OTK Kembali Beraksi, 1 Unit Mobil Operasional Polres Paniai Dibakar

Ilustrasi Truk Polisi Terbakar. (IST)
Ilustrasi Truk Polisi Terbakar. (IST)

Jayapura — Mobil operasional Polisi Resort (Pores) Paniai dengan nomor polisi 5516-XVII dibakar Orang Tak Dikenal (OTK). Dari data yang didapat tabloidjubi.com diketahui pembakar terjadi saat mobil dalam tahap perbaikan di bengkel Kurnia Sari, Kampung Madi, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai Papua, Kamis dini hari (17/1) sekitar pukul 03.00 WIT.

Diduga pelaku membakar mobil dengan cara menaruh rumput kering di bawah kepala mobil lalu dibakar. mobil itu sendiri sejak, Selasa (15/1) diperbaiki di bengkel karena mengalami kerusakkan dibagian ban,namun alat yang rusak sedang di pesan di ke Nabire.

Kronologis kejadian, pukul 03.00 WIT,  seorang pekerja bengkel, Martinus (27) mendengar suara ledakkan, namun yang bersangkutan tidak menduga mobil tersebut terbakar. Saat ledakkan ke dua, barulah yang bersangkutan terbangun dan keluar rumah. Tapi api sudah melahap bagian depan mobil.

Pukul 03.15 WIT, Martinus meminta bantuan tetangganya, Tasya (41) untuk memadamkan api. Pukul 03.30 WIT api dapat dipadamkan. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Kapolda Papua, Irjen Pol Tito Karnavian saat dikonfirmasi membenarkan terbakarnya mobil operasional Polres Paniai. “Memang benar ada kendaraan truk Dalmas Polres Paniai yang rusak dimasukkan ke bengkel dan malam tadi terbakar. Kalau dilihat ada kemungkinan dibakar karena ada bekas-bekas rumput kering dibawah truk, padahal awalnya itu tidak ada,” kata Tito Karnavian, Kamis (17/1).

Menurutnya, terbakarnya mobil operasional Polres Paniai kemungkinan ada kaitannya dengan kelompok yang ada di wilayah itu. “Kemungkinan itu dibakar dan mungkin ada kaitannya dengan kelompok yang ada disitu, karena beberapa waktu lalu ada gesekan dan camp mereka terbakar. Kita akan lakukan langkah-langkah penegakan hukum dan langkah-langkah komunikasi,” tandas Irjen Pol Tito Karnavian. (Jubi/Arjuna)

 Thursday, January 17th, 2013 | 19:01:05, TJ

Awal Tahun Baru, OTK Kembali Beraksi di Papua

Ilustrasi
Ilustrasi

Jayapura – Penembakan misterius kembali terjadi di Kota Jayapura, Papua. Pada hari pertama Tahun Baru 2013, seorang ibu paruh baya, Malega Tabuni tertembak di kawasan Jalan Porasko Jayapura yang sering dipadati pejalan kaki dan kendaraan.

Malega dirawat intensif di Rumah Sakit Umum DOK II Jayapura sejak Selasa 1 Januari 2013 malam. Ibu berusia 43 tahun itu tertembus timah panas dari orang tak dikenal saat menunggu angkot untuk pulang ke rumahnya di Entrop, Jayapura.

Adik korban, Bani Tabuni menceritakan, saat kejadian, korban yang hendak pulang bersama ketiga rekannya sedang menunggu angkot di Jalan Porasko. Kemudian, tiba-tiba saja terdengar semacam tembakan dan saat itu juga Malega bersimbah darah. Malega mengalami luka di bahu kanan, tempat masuknya sebuah benda asing yang diduga proyektil peluru.

Hingga saat ini, Rabu (2/1/2013) sore, belum ada pernyataan resmi dari kepolisian soal kasus penembakan ini. Namun aparat kepolisian langsung merespon dengan melakukan pengecekan lokasi dimana Malega tertembak. Polisi juga tengah mengumpulkan para saksi di lokasi kejadian yang ramai saat insiden terjadi. (Riz) 02/01/2013 16:10, liputan6.com

Ironis, Bahasa Daerah Engros Terancam Punah

Jayapura (30/10) — Minimnya kesadaran generasi muda melestarikan bahas daerahnya menjadi salah satu problem yang cukup serius. Di kampung Enggros, Distrik Abepura, Kota Jayapura pemuda dan anak-anak tak lagi dapat berbahasa ibu atau bahasa daerah setempat.

Ondoafi Kampung Enggros, Nico Meraudje mengatakan, saat ini yang masih fasih menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari hanya mereka yang berusia 40 tahun keatas.

“Itupun tak lebih dari 20 orang. Pemuda dan anak-anak kebanyakan pakai bahasa Indonesia. Masyarakat yang usia 40 tahun saja yang masih bicara dengan bahasa daerah. Sedangkan yang usia 25 tahun sampai ke 10 tahun sudah tidak bisa,” kata Nico Meraudje, Selasa (30/10).

Menurutnya, mereka yang berusia 25 tahun ke bawah jika mendengar bahasa daerah Enggros mengerti maksudnya. Namun, untuk mengucapkan mereka agak sulit. “Saat mereka dengar kita bicara dengan bahasa derah, mereka mengerti apa yang dimaksud. Tapi untuk mengucapkan itu agak berat. Ya itu mungkin juga karena lingkungan sehingga mereka lupa. Namun sebenarnya itu tergantung dari kita,” ujarnya.

Untuk itu kedepannya lanjut dia, pihaknya akan terus berusaha agar bahasa daerah Enggros tidak punah. Salah satu cara yang akan diambil tetua adat setempat adalah mendirikan PAUD yang materi pelajarannya bahasa daerah Enggros.

“Ini akan kita lakukan agar bahasa Enggros dilestarikan kembali. Selain untuk tetap melestarikan penggunaan bahasa daerah di kampung tertua di Kota Jayapura ini, tetua adat setempat melakukan pertemuan rutin dua kali seminggu di para-para adat. Dalam pertemuan itu, semua pemuda dan anak-anak diharuskan menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah,” tandas Nico Meraudje.

Sebelumnya Balai Bahasa Jayapura mengklaim saat ini penggunaan bahasa ibu di Papua dan Papua Barat hampir punah. Dari lebih 250-an bahasa daerah setempat, pemuda Papua yang masih menggunakan bahasa ibu tidak lebih mencapai ratusan orang. (Jubi/Arjuna)

 

Sumber: JUBI

HIV-AIDS di Papua Tembus 10.522 Kasus

JAYAPURA — Penyebaran virus HIV-AIDS di Papua semakin memprihatinkan. Dari jumlah penduduk Papua yang hanya 2,8 juta jiwa (hasil data BPS), ternyata kasus HIV-AIDS di Papua kini telah menembus angka 10.522 kasus.

“Lonjakan kasus yang begitu cepat dan mengkhawatirkan, sebab data September 2010 lalu, kasus HIV-AIDS di Papua baru mencapai 7000 kasus, tapi kini mencapai 10.522 kasus,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua drg. Josef Rinta Rachdyatmaka,M.Kes kepada Cenderawasih Pos di Hotel Aston Jayapura, Rabu (12/10).

Pihaknya menjelaskan bahwa data tersebut diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua setelah pihaknya turun langsung ke kabupaten dan kota se-Provinsi Papua, dan atas kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota se-Provinsi Papua itu akhirnya diperoleh data yang mencapai angka memprihatinkan tersebut.

“Berarti ada selisih data sebesar 3000 orang (bila dibanding tahun 2010), dan saya yakin data tersebut sudah terekap di unit-unit pelayanan kesehatan di kabupaten dan kota, namun selama ini kurang terdata dengan baik, sehingga kami turun langsung untuk mengambil data dan hasilnya seperti itu,” katanya.

Kadinas Kesehatan ini mengatakan bahwa angka 10.522 kasus itu merupakan angka yang bisa terdata, sementara HIV-AIDS merupakan fenomena gunung es. “10.522 kasus di Papua itu merupakan angka yang terdata, namun dilihat dari pendapat sejumlah ahli yang aktif memantau perkembangan HIV/AIDS di Papua ternyata kasus HIV-AIDS di Papua itu diduga mencapai 24.300 yang belum terpantau. Ini menandakan bahwa kita harus lebih serius bekerja dalam penanggulangan kasus ini,” ujarnya.

Bahkan mantan Sekda Kabupaten Merauke ini bahwa kasus HIV-AIDS di Papua saat ini bukan saja berada di kota-kota saja, namun saat ini penderitanya juga sudah tersebar di kampung-kampung. “Ini terjadi karena mudahnya akses transportasi ke kota, sehingga warga kampung dengan cepat ke kota, dan selanjutnya berhubungan dengan lawan main yang bukan istrinya di kota tanpa menggunakan kondom. Selanjutnya kembali ke kampung dan menularkan kepada istrinya,” paparnya.

“Kasus HIV-AIDS sudah ada di kampung, dan itu yang sangat berbahanya karena mereka sangat terbatas dengan informasi soal HIV-AIDS,” sambungnya.

Josef juga mengatakan, jika diurutkan jumlah kasus HIV-AIDS tertinggi per kabupaten dan kota se-Provinsi Papua, maka Kota Jayapura dan Jayawijaya tertinggi, sebab di Kota Jayapura sudah mencapai 2012 kasus, sementara Jayawijaya mencapai 1600.

“Dari 10.522 kasus ini, usia rentang masih di usia priduktif yakni 15-40 tahun, bahkan saat ini juga sudah ada remaja yang sudah terinfeksi,” tambahnya.

Dengan melihat kondisi tersebut, pihaknya sangat berharap agar ada perhatian semua pihak dan pihaknya mendorong agar di Papua bisa diterapkan sunat atau sirkumsisi, untuk mencegah lajunya HIV/AIDS di Papua. “Meskipun harus diakui sirkumsisi tidak menjamin seseorang tidak terserang virus mematikan tersebut, namun setidaknya bisa mencegah,” tandasnya.

Sementara untuk stok ARV (antiretroviral) di Papua masih cukup. “Bahkan kita sudah salurkan ke daerah-daerah, dan dari raker dengan dinas kesehatan se-kabupaten dan kota selama tiga hari ini di Hotel Aston, semua sudah sepakat untuk serius dalam penanganan HIV-AIDS di Papua,” pungkasnya.(cak/fud)
[stickyright]
GRAFIS:
ANGKA HIV-AIDS DI PAPUA
– September 2010 : 7000 Kasus
– September 2011 : 10.522 Kasus
– Yang belum terpantau : 24.300 Kasus
– Rentang Usia Penderita: 15-40 tahun
[/stickyright]

KUTIPAN:
“Ini terjadi karena mudahnya akses transportasi ke kota, sehingga warga kampung dengan cepat ke kota, dan selanjutnya berhubungan dengan lawan main yang bukan istrinya di kota tanpa menggunakan kondom. Selanjutnya kembali ke kampung dan menularkan kepada istrinya,” ujar drg. Josef Rinta Rachdyatmaka,M.Kes

Di Asmat Ditemukan 15 Kasus HIV/Aids

ASMAT [PAPOS]- Melalui pemeriksaan Vct mulai Januari hingga Novemnber tahun 2009 sebanyak 15 orang terinfeksi HIV/Aids, yakni 7 Pekerjsa Seks Komersial(PSK), 2 ibu rumah tangga, 6 masyarakat umum.

Demikian disampaikan Sekertaris KPAD Kabupaten Asmat, Dwi Ariana,SP yang ditemui Papua pos diruang kerjanya, belum lama ini. Dirinya menjelaskan untuk data 7 PSK ini diketahui setelah mereka melakukan tes VCT namun untuk masyarakat umum dan ibu rumah tangga diketahui secara tidak sengaja pada saat berobat kerumah sakit kemudian diperiksa.

“Memang untuk kita pendataan masih kurang dan rendahnya masyarakat yang melakukan VCT karena ini merupakan tes secara sukarela dan yang ditemukan ibu rumah tangga dan masyarakat umum setelah berobat kerumah sakit dan dilakukan Voluntary Conseling testing(VCT) oleh petugas rumah Sakit persiapan Tipe D Kabupaten Asmat merupakan satu-satunya tempat VCT ,“ungkapnya.

Untuk para PSK, secara jelasnya kita tidak tahu dimana mereka mengidap Hiv/Aids karena mereka ini secara terselubung datang dan pergi sehingga untuk mendata mereka sulit dan indicator untuk menilai tinggi atau rentan penyaik HIV/Aids tidak bisa kita kesulitan disini. “Inikan belum ada Perdanya untuk mengusir mereka serba salah, pernah diusir namun mereka kembali lagi, dan kita juga tidak bisa jamin dengan para PSK kita usir tidak menjamin bahwa HIV/Aids itu tidak akan ada di Asmat,” tandasnya

Sedangkan Infeksi Menular Seksual(IMS) memang banyak ditemukan, namun data pastinya saya kurang tahu betul karena kita KPAD hanya mengkoordinasikan data ini dimilik oleh Puskesmas Agats atau rumah sakit persiapan tipe D. Dirinya menjelaskan dari penyuluhan yang dilakukan beberapa waktu untuk para PSK terungkap bahwa para PSK ini untuk mendapatkan kondom susah selain susah harganya mahal.

Untuk itu KPAD dalam penyusunan anggaran akan mengkoordinasika dengan instansi terkait seperti capil, Dinas Kesehatan, RSUD , KPAD Provinsi nantinya siapa yang mendistribusikan kondom. “Jujur Saja selama ini memang kita ada kondom di KPAD tapi terbatas, untuk itu kedepan kita harus koodinasi kalau memang pengadaan kondom ini KPAD kita siap,” tandasnya.

Karena dengan cara seperti ini pihaknya bisa mencegah HIV/Aids, karena pemahaman masyarakat tentang kondom masih kurang untuk itu diminta agar masyarakat memahami bahwa kondom ini bukan hal yang tabuh tetapi mari kita melihat fungsinya yang bermanfaat untuk melindungi diri.[cr-57]

Ditulis oleh Cr-57/Papos  
Sabtu, 12 Juni 2010 00:00

40 Warga Intan Jaya Tewas

JAYAPURA [PAPOS] – Sebanyak 40 orang warga Kampung Distrik Humeo Kabupaten Intan Jaya tewas akibat terkena wabah penyakit Tropica selama 3 bulan berjalan. Mereka tewas aibat tidak adanya pengobatan dari tenaga medis dan tidak adanya stok obat-obat untuk penyakit yang diderita masyarakat tersebut.

Diduga wabah malaria tropica yang melanda warga kampung Humeo itu akibat pengaruh suhu cuaca yang sangat dingin hinga diperkirakan mencapai sekitar 15 derajat celcius, sehingga mereka tidak biaa mengatasi serangan penyakit yang diderita itu.

Anggota DPR Papua, Julius Miagoni kepada wartawan, Selasa (8/6) mengatakan, wabah malaria yang melanda 4 kampung di Distrik Humeo telah berlangsung sejak April lalu dan telah menewaskan sebanyak 40 orang.

Julius mengatakan bahwa dari keempat kampung yang terkena wabah penyakit malaria Tropica itu diantaranya kampong Maya, Kampung Mapa, Kampung Sanepa dan kampung Bilae.

Dia mengatakan kalau pemerintak daerah setempat sudah berupaya memberikan bantuan medis kepada mereka, namun karena keterbatasan stok obat dan sulitnya untuk menjangkau lokasi penduduk tidak bisa meminimalisir jumlah korban yang tewas, bahkan diperkirakan korban akan bertambah, jika tidak segera ditangani.

“ Jika tidak segera dilakukan penanganganan khusus di kampung-kampung tersebut serta perhatian terutama dari Dinas Kesehatan di Kampung tersebut, akan menambah korban lebih banyak lagi,” ujarnya.

Dia mengatakan, bahwa kondisi warga saat ini banyak yang sudah terjangkit wabah penyakit, mereka sangat membutuhkan pertolongan medis terutama obat-obatan, jika tidak maka korban akan terus bertambah.

Dia berharap kepada Pemerintah daerah (Pemda), terutama kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan penanganan dengan mengirimkan tenaga Medis, dan obat-obatan untuk membantu mereka.

Ketika ditanya awal munculnya penyakit tersebut, Julius mengatakan, muncul penyakit itu karena faktor cuaca dalam tiga bulan terakhir ini, dimana suhu sangat ekstrem yakni dingin, sehingga warga banyak yang tidak tahan. “Kondisi cuaca yang ekstrem membuat daya tahan warga lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa,” katanya.

Sudah saatnya pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat segera merespon dan mengambil langka-langkah pertolongan untuk mencegah korban yang lebih banyak.

“Pemerintah harus segera merespon kondisi ini agar korban tidak bertambah,” tandasnya.[loy]

Ditulis oleh loy/Papos  
Selasa, 08 Juni 2010 20:11

13 IRT Pengidap HIV/ AIDS Shok Berat

MERAUKE [PAPOS]-Berdasarkan data dari Komisi Penaggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Merauke, sebanyak 13 ibu rumah tangga (IRT) yang positif mengidap penyakit HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, lima diaantaranya sedang dalam keadaan hamil. Jumlah para penderita itu, terhitung dari Januari-Maret 2010. Meskipun saat ini mereka masih tinggal bersama suami dan anak-anak, namun sedang dalam keadaan shok berat lantaran tidak menduga akan menerima kenyataan hidup demikian.

Salah seorang staf KPAD Kabupaten Merauke, Pdt. Stef Labwoer yang ditemui Papua Pos di ruang kerjanya, Senin (7/6) mengungkapkan, jumlah tersebut, umumnya tinggal di Kota Merauke, tetapi ada satu dan dua yang berada di distrik dan kampung. “Kami mengetahui keberadaan dari para penderita, tetapi tidak mungkin haraus menyebutkan nama dan alamat tempat tinggal mereka. Karena itu merupakan rahasia dan tidak boleh diketahui oleh siapapun. Hal tersebut bertujuan agar mereka tetap bergaul sebagaimana biasa dengan masyarakat lain di lingkungan sekitar,” ungkap Stef.

Stef mengakui jika 13 IRT yang mengidap penyakit HIV/AIDS, sampai sekarang belum diketahui oleh suami mereka meskipun tinggal serumah. Mereka pun masih sungkan untuk menyampaikan kepada suami masing-masing tentang kondisi kesehatan yang sedang dihadapi sekarang. KPAD, katanya, memiliki program konselling buka status. Artinya, suatu waktu, para penderita didampingi petugas, akan menyampaikan secara transparan akan penyakit yang tengah dihadapi sekarang. “Memang membutuhkan waktu yang panjang untuk istri menyampaikan kondisi yang sebenarnya. Kita harus akui juga jika ketika sang istri membuka mulut, suami tentunya akan kaget dan tidak percaya. Tetapi itulah fakta dan kondisi riil yang harus diterima,” katanya.

Ditanya bagaimana jika suami meminta untuk dilayani, Stef mengungkapkan, pihaknya telah mengingatkan para IRT agar selalu menggunakan kondom. Hal itu bermaksud agar sang suami tidak tertular penyakit mematikan tersebut. Terkadang juga isteri menolak untuk melayani dengan alasan kondisi kurang fit atau sedang sakit. “Ya, memang itu salah satu cara yang dilakukan agar suami tidak ikut tertular. Sekali lagi saya katakan bahwa suatu waktu akan disampaikan secara terbuka. Kita tidak bisa serta merta langsung meminta penderita untuk membuka mulut ke suami. Semua butuh waktu dan melihat kondisi yang ada,” tandasnya.

Saat ini, jelas Stef, para penderita tetap melakukan pemeriksaan secara rutin di sejumlah VCT yang tersebar di Kota Merauke. Khusus lima IRT yang sedang dalam keadaan hamil dan tidak lama akan melahirkan, telah diingatkan agar selalu menjaga bayi dalam kandungan dan memeriksakan kesehatan secara kontinyu. Karena dengan pemeriksaan rutin dan obat-obatan yang diberikan untuk dikonsumsi, otomatis bayi dalam kandungan akan selamat dan tidak tertular penyakit HIV/AIDS. “Ya, kuncinya adalah ibu dari bayi sendiri yang harus kontrol rutin ke beberapa tempat dimaksud. Saya menjami bayi akan lahir selamat dan tidak mengidap penyakit,” kata dia. [frans]

Ditulis oleh Frans/Papos  
Selasa, 08 Juni 2010 00:00

11 PSK Positif HIV di Jayawijaya

WAMENA-Dari 44 wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terjaring dalam operasi rutin Kepolisian Resort (Polres) Jayawijaya (Minggu,14/2), setelah menjalani pemeriksaan dokter dan konselor di Poliklinik Polres Jayawijaya, 11 diantaranya reaktif atau positif HIV. Demikian diungkapkan penanggung jawab VCT RSUD Wamena, dokter Viviana Maharani kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (18/2).

Dokter Vivi sapaan akrab dokter Viviana Maharani mengungkapkan, ke 11 PSK tersebut yang melakukan pemeriksaan lanjutan baru 4 orang.

Sampai April 2009, Kasus HIV-AIDS Mencapai 382

WAMENA – Bupati Jayawijaya, Wempi Wetipo, S.sos, M.Par mengatakan, masalah HIV/AIDS telah menjadi masalah yang sangat serius di Kabupaten Jayawijaya, dimana sampai April 2009 jumlah kasusnya mencapai 382 kasus, bahkan Jayawijaya menduduki peringkat tertinggi dalam peningkatan jumlah kasus dari tahun ke tahun.

Hal itu seperti diungkapkan bupati dalam sambutannya yang dibacakan Asisten II Setda Jayawijaya, Gad Tabuni dalam acara Pembukaan Peringatan AIDS Candlelight Memorial ke-26 di Gedung Sosial Katolik Wamena, Senin (18/5).

Dikatakan, setiap hari Minggu ketiga bulan Mei selalu diperingati sebagai AIDS Candlelight Memorial. Even ini, jelas Bupati Wempi, awalnya ditujukan untuk memperingati korban-korban yang telah jatuh akibat HIV-AIDS namun dalam perkembangannya kedepan AIDS Candlelight Memorial berkembang menjadi tidak hanya sekedar peringatan dan renungan belaka, melainkan telah menjadi media advokasi yang sangat baik dalam penyebarluasan informasi mengenai HIV-AIDS.

Menurutnya, AIDS Candlelight Memorial tahun ini adalah yang ke-26 kali diselenggarakan di seluruh dunia, dengan demikian sebagai lembaga atau instansi yang bergerak dalam program HIV-AIDS haruslah memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat karena dengan informasi bisa dicegah penyebaran HIV-AIDS yang semakin luas di Jayawijaya agar dapat memutus mata rantai penularannya.

Lebih lanjut diungkapkan, beberapa kegiatan yang dilakukan menyambut AIDS Candlelight memorial adalah mengadakan festifal band, lomba poster dan pameran foto.
Lewat acara tersebut kreatifitas anak-anak muda Wamena ditantang sekaligus juga dengan kepedulian mereka terhadap HIV-AIDS.

“Jika anak-anak muda sudah terinfeksi, tidak bisa menjaga pergaulan dan tidak bisa memahami dengan baik informasi tentang HIV-AIDS maka sia-sialah pembangunan karena SDM-nya menjadi lemah bahkan bisa-bisa menjadi habis karena kurangnya pengetahuan,” ujarnya.

Sekadar diketahui, pada kegiatan tersebut, seorang ODHA juga menyampaikan kesaksiannya tentang awalnya dia terinfeksi virus HIV dan apa saja yang terjadi dengan dirinya setelah terkena virus tersebut, dengan maksud untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak muda khususnya tentang bahaya HIV-AIDS yang belum ada obatnya tersebut. (nal)

PT Medco Papua Investasi Rp 14 Triliun

MERAUKE (PAPOS)- PT Medco Papua yang beroperasi di Kabupaten Merauke melakukan aktivitas bidang produksi bubur kertas di Dusun Boepe, Distrik Okaba dengan menanamkan investasi kurang lebih Rp 14 triliun. Sementara ini aktivitas pembangunan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2008 lalu. Demikian diungkapkan Kepala Bidang Promosi Badan Penanaman Investasi Daerah (BPID), Kabupaten Merauke, Freddy Puturuhu di ruang kerjanya, kemarin. Dikatakan, selain PT Medco, juga PT Sino yang beroperasi di bidang perikanan dengan dana yang diinvestasi senilai Rp 2 triliun.

Sampai sekarang, katanya, perusahan tersebut sudah mengoperasikan 15 kapal ikan dan direncanakan akan ditambah menjadi 100 kapal untuk kegiatan eksport ikan.

Dalam tahun 2009 ini juga, lanjut Freddy, akan ada tiga perusahan yang beroperasi yakni PT. Bio Inti Agrindo dengan investasi senilai Rp 800 miliar, PT Papua Agro Lestari dan PT. Sawit Nusa Timur senilai Rp 400 miliar. Ketiganya bergerak dalam bidang kelapa sawit. Saat ini sedang dilakukan sejumlah persiapan untuk kegiatan atau aktivitas di lapangan.

“Tahun 2010, akan bertambah lagi sekitar lima perusahan yang beroperasi di Merauke. Saat ini sudah ada yang sedang persiapan d lapangan seperti PT Muting Jaya Lestari dan PT.Digoel Agro Lestari yang izinnya sudah keluar dan tinggal hanya dilakukan pembebasan tanah guna untuk perkebunaan jagung. Selain itu juga PT Plasma Mandiri Papua dan PT Kertas Nusantara yang bergerak dalam pengelolaan kayu,” ujarnya.

Ditambahkan, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Menteri Kehutanan memberikan penghargaan kepada Pemkab Merauke karena memberikan pelayanan yang baik kepada setiap investor yang datang melakukan investasi. Penghargaan itu diterima Bupati Merauke, Drs. Johanes Gluba Gebze.

“Kita tidak mempersulit investor ketika datang ke Merauke. Berbagai urusan yang berkaitan dengan investasi, tetap dilayani dengan cepat dan bertanggungjawab,” ujarnya. (cr-44)

Ditulis Oleh: Cr-44/Papos
Selasa, 03 Februari 2009

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny