Benny Wenda: Pertemuan ini Akan Berakhir Sesuai Harapan

Sekretaris-Jenderal Dewan Musyawarah Masyarakat Adat (DeMMAK), tuan Benny Wenda pada tanggal 3 Desember 2014 saat dihubungi PMNews menyatakan pertemuan ini akan berakhir sesuai harapna, iaut akan mengangkat Secretary-General dan Spokesperson, karena masing-masing organisasi yang sudah ada dan berjuang untuk Papua Merdeka adalah modal yang tidak dapat dibubarkan. Yang harus dilakukan ialah penyatuan program dan langkah-langkah perjuangan. Sedangkan kita semua satu dalam tujuan dan cita-cita.

Hal tersebut dikatan Tuan Wenda menjawab pertanyaan PMnews menyangkut hasil yang akan didapatkan dari Workshop yang diselenggarakan oleh Gereja di Vanuatu, dan didukung sepenuhnya secara militer, sipil dan politik oleh masyarakat, tentara dan pemerintah Republik Vanuatu.

Dalam upacara resmi pada tanggal 1 Desember 2014, para Kepala Suku di Vanuatu memberikan hadiah khusus benda budaya salah satu suku di Vanuatu dan sesudahnya memerintahkan Benny Wenda untuk digotong beralaskan satu ekor babi yang telah disembelih untuk upacara adat pada saat peringatan HUT Hari Besar bangsa Papua tahun ini.

Benny Wenda bukan orang baru bagi para ni-Vanuatu. Beliau pernah menyelenggarakan sebuah Konferensi Kepala-Kepala Suku Melanesia pertama pada 28 Deesmber 2013 – 1 Januari 2014 di Republik Vanuatu, di mana beliau juga sudah pernah diberi mandat oleh para Kepala Suku di Vanuatu bersama dengan Jurubicara DeMMAK, Mr. Amunggut Tabi, yang kini diberi tugas sebagai Secretary-General Tentara Revolusi West Papua oleh Panglima Tertinggi Komando Revolusi, Gen. TRWP Mathias Wenda. Mereka berdua ditemani oleh Sekretaris I dan Sekretaris II Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPN PB – OPM) Maj. Hans Karoba dan Brig. Gen. Abumakarak Wenda.

Selama 6 bulan mereka berada di Vanuatu dan melakukan lobi, kampanye serta pertemuan dengan fokus utama kepada membangun dukungan di tingkat masyarakat adat.

Selanjutnya Benny Wenda dalam pertemuan ini dimintakan oleh para Kepala Suku Vanuatu untuk berbicara lebih banyak tentang perjuangan Papua Merdeka, walaupun pada awalnya beliua memilih diam karena sudah banyak orang Papua yang hadir dan mengkleim diri sebagai pejuang dan pendahulu dalam membangun jaringan di Vanuatu. Mendengar desakan dari para Kepala Suku Vanuatu lalu Benny Wenda menceritakan apa yang pernah terjadi 10 tahun lalu, dan semua peserta terkejut bahwa fondasi dukungan perjuangan Papua Merdeka bukan dimulai tahun 2006, 2010, 2012, tetapi sepuluh tahun lalu.

Masih menurut Wenda, pertemuan ini sangat alot, karena masing-masing organisasi yang masuk masih mempertahankan ego identitas dan kepemimpinan mereka. Sudah diusahakan untuk bersatu tetapi semua pihak sulit mengendalikan diri. Akhirnya pertemuan ditunda karena larut malam, dan akan disambung besok, tanggal 3 Desember.

Menurut Wenda sebagian utusan besok akan diputuskan apa yang harus dilakukan setelah pertemuan ini, bagaiman aformat organisasi, apa nama organisasi dan kalau Tuhan berkehendak, siapa yang dipercayakan sebagai Sekretaris Jenderal dan Jurubicara. Katanya semua organisasi perjuangan yang ada tidak harus dibubarkan atau disakukan, tetapi hanya ditunjuk orang-orang untuk memimpin semua pihak bersatu mengajukan permohonan kepada MSG kembali.

Ketua Nafuki katakan Masyarakat ada di belakang WPNCL

Posted: Tuesday, December 2, 2014 12:00 am

Dilaporkan By Len Garae | Vanuatu Daily Post

Diterjemahkan PMNews:

Ketua “West Papua Unification Committee Meeting”, Pastor Allan Nafuki, mengatakan masyarakat West Papua perlu ketahui bahwa masyarakat Vanuatu ada di belakang mereka dalam roh, dalam pertahanan mereka merebut kembali kemerdekaan mereka dari kolonial yang brutal.

Sang Ketua membuat pernyataan ini di hadapan tantangan yang tradis yang terus menantang para pemimpin di organisasi yang berbasis di Port Vila West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL).

Aksi Demo KNPB Dijaga Ketat

Demo KNPB di Ekspo Waena Memperingati HUT IPWP ke-5 dan menyambut hasil pidato PM Vanuatu, dijaga Ketat Aparat Kepolisian.JAYAPURA – Janji Parlemen Nasional West Papua (PNWP) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) akan melakukan aksi demo setelah Idul Adha, diwujudkan Rabu (15/10), kemarin. Aksi ini, dalam rangka memperingati HUT International Parlementary West Papua (IPWP) ke-5 yang tepatnya jatuh pada Selasa (15/10) lalu dan juga menyambut hasil pidato dari Perdana Menteri (PM) Vanuatu di Sidang Umum PBB beberapa waktu lalu di Amerika Serikat (AS).

Awalnya, aksi demo ini sebenarnya dipusatkan di Makam Theys Hiyo Eluay, mendapatkan pengawalan ketat dan pemblokiran dari aparat keamanan baik TNI/Polri.

Dengan demikian, aksi demo ini hanya dilakukan di depan Museum Taman Budaya Ekspo, Waena, diikuti massa aksi demo KNPB berjumlah ratusan orang yang dijaga ketat aparat keamanan.

Hal itu diungkapkan Penanggung Jawab Aksi Demo yang juga merupakan Ketua PNWP Buchtar Tabuni didampingi Ketua I KNPB Agus Kossay, Juru Bicara (Jubir) KNPB Wim Rocky Medlama serta sejumlah pengurus KNPB lainnya, usai menggelar aksi demo di depan Museum Taman Budaya Ekspo, Kelurahan Waena, Distrik Heram, Rabu (16/10) kemarin sore.

Buchtar Tabuni sangat menyayangkan dan merasa sangat keberatan dengan surat pemberitahuan yang telah dilayangkan pihaknya (KNPB) kepada pihak kepolisian tentang aksi demo yang akan dilaksanakan di Lapangan Makam Alm. Theys Hiyo Eluay yang tidak diberikan ijin.

“Kami sangat keberatan dengan surat pemberitahuan yang telah kami layangkan kepada pihak kepolisian untuk melakukan aksi demo damai yang tak diberikan ijin oleh aparat kepolisian tersebut,” kesalnya.
Lanjut Buchtar yang juga merupakan Ketua PNWP mengakatan, aksi tersebut dalam rangka memperingati HUT IPWP ke-5 yang jatuh pada 15 Oktober 2013 lalu, namun karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1434 H, maka aksi demo damai itu pihaknya undur sehari sehingga dilaksanakan Rabu (16/10) kemarin pagi.
Kata Buchtar, aparat keamanan dalam hal ini TNI/Polri telah memasang tenda tenda di Lapangan Makam Alm. Theys Hiyo Eluay dan itu merupakan suatu bentuk kegiatan untuk menggagalkan apa yang akan dilakukan pihaknya tersebut.

Maka untuk menghindari gesekan-gesekan maupun benturan-benturan dengan TNI/Polri, sehingga massa aksi demo KNPB dialihkan aksi demo damai dalam bentuk mimbar bebas di depan Museum Taman Budaya Ekspo ini.

“Jadi, tujuan kami adalah memberikan ucapan terimakasih kepada Perdana Menteri (PM) Vanuatu Moanan Kalosil Carcasses yang telah menyampaikan pidato tentang kemanusiaan dan penentuan nasib sendiri (Self Determination) bagi Bangsa Papua Barat dalam Sidang Umum PBB pada 28 September lalu. Selain itu juga, kami rangkai dengan memperingati HUT IPWP ke-5 yang jatuh Selasa (15/10) lalu,” jelasnya.

Ia mengatakan, bahwa Ketua Umum Pusat IPWP Andrew Smith telah melakukan pertemuan dengan beberapa partai yang ada di Kerajaan Inggris, yang mana membahas permasalahan Papua yang terjadi saat ini. Sehingga aksi hari ini (kemarin) akan kami laporkan kepada tuan Andrew Smith di Kerajaan Inggris.

Ketika wartawan Koran ini menanyakan terkait diijinkannya jurnalis asing masuk ke Papua, Buchtar menyampaikan bahwa itu merupakan hal-hal yang wajar atau sah-sah saja.

“Namun kami baik dari KNPB maupun PNWP tak akan pernah memberikan informasi tentang permasalahan Papua saat ini kepada jurnalis asing yang nantinya akan masuk ke Papua, dikarenakan kami akan mengikuti prosedur dan ketentuan-ketentuan terlebih dahulu yang mana nantinya akan berpihak kepada NKRI,” tukasnya.

Sementara itu ditempat yang sama, salah satu pengurus KNPB dalam orasinya menyampaikan, bahwa rakyat Papua Barat tetap satu komando dan satu tujuan untuk melakukan aksi demo bersama KNPB bahwa Papua hari ini (kemarin) telah dibungkam dan ditindas diatas tanahnya sendiri.

“Jadi, hari ini (kemarin) sudah terbukti bahwa KNPB dan seluruh rakyat Papua Barat serta dunia internasional sudah mengetahui adanya tentang pembungkaman dan penindasan oleh orang asli Papua (OAP),” tegasnya.

Ia mengatakan, bahwa masalah Papua ‘Merdeka’ bukanlah masalah pejabat-pejabat yang ada di Papua baik itu bupati, walikota maupun gubernur tapi masalah Papua ‘Merdeka’ adalah masalah ideology rakyat Bangsa Papua Barat.

“Hari ini (kemarin) kita telah berjuang bersama-sama demi tanah Bangsa Papua Barat yang dikoordinir oleh KNPB dan PNWP. Maka itu kami menolak adanya NKRI diatas tanah ini, sebab kami sudah Merdeka dan sudah bisa menentukan nasib sendiri (Self Determination),” ujarnya.

“Kami tidak memerlukan pihak kepolisian buat memfasilitasi setiap aksi demo damai yang akan kami lakukan, sebab kami tidak mau menerima uang haram dan uang yang selalu memeras orang asli Papua,” katanya dengan nada keras.

Ia mengatakan, bahwa orang asli Papua tidak meminta Otsus karena Otsus merupakan sumber malapetaka bagi orang asli Papua salah satunya contohnya adalah banyaknya beredar minuman keras (Miras) dan virus mematikan HIV/AIDS.

“Dimana, orang Indonesia yang merupakan ras Melayu tidak pernah membutuhkan orang asli Papua melainkan hanya membutuhkan emas atau SDA yang ada di Papua,” ungkapnya.

Senada dengan hal itu, Ketua PRD Kaimana Muhammad Urika mengucapkan terimakasih kepada Ketua IPWP Andrew Smith dan negara-negara yang ada di dunia karena bendera Bintang Kejora telah berkibar di PBB yang sederajat satu tiang dengan bendera-bendera lain yang ada di dunia ini.

Senada dengan hal itu juga, salah satu anggota KNPB Ucak Logo dalam orasinya mengatakan, bahwa Papua ‘Merdeka’ itulah tujuan dari rakyat Papua Barat untuk dpaat hidup sejahtera dan terbebas dari segala penindasan penjajah NKRI diatas Tanah Bangsa Papua Barat.

“Dimana, aksi demo yang memperjuangkan Papua ‘Merdeka’ itu bisa memperkuat posisi Papua Barat di PBB maupun di dunia internasional, sehingga seluruh dunia bisa menilai dan juga bisa menegur segala tindakan penindasan maupun kekerasan yang dilakukan oleh penjajah NKRI tersebut,” tegasnya.

Sementara ditempat yang sama, Kapolres Jayapura Kota AKBP Alfred Papare, S.IK., melalui Wakapolres Jayapura Kota Kompol Kiki Kurnia mengatakan, pihaknya sangat berharap kepada massa aksi demo untuk mematuhi peraturan UU yang ada diatas negara Indonesia ini.

Lanjutnya, Otsus dan kesejahteraan di Papua sudah bisa dilihat bahwa yang menjadi pejabat seperti gubernur yang ada di Papua adalah orang asli Papua.

“Kami tidak pernah melakukan pembungkaman atau penindasan terhadap masyarakat Papua Barat melainkan yang kami dalam hal ini kepolisian lakukan adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat banyak dan terlebih khususnya kepada masyarakat asli Papua,” tukasnya.

Berdasarkan pantauan Bintang Papua di lapangan juga membawa sejumlah spanduk maupun pamflet yang bertuliskan segera hentikan pengdropan aparat militer baik organik maupun non organik diseluruh wilayah Papua Barat, rakyat Papua Barat mengucapkan terimakasih kepada PM Vanuatu yang membawa masalah Papua Barat dalam Sidang PBB dan mendesak PBB segera meninjau ulang status politik Papua Barat Tahun 1969 yang dinilai telah cacat hukum dan moral.

Tepat pukul 13.30 WIT aksi demo ini ditutup dengan ibadah doa yang dibawakan oleh Pdt. Timotius Idie dan ratusan massa aksi demo pun membubarkan diri dengan tertib. (Mir/don/l03)

Kamis, 17 Oktober 2013 06:38, BintangPapua.com

Enhanced by Zemanta

Kapolda: Pernyataan Perdana Menteri Vanuatu Tidak Valid

Editor : MUSA ABUBAR

Irjen Pol Tito Karnavian (Jubi/IST)
Irjen Pol Tito Karnavian (Jubi/IST)

Jayapura, 5/10 (Jubi) – Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian menilai, pernyataan perdana menteri negara Vanuatu, Moana Karkas Kalosil tidak valid.

Soal investigasi masalah HAM di Papua, menurut Tito, sedianya harus memahami mekanisme di PBB. Semua negara boleh saja menyampaikan pendapat, tetapi tidak harus disetujui. Indonesia memiliki Right of Reply (hak untuk menjawab). Hak itu disampaikan oleh perwakilan tetap RI yang ada di PBB.

“Saya melihat terbalik sekarang ini. Selama setahun saya menjabat, setahu saya, yang menimpa TNI/Polri malah lebih banyak. Saya kira pernyataan Vanuatu tidak valid,” kata Jendral Tito kepada wartawan usai apel HUT TNI ke-68 di lapangan Makodam XVII/Cendrawasih, Sabtu (5/10) siang.

September lalu, 28/9, di Sidang Tahunan PBB, Perdana Menteri Vanuatu Moana Kalosil menyatakan, Papua Barat telah secara konsisten membantah semacam pengakuan oleh badan dunia. Ia meminta, PBB untuk menunjuk seorang Wakil Khusus untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan status politik Papua di Indonesia.

“Kita sekarang berunding tentang masalah Suriah, tetapi ketika datang ke masalah hak-hak rakyat Papua Barat, suara kami dimatikan bahkan dalam podium ini ” kata Perdana Menteri Moana Karkas Kalosil kepada Debat Umum Majelis Umum tahunan PBB, mengacu pada perang saudara yang telah menewaskan sekitar 120.000 Suriah , sopir beberapa 6,6 juta dari rumah mereka dan melihat penggunaan senjata kimia.

“Bagaimana kita kemudian mengabaikan ratusan ribu orang Papua Barat yang telah secara brutal dipukuli dan dibunuh ? Orang-orang Papua Barat mencari untuk PBB sebagai mercusuar harapan. Mari kita, pemimpin rekan saya, dengan keyakinan moral yang sama menghasilkan dukungan kami terhadap penderitaan orang Papua Barat. Sudah saatnya bagi PBB untuk bergerak melampaui pinggiran dan alamat dan memperbaiki beberapa kesalahan sejarah,” lanjut Moana.

Disebutkan, polisi Indonesia dilaporkan menembak dan menewaskan dua demonstran pada malam peringatan ke-50 bekas Nugini Belanda, menempati setengah bagian barat New Guinea Island, menjadi bagian dari Indonesia . Setidaknya 20 pengunjuk rasa ditangkap , banyak karena mengibarkan bendera pro-kemerdekaan .

Menurut Tito, suara Vanuatu tidak banyak didengar. Berbeda jauh dengan Indonesia, negara besar, bahkan perdana menteri Indonesia pernah menjadi ketua dewan kemanan PBB. Di dalam PBB, posisi Indonesia, lanjut dia, sangat kuat karena didukung negara-negara ASEAN, OKI dan Non Blok. Sdangkan Australia, Belanda dan Inggris sangat mendukung Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI).

“Masalahnya, informasi yang disampaikan oleh Vanuatu belum tentu valid. Pelanggaran HAM yang mana yang dimaksud? Semua dikuasi orang Papua, Gubernur, DPRP, Bupati dikuasai orang Papua. Bahkan pejabat kepolisian, Wakapolda itu orang Papua, Komandan Brimob orang Papua. Jadi, pelanggaran HAM yang mana yang dimaksud?” jelas Jendral Tito.

Tito membandingkan situasi di Filipina Selatan, seperti kata salah perwakilan Cina. Bahwa Papua dinilai aman dibandingkan situasi di negara-negara lain. Di dalam negeri, Tito membandingkan situasi Jayapura dengan Jakarta. Dia menilai Jayapura jauh lebih aman daripada Jakarta. Karena itu, Tito mengimbau agar tidak perlu menanggapi pernyataan perdana menteri Vanuatu. (Jubi/Timo Marten)

Penulis : Timoteus Marten on October 5, 2013, TabloidJubi.com

WPNCL Bertemu PM Fiji untuk Lobi Status Anggota Penuh MSG

Fijian parliament house in Suva.
Fijian parliament house in Suva. (Photo credit: Wikipedia)
WPNCL FIJI
Dr.Otto Ondawame, Mr Rex Rumakiek, Mr Barak T. Sope bersama Perdana Menteri Fiji, Vereqe Banimarama (Dok WPNCL

Suva, 29/3 (Jubi) – Pejabat Koalisi Nasional untuk Pembebasan Papua Barat bertemu dengan Perdana Menteri Fiji, Vereqe Banimarama pada tanggal 27 Maret 2013. Sebelumnya, pada tanggal 25 Maret delegasi ini bertemu dengan Menteri Luar Negeri & Kerjasama Internasional, Ratu Inoke Kubuabola dan stafnya. Staf resmi dari Sekretariat Melanesian Spreadhead Group (MSG) juga hadir dalam pertemuan tersebut.

Delegasi ini terdiri dari Wakil Ketua, Dr.Otto Ondawame, Sekretaris Jenderal, Mr Rex Rumakiek dan Mr Barak T. Sope, penasehat WPNCL. Delegasi ini berada di Fiji UNTUK melobi status keanggotaan penuh di MSG yang saat ini diketuai oleh Perdana Menteri Fiji. Selain Fiji, delegasi ini akan mengunjungi anggota lain MSG. WPNCL telah mengajukan permohonan untuk keanggotaan penuh di MSG pada tanggal 28 Januari 2013.

Dalam menyambut delegasi, Perdana Menteri Banimarama mengucapkan terima kasih kepada delegasi yang telah mengunjungi Fiji untuk secara resmi meminta dukungan Fiji terhadap Papua Barat.

Atas nama WPNCL, Wakil Ketua Dr Otto Ondawame mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri yang telah meluangkan waktu untuk bertemu dengan delegasi dan mendengar dari mereka secara langsung, alasan mereka untuk mengajukan aplikasi. Mereka juga menyampaikan apresiasi terhadap PM Fiji yang memimpin orang-orang Fiji selama masa-masa yang penuh tantangan dan juga kepemimpinan secara keseluruhannya di MSG selama dua tahun terakhir. Mereka mencatat bahwa di bawah kepemimpinan Fiji, MSG memiliki masalah lanjutan yang berkaitan dengan proses dekolonisasi di Kaledonia Baru, perdagangan, ekonomi dan budaya yang lebih memperkuat pengelompokan dan menyatakan penghargaan mereka kepada Perdana Menteri yang mengakui aplikasi mereka untuk menjadi bagian dari MSG.

Dr Otto Ondawame juga mengucapkan terima kasih kepada Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Ratu Inoke Kubuabola atas pemahaman antara Kementerian yang dipimpin oleh Ratu Inoke dan WPNCL selama diskusi yang diselenggarakan di Kantor Kementrian Luar Negeri & Kerjasama Internasional. Delegasi tersebut diakui oleh Menteri Kubuabola bertemu dengan PM Fiji melalui aturan protokol Kementerian, termasuk untuk melakukan diskusi tentang Melanesia secara jujur dengan diplomat lain dari MSG.

WPNCL adalah organisasi payung gerakan kemerdekaan Papua Barat yang berbasis di Port Villa, Vanuatu. Tujuan dari WPNCL adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan program dan kegiatan untuk mengembalikan atau merebut kembali hak kedaulatan rakyat Papua. (Jubi/Victor Mambor)

Sumber: Tabloid Jubi, March 29, 2013

Enhanced by Zemanta

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny