Setelah Mako Musa Tabuni ditembak, dan beberapa aktivis KNPB ditangkap, NKRI tidak tinggal diam, terus-menerus menggallakkan operasi militer memberantas organisasi dan aktivis Papua Merdeka di seluruh dunia. Gen. TRWP Mathias Wenda telah berkali-kali memberikan peringatan-peringantan, juga menyinggung apa yang pernah dikatakannya termasuk kepada Alm. MakoTabuni.
Kini giliran Sekretaris-General TRWP: “Jangan pakai tangan kalau main api, nanti tangan terbakar, itu anak kecil jenis apa itu, kalau main api haris pakai “Pa’ndo”, atau jepit-jepit yang biasa kita pakai waktu bakar batu di kampung untuk mengambil batu-batu yang sudah dipanaskan atau untuk mengambil ubi dari dalam api.”
Berikut petikan wawancaranya yang dilakukan PMNews per telepon seluler tadi pagi.
PMNews: Halo, selamat Pagi, Jenderal, kami minta waktu untuk tanya-jawab sendikit.
Leut. Gen. Amunggut Tabi (TRWP): Selamat pagi, Salam Hormat, Papua Merdeka! Silahkan apa yang mau ditanyakan?
PMNews: Terkait berbagai kasus penembakan, pengejaran, penangkapan dan pemenjaraan aktivis dan tokoh Papua Merdeka yang belakangan ini marak terjadi di tanah air Apa pandangan TRWP terhadap berbagai peristiwa ini?
TRWP: Sudah berulangkali Panglima kami General Wenda katakan, kita menghadapi penjajah yang pertama ia bekas dijajah, kedua negara yang tidak tahu menjajah, ketiga, karena kita dijajah oleh negara yang pada tingkatan tertentu masih dijajah. Jadi masalahnya berlapis, bukan seperti masalah-masalah yang dulu dihadapi NKRI, Afrika Selatan, atau India.
Nah, karena itu, terkait dengan apa yang belakangan ini terjadi, kita jangan terlalu termakan oleh bola yang dilempar musuh, itu permainan jenis apa? Kita mainkan bole kita sendiri, kendalikan bola kita, dan arahkan bola kita ke arah yang kita mau. Jangan kita ikut lari mengejar lawan dari belakang, seolah-olah kita mengejar sambil mendukng dari belakang. Akhirnya kita bukannya kelihatan berhadapan dengan musuh tetapi justru mengejar dari belakang dalam rangka mendukung apa yang dilakukan lawan.
Artinya apa? Artinya “Biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu!” Jangan Anda terlalu terpancing dengan apapun yang dilakukan NKRI lalu mencoba bertanya kesana-kemari seolah-olah untuk meminta kita harus memberikan tanggapan atau sikap terhadap itu.
PMNews: Terimakasih. Kami sebenarnya belum tanyakan mendalam, tetapi TRWP sudah menjawab terlanjur, tetapi kami tanyakan lanjut. Apakah maksudnya di sini bahwa biarkan NKRI mengejar dan membunuh, tetapi perjuangan tetap jalan terus dan tidak perlu disikapi oleh TRWP?
TRWP: TRWP tidak bernyanyi di atas panggung orang lain. Kita punya panggung sendiri, kita tidak mencari-cari panggung juga. Bukan hanya persoalan sikap TRWP terhadap peristiwa-peristiwa penembakan, penangkapan dan pemenjaraan, tetapi termasuk persoalan Dialogue, Pemekaran, Pilkada, Peringatan 1 Desember, HUT 1 Juli, dan sebagainya dan seterusnya.
Sekali lagi, “Jangan berpantun di atas panggung orang lain, buat panggung sendiri, dan berpantun di atas panggung sendiri.”
PMNews: Di sini ada ilustrasi dua, kedua-duanya bermaksud sama. Tetapi kami tidak jelas mendapatkan gambaran tentang sikap TRWP terhadap misalnya kasus penembakan Mako Tabuni.
TRWP: Penembakan anak-anak yang berjuang secara damai, tanpa bukti yang jelas, tanpa proses pembuktian yang sah dan menurut hukum, tanpa prosedur operasional yang rasional seperti ini telah dikutuk oleh semua pihak, termasuk oleh TRWP. Ini perbuatan biadab, tidak bertanggungjawab, dan ala teroris. Tetapi kita tidak boleh larut dalam insiden-insiden seperti ini dalam sebuah perjuangan kemerdekaan, karena kalau kita larut ke dalamya, maka kita akan ketinggalan kereta. Jarum jam terus berputar, perjuangan terus berjalan. Yang gugur di medan perjuangan, kita kuburkan dan semetkan tanda pahlawan kepada mereka, dan yang masih tersisah hidup ini harus terus lanjut, maju memperjuangkan aspirasi bangsa Papua.
PMNews: Kami masih mau gali lagi tentang kedua ilustrasi tadi.
TRWP: Keduanya sudah cukup jelas. Permainan ini kita harus lakukan dengan rasionalisasi, strategi dan taktik, bukan kita bertempur membabi-buta. Kita sudah lama bermain emosional, sporadis dan “segmented”, sehingga perjuangan kita sudah memakan waktu lebih lama daripada teman-teman kita di Timor Leste. Mereka mulai berjuang sepuluh tahun setelah kita mulai, tetapi sudah merdeka lebih duluan.
PMNews: Artinya jelas ada yang salah dalam perjuangan Papua Merdeka. Dan salah satu kesalahan itu ialah tidak rasional, begitu?
TRWP: Kita sedang menghadapi negara bekas dijajah, belum tahu menjajah dan masih dijajah tadi. Jadi kita harus tahu pendekatan mana yang paling tepat, kapan paling tepat, bagaimana paling tepat. Perang tidak harus dengan tembakan M16 atau AK, atau meriam, perang terjadi dalam berbagai bentuk. Anda juga sedang berperang dengan wawancara ini. Semua pihak berperang, di kota, di kampung, di hutan, di mana-mana.
Jadi, kita harus cocokkan antara lawan yang kita hadapi dan alat yang dapat kita pakai untuk menghadapinya, sama dengan seorang pelatih sepak-bola yang merangcang strategi untuk menghadapi lawan di lapangan. Tentu saja sebelum mengenal lawan, kita mengenal diri sendiri dulu, terutama kekurangan dan kelebihan, lalu pandai membaca peluang dan momentum, atau kalau bisa menciptakan peluang dan momentum sendiri.
PMNews: Maksudnya kita harus merubah pendekatan kita?
TRWP: Pendekatan kita sudah bagus, cuma masalah sekarang ialah kita punya strategi dan taktik yang jitu, dan kedua, masing-masing kita memiliki taktik dan strategi yang berbeda-beda sehingga tidak saling singkron dan tidak saling mendukung.
PMNews: Jadi, semuanya harus bersatu?
TRWP: Bersatu apa lagi, semua sudah bersatu sejak Proklamasi 1 Juli 1971, bahkan sebelum itu, begitu ada cita-cita bersama untuk PAPUA MERDEKA, di situ sudah ada persatuan dan kesatuan. Jadi tidak perlu ada upaya-upaya persatuan dan kesatuan, seolah-olah orang Papua terpecah-belah dan baku bunuh kiri-kanan. Kita tidak begitu, bukan?
Orang Papua tidak saling bertabrakan satu sama lain. Kita hanya berbeda dalam pendekatan-pendekatan kita. Itulah sebabnya dalam kesempatan ini secara khusus kami berikan masukan.
Dalam semua yang kita lakukan, kita semuanya tidak perlu saling menyalahkan atau saling membenarkan diri. Kita semua berposisi sama sebagai bangsa Papua, bertanah air Papua, bernegara West Papua dan sependeritaan di dalam penjajahan Belanda dan NKRI. Yang perlu kita lakukan bukan pembenaran dan penyalahan, karena kebenaran itu mutlak, berdiri sendiri, tidak perlu ada pembela kebenaran, karena ia benar dan terus benar, entah kita benarkan ataupun tidak, ia tetap dan pasti benar. Yang benar ialah bahwa NKRI menjajah bangsa dan tanah Papua, mengeruk kekayaan alam kita, membunuh dan membasmikan orang Papua dan terancam punah dalam beberapa dekade lagi, dan seterusnya.
PMNews: Berarti TRWP tidak memandang KNPB, WPNCL, WPNA, TPN/OPM harus bersatu bersama untuk sama-sama dengan TRWP berjuang untuk Papua Merdeka?
TRWP: Papua Merdeka! News bukan tempatnya untuk memuat jawaban atas pertanyaan ini. Akan tetapi menurut pandangan TRWP, semua organisasi yang Anda sebutkan ini semuanya sesama pejuang Papua Merdeka, dipimpin oleh orang Papua, kecuali Barisan Merah-Putih saja yang harus kita basmikan dari Tanah Papua, selain daripada itu ialah organisasi milik orang Papua, dan dipimpin oleh orang Papua, dan bersama-sama berjuang untuk Papua Merdeka jadi tidak perlu ditakuti, apalagi dimusuhi.
PMNews: Apakah ada himbauan kepada mereka menanggapi perkembangan di dalam negeri saat ini?
TRWP: Semua organisasi, semua pemimpin dan aktivis dan seluruh rakyat West Papua punya mata dan telinga, punya hatinurani dan nenek-moyang yang memberikan arah dan perlindungan.
Jadi saya tidak diberi hak oleh Tuhan dan nenek-moyang untuk memaksa siapapun untuk melakukan apapun, termasuk berbagung ke manapun. Tanggungjawab saya ialah “menunjukkan kebenaran” secara rasional, strategis dan profesional, dengan menjauhkan politik panas-panas tahi ayam, politik buru-pungut, dan taktik bernyanyi di berpantun lawan. Itulah sebabnya General Mathias Wenda merasa perlu dibentuk sebuah Sekretariat-General, walaupun dalam organisasi militer manapun jarang ada struktur seperti, sebagai wadah sementara dalam rangka pembenahan menejemen organisasi perjuangan bangsa Papua untuk merdeka dan berdaulat di luar NKRI.
Jadi, TRWP tidak berbicara dialogue dengan NKRI, karena itu tugas OPM. Sama dengan itu, TRWP tidak punya tugas menghimbau organisasi politik manapun yang ada di dalam maupun di luar negeri, seperti nama-nama yang Anda sebutkan tadi. TRWP hanya berbicara tentang perang melawan penjajah, bukan berbicara dengan orang Papua atau berdialogue dengan NKRI.
+++
Setelah ini dilanjutkan dengan pembicaraan-pembicaraan lain yang tidak perlu dimuat dalam berita ini.
+++
PMNews: Selanjutnya apa himbauan secara khusus untuk para tokoh dan aktivis KNPB?
TRWP: Kalau Anda minta himbauan khusus kepada KNPB, yang kami minta jangan main api tanpa Pa’ndo, kalau mau main api harus pakai pa’ndo, supaya biar bara api, biar batu yang telah panas, biar ubi bakar di dalam api atau ditanam di dalam abu panaspun, semuanya bisa diangkat. Kalau kita lakukan semua ini tangan kosong, kita bisa dibilang terganggu secara mental, bisa dibawa ke RS Jiwa di Abepura.
Tidak ada himbauan khusus kepada KNPB karena mereka sudah mengerti maksud daripada semua ilustrasi ini. Ini anak TK-pun akan paham maksudnya, apalagi para sarjana dan mahasiswa yang bergerak di KNPB.
Tadi saya sudah bicara barang-barang yang sangat penting dan pasti mereka akan paham.
PMNews: Apakah TRWP menilai KNPB masih dalam koridor yang diinginkan TRWP dan OPM?
TRWP: Di dalam koridor atau di luar koridor bukan penting. Intisarinya Papua harus merdeka, dan untuk itu harus ada orang yang bergerak untuk itu, dan KNPB melakukan itu dengan jelas dan pasti. Yang panting tiga prinsip tadi, pertama biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu; kedua, jangan berpantun di atas panggung orang lain, dan ketiga, kalau main api harus pakai pa’ndo, jangan pakai tangan.
PMNews: Maaf, harus dijelaskan apa arti pa’ndo?
TRWP: Itu jepit-jepit, atau kayu jepitan yang biasa kita pakai untuk menjepit batu panas, menjepit ubi atau singkong, atau keladi atau jagung atau kacang dari dalam api, untuk membalik-balik atau untuk mengangkat keluar atau untuk memasukkan ke dalam api. Saat bakar-batu atau barapen juga kita pakai Pa’ndo untuk menjepit batu panas.
PMNews: Terimakasih. Sebelum kami menutup, kami coba simpulkan apa yang kami pahami dulu.
Jadi, TRWP tidak punya sikap apa-apa terhadap dinamika politik dan keamanan yang ada di dalam negeri. Kedua, TRWP tidak punya saran secara khusus terhadap KNPB? Secara umum saja ada saran dan himbauan dengan tiga ilustrasi tadi. Begitu?
TRWP: Anda boleh katakan begitu. Tetapi pesan untuk KNPB secara khusus dan organisasi serta pejuang Papua Merdeka pada umumnya sudah jelas tadi. Saya ulangi lagi, pertama perjuangan terus dilanjutkan, sampai titik darah penghabisan, sampai cita-cita luhur bangsa Papua tercapai; kedua, apapun yang terjadi, tidaklah menjadi alasan untuk kita mundur selangkah-pun dari tekad dan cita-cita kita; terakhir, akan tetapi dalam permainan ini kita harus bertindak secara pandai dan lihai: harus ada strategi dan taktik, tidak bermain secara emosional, apalagi membabi-buta.
PMNews: Terimakasih banyak, lain kali kita sambung.
TRWP: Salam hormat, Merdeka Harga Mati! Lain kali kita sambung tentang Panggung dan Pantun tadi.