Polda Papua Bantah Anggotanya Berikan Amunisi ke KKB

Jayapura, 5/8 (Jubi) – Kepolisian Daerah (Polda) Papua membantah adanya dugaan jika anggota polisi yang bertugas di Lanny Jaya memberikan amunisi ke Kelompok Krimina Bersenjata (KKB) di wilayah itu.

Itu tidak benar. Mereka dapat amunisi dan Senjata Api (Senpi) karena merampas dari anggota kami yang ada di sana,” kata Wakil Kepala Kepolisian (Wakapolda) Papua, Brigadir Jenderal (Pol) Paulus Waterpauw, Selasa (5/8).

Ia mencontohkan peristiwa penembakan empat anggota polisi di Lanny Jaya awal pekan lalu. Setelah menembak, KKB membawa kabur empat Senpi milik polisi.

“Mereka merampas empat pucuk senjata yang lengkap dengan magazen pelurunya. Itulah yang mereka pakai melawan aparat kemanan termasuk ketika baku tembak dengan TNI lalu,”

ujarnya.

Dikatakan, mereka ini sebenarnya kelompok kriminal yang mengatas namakan sebuah organisasi untuk kepentingan kelompoknya. Kini polisi sedang mencari dan berupaya menangkap mereka, hidup atau mati.

Memang Enden yang kami cari. Tidak ada toleran untuk kelompok ini karena melakukan kekerasan bersenjata dan membuat jatuh korban,” katanya.

Sehari sebelumnya, oknum yang mengklaim diri sebagai juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) Wilayah La-Pago, Kelly Tabuni menyatakankan, peristiwa baku tembak yang terjadi di Kabupaten Lanny Jaya, lalu merupakan ‘permainan’ aparat keamanan untuk menciptakan konflik di sana.

“Sebelum 28 Juli 2014, ada anggota Brimob di Lanny Jaya yang tawar senjata dan amunisi kepada kami. Mereka minta kami halau aparat Brimob yang akan datang dari luar Lanny Jaya,”

kata Kelly.

Menurut dia, pihaknya sempat bernegosiasi terkait tawaran itu. Puncaknya terjadi aksi penembakan. Kata dia, awalnya kelompok pinpinan Puron Wenda tidak berniat menyerang anggota TNI/Polri karena mempertimbangkan dampak-dampak terhadap warga sipil.

Namun aparat mereka sendiri yang ciptakan. Kami duga ini untuk dana keamanan dan supaya menurunkan simpati publik terhadap perjuangan suci TPN/OPM,” ungkap Kelly. (Jubi/Arjuna)

Penyerang Anggota Polres Lanny Jaya Teridentifikasi

Jumat, 1 Agustus 2014 00:51 WIB, Laporan Wartawan Tribun Jateng, Muh Radlis

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Sulistiyo Pudjo Hartono mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi pelaku penyerangan anggota Polres Lanny Jaya di daerah Indiwa, Senin (29/7/2014) yang menyebabkan Briptu Yoga dan Bripda Zulkifli tewas tertembus peluru.

“Sudah kami identifikasi pelakunya. Kelompok ini juga pernah menyerang Polsek di Lanny Jaya, kapolseknya di bunuh. Bahkan, mereka juga sering merampok, menembak dan membakar mobil, tukang ojek, hingga menembaki pesawat,”

kata Pudjo.

Meski ada anggota yang menjadi korban, Pudjo mengatakan, pihaknya tetap akan menjalankan program sambang desa yang selama ini sudah berjalan.

Programnya tetap akan berjalan, demi menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesadaran hukum. Tapi dengan metode yang berbeda,” katanya.

Yoga merupakan satu dari dua anggota Polres Lanny Jaya yang tewas diberondong peluru oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Indiwa, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Senin (28/07/2014).

Saat itu, 8 anggota Polres Lanny Jaya diserang kelompok bersenjata ketika  melakukan pembinaan wilayah di Indiwa, Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Dua anggota tewas yakni Bripda Yoga dan Bripda Zulkifli, sementara dua anggota terluka yakni Bripda Alex Numberi dan Briptu Heskia Bonyadone. (*)

Polri belum Tahu Pelaku Penembakan di Lanny Jaya

Metrotvnews.com, Jakarta: Pihak Polri hingga saat ini masih mengejar pelaku penembakan pada empat personel Polsek Primer di Lanny Jaya, Papua.

Masih dalam pengejaran,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Kombes Agus Rianto saat ditemui wartawan di ruang kerjanya di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (31/7/2014).

Dia mengakui pihak kepolisian belum mengetahui orang atau kelompok di balik penembakan yang menewaskan dua anggota kepolisian. Namun pihaknya yakin pelaku adalah kelompok kriminal bersenjata.

Agus menjelaskan, pistol yang digunakan kelompok itu adalah pistol rampasan dari pihak kepolisian. “Ada rampasan polisi, tapi kami belum tahu juga karena kemungkinan bisa saja ada pasokan dari mana atau bisa bikin rakitan,” kata dia.

Sebelumnya, telah terjadi penembakan terhadap anggota polisi pada Senin (28/7/2014) sekitar pukul 12.45 WIT. Penembakan yang terjadi di Kabupaten Lanny Jaya Provinsi Papua menewaskan dua personel polisi dan melukai dua polisi lainnya. Tak hanya itu, senjata keempat polisi juga ikut dirampas.

(Hnr) Renatha Swasty – 31 Juli 2014 19:43 wib, MetroTVNews.com

Forkorus Yaboisembut Cs Akhirnya Hirup Udara Bebas

Forkorus Yaboisembut Cs
Massa penjemputan Forkorus Yaboisembut Cs (Foto: Oktovianus Pogau/Suara Papua)

PAPUAN, Jayapura — Ketua Dewan Adat Papua (DAP), Forkorus Yaboisembut, bersama keempat tahanan politik lainnya, akhirnya dapat menghirup udara bebas dari Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Abepura, Jayapura, Papua, sejak Senin (21/7/2014), pagi tadi.

Forkorus keluar dari tahanan bersama Edison Waromi, Agust Kraar, Selpus Bobi, dan Dominikus Surabut. Kelima aktivis Papua ini ditahan sejak 19 Oktober 2011, saat mendeklarasikan berdirinya Negara Republik Federal Papua Barat (NRPB), di Lapangan Zakeus, Padang Bulan, Papua, dan dihukum tiga tahun penjara.

Edison Waromi, salah satu tahanan politik Papua, saat memberikan keterangan pers di depan Lapas Abepura mengaku tidak benci dan bahkan menyimpan dendam terhadap aparat kepolisian negara Indonesia yang telah memukul, menahan, dan memenjarakan mereka.

“Kami sama sekali tidak dendam dengan aparat kepolisian. Kami memaafkan mereka seperti Nelson Mandela memberikan pengampunan kepada polisi Afrika Selatan yang menahan dia,” kata Waromi.

Menurut Waromi, dirinya bersama keempat aktivis Papua lainnya akan tetap perjuangkan hak-hak politik bangsa Papua Barat yang telah dirampas oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1969 silam melalui Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA).

Selengkapnya baca di SuaraPapua.com

Usut Penembakan, Polisi dan TNI Bentuk Tim Gabungan

Kapolda Papua dan rombongannya
Kapolda Papua dan rombongannya

Tampak Kapolda Papua baru, Brigjend (Pol) Drs. Yotje Mende, M.H., M.Hum., didamping Wakapolda Papua saat disambut sejumlah Pamen Polda Papua ketika memasuki Markas Polda Papua sebagai hari pertema kerjanya pada, Juamt (18/7) kemarin. (Loy/Binpa)JAYAPURA – Kepolisian Daerah Papua menyatakan telah membentuk tim gabungan bersama TNI dalam rangka penyelidikan dan pengungkapan kasus penembakan di Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Lanny Jaya, baru-baru ini.

Seperti apa yang dipaparkan Kapolda yang lama, masalah tersebut masih ditangani dan masih dalam penyelidikan intensif oleh anggota–anggota di lapangan.

Polda Papua bersama TNI telah menurunkan Tim gabungan dalam rangka penyelidikan dan pengungkapan masalah tersebut,” kata Kapolda Papua, Brigadir Jenderal Polisi Yojte Mende usai pemaparan bersama ASRENA Kapolri, Irjen (Pol) Tito Karnavian, Jum’at (18/7).

Tim ini, kata Kapolda, dipimpin oleh Direktur Reskrim Umum, Komisaris Besar Polisi Dwi Rianto. Selain menyelidiki kasus penembakan di Puncak Jaya, sambung dia, tim ini juga akan menyelidiki kasus penembakan di Lanny Jaya.

“Saya belum bisa menyampaikan siapa dan bagaimana, karena masih menunggu hasil dilapangan. Saya berharap doa dari temen-temen wartawan. Untuk Ketua Timnya Direskrim Umum, termasuk penyelidikan Lanny Jaya,”

jelas Yotje Mende.

Disinggung komitmen untuk Papua, Kapolda Yotje berprinsip akan selalu berpegang teguh pada NKRI yang berdaulat dan akan menindak tegas siapa saja yang mengganggu keamanan. Dalam artian, lanjut dia, akan ditindak sesuai dengan hukum dengan mengajak semua pihak, baik aparat TNI maupun aparat Daerah bersatu padu.

Menurut Kapolda, tindakan oknum-oknum separatis merusak tatanan bangsa, makanya perlu dilakukan pencegahan. “Saya sendiri belum tahu modus-modusnya. Kita belum pelajari secara mendalam, nanti kita lihat,” kata dia.

Soal adanya tudingan Komnas HAM bahwasanya terjadi pembiaran oleh aparat, Kapolda menyatakan belum bisa menanggapi pernyataan tersebut. “Saya belum tahu itu, jadi saya belum bisa menanggapinya,”tutur Yotje.

Sebelum menutup wawancara, Kapolda menyampaikan sangat senang bisa bertugas di Papua. “Saya senang bertugas di sini, karena bapak saya juga dulu berdinas di Sorong, walaupun tidak pernah ke Jayapura, tapi saya pernah menginjak Papua,” ucap dia. (Loy/don/l03)

Sabtu, 19 Juli 2014 11:23, BintangPapua.com

Pembangunan Gapura Perbatasan RI- PNG di Distrik Waris Distop Masyarakat Adat

KEEROM – Merasa dibohongi, masyarakat Adat Waris akhirnya menghentikan Proyek Pembangunan Gapura Perbatasan RI-PNG di Distrik Waris. Proyek ini berasal dari Pemerintah Pusat melalui dana Akokasi Khusus (DAK) oleh Badan Pengelolah Kawasan Perbatasan (BPKP) Kabupaten Keerom sebesar Rp460 juta, yang dimulai pembangunannya sejak Desember Tahun Anggaran 2013 di hentikan sementara. Hal tersebut dilakukan agar pemerintah daerah terutama badan kawasan perbatasan bertanggung jawab atas penunjukan proyek tersebut.

“ Kami menghentikan proyek pembangunan gapura perbatasan RI-PNG yang berada di Distrik Waris yang masih bermasalah antara Badan Pengelolah Kawasan Perbatasan dengan 3 (tiga) Kontraktor, untuk selanjutnya meminta kepada badan pengelolah kawasan perbatasan menyelesaikan persoalan yang ada, apalagi kami sebagai pemilik hak ulayat dan juga yang sebenarnya mengerjakan proyek ini,” ujar Pengusaha Asli Keerom dan juga sebagai Pemilik Hak Ulayat Distrik Waris Bernat Meho saat ditemui Bintang Papua di Keerom, Kamis (23/1) kemarin.

Menurutnya, pembangunan Gapura Perbatasan RI- PNG yang ada di Distrik Waris seharusnya diberikan ke CV. Sungai Em-Pai Brothers, seharusnya diberikan kepada kami, sebagai anak asli terutama sebagai pemilik hak ulayat, namun dengan berbagai kepentingan kami di bohongi dan menyerahkan pekerjaan tersebut kepada kontraktor lain, bukan ke CV. Sungai Em-Pai Brothers,” katanya.

Oleh karena itu, sebagai anak yang mempunyai hak ulayat merasa di permainkan sehingga terpaksa bertindak untuk memulangkan tenaga kerja yang berada di Lokasi pekerjaan Pembangunan Gapura Perbatasan RI- PNG di Distrik Waris. “ Pekerjaan itu seharusnya kami yang kerjakan, tapi Badan Pengelola Perbatasan Daerah Kabupaten Keerom memberikan pekerjaan kepada kontraktor lain,”ujarnya.

Selain itu, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan kepala Bidang kerja sama Badan Pengelola kawasan perbatasan sejak awal tahun 2013 lalu untuk meminta sejumlah paket pekerjaan di sepanjang kawasan perbatasan. “ Namun kepala bidang kerja sama yang waktu itu masih dijabat ibu Yully Wally membohongi kami dengan alasan sejumlah proyek yang berasal dari pusat telah dipaketkan langsung bersama kontraktornya. Pada akhirnya dengan berbagai kepentingan proyek tersebut diberikan kepada kontraktor lain yang ada di Kabupaten Keerom,” katanya.

Oleh kerana itu, sebagai anak adat, alasan historis yang mendasar sehingga ia memulangkan tenaga kerja pada Pembangunan Gapura Perbatasan RI- PNG dan menghentikan pekerjaan tersebut. “ kata Ibu Yully Pemerintah sekarang Orang Adat di Keerom tidak ada Proyek,” kata Bernat Meho.

Dengan dilakukannya pemulangan terhadap tenaga kerja suatu solusi atau jawabannya yang dianggap pas atas apa yang pernah disampaikan oleh Pemerintah Daerah. “ Jadi adat tidak ada proyek di Pemerintahan Kabupaten Keerom saat ini, kami menghentikan pekerjaan dan kami masih menuggu dari Pemerintah Daerah dalam hal ini Badan Perbatasan Keerom untuk menyelesaikan persoalan ini,

“Kami juga telah membatalkan pembangunan gapura perbatasan RI – PNG di distrik waris, dan memulangkan tenaga pekerja serta siap mengembalikan dana kontraktor sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta) yang telah membayar masyarakat pemilik hak ulayat,”

tegasnya. (Rhy/don/l03/par)

Jum’at, 24 Januari 2014 11:00, BinPa

Jayapura (SULPA) – Kasus HIV terhitung dari Januari sampai dengan 31 September 2013 sebanyak 1205 orang meninggal dunia.

“Penyakit HIV identik dengan TB yang belum bisa untuk mengetahui sampel pendeteksiannya, dan TBC dapat diketahui melalui pemeriksaan batuk lender, dan pemeriksaan lainnya,” kata Nyoman Sri Antari, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan HIV Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Kamis (16/1).

Menurutnya, banyak penderita HIV meninggal karena ketidaksadaran pelaku melakukan hubungan seks bebas yang tidak menggunakan kondom. Penyebab lain adalah penderita HIV tidak melakukan rutinitas minum obat yang dianjurkan petugas perawat.

“Para pasien terkena HIV jangan melawan anjuran petugas perawat untuk minum obatnya. Sebab penyakit ini begitu kena tidak lansung meninggal. Tapi ia bertahap 15 sampai 25 tahun kemudian baru mulai lihat gejolak dan tanda-tanda,” tuturnya.

Saturday, 18-01-2014, SulPa

Bentrok di Manokwari, 2 Tewas dan Sejumlah Kios Dibakar

Paulus WaterpauwJAYAPURA— Bentrok warga di Pasar Sanggeng, Manokwari Papua Barat menyebabkan dua orang tewas. Mereka adalah La Amin dan YM. Selain itu, seorang pedagang bernama Zainudin mengalami luka-luka, 2 Petak Kios Sepatu, 1 Counter HP, 1 Warung, 1 Depot Air Minum, 1 Kantor dan 1 Gedung Anggerung dibakar. Aksi bentrok antar warga ini terjadi Minggu (29/12) sekitar pukul 18.00 WIT.

Hal itu dibenarkan Wakapolda Papua Brigjen (Pol) Drs. Paulus Waterpauw ketika dikonfirmasi usai Upacara Penutupan Pendidikan Pembentukan Brigadir Dalmas Polri Tahun 2013 di Lapangan SPN Jayapura, Senin (30/12).

Menurut Wakapolda, pasca bentrok warga Kapolda Papua Irjen (Pol) Drs. M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D., serta beberapa pejabat utama Polda Papua langsung memimpin upaya penyelidikan serta bertemu tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat di Manokwari untuk meminta mereka agar bentrok warga ini tak berkembang luas di Manokwari. Namun, informasi terakhir dari Kapolres Manokwari sementara situasi sudah bisa dikendalikan.

Kata Wakapolda, pihaknya telah menangkap dan menahan tersangka BR dan 10 rekannya untuk penyidikan selanjutnya.

“Saya harap masyarakat menjaga keamanan yang sudah terkendali sehingga kita dapat mengakhiri tahun 2013 dengan baik serta memasuki Tahun Baru,” tukas Wakapolda.

Kronologis kejadian bentrok warga di Manokwari pada Minggu (29/12) sekitar pukul 18.00 WIT korban yang hendak menutup Kios /Stand Jualan pakaian miliknya di Pasar Tingkat Sanggeng didatangi oleh BR yang dalam keadaan dipengaruhi miras sekaligus meminta uang kepada Zainudin (Pemilik Kios Paman dari La Amin). Zainudin memberikan uang ala kadarnya kepada pelaku, namun pelaku masih berusaha untuk masuk kedalam Kios milik Zainudin. Selanjutnya Zainudin menghalangi pelaku agar tak boleh masuk dalam Kios sehingga pelaku merontak dan ditahan oleh para pedagang yang berada disekitar Kios Zainudin serta menyuruh pelaku untuk pulang.

Alhasil, BR kemudian pergi meninggalkan pasar Sanggeng sekitar 15 menit kemudian pelaku beserta 10 orang rekannya datang lagi kedepan Kios Zainudin mengamuk dan memukul Zainudin menggunakan rante motor yang mengenai muka Zainudin, memukul La Amin menggunakan botol yang mengenai kepala bagian belakang La Amin.

La Amin kemudian berlari ke Pos Security Pasar Sanggeng dan langsung pingsan didalam Pos Security Pasar. Korban La Amin dibawa ke RS AL Manakwari oleh Security Pasar untuk mendapatkan pertolongan. Sekitar pukul 18:45 WIT korban La Amin meninggal di RS AL Manokwari. (mdc/don/l03)

Selasa, 31 Desember 2013 10:59, BintangPapua.com

Enhanced by Zemanta

Penembakan Freeport, Jangan Tuduh OPM

Penembakan_karyawan__freeport_indonesiaDUA rentetan kasus penembakan di areal PT Freeport Indonesia tiga hari terakhir, Minggu (8/12) sekitar pukul 12.56 wit dan Senin (9/12), pukul 02.00 wit, terhadap seorang karyawan Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) bernama Agustinus Waiyay, dipandang memiliki muatan kepentingan bisnis. Apakah benar pelakunya berasal dari kelompok sipil bersenjata?

“Saya melihat tidak demikian, menurut saya dalam kasus ini ada muatan tertentu, bukan masalah politik, ini perebutan lahan bisnis,” kata Matius Murib, Pembela HAM, Direktur Baptis Voice Papua,

kepada SULUH PAPUA, Senin.

Baginya, pelaku dalam kejadian tersebut bisa saja kelompok sipil bersenjata ataupun korps berpangkat yang memiliki akses dalam areal Freeport. “Kita tidak bisa bilang OPM atau bukan, atau OTK yang mengarah ke OPM, karena sejak Kelly Kwalik meninggal dunia dua tahun lalu, rasanya tuduhan kepada OPM sebagai pelaku sudah tidak bisa diterima,” katanya.

Ia memandang, siapa saja kelompok dapat ‘bermain’ demi mempertahankan kepentingannya. Apalagi areal Freeport menawarkan peluang meraup rupiah tidak sedikit. “Sekarang menjadi tugas dari kepolisian untuk mengungkap siapa dibalik aksi, pelakunya harus ditangkap dan diadili, kalau tidak segera diungkap, bisa saja terror ini akan terjadi setiap saat,” katanya.

Murib memperkirakan, sepanjang pelaku belum menemukan atau mencapai keinginannya, sejauh itu pula penembakan akan terus terjadi.

“Bisa saja, ini masalah kepentingan usaha, bukan politik,”

tegasnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Papua, AKBP Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan, seorang karyawan Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) bernama Agustinus Waiyay ditembak kelompok bersenjata, Senin (9/12), sekira pukul 02.00 wit.

Pudjo Hartono menambahkan, Waiyay merupakan seorang driver yang mengendarai water truck dengan nomor lambung 021010 menuju Mil 41, tujuan pos pengamanan internal PT Freeport Indonesia. “Sekitar 200 meter sebelum tiba untuk mengisi air, korban ditembak sebanyak enam kali dari arah kiri jalan.”

Menurutnya, berdasarkan pengakuan, korban mendengar tembakan lebih dari satu sumber. Terdapat lima bekas tembakan yang mengarah ke pintu radiator atas ban. “Meski demikian kasus penembakan misterius tersebut tidak menimbulkan korban jiwa,” kata Pudjo.

Pudjo menuturkan, pasca insiden, anggota Satgas Amole bersama penyidik Reserse dan Kriminal Polres Mimika langsung menuju lokasi kejadian untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). “Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini bersama Satgas Amole sudah melakukan identifikasi.”

Sehari sebelumnya, kelompok tak dikenal juga memberondong kendaraan anggota TNI Brigif 20 Ima Jaya Karamo Praka Warsidi saat melintas menggunakan Inova dengan Nopol S739WG, dari arah Timika menuju mil 50. “Setibanya di mil 41, korban ditembak dari kanan dan kiri jalan. Kejadian itu mengakibatkan kaca mobil sebelah kiri retak. Tidak ada korban,” kata Pudjo.

Kepolisian telah melakukan olah TKP, sedangkan barang bukti telah diamankan di Polres Mimika.

Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini mengatakan, hingga kini pihaknya masih mendalami kasus penyerangan misterius.

“Tim penyidik Reskrim sudah menangani dengan melakukan olah TKP,”

kata Jermias.

Pada September 2009 hingga Februari 2012, rangkaian penembakan di Freeport menghentak banyak pihak. Gangguan keamanan di wilayah tambang terbesar di dunia itu mengakibatkan sebanyak 20 pekerja PT Freeport, pendulang tradisional, pekerja asing bahkan aparat keamanan, tewas.

Satu dari sekian korban tewas itu adalah anggota Brimob Detasemen B Polda Papua di Timika yaitu Briptu Ronald Sopamena. Korban tewas dalam operasi penyergapan kelompok bersenjata tak dikenal di kawasan Kali Kopi ruas jalan Tanggul Timur pada Februari 2012. (JR/K6/R4/L03)

Selasa, 10-12-2013, SuluhPapua.com

Insiden Kampung Yongsu, TPN-OPM Klaim Rekayasa TNI-Polri

Eduard Okoseray Korban Penembakan di Kampung YongsuJayapura (Sulpa) – Penyergapan dan penyisiran yang dilakukan aparat Jumat (29/11) dan Sabtu (30/11) di kampung Youngsu Sapari, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura yang mengejar kelompok bersenjata “Raja Cycloop” Cs dinilai sebagai rekayasa TNI/POLRI untuk mengacaukan perjuangan TPN/OPM yang selama ini selalu mengedepankan penyelesaian dengan jalan damai.

Hal itu dikatakan juru bicara TPN/OPM Jonah Wenda melalui surat edaran dengan kop surat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat yang diterima SULUH PAPUA, Sabtu (07/12). Dalam rilis yang ditandatangani juru bicara TPN/OPM tersebut disebutkan beberapa poin, seperti, pertama, di kampung Yongsu tidak ada kelompok sipil bersenjata dengan nama “Radja Cycloop, seperti yang disampaikan oleh pihak Kepolisian Indonesia, dimana nama Radja Cycloop adalah nama yang digunakan pihak TNI-Polri, yang dianggap untuk mengacaukan perjuangan damai Papua Merdeka yang selama ini dilakukan dengan cara-cara damai.

Kedua, sejumlah senjata rakitan yang ditemukan dalam operasi yang dilakukan oleh TNI/POLRI di kampung Younsu yang dikatakan bahwa senjata-senjata rakitan tersebut adalah milik TPN/OPM adalah tidak benar, dimana sebelumnya telah ada kesepakatan antara TPN/OPM dan utusan khusus Presiden RI, Farid Muhamad bahwa penyelesaian masalah Papua Barat diselesaikan dengan cara-cara damai. Dan sudah hampir 2 tahun belakangan ini belum ada jawaban soal penyelesaian masalah Papua Barat, oleh pemerintah Indonesia, dan situasi di Papua Barat sama sekali tidak ada perubahan, malah yang terjadi, TNI/POLRI melakukan banyak pendekatan kekerasan, yang mengakibatkan kematian masyarakat sipil, baik Papua, maupun non Papua.

Ketiga, penyerangan di Kampung Youngsu adalah permainan pihak TNI/POLRI, untuk mengacaukan kegiatan damai yang dilakukan bangsa Papua Barat, untuk memperingati hari atribut bangsa Papua Barat, 1 Desember.

Karena itu, TPN/OPM mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menarik seluruh pasukannya dari wilayah Papua Barat dan segera membuka ruang untuk berunding dengan bangsa Papua Barat.

Diberitakan sebelumnya, pihak Kepolisian pada Jumat (29/11) dan Sabtu (30/11) lalu, di kampung Youngsu Sapari, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura melakukan penggebrekan terhadap kelompok sipil bersenjata “Radja Cycloop” diwilayah itu. Insiden itu akhirnya menewaskan Eduard Oktoseray. Kepolisian juga menyita senjata api rakitan yang diduga digunakan Radja Cycloop yang beroperasi di wilayah tersebut.

Terkait dengan surat bantahan dari pihak TPN/OPM melalui juru bicaranya, Jonah Wenda, pihak Kepolisian dari Polda Papua belum bisa dimintai klarifikasi terkait surat bantahan tersebut. (d/k7/r5)

Senin, 09-12-2013, Sulpa

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny