Benny Wenda: Pertemuan ini Akan Berakhir Sesuai Harapan

Sekretaris-Jenderal Dewan Musyawarah Masyarakat Adat (DeMMAK), tuan Benny Wenda pada tanggal 3 Desember 2014 saat dihubungi PMNews menyatakan pertemuan ini akan berakhir sesuai harapna, iaut akan mengangkat Secretary-General dan Spokesperson, karena masing-masing organisasi yang sudah ada dan berjuang untuk Papua Merdeka adalah modal yang tidak dapat dibubarkan. Yang harus dilakukan ialah penyatuan program dan langkah-langkah perjuangan. Sedangkan kita semua satu dalam tujuan dan cita-cita.

Hal tersebut dikatan Tuan Wenda menjawab pertanyaan PMnews menyangkut hasil yang akan didapatkan dari Workshop yang diselenggarakan oleh Gereja di Vanuatu, dan didukung sepenuhnya secara militer, sipil dan politik oleh masyarakat, tentara dan pemerintah Republik Vanuatu.

Dalam upacara resmi pada tanggal 1 Desember 2014, para Kepala Suku di Vanuatu memberikan hadiah khusus benda budaya salah satu suku di Vanuatu dan sesudahnya memerintahkan Benny Wenda untuk digotong beralaskan satu ekor babi yang telah disembelih untuk upacara adat pada saat peringatan HUT Hari Besar bangsa Papua tahun ini.

Benny Wenda bukan orang baru bagi para ni-Vanuatu. Beliau pernah menyelenggarakan sebuah Konferensi Kepala-Kepala Suku Melanesia pertama pada 28 Deesmber 2013 – 1 Januari 2014 di Republik Vanuatu, di mana beliau juga sudah pernah diberi mandat oleh para Kepala Suku di Vanuatu bersama dengan Jurubicara DeMMAK, Mr. Amunggut Tabi, yang kini diberi tugas sebagai Secretary-General Tentara Revolusi West Papua oleh Panglima Tertinggi Komando Revolusi, Gen. TRWP Mathias Wenda. Mereka berdua ditemani oleh Sekretaris I dan Sekretaris II Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPN PB – OPM) Maj. Hans Karoba dan Brig. Gen. Abumakarak Wenda.

Selama 6 bulan mereka berada di Vanuatu dan melakukan lobi, kampanye serta pertemuan dengan fokus utama kepada membangun dukungan di tingkat masyarakat adat.

Selanjutnya Benny Wenda dalam pertemuan ini dimintakan oleh para Kepala Suku Vanuatu untuk berbicara lebih banyak tentang perjuangan Papua Merdeka, walaupun pada awalnya beliua memilih diam karena sudah banyak orang Papua yang hadir dan mengkleim diri sebagai pejuang dan pendahulu dalam membangun jaringan di Vanuatu. Mendengar desakan dari para Kepala Suku Vanuatu lalu Benny Wenda menceritakan apa yang pernah terjadi 10 tahun lalu, dan semua peserta terkejut bahwa fondasi dukungan perjuangan Papua Merdeka bukan dimulai tahun 2006, 2010, 2012, tetapi sepuluh tahun lalu.

Masih menurut Wenda, pertemuan ini sangat alot, karena masing-masing organisasi yang masuk masih mempertahankan ego identitas dan kepemimpinan mereka. Sudah diusahakan untuk bersatu tetapi semua pihak sulit mengendalikan diri. Akhirnya pertemuan ditunda karena larut malam, dan akan disambung besok, tanggal 3 Desember.

Menurut Wenda sebagian utusan besok akan diputuskan apa yang harus dilakukan setelah pertemuan ini, bagaiman aformat organisasi, apa nama organisasi dan kalau Tuhan berkehendak, siapa yang dipercayakan sebagai Sekretaris Jenderal dan Jurubicara. Katanya semua organisasi perjuangan yang ada tidak harus dibubarkan atau disakukan, tetapi hanya ditunjuk orang-orang untuk memimpin semua pihak bersatu mengajukan permohonan kepada MSG kembali.

Ketua Nafuki katakan Masyarakat ada di belakang WPNCL

Posted: Tuesday, December 2, 2014 12:00 am

Dilaporkan By Len Garae | Vanuatu Daily Post

Diterjemahkan PMNews:

Ketua “West Papua Unification Committee Meeting”, Pastor Allan Nafuki, mengatakan masyarakat West Papua perlu ketahui bahwa masyarakat Vanuatu ada di belakang mereka dalam roh, dalam pertahanan mereka merebut kembali kemerdekaan mereka dari kolonial yang brutal.

Sang Ketua membuat pernyataan ini di hadapan tantangan yang tradis yang terus menantang para pemimpin di organisasi yang berbasis di Port Vila West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL).

Benny Wenda Gelar Acara Bakar Batu di Inggris Kenang Kepergian Dr. Ondowame

Benny Wenda
Benny Wenda (baju hitam) saat gelar acara bakar batu di Brighton, Inggris (Foto: Ist)

Acara bakar batu yang digelar di lokasi peternakan, dekat Brighton, Inggris, ini dihadiri juga oleh sejumlah warga Inggris yang selama ini aktif mengkampanyekan kerinduan bangsa Papua Barat untuk merdeka.

Benny Wenda, dalam sambutannya mengatakan, Dr. Ondowame merupakan tokoh intelektual, dan diplomat Papua Merdeka yang cukup terkenal di kawasan kepulauan Pasifik, dan telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk pembebasan Papua.

“Selama menggelar acara ini, kami juga meratapi kepergiaan Dr. Ondowame, tetapi juga merayakan prestasi luar biasa ia tunjukan dengan terus membantu rakyat Papua Barat agar bebas dari penjajahan,” kata Benny.

Lanjut Benny, Dr. Ondowame merupakan seorang pejuang sejati yang konsisten untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat hingga ajal menjemputnya.

“HIdupnya diabdikan untuk pembebasan rakyat Papua, selamat jalan Dr. Ondowame, kami selalu mengenang jasa-jasamu untuk rakyat bangsa Papua Barat,” tegas Benny.

Sebelumnya, seperti ditulis media ini, Dr. Ondowame meninggal di Rumah Sakit Port Villa Vanutu, pada 4 September 2014, karena serangan jantung. (Baca: Tokoh OPM Berpulang; KNPB Serukan Duka Nasional, Benny Wenda Tulis Surat Duka Cita).

Selama ini Dr. Ondowame berjuang untuk pembebasan nasional bangsa Papua Barat, dan menjadi diplomat di kawasan Pasifik bersama Rex Rumakiek, Andy Ayaimseyba, dan Paula Makabory. (Baca: Masyarakat Sipil di Jayapura Gelar Ibadah Penguatan Kepergian Dr. Ondowame).

Baca juga: Pesan Dr. Jhon Otto Ondowame: Rakyat PB Harus Bersatu dan Lanjutkan Perjuangan Sampai Papua Merdeka (Bagian I dan bagian kedua baca: Pesan Dr. Ondowame: Rakyat PB Harus Bersatu dan Lanjutkan Perjuangan Sampai Papua Merdeka (Bagian II/Habis).

Untuk lihat foto-foto bakar batu: Kenang Kepergian Dr. Ondowame, Benny Wenda Gelar Bakar Batu di Brighton, Inggris

Sumber: SUARAPAPUA>com

PM Vanuatu Hadiri Pemakaman Dr. Jhon Otto Ondowame

PM Vanuatu, Joe Natuman saa
PM Vanuatu, Joe Natuman saat memberikan penghormatan kepada jenazah Dr. Ondowame (Foto: Ist)

Dalam acara pemakaman yang juga dihadiri oleh mantan Perdana Menteri Vanuatu, Moana Kalosil, Natuman memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin bangsa Papua Barat yang telah terus konsisten memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat.

“Selamat tinggal Dr. John Otto Ondowame, perjuangan masih terus berlanjut, dan kemenangan yang pasti akan dicapai,” katanya, dalam sebuah pernyataan, saat mengantar peti jenazah ke liang kubur.

Peti mati John terbungkus rapi dengan bendera Papua Barat (Bintang Kejora), dan bendera Kanaky (Kaledonia Baru), sebelum dimakamkan.

Benny Wenda, diplomat Papua Merdeka di Inggris yang tidak bisa menghadiri pemakaman pejuang asal tanah Amungsa ini memberikan penghormatan melalui pesan di media.

“Semoga Anda Istirahat dalam Perdamaian tuan Dr John Otto Ondawame, seluruh hidup anda telah dikontribusikan untuk kebebasan rakyat kita,” kata pendiri kantor Free West Papua Campaign (FWPC) di sejumlah Negara di Eropa ini. (Baca: Benny Wenda Gelar Acara Bakar Batu di Inggris Kenang Kepergian Dr. Ondowame).

Sebelumnya, seperti ditulis media ini, Dr. Jhon Otto Ondowame meninggal di Rumah Sakit Port Vila, Vanuatu, pada 4 September 2014 karena serangan jantung. (Baca: Tokoh OPM Berpulang; KNPB Serukan Duka Nasional, Benny Wenda Tulis Surat Duka Cita).

Source: SUARAPAPUA.com

 

John Otto Ondawame, Ujung Tombak Papua dari Nemangkawi

Jayapura, 9/9 (Jubi)-Orang Papua baru saja tersentak , menundukkan kepala atas kepergian salah satu tokoh pejuang Papua dari Nemangkawi. Radio New Zealand menyebutnya sebagai pemimpin penting bagi orang-orang Papua.

Namanya John Otto Ondowame , lelaki Amungme kelahiran Wanamun, Bumi Amungsa, 30 November 1953. Sejak 2013 bersama rekan-rekannya di WPNCL berjuang untuk Papua Barat masuk dalam deretan bangsa-bangsa Ujung Tombak Melanesia.

Rex Rumakiek, salah seorang rekan seperjuang dari WPNCL mengatakan orang Papua telah kehilangan tokoh penting dan ilmuwan politik dalam perjuangan Papua Merdeka. Katanya, Ondowame adalah orang yang berpendidikan tinggi dan datang dari wilayah yang kaya tambang emas, tetapi memilih hidup sederhana dan bersahaja. Ia tamat dari Universitas Cenderawasih (Uncen) dan masuk dalam semak-semak hutan rimba, memanggul senjata dan berjuang demi tanah Papua.

Sayangnya pejuang ujung tombak bangsa Papua telah pergi menghadap Hai Yogon Nerek atau Jomun Somun Nerek, Bapak Maha Kuasa, Maha Baik, Maha Suci yang berada di Surga atau Sang Pencipta dalam bahasa Amungme.

Dia menghembuskan nafas terakhir pada 4 September lalu di Rumah Sakit di Port Villa Vanuatu, di Pasifik Selatan, setelah berjuang mempertahankan hidup dari penyakit jantung yang dideritanya. Ia pergi meninggalkan seorang isteri perempuan asal Fiji dan anak laki-laki bernama Jacob.

Para pemuda Amungme pada awal 1970 an banyak yang datang belajar di Kota Jayapura, termasuk John Otto Ondowame mahasiswa administrasi negara Uncen, Thom Beanal mahasiswa STFT Taburia Padangbulan, Constan Hanggaibak mahasiswa APDN Yoka, Kelly Kwalik bersekolah di SPG Taruna Bhakti Waena.

Selesai meraih gelar sarjana muda dari Universitas Cenederawasih 1976, pilihannya memperjuangkan kemerdekaan Papua. Setahun kemudian 1977 pecah peristiwa sosial dan masyarakat Amungme mengungsi sampai ke tambang Ok Tedi di Papua New Guinea, akibat operasi militer. Seluruh wilayah pegunungan berkecamuk, pesawat tempur Bronco memborbardir dari udara, menghilangkan nyawa banyak orang. Peristiwa Kobagma ini menjadi awal tragedi 1977.

John Otto Ondowame bergabung bersama pejuang Papua Jacob Pray yang juga sarjana muda lulusan Universitas Cenderawasih. Bertahun-tahun dia berjuang di hutan perbatasan Papua dan Papua New Guinea(PNG). Sekitar 1983 para pejuang di hutan Papua ini mendapat suaka politik di Eropa. Jacob Pray dan Otto Ondowame ke Stockolm Swedia dan bergabung dengan Nick Messet, Indey, Dr Mauri. Sedangkan Zeth Roemkoren mendapat suaka politik di Yunani.

Orang Amungme selalu mengungkapkan perasaan mereka dengan memakai kata-kata kiasan yang memiliki arti sangat mendalam. Mendiang Mozes Killangin tokoh Amungme dalam tulisannya kepada Majalah Triton 1958 mengungkapkan, Pasang Lampu Lekas Antero Masih Gelap. Dalam artikelnya Guru Mozes Kilangin menegaskan kawasan Akimuga dan Puncak Cartensz masih tertinggal dan belum pernah ada sentuhan pembangunan dari pemerintah Belanda.

Begitu pula salah seorang putra Amungme, almarhum Anthon Kelanangame, eks wartawan Tifa Papua dalam skripsi sarjana muda di Sekolah Tinggi Filsafat Fajar Timur(STFT) berjudul, “Belum Bertanya Sudah Menjawab”. Artinya, mereka semua belum bertanya kepada masyarakat Amungme sudah menjawab dengan membuka tambang di kawasan Nemangkawi.

John Otto Ondowame . Laki laki dari Amungme, patut dikenang sebagai ujung tombak Papua yang runcing, memperjuangkan hak-hak orang Papua untuk lepas dari belenggu pasca kolonialisme modern.

Meski berjuang dengan segala keterbatasan, John Otto Ondowame tak lupa untuk belajar, mereguk sumur pengetahuan.. Bayangkan saja dia mampu meraih gelar PhD , political science dari Australian National University 2000. pendidikan Pasca Sarjana dia selesaikan dari University of Western Sidney.

Menyimak dari berbagai gelar kesarjaannya, Otto Ondowame adalah orang yang selalu belajar baik secara otodidak maupun melalui jalur resmi.

Sangat jarang menemui seorang pejuang Papua yang berpendidikan tinggi dan mau berjuang untuk orang Papua Merdeka. Bahkan pertemuan di Noumea, Kaledonia Baru, sangat nampak menegaskan bahwa Otto Ondowame memegang peran penting untuk melobi Papua Barat, masuk dalam keluarga besar Ujung Tombak Melanesia.

Lidah Ondonawe sangat fasih berbahasa Inggris, Swedia dan juga Belanda. Tak heran kalau kemampuan berbahasa asing membuatnya memiliki kelebihan untuk bernegosiasi dalam diplomasi politik.

Ondowame menulis disertasinya berjudul ’One people, one soul’: West Papuan nationalism and the Organisasi Papua Merdeka (OPM)/Free Papua Movement. PhD, RSPAS, ANU, c. 2000. Mendiang Ondowame juga menulis berbagai artikel tentang Papua terutama tentang hak penentuan nasib sendiri. (Jubi/Dominggus A Mampioper)

Jubi Penulis : Dominggus Mampioper on September 9, 2014 at 18:25:32 WP Editor : Syam Terrajana

Ini Kutipan Belasungkawa buat Dr. John Otto Ondawame

Dr. OPM John Otto Ondawame
Dr. OPM John Otto Ondawame

VANUATU (Liputan7) – Beragam komentar dan ucapan belangsungkawa ditujukan kepada Dr. John Otto Ondawame yang dikenal sebagai politikus senior Papua Barat. Berikut di antara tanggapan kerabat dan koleganya:

Demi Nawipa Jr. :

Seorang Doktor yang pernah belajar tentang sosial sains membiarkan kepentingan hidup pribadinya, sebenarnya beliau putra asli satu-satu dari areal lisensi pertambangan tembaga dan emas terbesar dunia di Papua. Tetapi, dia menjadi terasing untuk memperjuangkan penentuan nasip sendiri bagi bangsanya. Dia juga tahu bahwa kekayaan alam Papua yang di ambil oleh penguasa itu adalah secara curi dan tidak sah, sehingga beliau menghabiskan umur hidupnya berkomitment untuk memperjuangkan nasib bangsa melanesia di papua barat tanpa tawar-menawar oleh penguasa.http://srmpapua.blogspot.com/…/putra-asli-dari-glasberg…

Ebenheizar Christiano :

Turut berduka cita atas berpulangnya bapa pemersatu Bangsa Papua di Port Villa, semoga atas kepergian bapak pemersatu ini menjadi teladan bagi kami kami semua untuk bersatu dalam pembebasan Tanah Papua dari tangan kolonial, selamat jalan bapa Doktor ketempat yg maha tinggi dirumah Bapa di surga. Tuhan memberkati.

Simon Carlos Magal :

Amole Nerekge John Otto Ondawame, selamat jalan Bpk, kami seluruh rakyat Papua Barat, turut berduka atas kepergianmu di rumah Bapak yang kekal semoga arwah Bpk diterima oleh di Allah Bapak Yang Maha Kuasa di Surga.

Nak Papua :

Kami seluruh Masyrakat suku KIMYAL turut berduka cita atas berpulangnya seorang pahlawan bangsa Papua Barat, kami sangat menghargai dan menghormati semua pengorbanan Bapak bangsa Papua. Kami berdoa bagi keluarga yang ditinggalkan Tuhan Yesus Elohim Israel memberkati dan menguatkan-Nya.

Gorbaco Zongg :

TURUT berduka cita atas berpulangnya tokoh pejuang Papua, dan putera yang yang terbaik dalam perjuangan,maka kami rakyat papua Barat berduka diseluruh tanah papua demi perjuangan kehilangan seorang pemimpin masa depan rakyatnya.

Moi kami dari sorong mengucapkan turut berduka cita yang sebesarnya atas kepergian politikus senior papua, semoga Tuhan Yesus di surga menyertai dan menerima

Elly van Vliet :

I am so sorry that this sweet and great man has passed away too soon. I last saw him in January this year at his house. He was already suffering from a weak health. He has dedicated his life to the West Papua cause. RIP dear John.

Diana Salakory Dengan ini Keluarga L.D. Kunu –

Salakory Turut Berduka Cita! Semoga Keluarga Besar Ondawame jang di tinggalkan mendapat Penghiburan serta Kekuatan dari Tuhan Jesus. (mag)

MSG Tolak Keanggotaan WPNCL

Jayapura (Sulpa, Friday, 04-07-2014) – Kelompok Pemimpin Melanesia Spearhead Group (MSG) telah membuat sebuah keputusan yang lucu dan aneh dan terkesan sarat nuansa kepentingan politik dan ekonomi serta berdampak merugikan dari sisi hukum dan hak asasi Orang Asli Papua (OAP).

Demikian kata Yan Christian Warinussy, Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari dalam keterangan persnya, Rabu (2/7/2014) kemarin.

Menurutnya keputusan para pemimpin MSG di Port Moresby, Papua New Guinea (PNG) pada 26 Juni 2014, yang menghasilkan 4 keputusan tentang aplikasi keanggotaan West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL) atau Koalisi Nasional Papua Barat untuk Pembebasan, yang intinya menolak aplikasi keanggotaan yang diajukan oleh WPNCL.

“dalam keputusan tersebut disebutkan perlunya WPNCL mendorong aplikasi baru yang lebih inklusif dan bersatu, dan inilah letak keanehan, lucu dan terkesan sarat nuansa politik”,

kata Werinussy.

Disebutkan juga bahwa MSG telah mengirimkan delegasi yang dipimpin Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Fiji Ratu Inoke Kubuabola ke Indonesia (11-15 Januari 2014) termasuk ke Jayapura-Papua.

“yang jadi pertanyaan apakah mereka bertemu dengan perwakilan organisasi perjuangan rakyat Papua, misalnya Presidium Dewan Papua (PDP), Dewan Adat Papua (DAP), WPNCL, West Papua National Authority (WPNA), Komite Nasional Papua Barat (KNPB), atau apakah para pemimpin MSG tersebut sempat bertemu Aliansi Pemuda, Mahasiswa, Pelajar dan Perempuan Papua”,

kata Werinussy.

Dari mana bisa muncul kesimpulan bahwa aplikasi yang telah diajukan setahun lalu oleh WPNCL dikatakan tidak representatif, sehingga harus mengajukan aplikasi baru yang lebih inklusif dan bersatu, padahal mereka tidak pernah ketemu dengan siapa – siapa selama di Papua kecuali Pemerintah.

“Hal ini harus segera disikapi oleh organisasi perjuangan rakyat di Tanah Papua untuk segera memberi tanggapan terhadap sikap dan keputusan MSG yang kabur, tidak jelas itu,”

katanya lagi.

Keputusan MSG tersebut dari sisi hukum merugikan posisi HAM Orang Asli Papua (OAP), karena bertentangan dengan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia 10 Desember 1948, dan Deklarasi Hak-hak Masyarakat Adat (Declaration on the Rights of Indigenous Peoples).

“pasal 1 huruf p, huruf r dan huruf t UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus orang asli Papua telah diakui memiliki hak politik, termasuk di dalamnya hak menentukan nasib sendiri (self determination) sebagaimana diatur di dalam pasal 3 dan pasal4 Deklarasi Hak-hak Masyarakat Adat”, kata Werinussy.

Menurutnya seluruh komponen perjuangan politik di darat, laut, darat, pegunungan, lembah dan ngarai di tanah Papua harus bersatu dan berjuang secara bersama-sama tanpa mementingkan faksi dan kelompok demi meloloskan aplikasi yang akan diajukan kembali oleh WPNCL dalam tahun 2014 nanti. (B/JAC/R1/LO1)

Lt. Gen. TRWP Amunggut Tabi: Mari Kita Baca Politik Melanesia

Menanggapi tanggapan TRWP atas keputusan para pemimpin Melanesia atas lamaran WPNCL untuk menjadi anggota MSG, maka PMNews menggali sedikit latar-belakang pernyataan yang telah dikeluarkan para pemimpin Melanesia.

General Tabi menyatakan,

Sekarang waktunya kita berbicara dalam kerangka ke-Melanesia-an. Asia dan Asia Tenggara sudah bergerak ke arah pemikiran dan pembicaraan ke-Asia-an, Eropa sudah tuntas menyelesaikan ke-Eropa-an mereka. Amerika masih bergulat antara Amerika Utara dan Selatan. Afrika masih berjuang dengan yang Kristen dan non-Kristen, yang bekas jajahan Perancis dan Inggris dan Jerman dan lain sebaginya. Kita di Melanesia harus mulai berpikir secara ke-Melanesia-an”

Berikut petikan wawancara singkat

PMNews: Selamat malam. Kami mengganggu sedikit untuk menggali sedikit terkait pernyataan yang telah dibuat dan telah kami terbitkan terkait dengan keputusan para pemimpin MSG menyangkut lamaran WPNCL menjadi anggota MSG.

Amunggut Tabi (TRWP): Saya mau kita tarik pelajaran pertama dan terpenting dari semua ini ialah bahwa masalah dan isu Papua sekarang sudah menjadi agenda Melanesia. Itu yang begitu lama kami tunggu. Jadi, setelah bola bergulir ke meja MSG, baru kita kana atur agenda lainnya menyusul.

PMNews: Sebenarnya pada prinsipnya mereka menolak lamaran WPNCL, bukan?

Amunggut Tabi (TRWP): Bukan begitu. Justru sebaliknya, pada prinsipnya mereka semua menerima lamaran tentang West Papua menjadi anggota MSG, tetapi mereka menyatakan perlu ada pembicaraan inclusive semua orang Papua untuk menentukan keterwakilan itu. Jadi bukan WPNCL yang mewakili West Papua, tetapi semua elemen orang Papua yang mewakili orang Papua.

Jadi, orang Melanesia ialah orang Melanesia, orang Melanesia anggota OPM, orang Melanesia Gubernur, orang Melanesia Bupati, orang Melanesia anggota DPR RI atau DPRP, semua orang Melanesia, semua perwira maupun pejabat TRWP, semuanya, seluruhnya. Itu yang mereka maksudkan. Mereka bukannya tidak menerima lamaran, tetapi mereka menerima dengan memperluas cakupan manusia yang terwakili dalam keanggotaan itu.

PMNews:Tetapi pada prinsipnya WPNCL tidak diterima, bukan?

TRWP: WPNCL bukan tidka diterima tetapi disuruh memperluas jangkauan keanggotaannya. Orang Papua ada yang di pengasingan, ada yang di tanah ai di Timur dan Barat pulau New Guinea, ada pendukung OPM, ada pejabat NKRI, ada orang gereja, ada orang LSM, jadi semua harus diwakili. Itu maksud mereka. Kalau semua diwakili, itu baru wakil dari West Papua ke dalam komunitas Melanesia. Jadi bukan Melanesia Papua Merdeka saja, dan bukan Melanesia NKRI harga mati saja, tetapi semua Melanesia.

PMNews: Bagaimana kalau nantinya Melanesia NKRI harga mati lagi masuk ke dalam kelompok ini?

TRWP: Jadi, keterwakilan di MSG itu tidak terkait dengan pandangan politik, tetapi terkait dengan Manusianya, ras orang itu. Jadi semua orang Melanesia tanpa membedakan pandangan politik.

PMNews: Lalu di mana letak kemenangan sampai TRWP sudah terlanjut sampaikan ucapan salut dan hormat?

TRWP: Ucapan itu kami sampaikan berdasarkan fakta pertama negara-negara Melanesia sudah berani berbicara dan mengagendakan serta mengambil langkah tindak-lanjut tentang isu West Papua. Itu sudah langkah luarbiasa. Dulu masalah ini dihindari dengan berbagai macam alasan, bahkan antara mencium kotoran manusia dengan mencium nama West Papua hampir sama. Begitu mereka mendengarnya, mereka akan lari dari Anda. Sangat menyakitkan! Tetapi itu kan sekarang tidak lagi, mereka sudah terlibat dalam membicarakan masalah mereka sendiri, masalah Melanesia secara resmi dalam forum pemimpin negara-negara Melanesia.

Jadi kejadian ini dan langkah ini dan keputusan ini harus disambut gembira. Tinggal tidak optimal atau tidaknya itu diupayakan bersama dalam perjuangan ke depan. Kita harus mensyukuri apa yang telah diraih, baru dari situ kita bangun terus ke dapan. Jangan selamanya kita mengutuk, menolak dan menyesali raihan-raihan kita orang Melanesia sendiri.

PMNews: Bagaimana kalau WPNCL memandang keputusan ini tidak tepat?

TRWP: Itu penilaian kita serahkan kepada para pemimpin WPNCL. Tetapi kami pikir mereka akan melihat masalah ini sama dengan yang kami lihat. Mereka itu para politisi senior, tidak sama dengan kami di hutan yang tidak tahu banyak tentang politik.

PMNews: Apa yang akan dilakukan TRWP menyusul keputusan ini?

TRWP: Pekerjaan pokok TRWP itu mengangkat senjata dan berperang menentang penjajah. Itu tidak bisa dirubah oleh kondisi apapun.

PMNews: Kalau misalnya para pemimpin MSG meminta Anda untuk tidak mengangkat senjata?

TRWP: Itu harapan Anda? Dalam pernyataan tadi tidak ada satupn mereka singgung tentang TRWP atau OPM atau apapun. Mereka hanya singgung WPNCL. Yang mereka permasalahkan di sini isu Melanesia dan keanggotaannya. Mereka tidak menyinggung Papua Merdeka atau organisasinya. Agenda itu tidak ada. Jadi yang kami sampaikan ucapan selamat ini menyangkut “integrasi Melanesia” menurut ras dan keturunan kita, bukan secara politik.

PMNews: Apakah ada harapan proses penyatuan ras dan keturuan ini mengantar kita kepada kemerdekaan?

TRWP: Itu tidak perlu ditanyakan. Dan juga tidak perlu dijawab. Ada pepatah Indonesia, “Tak kenal maka tak sayang”, begitu kah? Itu maksudnya. Kita tidak usah bermimpi sebelum waktu mimpi tiba. Kita bangun dulu, baru akan tidur, baru waktu tidur kita bermimpi.

Kita harus baca politik Melanesia dari kacamata Melanesia, dalam ke-Melansia-an kita. Kita jangan terpengaruh oleh politik “curiga” dan “tidak pecaya” yang diajarkan NKRI. Kita harus yakin bahwa para pemimpin Melanesia ini tahu mereka sedang berbicara tentang tanah leluhur mereka sendiri. Tetapi mereka tahu bahwa dunia ini ada yang mengatur dan mereka harus bermain dalam aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh para pemimpin dunia.

Kita harus melihat tembus ke dalam hati para pemimpin yang mengambil keputusan, bukan sebatas kata-kata yang tertera dalam komunike. Kita sebagai orang Melanesia sebenarnya dalam budaya kita biasa memahami pesan dari cara kita menyampaikan dan dalam konteks apa kita sampaikan, bukan hanya apa yang kita sampaikan saja. Itu sejak nenek-moyang kita ketahui. Semua perkembangan yang terjadi di Melanesia mari kita soroti dan amati dari kacamata Melanesia.

Itu sebabnya dulu dalam salah satu wawancara saya katakan “Let us do it in our Melanesia way”. Kita orang Melanesia punya sistem sosial, sistem nilai, sistem kekerabatan, sistem politik dan militer, aturan perang, aturan politik yang sudah baku, yang harus diamalkan oleh orang Melanesia sekarang dan yang akan datang. Oleh karen aitu apa pun yang terjadi di wilayah kita haruslah kita sambut dalam roh ke-Melanesia-an dan dalam kacamata Melanesia.

Sekarang waktunya kita berbicara dalam kerangka ke-Melanesia-an. Asia dan Asia Tenggara sudah bergerak ke arah pemikiran dan pembicaraan ke-Asia-an, Eropa sudah tuntas menyelesaikan ke-Eropa-an mereka. Amerika masih bergulat antara Amerika Utara dan Selatan. Afrika masih berjuang dengan yang Kristen dan non-Kristen, yang bekas jajahan Perancis dan Inggris dan Jerman dan lain sebaginya. Kita di Melanesia harus mulai berpikir secara ke-Melanesia-an

PMNews; Sudah jelas sekarang, dan kami ucapkan terimakasih. Kami sudah dapat gambaran lebih sekarang. Untuk sekarang kami cukupkan dulu. Sekali lagi terimakasih.

TRWP: Terimakasih banyak.

“Jangan Sepelekan Negara-Negara MSG”

English: Papua Indonesia Flag
English: Papua Indonesia Flag (Photo credit: Wikipedia)

JAYAPURA – Pengamat politik dan pemerintahan dari Universitas Cenderawasih, Marinus Yaung, mengingatkan pemerintah agar tidak menganggap remeh proposal yang diajukan oleh negara-negara Melanesian Spearhead Group (MSG) yang ingin berkunjung ke Papua. Hal ini terkait dengan penolakan pemerintah terhadap negara-negara MSG, yang dapat berakibat pada semakin kencangnya seruan untuk memasukkan Papua sebagai anggota MSG.

“Proposal yang diajukan oleh West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL) untuk masukkan Papua menjadi anggota pada sidang MSG di Nomea bulan Juni lalu,akan segera terealisasi apabila pemerintah Indonesia mengabaikan kesepakatan negara anggota MSG tentang peninjauan kembali proposal WPNCL sebelum mereka diundang untuk melihat situasi dan kondisi terkinipembangunan di Papua dalam era Otsus,”terangnya via telepon seluler kepada Bintang Papua, Senin (18/11).

Ia mengatakan, rupanya pemerintah Indonesia secara sepihak memutuskan mengundang delegasi Solomon saja yang datang ke Papua. Tindakan ini dianggap sebagian besar negara MSG sebagai bentuk pelanggaran terhadap kesepakatan di Noumea. Sehingga kalau sampai akhir bulan November ini tidak ada undangan dari pemerintah Indonesia,maka proposal WPNCL akan diterima dan tahun depan WPNCL akan ditetapkan menjadi anggota forum MSG.

“ Maka melalui media ini saya meminta pemerintah Indonesia untuk segera mengundang negara MSG datang ke Papua,karena langkah ini menurut hemat saya akan sangat mempengaruhi keputusan diterima atau tidaknya proposal WPNCL. Bahkan saya berani menjamin bahwa akhir dari kunjungan delegasi MSG, seluruh negara MSG akan meminta kerja sama ekonomi dan pembangunan dengan Indonesia. Kenapa demikian? Contoh paling sederhana saja bahwa kantor Gubernur Papua di dok 2 adalah kantor Gubernur termegah dan terbaik di seluruh negara-negara anggota MSG. Saya sekali lagi meminta keseriusan pemerintah dalam menyelesaikan masalah isu Papua merdeka di Pasifik Selatan,”ungkapnya.

Untuk itu, sekali lagi ia mengingatkan pemerintah untuk tidak meremehkan sikap ketersinggungan Negara Vanuatu dan Kaledonia Baru terhadap undangan dari Indonesia yang hanya kepada negara kepulauan Solomon.

“Karena mereka akan terus mendorong proses politik yang sama ke PBB terkait WPNCL. Organisasi Internasional ini akan melakukan tindakan yang sama dengan memutuskan Papua menjadi negara merdeka secara unilateral tanpa perlu mendapat persetujuan dari negara Indonesia,”

katanya.

Ia menambahkan, pemerintah Indonesia, terutama departemen luar negeri RI sudah tahu bahwa strategi diplomasi invisible hand adalah diplomasi subversif yang telah merusak dan mengancam integrasi bangsa sejak jaman Presiden Soekarno sampai hari ini.

“Dunia internasional selalu menggunakan cara-cara subversi untuk mengancam integrasi bangsa. Cara subversi adalah menggunakan negara-negara kecil di pasifik sebagai kaki dan tangan menjalankan kepentingan mereka untuk menghancurkan Indonesia. Maka kalau pemerintah Indonesia sudah menunjukkan pengaruh yang kuat di pasifik selatan,maka jangan merusak kepercayaan yang sudah didapat dari negara MSG. Undang mereka segera dan lihat apakah masalah Papua masih akan terus berkibar di pasifik selatan atau akan segera berakhir,”

tandasnya.(art/don/l03)

Selasa, 19 November 2013 03:09, Binpa

Enhanced by Zemanta

Masalah Papua Barat Akan Dibawa ke Forum CHOGRM

Foto bersama Perdana Menteri Vanuatu, Hon. Moana Carcasses dengan misi WPNCL Andy Ayamiseba, dan WPNCL Advisor, Mr Barak T Sope. Foto: Dok. Andy Ayamiseba

Vanuatu — Setelah belum lama ini Forum MSG, yang beranggotakan 5 Negara di Pasific Selatan membicarakan status politik Papua, kini persoalan Papua akan dibicarakan lagi di forum dunia lain, Commonwealth Head Of Governments Regional Meeting (CHOGRM) di Colombo, Sri Lanka.

Kepada majalahselangkah.com, Pengurus The West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL), Andy Ayamiseba mengatakan, forumCHOGRM beranggotakan 53 negara di dunia. Mereka adalah negara-negara bekas jajahan Inggris Raya

“Pertemuan selama dua hari akan berlangsung mulai 16 November 2013. Dalam pertemuan tersebut masalah HAM Papua Barat akan dibawa oleh Perdana Menteri Vanuatu, Hon. Moana Carcasses,”

kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima majalahselangkah.com, Sabtu, (02/11/13).

Kata dia, pada pertemuan, Perdana Menteri Vanuatu sekaligus akan menyatakan solusi status politik Papua Barat.

“Indonesia tidak menjadi anggota dalam forum ini, maka resolusi meeting ini, kami mengharapkan akan mendapat dukungan besar dari negara-negara anggotanya,”

kata Andy.

Kata dia, rencana itu mengemuka pada pertemuan dirinya bersama Perdana Menteri Vanuatu, Hon. Moana Carcasses belum lama ini.

“Saat ini, persoalan Papua sudah menjadi persoalan global, bukan masalah dalam negeri,”

jelasnya.(MS/Yermias Degei)

Sabtu, 02 November 2013 23:11,MS

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny