OPERASI POLISI MENEMBAK MATI AKTIVIS KNPB MAKO TABUNI PAGI INI

( Operasi polisi menambah keruh permasalahan dan Pelanggaran HAM di tanah Papua )

Upaya kepolisian Indonesia untuk mengungkapkan kasus teror penembakan di Jayapura tidak mendapatkan hasil akhinya berbuntut kepada penembakan kepada sala satu pemimpin gerakan activist KNPB MUSA alias MAKO TABUNI telah ditembak mati pada pukul 8:03 pagi WIT di Perumas III Waena oleh operasi gabungan polisi dan Densus 88.

Hal ini jelas terbukti bahwa upaya teror dan penembakan merupakan operasi intelijen Indonesia dalam rangka mengkambing hitamkan setiap aktivis HAM di Papua. Penangkapan dan penembakan pentolan aktivis KNPB oleh polisi Indonesia terbukti bahwa apa yang dilakukan polisi terhadap upaya pengusutan pelaku teror penembakan adalah penipuan publik karena justru polisi yang balik melakukan teror penangkapan dan penembakan para aktivis tanpa prosedur hukum yang jelas.

Tindakan polisi Indonesia semakin membrutal terhadap warga asli Papua sebagai aktivis KNPB dan melakukan pelanggaran HAM berat, dan tindakan polisi bukan dalam rangka mengungkap kasus teror penembakan dijayapura tetapi murni bentuk operasi khusus yang telah di intruksikan Presiden Republik Indonesia untuk menambah pasukan elit kepolisian Indonesia ke Papua dalam rangka Operasi khusus.

Presiden Republik Indonesia harus bertanggung jawab ata semua bentuk operasi yang bersifat diskriminasi terhadap warga Papua asli di tanah mereka sendiri, operasi ini murni bentuk pelanggaran HAM berat yang dibuat oleh Indonesia terhadap masyarakat Asli Papua.

Penembakan atas pentolan aktivis KNPB MAKO TABUNI merupakan murni operasi khusus yang diboncengi dengan alasan mengungkapkan kasus teror dan penembakan akhir-akhir ini di kota Jayapura, telah terbukti bahwa polisi bukan mengusut kasus teror dan penembakan tetapi melakukan penangkapan, penembakan kepada aktivis tidak sesuai degan hukum yang berlaku di republik Indonesia.

Polisi tidak melindungi warga Papua asli sebagai bagian dari warga Negara Indonesia tetapi melihat sebagai musuh dan keberpihakan polisi murni dalam rangka mengamankan penduduk non Papua yang ada di Papua maka Operasi ini merupakan tidakan diskriminativ dan menghilangkan nyawa orang asli Papua dan operasi ini merupakan tindakan teror Negara yang dilakukan khusus untuk orang Papua.

Bentuk operasi ini dirancang khusus kedalam kinerja Polisi Indonesia degan alasan mengungkap kasus penembakan dan teror di kota Jayapura dan berupaya untuk menghindar dari bentuk-bentuk Pelanggaran HAM di Papua.

Tindakan ini dalam rangka mengalihkan perhatian dunia bahwa polisi melakukan pengamanan tindakan kriminal di tanah Papua, dan mendiskreditkan upaya aktivis KNPB sebagai pelaku kriminal dan dalam kesempatan itu polisi Indonesia memanfaatkan isu kriminal untuk menembak dan menculik para activis HAM di Papua.

Tangkap Aktor Perancang Teror ! * ELSHAM: Polisi Jangan Hanya Tangkap Eksekutornya * BIN: Penembakan di Papua Politis

JAYAPURA- Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia Els-HAM Papua menilai teror penembakan warga sipil di Kota Jayapura yang hingga kini pelakunya belum terungkap, diduga sengaja dirancang untuk memberikan stigma, orang asli Papua anarkis dan bisa membunuh siapa saja, pasalnya, seluruh korban penembakan adalah kaum pendatang.
“Semua korban adalah pendatang alias non Papua, ini sengaja diciptakan agar dunia luar mencap orang Papua yang melakukan pembunuhan. Sekaligus membelokan perjuangan Papua yang damai kearah kekerasan,’’ ujar Ferdinan Marisan Direktur Elsam Papua di Kantor Elsham Papua, Selasa (12/6). Ia juga menambahkan, serangkaian aksi terror penembakan terjadi, disaat dunia internasional sedang memberikan perhatian terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM di Papua.
Serangkaian kekerasan sengaja diciptakan, tercermin dari penyataan Kepala BIN Marciano Norman, yang sudah langsung menuding OPM sebagai pelaku terror, padahal Polisi belum menangkapnya. ‘’Belum apa-apa sudah langsung menuding OPM, padahal polisi masih melakukan pengusutan,’’ tukasnya.

Intinya lanjut Marisan adalah pengalihan isu yang dirancang sedemikian, sementara aparat kepolisian tidak dapat bertindak secara profesional, malah terkesan pembiaran, padahal kasus teror yang terjadi di Kota Jayapura perlu segera disikapi secara profesional dalam rangka mencegah terjadinya kekerasan terhadap warga sipil. Elsham dalam rekomendasinya menyebutkan, Polda Papua harusnya mengedepankan asas praduga tak bersalah dalam melakukan penyidikan dan penyelidikan terhadap pihak pihak yang diduga terlibat dalam berbagai aksi kekerasan dan pelanggaran HAM selama ini.
Untuk semua pihak, institusi Pemerintah, masyarakat sipil maupun individu, jangan mendahului memberikan kesimpulan tentang berbagai kejadian yang terjadi, namun kita semua memberikan kepada kesempatan kepada aparat Kepolisian Polda Papua dan jajarannya untuk secepatnya menuntaskan proses investigasi yang komprehensif terhadap pihak- pihak yang terlibat dalam berbagai aksi kekerasan, terutama kepada inisiator dan perencana dan jangan hanya sebatas menangkap eksekutor belaka, sebagaimana yang terjadi selama ini.

ELSHAM juga mencatat sedikitnya ada 20 kasus kekerasan dan penembakan serta teror yang dilakukan OTK maupun aparat keamanan terhitung April 2012, dimana instensitasnya meningkat tajam. Elsham juga merelease sejumlah kasus kekerasan di Papua. Antara lain, penyiksaan dan penangkapan sewenang wenang. Dicontohkan pada 30 april 2012, sedikitnya 42 orang telah mengalami penyiksaan dilembaga pemasyarakatan Klas II A Abepura.

Pada 2 mei 2012, Trejolih Wenda ditembak oleh orang tak dikenal (OTK) di depan Korem Abepura, korban meninggal setelah menjalani perawatan di RS. Dian Harapan. Pada 2 mei, sertu Arif, anggota Densipur X dianiaya sekelompok orang disamping balai bahasa Jayapura. 3 Mei serta sejumah kasus kekerasan lainnya.
Hal senada juga diungkapkan Aktivitas HAM Papua Pastor Yohanes Jonga, ia menuding pelaku penembakan di Kota Jayapura adalah kelompok terlatih yang memiliki kemampuan cukup besar, sehingga aparat keamanan kesulitan mengungkapnya.

“Pelaku serangkaian penembakan pasti kelompok terlatih, mereka bertujuan membuat masyarakat resah dan takut. Sementara kekuatan-kekuatan yang ada pada masyarakat sudah hancur, rusak dan tidak ada saling percaya lagi sekarang,’’papar Pastor Yohanes Jonga peraih penghargaan Yap Thiam Hien tahun 2009 itu.
Pastor Jonga menuding, serangkaian kekerasan yang terjadi di Kota Jayapura sengaja diciptakan Jakarta. ‘’Jakarta selalu menjadikan Papua ini proyek, untuk kepentingan mereka,’’tukas dia.
Ia melanjutkan, kekisruhan yang saat ini
terjadi di Papua, akibat macetnya saluran komunikasi antara rakyat Papua dengan pemerintah pusat. “Dialog Papua-Jakarta tak pernah terealisasi, sehingga komunikasi tersumbat,’’ paparnya.

BIN: Penembakan di Papua Politis
Sebelumnya Kepala Badan Intelijen Negara Letjen Marciano Norman mengatakan, serentetan penembakan terhadap warga sipil maupun aparat penegak hukum di Papua dan Papua Barat memiliki muatan politis. Ada keterkaitan antara penembakan oleh orang tak dikenal dengan Organisasi Papua Merdeka.
“Ada link politik antara mereka yang ingin Papua merdeka dengan kelompok bersenjata sekarang. Mereka juga ingin menarik jurnalis asing untuk minimal menulis tentang itu,” kata Marciano kepada para wartawan di Jakarta, Senin (11/6/2012).
Marciano juga menduga, kelompok bersenjata ini ingin menarik perhatian kelompok hak asasi manusia internasional. Mereka ingin mencitrakan seolah-olah ada pelanggaran HAM berat di Papua dan Papua Barat. Padahal, klaim Marciano, situasi di Papua saat ini aman dan kondusif.

Mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden ini meminta masyarakat harus turut mendukung aparat penegak hukum yang tengah melakukan sweeping kepemilikan senjata ilegal. Masyarakat diminta tidak bersikap apriori. “Kita tidak bisa menyerahkan ini kepada Polri saja,” kata Marciano.

Penembakan oleh orang tak dikenal kembali terjadi di Papua, Minggu (10/6/2012) pukul 21.15 WIT. Seorang satpam Mall Abepura, Tri Surono (35), tewas ditembak di depan Universitas Cendrawasih. “Penembakan ini adalah bukti kuat bahwa kelompok bersenjata sudah mulai melakukan teror di kota,” kata Marciano mengomentari penembakan ini sebagaimana dilansir media online kompas.com. (ven/jir/don/l03)

KINERJA KEPOLISIAN POLDA PAPUA SANGAT DISKRIMINATIF

Dalam rangka menyingkapi kasus-kasus penembakan yang terjadi akhir-akhir ini, polisi melakukan penangkapan menyeret orang asli Papua seperti yang terjadi di beberapa tempat yang akhirnya menimbulkan keresahan bagi warga asli Papua.
Karena dinilai polisi melihat dimana ada kelompok orang asli Papua berkumpul di tempat tertentu langsung degan sikap arogansi menangkap orang Papua contoh yang terjadi pada tanggal 10 malam pukul 10:03 WIT di beberapa tempat sehingga menimbulkan warga dalam ketakutan terutama warga asli Papua karena polisi menargetkan orang asli Papua dan diduga sebagai pelaku penembakan warga.

Salah satunya penangkapan terhadap saudara Calvin Wenda sampai detik ini dalam pemeriksaan polda degan mendapat tekanan dan bentuk intimidasi agar tersangka tetap menyatakan diri sebagai pelaku, sampai keluarganya mau mengunjungi tidak dapat diperbolehkan. Dan juga dalam pengungkapan kasus penembakan terhadap warga Dok V Yapis Teddy Tabuni adalah kerabat dari saudara Calvin Wenda yang telah ditangkap polda Papua, polisi sendiri belum bisa mengungkapkan kasus ini karena diduga anggota Polisi yang melakukan penembakan terhadap Teddy Tabuni Yapis dok V Jayapura.
Kenyataan polisi dalam rangka menyingkapi tidak profesional dan telah mendiskriminasi dan memojokan orang asli Papua maka kenyataan ini telah terlihat target aparat dan kecurigaan terhadap masyarakat Pegunungan yang dianggap pembuat onar di tanah Papua, karena dalam kenyataan ini kami bisa melihat bahwa di mana tempat-tempat masyarakat gunung beraktifitas di incar oleh aparat kepolisisan guna menangkap secara paksa seperti yang terjadi pada tanggal 10 malam dua hari lalu di Perumnas III Waena.

Kepolisian dalam menyingkapi masalah harus secara proporsional dan profesional dalam menangkap dan menahan orang asli Papua dan dalam rangka operasi juga warga pegunungan tengah dijadikan sasaran operasi aparat dalam menyingkapi masalah penembakan yang akhinya menimbukan keresahan. Ketika Polisi melihat orang yang berambut lingkar dan brewokan dicurigai dan dianggap pelaku dan ditanya oleh aparat, karena dari pemberitahuan oleh beberapa anggota masyarakat pegunungan ketika mereka berjalan aparat dapat menanyakan dan identitas dan tempat tinggal mereka.

Jika dilihat sebenarnya mereka adalah orang asli Papua yang memiliki tanah Papua sedangkan orang dari luar Papua yang masuk dengan kapal putih tidak pernah ditanyai KTP dan dari mana asalnya, karena akhir-akhir ini banyak tukang bakso, tukang sayur, tukang besi kaleng, tukang pungut , tukang jual alat dapur banyak meraja lela di setiap kompleks orang Papua dan sekarang sejak terjadi masalah kegiatan aktifitas mereka berkurang, karena menjadi pertanyaan apakah karena kejadian ini?, atau apakah dalam rangka memantau jalan-jalan untuk operasi? Ini kegagalan polisi yang tidak pernah bertanya kepada orang – orang muka baru yang disebut sebagai tukang jualan degan kendaraan, tindakan polisi sangat aneh dan penuh diskriminasi terhadap warga Papua asli.

OPM MEMBANTAH PERNYATAAN KEPALA BIN MARCIANO NORMAN

(Sejumlah Kasus Penembakan karena OPM dari hutan telah masuk bergabung degan kelompok dalam kota )

OPM menilai pernyataan BIN suda jelas bentuk stikmasisasi OPM sebagai sebuah oraganisasi angkatan bersenjata, hal ini jelas untuk menjuluki OPM sebagai pelaku kriminal bersenjata atau sipil bersenjata, pernyataan ini guna menyatakan kepada publik bahwa OPM sebagai pelaku kriminal bersenjata.

Pernyataan BIN yang menyatakan OPM yang di hutan bergabung degan yang ada didalam kota” ( Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman mengatakan sejumlah penembakan dan kekerasan lain yang terjadi di Papua akhir-akhir ini diduga akibat masuknya anggota – anggota Organisasi Papua Merdeka ( OPM ) di kota Jayapura )” pernyataan ini bentuk stikmasisasi yang pernah diciptakan oleh BIN dalam rangka mempersempit perjuagan OPM secara diplomatis dan demokrasi di panggung politik. Sekali lagi kami sebagai fungsionaris OPM tegaskan pihak BIN tidak lagi melontarkan pernyataan yang merupakan permainan kartu lama dalam moment seperti begini, karena kami tahu bahwa pernyataan ini sering dilontarkan oleh Penjajah NKRI .

Kami suda memiliki banyak pengalaman dalam perjuangan Papua Merdeka dari NKRI dan masalah yang terjadi akhir-akhir ini perlu dinilai secara konverhensif bukan menduga dan menuduh itu suatu pernyataan keliru yang dilontarkan Kepada BIN Indonesia Marciano Norman, justru kami menilai bahwa pernyataan tidak objektif dan upaya mengkambing hitamkan serta counter produtif atas upaya OPM yang dilakukan guna melihat akar masalah yang terjadi di tanah Papua secara jujur dan bermartabat dan mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi.

Sekali lagi kami membantah pernyataan yang dimuat dalam harian on line “Okezone”hanya berdasarkan dugaan, jagan menimbulkan polemik yang membingunkan kepada masyarakat Indonesia dan Internasional, penembakan yang terjadi harus dinilai secara baik karena kemungkinan banyak motif yang melatar belakangi dalam kasus-kasus ini, dan juga Republik Indonesia mampu degan secara jujur menilai diri sendiri, bahwa keberadaan mereka di tanah Papua secara paksa menciptakan akar dari masalah yang terjadi sebenarnya dan dari akar masalah itu telah banyak membuahkan masalah-masalah lain serta banyak tercipta kolaborasi masalah yang akhirnya mengorbankan nyawa masyarakat yang tidak berdosa maupun aparat.

Diposkan via link media : Fungsionaris OPM wilayah New Island Pasific
by: Etagugwe Yorenda

Call for International Response To Papua

Press Release – CSWP

Communiqué of the West Papua Solidarity Committee (CSWP) – Kanaky calling for the international community to react in order to stop the killings In West Papua The CSWP calls on solidarity among the peoples of the Pacific and the peoples of Melanesia, …Communiqué of the West Papua Solidarity Committee (CSWP) – Kanaky
calling for the international community to react in order to stop the killings In West Papua

The CSWP calls on solidarity among the peoples of the Pacific and the peoples of Melanesia, against the organized genocide currently taking place in West Papua.

The Committee notes that many of our brothers are sacrificing this vital solidarity on the altars of trade agreements with the very countries that are responsible for the genocide against people that are our own brothers.

The WP Solidarity Committee of Kanaky condemns the arrest by the Vanuatu Police of WP activists who had legitimately protested against the arrival of an Indonesian charter in Vanuatu.

At a demonstration on Monday 4 June, organized by the KNPB in Jayapura, West Papua, security forces attacked the demonstrators and shots were fired into the crowd: three dead, hundreds injured, 43 arrested*.

The Committee asks the international community to react in order to stop the killings.
The Committee asks the legislative candidates [in Kanaky] to condemn the Indonesian policy in West Papua.

For the Committee
Rival Djawa

* As this statement was issued, numbers still had to be confirmed. New gross human rights violations which occurred since then include the gross brutality and violence by the Indonesian army and police when they attacked villagers in Wamena (Papua) on 6 June 2012. Unconfirmed figures are as follow: 13 people shot dead, many injured, up to 500 homes have been burnt to the ground by the soldiers. Other shootings throughout West Papua have been occurring during the entire week.

The West Papua Solidarity Committee (Comité West Papua Solidarité or CSWP) is a solidarity group based in Kanaky, founded in December 2011, under the leadership of Mr. Djawa Rival, who has advocated West Papuan rights in his region for more than 30 years now. The Committee is made up of a number of organizations in Kanaky who wish to combine forces to break the wall of silence concerning the genocide unfolding in West Papua.

Content Sourced from scoop.co.nz

Pimpinan Lintas Agama Kutuk Aksi Penembakan

( Memohon Presiden, Kapolri dan Panglima TNI Mengatur Secara Cepat Penanganan Papua )

JAYAPURA— Maraknya aksi teror penembakan yang akhir – akhir ini terjadi di Papua, khususnya Kota Jayapura, baik terhadap warga asing, aparat keamanan, maupun terhadap masyarakat sipil, yang sejak 17 Mei hingga kini telah tercatat 9 orang yang menjadi korbannya, mendapat perhatian serius dari para Pimpinan Lintas Agama di Tanah Papua. Pada intinya mereka mengutuk keras aksi-aksi penembakan yang mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah tersebut.
Dalam menyikapi aksi-aksi penembakan tersebut para pimpinan umat ini mengeluarkan pernyataan sikap dan seruan keprihatinan. Mereka adalah Ketua PGGP, Pdt. Lipiyus Biniluk, FKUB Papua, George Rumi, Ketua Muhammdiyah Papua, H. R. Partino, Uskup Jayapura, DR. Leo Laba Ladjar, MUI Papua Dudung, AQN, PHDI I Nyoman Sudha, NU Papua Tony Wanggai, Yapelin Petrus, FKUB T. H. Pasaribu, PGGP Mathias Sarwa, PGPI Papua Pdt. M.P.A. Maury, S.Th. FKPPA Pdt. Herman Saud, FKPPA Eddy Pranata dan FKUB Ponco Winata saat melakukan jumpa pers, di Kantor Keuskupan Jayapura Dok II-Distrik Jayapura Utara, Senin (11/6) kemarin sore.

Sedikitnya ada 10 poin pernyataan sikap mereka. Pertama, mengutuk keras aksi-aksi teror penembakan yang menimbulkan korban jiwa dari orang-orang tidak berdosa, seluruh umat agar mendoakan Papua sebagai Tanah Damai menjadi kenyataan dalam kehidupan bersama demi pembangunan di segala bidang dan kehidupan bersama yang damai dan aman. Kedua, pihak-pihak yang melakukan kekerasan agar menghentikan tindakannya dan bertobat sebagaimana yang diajarkan oleh semua agama.

Ketiga, pihak keamanan dalam hal ini aparat kepolisian supaya menjamin keamanan dan perlindungan bagi seluruh umat, agar masyarakat menjadi aman dan damai. Keempat, para pelaku kekerasan terhadap kemanusiaan baik ancaman fisik, non fisik, penganiayaan dan sampai pada penghilangan nyawa harus diproses secara hukum demi penegakkan hukum dan keadilan di Tanah Papua.
Kelima, pemerintah dalam hal ini Legislatif maupun Eksekutif baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota harus proaktif mencegah kekerasan dan pembunuhan manusia.
Keenam, TNI/Polri harus melaksanakan tugas negara dengan sebaik-baiknya, untuk melayani dan menghidupi rakyat Indonesia di Tanah Papua. Aparat harus bersih dan melakukan tugas secara profesional demi penegakkan hukum, keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan HAM bagi bangsa kita di mata dunia.
Ketujuh, Porli segera mengungkap pelaku penembakan dan apa motif dari aksinya tersebut, agar tidak menim bulkan kecurigaan di kalangan masyarakat. Kedelapan, segala bentuk intimidasi, penyiksaan, penangkapan dan pemenjaraan segera dihentikan.

Kesembilan, kami memohon kepada Presiden, Kapolri dan Panglima TNI untuk mengatur secara cepat penanganan Papua dengan pendekatan kemanusiaan, investigasi oleh Tim Kemanusiaan, Tim Hukum dan HAM demi penegakkan Hukum dan penertiban aparat TNI/Polri.
Dan kesepuluh, para pimpinan agama dalam setiap melakukan tugas pastoral keliling, trauma hiling dan pelayanan kesehatan bagi yang mereka berduka, sakit, terpenjara atau menjadi terdakwa maupun pelaku tidak boleh dihalang-halangi oleh siapapun.

Para pimpinan agama di Tanah Papua meminta kepada setiap umat untuk tidak gampang terprovokasi dan mengambil tindakan sendiri dengan cara apapun yang dapat merugikan semua pihak. Tak terpancing dengan berita – berita yang menyesatkan dan mengadu domba umat.
“Tetap saling menjaga kerukunan antar umat beragama yang telah terjalin baik selama ini. Setiap umat harus meningkatkan kewaspadaan serta menjaga keamaman lingkungan tempat tinggalnya masing-masing,” kata Ketua PGGP Papua, Lipius Biniluk.

Menurutnya, meminta kepada pemerintah, TNI/Polri dan Penegak Hukum untuk lebih meningkatkan keamanan dan menindak tegas serta mengikis habis setiap pelaku aksi teror yang beraksi di Papua dan khususnya di Kota Jayapura.
“Semua umat yang hidup di atas tanah ini, wajib menjaga Papua sebagai Tanah Papua Damai yang telah disepakati oleh semua pemimpin agama di Tanah Papua,” pungkasnya. (mir/don/l03)

PAPUA AKAN AMAN JIKA INDONESIA MEMBERIKAN HAK KEDAULATAN

( Ulah dan Kedudukan Indonesia di Tanah Papua Merupahkan Awal dari Masuknya Masalah & Masalah di Papua Bukan Masalah Makan dan Minum Melainkan Masalah Politik )

Maraknya nya isu yang dibicarakan dalam media masa dan media elektronik yang sangat kontroversi tetang masalah yang terjadi di tanah Papua sangat berbeda-beda, karena yang menanggapi memiliki kepentingan yang berbeda pula, jika dinilai secara jeli masalah yang terjadi di Papua adalah rentetan dari akar masalah sejarah, kedudukan Indonesia di Papua yang harus dilihat secara jelas.

Karena Papua bukan berintegrasi, melainkan Papua diintegrasikan hal ini menjadi merupakan akar permasalahan yang ada di tanah Papua sejak Indonesia mulai menduduki tanah Papua, jika kita melihat dari masalah kesejahteraan, kepincangan ekonomi itu merupakan buah dari pada akar masalah yang pertama sejak Papua diintegrasikan maka Indonesia dan dunia internasional harus melihat akar masalah yang sebenarnya.

Papua tidak akan pernah aman jika Indonesia masih bersi keras untuk mengindonesiakan Papua atau mempertahankan upaya mengintegrasikan Papua ke Indonesia degan cara-cara militerisme maka masalah tidak akan pernah tuntas di tanah Papua. Setiap saat akan ada gangguan keamanan karena akar persoalannya suda jelas salah maka program apapun yang dibuat NKRI antara lain Otonomi, UP4B dan sejenisnya tidak akan pernah berjalan sesuai yang diharapkan oleh NKRI, karena itu bukan permintaan dan bukan menjawab masalah dan hal yang dibutuhkan oleh orang Papua, maka upaya apa pun yang dilakukan oleh NKRI tidak akan berjalan baik.

Disini kita bisa melihat, kebijakan apapun yang dilakukan Indonesia merupakan upaya mengindonesiakan Papua dan juga dalam rangka mempertahankan kesalahan mengintegrasikan Papua secara paksa degan kekuatan militer pada masa “Act of Free Chose” itu upaya perampasan Hak dasar bangsa Papua untuk merdeka dan berdiri sejajar degan Negara bangsa Indonesia dan Negara bangsa lain di dunia dan orang Papua tetap berpendapat bahwa Indonesia merampas hak kedaulatan hanya karena melihat sumberdaya alam bukan untuk manusia Papua, sehingga nilai hak manusia sebagai suatu entitas bangsa untuk mendirikan Negara merdeka diinjak dan ditiadakan melalui skandal politik luar negeri USA dan Indonesia maka bangsa Papua tetapi merasa dikorbangkan hak dasar untuk mendirikan Negara merdeka sejajar degan Negara bangsa lain.

Pemerintah Indonesia sebenarnya mengetahui hal ini tetapi segaja dan seolah-olah mengarahkan masalah ini sebagai masalah kesenjagan sosial, masalah ketidak adilan ini hanya suatu retorika dalam rangka dan seola-ola ingin memecahkan masalah tetapi sebenarnya justru upaya itu yang menimbulkan banyak konflik di tanah Papua, maka jelas Pemerintah Indonesia harus bertanggung jawab terhadap konflik dan masalah yang terjadi di Papua. Dari sejak kebijakan otonomi dipaksakan pelanggaran Ham semakin meningkat dan apa lagi upaya kebijakan baru UP4B dan sejenisnya, akan meningkatkan pelanggaran HAM dan konflik di tanah Papua.
Papua akan damai jika Indonesia memberikan Hak kedaulatan bangsa Papua yang pernah di lecehkan oleh Indonesia dan Amerika tas persengkongkolan politik maka Indonesia harus berhati besar untuk memberikan hak kedaulatan bangsa Papua. Pemerintah Indonesia tidak bisa berpura-pura tidak tahu menahu tentang akar masalah yang terjadi di tanah Papua dan harus berhati besar secara bermartabat memberikan hak untuk bangsa Papua berdikari dan berdiri sejajar sebagai Negara merdeka seperti Negara bangsa Indonesia, bangsa Papua hanya butuh itu, bukan kesejateraan, keadilan dan sejenisnya yang telah marak dibicarakan di media publik.

Wasyalam,
By: Etarugwe Yoretnda:

KETUA UMUM ( KNPB ) KOMITE NASIONAL PAPUA BARAT BUTAR TABUNI DITANGKAP POLDA PAPUA

KNPBnews – Ketua Umum KNPB sekaligus Ketua Parlemen Nasional West Papua [PNWP] , Buchtar Tabuni ditangkap bersama kedua rekannya, Jufri Wandikbo dan Assa Alua oleh aparat kepolisian Polda Papua tepat pukul 15.30 siangini di Lingkaran Abepuara, West Papua.

Buchtar dkk ditangkap sehabis menghadiri acara tatap muka yang difasilitasi DPRP tadi siang guna mengklarifikasi berbagai peristiwa penembakan yang ditujukan kepada KNPB, dimana dalam acara yang dihadiri toko masyarakat, agama dan adat tersebut tidak dihadiri oleh Pangdam dan Kapolda.

Buchtar ditangkap saat dalam perjalanan mengendarai mobil Avansa bersama kedua rekannya. Tiba-tiba dihentikan dan ditangkap secara paksa.

Penangkapa ini terjadi tanpa prosedur hukum yang berlaku, dimana pihak Polda Papua melakukan penangkapan tanpa surat penangkapan 3 kali. Penangkapan itu juga terjadi 7 jam sebelumnya (pukul 07.00 pagi) 4 anggota Polda Papua menembak mati Teyu Tabuni (17), salah satu warga Papua di Yapis.

Sebelumnya, pihak Polda Papua melarang demo damai yang dipimpin KNPB yang mengakibatkan 3 orang korban penembakan aparat kepolisian Indonesia pada 4 Juni lalu. Penangkapan ini dilakukan sebagai upaya polisi mengkambing hitamkan gerakan damai KNPB selama ini, agar polisi terhindar dari tuduhan ketidakmampuannya mengungkap pelaku kekerasan di Papua.

Sampai saat ini, Polda masih diringkus dalam ruang tahanan Polda Papua. KNPB telah menyeruhkan agar mobilisas nasional secara besar-besaran di seluruh tanah Papua.

Aparat Polisi Menembak Mati Teju Tabuni (17th), di Japis kota Jayapura papua

Jayapura Voice Baptist,– Tadi pagi jam 08.00 warga japis kota jayapura di kagetkan dengan bunyi tembakan oleh aparat kepolisiaan kota jayapura, dalam insiden itu telah menewaskan seorang warga yang bernama Teju Tabuni, saat itu duduk santai di alte bus depan Kampus UNIYAP Japis Kota jayapura (07/06).

Menurut informasi yang beredar versi saksi bahwa korban di tembak saat itu, Kejadiannya pukul 8:30, Polisi berjumlah 4 orang menggunakan 2 Motor dalam kandisi keadaan mabuk berat, datang menghampiri korban yang sedang duduk santai dan mengeluarkan 4 kali tembakan yang mengakibatkan korban jatuh dan tidak bernyawa.
Tidak lama kemudian aparat keamanan sampai di tempat kejadian (TKP) selanjutnya korban ( Teju Tabuni) diantar ke RSUD Dok II menggunakan mobil avansa hitam dengan nomor polisi tidak diketahui.

Menurut Aparat bahwa korban terjatuh dan kami datang hanya mau menolong katanya, ketika keluarga korban mau menjenguk di RS Dok II Jayapura, di persulit dan tidak di ijinkan karena pihak aparat menjaga ketat dengan lengkap persenjataan, dan perlu diketahui juga bahwa kondisi korban selain mengalami luka tembak tetapi leherpun ikut di patahkan.
Keluarga sangat membutuhkan advokasi, berharap agar harus di jelaskan apa alasan aparat menembak seorang anak yang tidak ada salahnya.

Data Korban:
Nama Korban : Teju Tabuni
Umur : (17 thn)
Warga : Kota Jayapura ( Asal Wamena).

Contributed: Baptist West Papua Relay:

Lagi, 3 Warga Kota Ditembak

JAYAPURA- Teror penembakan di Kota Jayapura merajalela. Belum terungkap yang satu, kini ada lagi kasus baru. Ya, lagi-lagi aksi penembakan oleh kelompok orang tak dikenal (OTK) kembali terjadi di Kota Jayapura, 3 Warga kembali menjadi korban, selasa(5/6) pukul 22.00 WIT. Dari data yang berhasil dihimpun semalam, aksi penembakan terjadi di 3 tempat. Kejadian pertama di Jl. Sam Ratulangi depan Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Papua, korbannya bernama Iqbal Rivai Umur: 22 th. Alamat: Hamadi Pasar. Korban ditembak saat melintas dengan motor.
Peristiwa kedua terjadi juga terjadi Jl. Sam Ratulangi depan Kantor Dinas Perhubungan Jayapura, korbans. Hardi Jayanto 22 Alamat: Klofkamp Jayapura.
Tempat kejadian ketiga di Jl. Abepura-Entrop (Perum Pemda I Entrop)/Depan CV. Tomas dengan korban .Pratu Frengky Kune (25) anggota TNI AD. Korban mengalami luka tembak di leher (tembus). Juru Bicara Polda Papua AKBP Yohanes Nugroho Wicaksono ketika dikonfirmasi belu belum bersedia memberikan keterangan.
Kapolresta Jayapura AKBP Alfred Papare yang dihubungi ANTARA, Selasa malam Sedangkan membenarkan terjadinya insiden tersebut. “Saya belum mengetahui kondisi para korban karena saat ini sudah dievakuasi ke RSUD Dok II Jayapura,” jelas AKBP Alfred Papare. (jir/ant/don/l03)

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny