhum Naftali Awom Di Angkat Menjadi Ketua Dewan Militer Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat. Brigjen Naftali Awom. Almarhum meninggal Karena Jantung di Mnukwar.
Almarhum Lahir: Biak, 5 September 1950

Meninggal Dunia: Mnukwar 20 September 2021, Waktu. 07.25 WP.

Jabatan: Ketua Dewan Militer KOMNAS TPNPB Di Teritorial Papua Barat.

Demikian Laporan Sementara.
Oleh
Jubir Komnas TPNPB-OPM
Sebby Sambom
Pewarta : Admin KOMNAS TPNPB-OPM
Foto istimewa Doc TPNPB-OPM Markas Perwomi Biak

Pasukan TPNPB Berhasil Tembak Ajudan Bupati Wilem Wandik di Ilaga Papua

Siaran Pers Oleh Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB-OPM Per 4 Juni 2021

Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB-OPM telah terima laporan resmi dari Pimpinan Militer TPNPB langsung dari Ilaga, dan dalam laporannya Panglima KODAP SINAK Bridjen Militer Murib dan Komandan Operasi Umum Mayjen Lekagak Telenggen melaporkan bahwa mereka telah berhasil tembak Ajudan Bupati Wilem Wandik di Ilaga, Kabupaten Puncak Papua.

Laporan TPNPB dari Ilaga pada tanggal 03/06/2021 pukul 02:15 Waktu Papua silakan ikuti dibawah ini:

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Menembak ajudan bupati wilem wandik di erombaga bandar udara Kabupaten Puncak Papua di Ilaga.

Pimpinan Militer TPNPB-OPM dari Ilaga mengatakan bahwa kami dengar pernyataan Militer dan Polisi Indonesia yang kami terimah oleh PIS bahwa TNI/POLRI bilang kami sudah usir Pimpinan dan Pasukan TPNPB-OPM dari kota Ilaga dan Ilaga aman-aman saja, namun TPNPB menyatakan bahwa kami tidak lari tapi kami ada disini dan tidak pergi.
Dan kami siap lawan Psukan Setan dari Jakarta, disini tanah kelahiran kami, dan disini tanah ahli waris nenek moyang kami. Jadi kami siap layani Pasukan Setan, yaitu TNI/POlri.

Dan faktanya, pukul 05:50 waktu Papua, kami serang Militer dan Polisi Indonesia di Bandara Ilaga, dan kami lakuakn kontak senjata dan kami juga bakar bandara di Ilaga, Kabupaten Puncak Papua. Ini adalah laporan langsung dari Ilaga, yang telah dilaporkan oleh Numbuk Tenggen.

Kami Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) sangat mengetahui bahwa ajudan Bupati Wilem Wandik adalah anggota Militer atau Polisi Indonesia, maka kami tembak dan Tentara Pembebasan Nasinal Papua Barat (TPNPB) bertanggung jawab atas penembakan ini, dan juga bakar Bandar di Ilaga.

Tujuan kami jelas, usir Pasukan Kolonial Indonesia dan kami mau mendirikan negara sendiri, yaitu Negara Republik Sosialis Papua Barat.

Penanggungjawab Perang Pemebasan Nasional Papua Barat di Kabupaten Puncak Ilaga yaitu, Komandan Operasi Umum TPNPB-OPM Mayjen Lekagak, Panglima KODAP Sinak Bridjen Militer Murib dan Panglima KODAP Ilaga Bridjen Peny Murib.

Peringatan Manajemena Markas Pusat KOMNAS TPNPB-OPM Kepada Warga Imigran Indonesia yang beraktifitas di Wilayah Konflik bersenjata agar segera tinggalkan wilayah yang Pimpinana TPNPB telah umumkan sebagai zone Perang, dan TNI/POLRI segera hentikan propaganda murahan dengan dalil TPNPB-OPM tembak masyarakat civil. Tidak ada wagra civil di wilayah konflik bersenjata, yang ada hanya TNI/Polri dengan pasukan intelejen nya. Jadi jangan salahkan Pimpinan dan Pasukan TPNPB, jika ada yang kena tembak.

Laporan ini adalah kualifikasi resmi yang dikeluarkan dari Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB-OPM, dan diteruskan kepada semua pihak oleh Jubir TPNPB-OPM Sebby Sambom. Terima kasih atas kerja sama yang baik.

Source: FB Inbox

NIPORLOME: Ingat Kolam Merpati ingat Niporlome, Duka Dari Ilaga

NIPORLOME: Ingat Kolam Merpati ingat Niporlome.

Niporlome dilupakan sejak adanya jalan baru Kago 1- Eromaga (1991).

Jadinya Lupa Niporlome-Ingat Kolam Merpati.

Setelah Pemekaran Kabupaten Puncak, Niporlome disebut karena Darah & Air Mata mengalir bagaikan buangan air kolam Merpati.


Early morning, three West Papuan civilians were shot dead by Indonesian military during a raid in Nipulame Village:

Petianus Kogoya (head of village)

Patena Murib

Melius Kogoya

Four other civilians including children were injured.- Veronica Koman on Twitter

Murder of Melanesians in West Papua continues….What are Melanesian leaders doing today?

Catatan Bung Iwan Penthol – “HOMRATKU UNTUK TPNPB-OPM”

Hormat untuk kalian yang bertahan dihutan (TPNPB-OPM), digunung yang terus berjuang, aku menundukkan kepala dengan takjub. Kalian adalah orang-orang yang mempunyai kesadaran tertinggi dalam berjuang..level sebuah kesadaran yang tidak kami daptkan disini.

Perjuangan kalian dalam membebaskan diri dari bentuk kolonialisasi yang di kemas lewat jargon kosong nasionalisme-NKRI, tak lebih dari kedzoliman kapitalisme/imperialisme yang tengah dijalankan oleh rezim bonekanya di indonesia. 

Perjuangan yang membutuhkan militansi yang sangat tinggi, kesadaran yang melampaui intelektual di negri kami. Mengapa?. Karena disini kami masi dalam takaran memperdebatkan sebuah platform, sebuah isu anti imperialis/kapitalis & borjuasi reformis gadungan boneka dari imperialis. Tapi kau!, sudah melampaui kesadaran kami, sebuah tindakan nyata, kongkrit hasil dari kesimpulan dari literatur lusinan buku-buku progresif. meninggalkan semua akan subyektifisme.

Cita-cita yang cukup mulia dari takdir sejarah yang memang harus kau lakukan untuk mendapatkan tanah air merdeka Papua.

Disini hanya segelintir manusia sadar..sisanya gerakan sampah & kami masih terus belajar memahami literatur-literatur yang ada di buku untuk sebuah pembebasan. Sedangkan sisa manusianya disini tidak pernah terbongkar kesadarannya dalam berjuang, asik dengan kemiskinannya kerja cari duit…kerja cari duit, itulah cerminan dari manusia disini yg Ahli dalam Menderita, keburu tunduk pada penindasan selama faedahnya belum dirampas. Karna itu rasa takjubku pada kalian yang mengangkat senjata dalam berjuang, menjadi catatan terpenting dalam sejarah yang terus bergerak maju.

Mereka yang bilang kalian frustasi, sebetulnya adalah mereka yang disini yang frustasi karna tak melakukan apa-apa dalam sistem penindasan selama ini, selain hanya berkonsultasi pada rumah akademiknya yang tak memberikan solusi apapun juga.

Hormatku sekali lagi buat kalian cukup dalam. Hidup Sosialisme, Hidup Perjuangan bagi rakyat tertindas. Salam Pembebasan! 

Hidup Perjuangan Rimba Hutan, yakni Perang TPNPB-OPM yang selalu eksis melawan kekuasaan yang menindas

Seruan! Semua Pejuang Bangsa Papua Bergabung ke dalam ULMWP

Pembuka

Seruan ini disampaikan dari Kantor Berita Melanesia News, berita milik orang Melanesia, untuk sebuah Melanesia yang merdeka dan berdaulat.

Seruan ini disampaikan dalam rangka menyatukan kekuatan perjuangan bangsa Papua menentang teror dan intimidasi, penangkapan semena-mena, pengemboman dan pembunuhan yang merebak di seluruh West Papua setelah TPN/OPM dinyatakan oleh NKRI sebagai kelompok teroris.

Seruan ini didasari atas status ULMWP yang jelas, sebagai sebuah keberhasilan gemilang bangsa Papua yang harus kita akui dan banggakan, dan harus kita dukung, sampai NKRI angkat kaki dari tanah leluhur bangsa Papua: Negara Republlik West Papua.

Status dan Kedudukan ULMWP

United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) adalah satu-satunya organisasi yang dibentuk secara bersama oleh Orang Asli Papua, melewati prosedur demokrasi yang dapat dipertanggung-jawabkan kepada dunia, disaksikan oleh warga negara dan pemerintah di dunia, secara khusus di Melanesia, dan yang terpenting dari itu ialah, telah mendapatkan pengakuan secara hukum dan politik dari negara-negara di kawasan Melanesia.

ULMWP adalah sebuah hasil kisah sukses bangsa Papua dalam memperjuangkan hak-hak asasinya menentang penjajahan di atas tanah leluhurnya, yang telah dimulai sejak awal 1960-an dan kini telah berjalan selama lebih dari setengah abad.

ULMWP adalah anak-kandung dari semua figur politik bangsa Papua (antara lain Oktovianus Motte, Benny Wenda, dan Jacob Roembiak), didirikan oleh organisasi penggerak Papua Merdeka seperti PNWP, WPNCL, TPN/OPM, dan KNPB. Beberapa tahun kemudian kelompok TRWP dan Free West Papua Campaign juga telah bergabung ke dalam wadah pemersatu perjuangan bangsa Papua ini.

ULMWP dilahirkan oleh organisasi semua kelompok politik dan militer yang ada di Tanah Papua sejak 1960-an sampai saat ini, yaitu TPN/OPM, TPN PB OPM, NFRPB/ TNPB (Negara Federal Republik Papua Barat – Tentara Nasional Papua Barat) dan TRWP/ FWPC (Tentara Revolusi West Papua – Free West Papua Campaign), PNWP dan WPNCL (DeMMAK, DM TPN/OPM, TPN/OPM).

ULMWP telah memiliki badan hukum, yaitu didirikan berdasarkan sebuah Undang-Undang Dasar (UUD) yang telah disahkan oleh sidang resmi Komite Legislatif ULMWP pada akhir Oktober 2020 lalu.. UUD ULMWP ini bertindak sebagai Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Pemerintah West Papua yang berkantor pusat di Port Vila, Republik Vanuatu.

ULMWP memiliki status resmi dalam lembaga regional Melanesia bernama Melanesia Spearhead Group (MSG) sebagai anggota peninjau, yang secara otomatis mengandung arti secara hukum bahwa ULMWP telah mendapatkan pengakuan dari negara-negara Melanesia dan Indonesia sebagai lembaga yang berstatus sama dengan negara-negara merdeka lainnya di Melanesia dan di dunia

Sebentar lagi ULMWP akan mendapatkan status sebagai anggota penuh MSG, yang artinya statusnya secara hukum sama persis dengan NKRI di mata MSG, dengan demikian kita telah berhasil mengukir keberhasilan diplomasi gilang-gemilang.

Ditambah atas itu, ULMWP telah mendapatkan perhatian dari 78 Negara Africa, Caribbea dan Pacific dan telah mengundang para pemimpin ULMWP sebagai organisasi mewakili orang Papua dan wilayah West Papua yang saat ini diduduki oleh NKRI.

Apalagi yang kurang?

ULMWP telah mendapatkan dukungan dari seluruh negara Melanesia sebagai mitra kerja.

Apa lagi?

ULMWP telah memiliki West Papua Army (WPA) sebagai tentara yang resmi didirikan berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara West Papua.

Ditambah lagi!

ULMWP telah memiliki kabinet dengan kementerian yang jelas.

ULMWP juga telah secara resmi mengumumkan Panglima Komando West Papua Army bersamaan dengan pengumuman kabinet pada tanggal 1 Mei 2021.

Seruan kepada Tokoh, Aktivis dan Organisasi Papua Merdeka

Kami serukan kepada

  1. Para tokoh dan pemimpin politik bangsa Papua;
  2. Para pemimpin organisasi perjuangan bangsa Papua; dan
  3. Para panglima Komando pembebasan bangsa Papua di seluruh Tanah Papua

untuk bergabung ke dalam komando West Papua Army dan pemerintahan Sementara yang telah didirikan ULMWP

Dari Redaksi Collective Editorial Board of the Diary of OPM (Online Papua Mouthpiece)

WWW.

Public Notice: Each Party to Hold On and Think Rationally, Not Emotionally

Responding to various verbal conflicts happening lately among West Papua Leaders and Organisations,  General WPRA Amunggut Tabi

West Papua Revolutionary Army – Tentara Revolusi West Papua 
Secretariat-General Central Defense Headquarters

Telp: +675-4380025 – Mobile: +675-74215400 – Email: wpra@wparmy.info
==============================================

Responding to various conflicts of opinions on Organisation and Approaches in Free West Papua Campaign that have been developing recently, Gen. WPRA Amunggut Tabi at the Central Defense Headquarters of the West Papua Revolutionary Army (WPRA) hereby calls upon all parties: organisations, leaders, activists and all commanders of military fighters in the ungles to

hold on from various thoughts and campaigns in electronic and social media that are not just unroductive but looks very emotional and childish.

 

 

 

 

 

that tend to blame each other because:

  1. defending ourselves as the true one and blaming the others is not our main job in our independence struggle,
  2. Our main job in Free West Papua campaign is to fight against Indonesia, not gossiping each other, attacking each other, terrorizing each other and even endangering each other because such actions truly feed to the needs and goals of the Indonesian colonial government and at the same time kill or collective ideal.
  3. Let us leave this deadly virus and disease that kill West Papua independence, that is, “Suspecting each other”, and “Gossiping about each other” because this is the most deadliest disease in our struggle to Free West Papua.

From the WPRA Secretariat-General we urge all parties, particularly TPN PB – OPM under the leadership of Sebby Sambom and Jefry Pagawak, as well as Victor Yeimo and Agus Kossay to come and sit down together to think and talk rationally, from heart to heart, either via email, social media or WhatsApp Gropus or by meeting face to face in order to find solutions to the current situation that is messy and clearly sacrifices our struggles to Free West Papua.

Furthermore, Gen. Tabi states that blaming each other and listing names of each other and those who we suspect and gossip about and spread the list across the media by “black listing” each other as cooperating with Indonesia clearly shows we already fell into the trap of our enemy: Indonesia.

The atmosphere now is more than unproductive in our struggle. We have come to the level of destroying each other. WPRA therefore would like to urge all leaders to

  1. get out from the flow of “blaming each other”;
  2. get out from the flow of “clsiming ourselves as the right one”;
  3. focus on our goal, that is, to get Indonesia out from our inherited land, the territory of the Republic of West Papua.

tidak terbawa arus “saling menyalahkan” pihak lain;

We do not own Social, electronic and printed media, they are not our “customary house”, “customary table”where we can sit down and talk about various issues and resolves them.

We should come to resolve our differences and contradictory standpoints and approaches according to our Melanesian way, and let us get out from foreign media. Let us talk about our issues: differences and disagreements on approaches and leadership on face to face basis because were are always one in our goal, we are the same and one origin, we are the same and one destiny.

This letter is made public to in order to be shared among all elements and leaders of Free West Papua campaigns whereever you are.

Issued at : CDHs WPRA
On Date: 25 July 2019
———————————————————

Secretariat-General WPRA,

 

Signed

 

Amunggut Tabi, Gen. WPRA
BRN:  A.DF  018676

 

Seruan Umum: Masing-Masing Pihak Menahan Diri dan Berpikir Rasional, Tidak Emosional

West Papua Revolutionary Army – Tentara Revolusi West Papua 
Secretariat-General Central Defense Headquarters

Telp: +675-4380025 – Mobile: +675-74215400 – Email: wpra@wparmy.info
==============================================

Menanggapi berbagai Konflik Opini tentang Organisasi dan pendekatan serta kepemimpinan perjuangan Papua Merdeka yang berkembang belakangan ini, Gen. WPRA Amunggut Tabi dari Central Defense Headquarters (CDHs) West Papua Revolutionary Army (WPRA) menyerukan kepada semua pimpinan organisasi dan lembaga, tokoh, aktivis dan semua Panglima Komando Gerilya Papua Merdeka, supaya

menahan diri dari berbagai macam pemikiran dan kampanye di media elektronik dan media soail yang sangat tidak produktif, nampak emosional dan kekanak-kanakan,

yang berusaha menyalahkan satu sama lain, karena

  1. hal membenarkan diri dan menyalahkan pihak lain bukan pekerjaan pokok organisasi perjuangan Papua Merdeka,
  2. Tugas utama pejuang Papua Merdeka ialah menentang NKRI, bukan saling menggosip, saling menyudutkan, saling meneror, dan saling mencelakakan, karena perbuatan ini jelas-jelas memberi makan kepada kemauan dan cita-cita NKRI, dan mematikan cita-cita perjuangan kita bersama.
  3. Mari kita meninggalkan virus dan penyakit mematikan Papua Merdeka, yaitu “Saling Mencurigai” dan “Saling Menceritakan” tentang sesama pejuang, karena ini penyakit terbesar dan paling mematikan bagi perjuangan kemerdekaan West Papua.

Oleh karena itu, dari Kantor Sekretariat WPRA semua pihak, terutama pihak TPNPB-OPM pimpinan Sebby Sambom dan Jefry Pagawak disertai Viktor Yeimo dan Agus Kossay untuk kembali duduk secara rasional dan berbicara dari hati ke hati, baik lewat email, media sosial (Inbox dan Email), maupuun lewat WhatsApp group, atau dengan duduk muka-dengan-muka secara fisik untuk mencairkan suasana yang sangat kacau dan jelas-jelas mematikan perjuangan Papua Merdeka.

Selanjutnya dinyatakan bahwa cara menyalahkan dan mendaftar nama-nama kawan dan lawan yang harus dicurigai, dihindari dan bahkan dibasmikan sebagai daftar “black-list” adalah cara kerja lawan politik perjuangan Papua Merdeka dan bukan cara kerja sesama pejuang.

Oleh karena suhu hubungan antara sesama pejaung Papua Merdeka telah mencapai tingkatan yang lebih dari tidak produktif, telah tiba pada titik mematikan satu sama lain. Oleh karena itu WPRA menyerukan untuk semua pimpinan supaya

  1. tidak terbawa arus “saling menyalahkan” pihak lain;
  2. tidak terbawa arus “saling membenarkan diri”, dan
  3. fokus kepada tujuan, yaitu NKRI (Negara Kolonial Republik Indonesia) keluar dari Tanah leluhur bangsa Papua, wilayah kedaulatan Negara Republik West Papua.

Media Sosial, Media Elektronik dan Media Cetak Dunia ini bukan milik kita, bukan “honai” dan “para-para adat” kita. Oleh karena itu, mari kita selesaikan perbedaan dan persoalan di antara kita secara Melanesia, dan tinggalkan media-media buatan asing, khususnya untuk membicarakan perbedaan pandangan dan pendekatan, karena tujuan kita tetap sama dan satu, asal kita tetap sama dan satu, dan akhir kita juga tetap sama dan satu.

Demikian seruan ini disampaikan untuk disebarluarkan kepada seluruh elemen dan tokoh perjuangan bangsa Papua di mana-pun Anda berada dan bergerilya.

Dikeluarkan di : CDHs WPRA
Pada Tanggal: 25 Juli 2019
———————————————————

Secretariat-General WPRA,

 

Signed

 

Amunggut Tabi, Gen. WPRA
BRN:  A.DF  018676

Why West Papua Army and NOT TPNPB OPM or TPN/OPM ?

Gen. WPRA Amunggut Tabi (WPRA) from the Centreal Defence Headquarters of West Papua Revolutionary Army (WPRA) explains simple version of the resion “Why West Papua Army and NOT the West Papua National Liberation Army (TPN PB) of Organisasi Papua Merdeka (OPM) hereby called TPNPB – OPM?

Papua Merdeka News (PMNews)  asked Gen. Tabi regarding the dispute between the United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) with West Papua Army (WPA) and TPNPB-OPM under the leadership of Jefry Bomanak Pagaawak (OPM) and Sebby Sambom (TPNPB)l.

TPN/OPM, TPN.PB, TPN-PB, TPNPB-OPM, TNPB and OPM

General WPRA Tabi says, the first problem is to do with the name TPNPB. There have been so far three groups using the same name, TPNPB with three variations of TPN.PB-OPM (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka), TPN-PB (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat), and DM-TPNPB (Dewan Militer Tentara Pembebasan Nasional).

The first TPN-PB – OPM was set up by Komite Nasional Papua Barat (KNPB) in Biak in 2012. This TPNPB then formed affiliation with Jefry Bomanak Pagawak who has been based in Scotiau, Vanimo, Port Moresby, Kiunga and Mount Hagen.

Another TPNPB is also called TNPB, short name for “Tentara Nasional Papua Barat“. This TNPB has been called TPN as well under the command of H. R. Joweni until the formation of WPNCL on 20 December 2005 when Joweni was elected as the Chair of the WPNCL.

The Military Council of the West Papua National Liberation Army (DM-TPNPB) is chaired by Nikolas Ipo Hau and Gen. TPN Abumbakarak Omawi Wenda as the Supreme Commander.

Among these, there is West Papua Revolutionary Army (WPRA), which is called Tentara Revolusi West Papua (TRWP) with Gen. WPRA Mathias Wenda as the Commander in Chief. The WPRA was formed as a result of TPN/OPM Summit that was held after being endorsed by all military commanders in the jungles in 2005-2006 and held in Vanimo, in which WPRA was officially separated from the political organisation called OPM (Organisasi Papua Merdeka).

WPRA anticipated that a political grouping will be happening in the near future, most probably OPM with new leadership and organisation.

WPRA separated itself from OPM in order to help OPM as a political organisation to function properly as modern political organisation for West Papua Independence. It took very long time to separate between military wing and political organisation of Free West Papua Movement. Indonesia has been using this unclear naming and concept to brand the movement as separatist, trouble makers, and finally terrorists.

The name TPN/OPM (TPN slash OPM) has been very commonly used among West Papua independence fighters, making it complicated for Papuans ourselves to see who we are: “politicians” or “military fighters”. The rhetoric, the way of thinking, the concepts of the independence movement, as well as the naming of all have been mixed and misrepresented and misunderstood both by Papuans ourselves and more by the international community.

WPRA separation from OPM gave path to all other groups within West Papua independence movement to call themselves NOT TPN/OPM anymore, but it became DM-TPNPB, TPNPB and TPN-PB, or TPN.PB.

WPNA, NRFPB, TPN/OPM, WPRA, TPNPB, WPNCL

The story of TPN/OPM, TPNPB and WPRA is one side of the coin. The other side is the story of West Papua National Authority (WPNA), West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL) and the NRFPB (Negara Republik Federal Papua Barat – The Federal Republic of West Papua) under the leadership of Waromi – Yaboisembut.

OPM and TPNPB belongs to the TPN/OPM group, commonly called the One-Star Group (Kelompok Bintang Satu). The other party is called the 14-Stars Group (Kelompok Bintang Empatbelas), who totally have nothing to do with the OPM, but have some things to do with TPN under the leadership of H.R. Joweni, who then became the chair of WPNCL.

We all know when WPNCL applied for MSG membership, the MSG leaders asked West Papuan independence fighters to re-apply with all-inclusive organisations, primarily because the NRFPB was not inside the WPNCL.

Why WPNCL was not regarded as fully representing West Papuans or West Papua?

Only one possible answer: One-Star Group only applying for membership, the 14-Stars Group was not included.

Now, why West Papua Army, and NOT TPNPB?

West Papua Army (WPA) is the name as a result of political lobbies and calculations. It was formed as step to get out from the “One Star – Fourthen Star Groups Stigmatization“. We all want to be free from Indonesian colonialism, therefore we need to unite politicaly and militarily.

Therefore, ULMWP is not undermining or forgeting the OPM, and WPA is not getting rid of the TPNPB, but we are progressing from one chapter to the next one, from one page to the next one, towards our goal: Free and Independent Republic of West Papua.

So, all TPN/OPM, TPNPB, TPNPB-OPM, DM-TPNPB, WPRA, WPNCL, we are all from the “One -Star Group”. We are now joining with the “Fourteen Star Group”, called NRFPB and TNPB (Tentara Nasional Papua Barat – Wet Papua National Army).

[to be continued…]

Legislator sebut Polda ijinkan keluarga temui terduga anggota OPM

Jayapura, Jubi – Legislator Papua, Laurenzus Kadepa menyatakan Kepolisian Daerah (Polda) Papua mengijinkan pihak keluarga menemui Jemmy Magai Yogi, Damianus Magai Yogi dan Aloisus Kayame, empat warga Paniai yang ditangkap bersama Jona Wenda beberapa pekan lalu oleh Tim Khusus Polda Papua.

Keempat orang ini ditangkap lantaran diduga sebagai anggota OPM wilayah Paniai dan disebut-sebut polisi masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).

Anggota Komisi I DPR Papua bidang Politik, Hukum dan HAM itu mengatakan, kini keempatnya sedang dalam penyelidikan Polda. Namun keluarga ingin bertemu tiga terduga asal Paniai dan mendengar penjelasan kepolisian secara langsung apa penyebab ketiganya ditangkap.

“Saya sudah tanyakan ke Kapolda bagaimana kalau keluarga ke Polda agar mendapat penjelasan. Kapolda mengijinkan dan menyarankan bertemu bertemu Direktur Reserse dan Kriminal. Kapolda mengijinkan pihak keluarga bertemu jika memang ingin,”

kata Kadepa ketika dihubungi Jubi, Rabu (26/10/2016).

Ia mengingatkan agar kepolisian bekerja profesional dalam menangani dugaan terhadap empat orang itu. Katanya, ia tak mengintervensi kepolisian, namun Kadepa menilai, mereka ini hanya warga sipil yang diduga terlibat dalam kelompok bersenjata, terutama tiga warga Paniai.

“Kalaupun mungkin benar mereka terlibat dalam kelompok tertentu seperti yang disangkakan kepolisian, saya pikir tak perlu ditangani serius karena mereka ini tidak berbahaya. Kalau mereka disebut DPO, DPO dalam kasus apa? Jika disebut berbahaya, berbahaya karena apa? Jadi kalau mau diproses hukum, proses hukum dengan benar,”

ucapnya.

Menurutnya, Jemmy Magai Yogi, Damianus Magai Yogi dan Aloisus Kayame mendapat pendampingan hukum dari pengacara HAM, Gustaf Kawer. Sementara Jona Wenda mendapat pendampingan hukum dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Papua.

“Saya konfirmasi ke Gustaf Kawer dan beliau membenarkan melakukan pendampingan hukum kepada tiga warga Paniai. Kalau Jona Wenda oleh LBH. Saya menghargai keterbukaan Kapolda Papua dalam komunikasi dengan kami di DPR Papua. Beliau merespon baik,”

katanya.

Jemmy Magai Yogi ditangkap Timsus Polda Papua, Selasa, (11/10/2016). Damianus Magai Yogi dan Aloisus Kayame serta Jona Wenda ditangkap, Kamis (13/10/2016).

Kapolda Papua, Inspektur Jenderal (Pol) Paulus Waterpauw mengatakan, keempatnya ditangkap di lokasi berbeda di Kota Jayapura. Jemi Magai Yogi, ditangkap di Perumnas IV, Blok D, Nomor 27 Padang Bulan, Kota Jayapura. Tiga orang lainnya, Demianus Magai Yogi, Jona Wenda dan Aloysius Kayame ditangkap di Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura ketika hendak berangkat ke Timika.

“Keempatnya cukup kooperatif. Kami tetap melakukan proses hukum. Saya sudah himbau agar ajak saudara-saudara yang lain dengan kesadaran turun dan tentu akan diamankan dengan baik tidak akan diproses hukum,” kata Kapolda Waterpauw. (*)

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny