Kelompok Kriminal Bersenjata Di Papua Kembali Beraksi

Terjadi lagi pada sore tadi, Kamis 17 Juli 2014 pukul 17.10 WIT aksi penembakan terhadap warga/masyarakat sipil di daerah Dugume Kabupaten Lanny Jaya. Kali ini korbannya adalah seorang tukang ojek atas nama Nasito (47 Thn) asal Probolinggo. Korban meninggal di tempat setelah terkena peluru dari tembakan senjata api milik Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang diduga beroperasi di daerah tersebut.

Awal mula kejadian ketika korban sedang mengantar penumpangnya dari arah Malaganeri menuju ke Tiom. Pada saat tiba di Kampung Dugume tukang ojek tersebut di tembak dibagian leher belakang tembus ke pipi bagian kiri. Kemungkinan besar penembakan tersebut dilakukan oleh orang yang diboncengnya (penumpangnya) yang dari Malaganeri tersebut. Karena di Tempat Kejadian Perkara (TKP) ditemukan barang bukti berupa satu buah kelongsong senjata jenis Pistol.

Sungguh sangat bejat perbuatan dari orang tersebut yang tega melakukan penembakan terhadap oarng yang sedang bekerja mencari nafkah untuk menafkahi keluarganya di rumah. Bagaimana perasaan keluarganya di rumah saat mendengar orang tersayang yang pulang hanya dengan nama karena di tembak oleh kelompok sipil bersenjata yang sangat tidak dibayangkan.

Itulah perbuatan yang sangat tidak manusiawi yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal seperti inilah yang membuat masyarakat di daerah tersebut merasa terganggu dan tidak nyaman. Dalam hal mencari nafkah, karena mereka merasa takut dengan kejadian tersebut.

Dari kejadian ini pihak TNI-Polri mengambil langkah-langkah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lany Jaya, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, dan Tokoh Agama untuk mencegah agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi serta meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, menggiatkan patroli gabungan TNI-Polri ke daerah-daerah rawan.

Saat ini kondisi di daerah tersebut sudah mulai kondusif namun aparat keamanan tetap melakukan pengamanan.

Kompasiana, REP | 17 July 2014 | 20:28

Kontak Tembak di Puncah Jaya, Dua Prajurit TNI Terluka

Jayapura, 25/4 (Jubi) – Kontak tembak kembali terjadi di Kabupaten Puncak Jaya, tepatnya di Gurage, Distrik Mulia, mengakibatkan dua orang anggota Yonif Batalyon 751 Raider terkena tembakan.

Dari data yang dihimpun media ini, Jumat (25/4) siang tadi, kontak tembak terjadi sekitar pukul 13.40 WIT antara TNI dan kelompok bersenjata. Dua anggota TNI terluka dalam insiden itu, masing-masing Polang Harahap terluka pada bagian pelipis dan Rahman Hakim luka tembak di bahu.

Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Letnat Kolonel Rikas Hidayatullah menjelaskan kejadian tersebut bermula saat petugas pos pengamanan Gurage dari Batalyon Yonif 751 Raider sedang berpatroli di sekitar tempat kejadian.

Tiba-tiba saja mereka diserang kelompok bersenjata tersebut. Akibatnya, Rahman dan Polang terkena tembakan. Setelah itu, para pelaku langsung melarikan diri,” kata Rikas, Jumat (25/4).

Dikatakan Rikas, anggota atas nama Rahman meninggal dunia karena menderita luka parah di bahunya, karena proses evakuasi cukup menyulitkan melihat kondisi geografis yang tidak memungkinkan dari Gurage menuju ke Rumah Sakit Umum (RSUD) Mulia, Puncak Jaya.

“Jarak wilayah itu menuju ke Mulia bisa memakan waktu hingga berjam-jam. Hingga saat ini, jenazah almarhum masih dalam evakuasi menuju ke Kota Mulia dan kami pun masih mencari pesawat untuk mengantarkan jenazah ke Jayapura, Sabtu (26/4) besok,”

ujar Rikas.

Komandan Batalyon 751 Raider, Sentani Kabupaten Jayapura, Letnan Kolonel Infanteri Luqman Arief kepada tabloidjubi.com menyesalkan adanya kontak tembak tersebut yang mengakibatkan salah satu prajurit terbaiknya gugur dalam tugas.

“Sersan Rahman adalah putra terbaik kami, almarhum juga ada darah Papua, dia orang Genyem dan sudah berkeluarga, meninggalkan istri dan seorang anak,” kata Luqman via seluler.

Menurut Luqman, istri almarhum seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Sentani, dari jejak istrinya itulah dia juga menularkan bakatnya mengajar anak-anak pada tempat tugasnya di kampung tersebut.

“Almarhum baru saja dikirimi buku-buku oleh istrinya untuk menambah bahan mengajar di kampung tersebut, rencana almarhum besok diterbangkan dari Mulia ke Sentani, tapi belum ada informasi yang pasti,”

ujar Luqman. (Jubi/Indrayadi TH)

Baku Tembak Terjadi Di Kampung Angkaisera, Yapen

Ilustrasi Penembakan Papua

Jayapura 28/2 (Jubi) – Aksi baku tembak terjadi di Kampung Angkaisera, Kabupaten Yapen. Dari informasi yang diterima tabloidjubi.com, tidak ada korban dalam insiden tersebut.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono membenarkan bahwa tadi siang di sekitar Polsek Angkaisera  pada pukul 12.00 waktu Papua, terdengar bunyi tembakan.

“Dari informasi, kelompok dari RO yang lakukan tembakan,”

kata Pudjo melalui pesan singkat telepon selulernya , Jumat (28/2).

Masih dari pesan singkat Pudjo, saat terdengar bunyi tembakan, Kapolsek Angkaisera langsung menghubungi Kapolres Yapen via telepon seluler dan melaporkan hal itu.

“Saat laksanakan patroli di daerah Kontinaen, Angkaisera, rombongan Brigade Mobil (Brimob) mendapatkan tembakan dari kelompok pimpinan RO dan Brimob melakukan tembakan balasan, tidak  ada korban jiwa,”

ujarnya.

Sementara itu, Komandan Kodim 1709 Yapen Waropen, Letkol Inf Dedi Iswanto saat di konfirmasi viatelepon selulernya mengatakan jika dirinya tidak bisa memberikan keterangan karena sedang berada di Jayapura.

“Memang ada seperti itu, anggota TNI tidak ada di situ saat kejadian. Tapi sebenarnya saya tidak bisa menjawab itu ya, karena bukan ranah saya,”

kata Dedi.

Sebelumnya, dilaporkan oleh seorang warga melalui situs laporan warga http://tabloidjubi.com/hotspot, situasi di Serui, Kepulauan Yapen cukup mencekam.

“Masyarakat yang berdomisi disekitar 5 kampung di Serui telah mengungsi ke hutan akibat penyisiran brutal oleh aparat gabungan TNI & Polri. Dikabarkan bahwa ada penambahan pasukan TNI/POLRI untuk mau kontak senjata degan TPN OPM.”

demikian laporan warga tersebut.

Pelapor juga melaporkan masyarakat semakin takut dan mengalami kelaparan di hutan (tempat pengungsian). Banyak anak-anak putus sekolah. (Jubi/Indrayadi TH)

February 28, 2014 at 21:21:38 WP,TJ

Tim Khusus Polda Papua Bekuk Pelaku Penyerangan Polsek Kulirik

AYAPURA [PAYT (19) saat tiba ke Mapolda Papua untuk diperiksa lebih lanjut. YT diduga terlibat dalam penyerangan Pos Subsektor Kulirik, Distrik Mulia yang mengakibatkan hilangnya 8 pucuk senjata. POS]- Tim Khusus Polda Papua berhasil membekuk seorang YT (19). Pemuda tanggung ini merupakan salah satu pelaku penyerangan dan pencurian 8 buah senjata milik Pos Subsektor Kulirik, Distrik Mulia, 4 Januari lalu.

Saat Yemiter sudah berada di Mapolda Papua untuk diperiksa lebih lanjut.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Komisaris Besar Sulistyo Pudjo Hartono, Sik mengatakan Yemiter Telenggen ditangkap polisi saat berjalan di Kota Baru Mulia.”Ia tertangkap berdasarkan hasil olah TKP (tempat kejadian perkara) di lokasi penyerangan yang dikuatkan keterangan saksi-saksi yang mengenali beberapa pelaku termasuk YT,” ucap Kabid Humas kepada wartawan di Mapolda Papua, Senin (27/1/2014).

”Pelaku masuk dibawah umur sekitar berusia 19 tahun dan dia dari kelompok Yambi, pimpinan Leka Telenggen. Informasi yang kami terima dia masih berstatus pelajar kelas 2 SMA Negeri 1 Mulia,” tambahnya.

Oleh penyidik, YT dijerat pasal berlapis, mulai dari penganiayaan, Undang-Undang Darurat, hingga percobaan pembunuhan.

Disinggung berapa lagi target polisi terkait penyerangan Pos Kulirik, Kabid Humas enggan berkomentar jauh. Menurutnya, dalam penegak hukum pihak kepolisian sangat berhati-hati, untuk menghindari salah tangkap. Polda Papua juga mengklam masih mendalami barang bukti apa saja dari tangan YT.

”Kita selalu berusaha tidak mungkin menangkap orang yang salah. Mereka adalah masyarakat kita yang harus dilindungi, tapi ini adalah penjahat, pelaku criminal yang menyerbu pos Kulirik beberapa waktu lalu,” tukasnya.

Menyangkut apakah YT terlibat dalam rangkaian penembakan yang menewaskan anggota TNI ? Pudjo belum bisa memastikan. ”Teknik dari beberapa pelaku ini, kalau mau melakukan penyerbuan mereka bersenjata, tapi kalau di Kota mereka simpan senjata. Yang jelas dia terlibat kasus penyerangan Pos Kulirik,” ujarnya.

Sebelumnya, Pos Subsektor Kulirik yang berada di Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, 4 Januari lalu diserang puluhan masyarakat dari kelompok wilayah Yambi. Akibat penyerangan itu, 8 pucuk senjata laras panjang milik Polri jenis, AK-47, Moser serta 5 pucuk SS1 hilang.[tom]

Sumber: PapuaPos.com

Enhanced by Zemanta

OPM Akui Ambil 8 Senjata

JAYAPURA – Tentara Pembebasan Nasional – Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM), melalui Sekretaris Jenderal. Anton Tabuni, menyampaikan bahwa pihaknya sama sekali tidak gentar dan takut setelah merebut 8 pucuk senjata milik Polisi di Distrik Kulirik, Kabupaten Puncak Jaya, Sabtu (4/1) lalu.

“Tanggal 3 dan 4 itu kami operasi dan berhasil rebut senjata delapan, dan semua itu diperintahkan oleh Gen. Goliath Tabuni,” ujar Anton Tabuni via ponsel kepada Bintang Papua, Minggu (12/1) malam.

Dari kejadian tersebut TPN-OPM berhasil mengambil delapan (8) pucuk senjata yang dimiliki anggota kepolisian, diantaranya, 5 pucuk senjata dengan jenis SS1, 1 pucuk senjata dengan jenis Moser, 2 pucuk senjata dengan jenis AK (buatan China), selain itu, mereka juga mengambil ratusan butir amunisi.

“Kami heran, kenapa pemerintah SBY tidak dengar suara kami, kami akan terus beraksi kalau Pemerintah tidak mengakui kedaulatan Papua, kami juga sayangkan pernyataan-pernyataan pejabat Papua soal OPM, kami ini berjuang, jadi harus hargai kami,”

tegas Anton.

Mengetahui apa yang dilakukan adalah memiliki resiko, Anton megenaskan bahwa pihaknya tidak gentar dan tidak takut,”Dari dulu kami sudah berjuang, tentara dan polisi Indonesia selalu datang cari kami, tetapi kami tidak takut, demi kemerdekaan Papua, kami tidak gentar,” kata Anton.

Berbagai aksi dan kegiatan sudah dilakukan TPN-OPM, bahkan sejak tanggal 1 Mei 2006 pihak TPN-OPM telah melakukan kongres, bahkan mengumumkan kemerdekaan Tanah Papua.

“Kami ini adalah Negara merdeka, sejak tanggal 1 Mei itu TPN-OPM sudah proklamasi, jadi Negara Indonesia harus mengakui itu, hargai itu, dan hormati itu, kami sudah dirikan Negara kami sendiri, jadi kami minta SBY dan Indonesia untuk segera angkat kaki dari Papua,”

jelas Anton. (bom/don/l03)

Rabu, 15 Januari 2014 03:36, BinPa

Enhanced by Zemanta

Marinus : Pelaku Penembakan bukan TPN-OPM

Marinus YaungJAYAPURA – Pengamat Politk dari Universitas Cenderawasih, Marinus Yaung, menegaskan bahwa pelaku penembakan di Mulia, Puncak Jaya, bukanlah kelompok TPN-OPM sebagaimana yang ramai diberitakan saat ini.

“Penembakan warga sipil dan pesawat di Puncak Jaya bukan dari kelompok TPN-OPM pimpinan Goliat Tabuni. Karena pimpinan TPN-OPM di wilayah pegunungan tengah sudah memahami perkembangan masalah Papua di dunia internasional dewasa ini, jadi mereka tidak mungkin melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang akan menjadi blunder politik bagi perjuangan diplomasi internasional masalah papua,”

terangnya kepada Bintang Papua, Kamis (9/1).

Ia pun menegaskan bahwa mereka yang melakukan penyerangan terhadap pos polisi dan mengambil 8 pucuk senjata serta menembak warga sipil dan pesawat Susi Air adalah kelompok kriminal pimpinan ‘JP’, seorang tokoh muda garis keras dalam perjuangan Papua merdeka, yang pernah ia jumpai di satu kota di PNG tahun kemarin.

“JP dan seorang temannya yang warga negara asing, merupakan otak dibalik semua kasus kekerasan di Puncak Jaya dalam kurun waktu 1 tahun belakangan ini. Kelompok kriminal JP ini kebanyakan anak-anak muda yang berumur belasan tahun sampai 30-an tahun. Mereka tersebar di beberapa kabupaten di pegunungan tengah dan juga di dalam Kota Jayapura. Dalam jaringan tubuh OPM sendiri, sekarang ini muncul banyak kelompok perlawanan, dimana kelompok ini dapat digolongan dalam 3 kelompok berdasarkan tujuan dan motivasi perlawanan mereka,”

ujarnya.

Dari kelompok itu, lanjutnya, ada yang berjuang untuk ideologi Papua merdeka, dimana jumlah kelompok ini sudah semakin berkurang. Lalu ada kelompok yang berjuang untuk cari makan, uang dan kedudukan dalam lingkaran kekuasaan dengan menjual perjuangan Papua merdeka dan terakhir kelompok kriminal yang muncul karena tidak puas dengan kebijakan-kebijakan pemerintah.

“Kelompok ketiga yang muncul saat ini di papua bagaikan munculnya cendawan atau jamur di musim hujan. Sangat banyak tapi mereka memiliki garis komando yang jelas. Untuk wilyah pegunungan dibawah koordinasi ‘JP’ dan untuk wilayah kota atau pantai di bawah koordinasi sekelompok orang. Ada sejumlah Tokoh-tokoh masyarakat yang menurut saya dapat mendamaikan situasi di sana,tetapi sampai hari ini para tokoh masyarakat ini masih belum di dekati pemerintah dan bahkan mereka sendiripun tidak mau berinisiatif bertemu pemerintah untuk selesaikan konflik Puncak Jaya,”

kata dia.

Ia menambahkan, sebaliknya, kalau ketua DPRP, MRP dan Gubernur Papua mau tampil untuk selesaikan konflik Puncak Jaya, justru mereka ini adalah tokoh-tokoh yang dinilainya tidak disukai oleh TPN-OPM sendiri.

“Lebih baik tokoh-tokoh yang dipercaya oleh OPM sajalah yang mengambil langkah-langkah menyelesaikan masalah Puncak Jaya. Selama tokoh-tokoh masyarakat yang dipercaya OPM tidak mau bicara dengan pemerintah, selain hanya mau bicara lewat forum dialog damai Papua-Jakarta, maka kasus konflik dan kekerasan tak akan pernah bisa diselesaikan,”

tandasnya.(art/don/l03)

Sabtu, 11 Januari 2014 06:51, BinPa

Enhanced by Zemanta

Penembakan di Puncak Jaya Sering dilakukan oleh Remaja dan ANak Sekolah

Jayapura 08/01 (Jubi) – Aksi penembakan terhadap warga sipil maupun penyerangan

Wakil Bupati Pucak Jaya: Yustus Wonda
Wakil Bupati Pucak Jaya: Yustus Wonda

Pos Sub Sektorat Kulirik, Polres Puncak Jaya hingga mengakibatkan seorang warga sipil meninggal dunia dan 8 pucuk senjata milik Polri hilang, ditanggapi Wakil Bupati Puncak Jaya, Yustus Wonda.

Dirinya menuturkan bahwa aksi penembakan di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya diduga sering dilakukan para remaja yang masih duduk dibangku sekolah.

“Anak-anak dari kelompok mereka selalu datang bergabung dengan masyarakat setempat dan meminta bantuan kepada pemerintah. Dalam kegiatan dan aktifitas masyarakat maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah mereka selalu ada. Mereka itu kan masyarakat biasa, kecuali mereka datang dengan menggunakan seragam,”

kata Wakil Bupati saat ditemuai sejumlah wartawan di Jayapura, Rabu (08/01).

Bahkan, apabila mereka berhasil merampas senjata milik TNI maupun Polri, lanjut Wakil Bupati, itu dapat meningkatkan status para pelaku di kelompoknya. Disisi lain, garis pimpinan kelompok tersebut juga tidak jelas.

“Kalau orang sudah tau pelakunya dan kembali ke kelompok itu, maka statusnya diangkat walaupun umur kecil. Namun kalau sudah pernah merampas senjata posisinya naik, sehingga kecil besar selalu hormat dia. Termasuk anak-anak kecil yang kerap menembak-nembak. Apabila berhasil merampas senjata dapat bergabung di kelompok mana saja, mendapat jabatan,” ujarnya.

Hingga saat ini terdapat 3 kelompok bersenjata yang ada di Kabupaten Puncak Jaya, dimana dari tiga kelompok yang melakukan penembakan berasal dari daerah Yambi campuran. Bahkan, para pelaku yang masih dibawah umur, kerap berkeliaran di Kota Mulia, tanpa dicurigai. “Mereka itu termasuk murid-murid SD, SMP keatas, sehingga inilah kita sangat susah untuk mengetahui mereka,” katanya.

Lebih lanjut Wabub Puncak Jaya ini juga mengungkapkan bahwa pergerakan anak-anak kecil yang kerap menembak tidak sulit dibaca, bahkan pemerintahpun menganggap mereka merupakan masyarakat.

”Kami tidak ketahui apakah anak-anak kecil ini OPM atau tidak, karena tidak menggenakan seragam. Kalau pimpinan OPM seperti, Goliat Tabuni, kami pasti mengetahui dan kami komunikasi dengan pemerintah selalu ada, akan tetapi anak-anak kecil yang ada di Kota Jantung Puncak Jaya inilah sangat susah diketahui,”

lanjutnya.

Sejumlah langkah yang diambil oleh Pemerintah setempat pun telah dilakukan untuk merangkul saudara-saudara yang berseberangan, namun masih belum membuahkan hasil.

”Sekarang kembali kepada masyarakat, apa mereka teroganisir dan tau keberadaan mereka, maka itu sudah jelas dilakukan represif. Tapi ini kan mereka menyebar dan jangankan di atas, didalam Kota Mulia saja mereka ada,” paparnya lagi.

Pemerintah juga mengakui kesulitan mencari informasi dari masyarakat terkait keberadaan para pelaku.

”Kalau kita tanya keberadaan anak-anak kecil ini pasti tidak tahu. Namun yang jelas, kita dari pemerintah tidak pernah putus untuk melakukan komunikasi, tapi kami tetap semangat untuk membangun program kerja dari pemerintah. Pendekatan kita tetap lakukan dan apabila mereka sadar dengan apa yang mereka lakukan maka mereka bisa kembali dengan sendirinya,”

ujarnya.

Sementara itu, Ketua Sinode GKI Papua, Pdt. Alberth Yoku mempersilahkan saudara-saudaranya berpolitik tetapi tidak dengan cara tembak menembak, membunuh atau kejahatan lainnya. Karena hal itu tidak boleh di lakukan oleh warga sipil maupun TNI-Polri. Semua wajib memelihara kehidupan di tanah damai ini.

“Saya menyerukan kepada pemerintah daerah, adat dan gereja untuk melakukan rekonsoliasi lebih konstruktif bersama-sama dengan menghilangkan rasa curiga -mencurigai agar semuanya melakukan kehidupan bersama secara proporsional,” kata Alberth dari ujung telepon selulernya, Rabu (08/01).

Selain itu juga ia akan mengirim surat kepada pihak-pihak terkait di Puncak Jaya.

“Ketiga kami akan mengirim surat kepada semua yang ada di Puncak Jaya terkait hal itu,” tegasnya. (Jubi/Indrayadi TH)

OPM Serang Pos Polisi

JAYAPURA—Setelah puasa beberapa saat, Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali bikin ulah. Kali ini sejumlah 20 orang kelompok sipil bersenjata ini melakukan aksi penyerangan di Sub Sektor Kulirik, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua, Sabtu (4/1) pukul 16.00 WIT.

Dari data yang berhasil dihimpun, sekelompok orang dengan menggunakan senjata api dan tajam, tiba-tiba mendatangi Pos Polisi Kulirik. Mereka langsung menyerang, pelaku diperkirakan sekitar 20 orang.

Anggota Pos Polisi yang biasanya berjaga sekitar 7 orang, sekitar 5 orang tidak ada ditempat, karena 5 orang sedang berpatroli di kampung di sekitar distrik.

Karena jumlah personil di Pos hanya 2 orang, para pelaku berhasil menyerang, dan berhasil merampas senjata dan amunisi.

Juru Bicara Polda Papua Kombes Pujo Sulistyo saat di konfirmasi mengatakan, para pelaku berhasil merampas sejumlah senjata dan amunisi. “Pada saat penyerangan, 8 senpi laras panjang yang terdiri dari AK 47, Mouser 1 btr, SS1, 5 pack dan amunisi dibawa oleh pelaku,” ungkapnya.

Adapun Kronologis kejadian, jelasnya, saat anggota lain sedang patroli. 1 anggota jaga sedang masak di dapur dan 1 berjaga di Pos. Lalu pelaku mendobrak pintu depan dan sempat tarik menarik dengan pelaku yang mengambil senjata. “Karena kalah jumlah, 2 anggota menyelamatkan diri lewat pintu belakang ke sungai dan kemudian melapor ke Polres,”tuturnya.

Yang pasti, satu pelepon Brimob yang ada di Kota Lama Mulia ibulota Puncak Jaya masih terus melakukan pengejaran. “Anggota Polri dan TNI masi kejar pelaku, bahkan tim Mabes juga akan diperbantukan,” tandasnya.

Imparsial : Jangan-Jangan “Gangster”Bukan Pejuang Kemerdekaan
Sementara itu, Imparsial LSM pemerhati HAM mensinyalir, kelompok penyerang bukan pejuang Kemerdekaan Papua tapi gerombolan Gangster.

“Jika aksi penyerangan itu ada kaitannya dengan pelaksanaan Pileg dan Pilpres mendatang, jelas sangat berbahaya, karena kelompok bersenjata itu, telah dimanfaatkan oleh kepentingan elit politik tertentu untuk kepentingan mereka. Dan tindakan kelompok bersenjata itu bukan lagi pejuang Kemerdekaan, tapi tidak ada bedanya dengan gangster,”

ucap Direktur Eksekutif Imparsial Poengki Indarti melalui pesan elektroniknya, Minggu 5 Januari.

Kemungkinan, lanjutnya, jika kelompok itu menyerang atas pesanan kepentingan tertentu, maka mereka ditengarai juga mereka mendapat imbalan.

“Tindakan menyerang dengan imbalan uang untuk kepentingan politik, adalah tindakan gangster. Kalau benar mereka adalah pejuang pembebasan, maka tidak akan mau bekerja demi uang untuk pemenangan elit tertentu,”

pungkasnya.

Menurut Imparsial, dalam Pilkada Kabupaten Puncak Jaya dan Puncak beberapa waktu lalu, ternyata juga ada kaitannya antara kekerasan dengan proses Pilkada. “Dalam dua Pilkada itu ada kaitan kekerasan dengan proses demokrasi yang sedang berlangsung,” imbuhnya.

Guna mengungkap kekerasan itu, Polisi harus mengejar dan menangkap kelompok bersenjata. “Kejar dan tangkap pelaku, dengan tetap menghormati hak-hak masyarakat disekitar lokasi persembunyian mereka,” ucapnya.

Memang dilema, ada pelaku kejahatan, tetapi ada masyarakat yang tinggal disekitar lokasi mereka. “Sehingga trauma masyarakat berlipat ganda,”imbuhnya.

Imparsial juga meminta, seharusnya intelejen lebih berperan aktif untuk memberi peringatan pada pihak kepolisian, agar dapat mencegah supaya tidak terjadi peristiwa kekerasan perampasan senjata. “Peran intelijen harus jauh lebih besar dalam memberikan informasi,” tandasnya.

Mengenai klaim Bupati Henock Ibo beberapa waktu lalu, bahwa ratusan kelompok bersenjata pengikut Goliat Tabuni telah kembali ke tengah-tengah masyarakat, kemudian pemerintah Provinsi Papua menggelontorkan ratusan milliar dalam bentuk program, guna mendorong rekonsiliasi, Imparsial sangat mendukung langkah tersebut, selama untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat juga yang selama ini dianggap berseberangan. “Langkah itu memang bagus, apalagi dana diberikan dalam bentuk program,” terangnya.

Namun, jika diberikan dalam bentuk uang, mereka pasti akan berbuat kejahatan lagi. “Jangan asal kasih dalam bentuk uang, karena pasti akan berbuat kejahatan lagi. Goliat Tabuni dan pengikutnya kan pejuang Papua Merdeka, jadi harus benar-benar dirangkul dan bersedia meletakkan senjata. Tapi jika terus menerus begini, artinya tidak bisa dirangkul, itu membuktikan ternyata mereka adalah gangster, maka mereka harus diproses pidana,”tegasnya. (jir/mdc/don/l03)

Senin, 06 Januari 2014 06:40, BinPa

Agustina : Suami Saya Ditembak Dari Belakang

Penembakan-IllustrasiPASCA penyergapan dan penyisiran yang dilakukan aparat Jumat (29/11) dan Sabtu (30/11) kemarin, kondisi kampung Yonsu kini seperti kampung mati, wartawan SULUH PAPUA yang menyambangi kampung tersebut Minggu (1/12) kemarin tidak menemui warga masyarakat satupun di dalam kampung, rumah – rumah tampak kosong, hanya terlihat hewan ternak yang berkeliaran dan beberapa rumah yang rusak, hanya seorang bapak tua yang berhasil dijumpai SULUH PAPUA namun bapak tersebut mengaku baru tiba juga dari kota dan tidak mengetahui ada peristiwa dimaksud.

Pengakuan beberapa warga Kampung Yongsu yang berhasil ditemui wartawan SULUH PAPUA, Minggu siang, di beberapa kampung terdekat mengaku sedang mengungsi dan tidak berani kembali ke kampungnya, dan mereka membantah keterangan polisi bahwa terjadi kontak senjata, warga mengaku bahwa penyergapan Jumat (29/11) itu dilakukan di pagi buta dan mendadak. Kedatangan polisi itu mengendap – endap lalu mengepung kampung dan kemudian melepas tembakan. Karena panik dan takut, akhirnya warga melarikan diri ke hutan.

Agustina, istri Eduard Okoseray, salah satu korban yang dilaporkan tewas mengaku penyergapan dilakukan oleh Tim Khusus (Timsus) terjadi secara tiba-tiba. Masyarakat kampung Yongsu Sapari sebagian tidak mengetahui adanya penyergapan dari aparat kepolisian hari itu.

“Aparat datang pagi hari sekitar jam 07.00 WIT, sudah mengambil posisi sambil mengendap dan mengepung kampung, ketika aparat melepas tembakan, masyarakat ketakutan dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing lari ke hutan,” katanya kepada SULUH PAPUA di tempat pengungsiannya, di salah satu kampung tetangga.

Ketika itu suaminya juga mengajaknya untuk lari ke hutan, namun beberapa saat kemudian karena teringat sesuatu yang tertinggal di rumah sang suami kembali ke rumah dan lari kembali menyusul dirinya, di saat melarikan diri itulah terdengar serentetan tembakan dari arah belakang dan menembus dada suaminya.

“Suami saya katakan kita harus segera lari. Setelah kami lari meninggalkan rumah, suami saya kembali ke rumah untuk mengambil sesuatu lalu suami saya lari, disaat melarikan diri tersebutlah polisi menembaknya rentetan dari arah belakang kemudian peluru tembus di depan dada. Ada dua peluru yang bersarang di tubuh”, kata Agustina

Ia juga menjelaskan bahwa setelah ditembak, aparat membiarkan tubuh suaminya tergeletak di tanah, setelah aparat pergi meninggalkan kampung, sekitar pukul 13.00 WIT barulah mayat suaminya dikuburkan oleh keluarga dan warga lainnya.

Menurut Agustina saat ini masyarakat dalam ketakutan dan was-was untuk kembali ke kampung. Semuanya lari menyelamatkan diri ke hutan. Jika pihak keamanan mengatakan ada perlawanan dari korban itu itu tidak benar, yang benar korban berusaha untuk lari menyelamatkan diri namun ditembaki dari arah belakang.

“Saya harap sebelum kita kembali ke kampung, kami minta Amnesty Internasional dan Komnas HAM Papua untuk segera datang ke Kampung Yongsu Sapari karena kami takut aparat keamanan akan datang dan menyerang kami lagi,” katanya dengan mimik ketakutan dan masih diliputi suasana duka.

Menurut saksi mata lainnya kepada SULUH PAPUA yang mengaku sempat melihat peristiwa penyergapan, Jumat (29/11) kemarin. Ketika saksi itu kembali dari pantai dengan beberapa teman-temannya, aparat keamanan menyergap dari arah belakang dan menyuruh angkat tangan lalu aparat melakukan pemukulan dan menendang dirinya beberapa kali dan seorang temannya.

Setelah itu ketika aparat keamanan akan pulang, meminta maaf atas perlakuan terhadap dirinya dan seorang temannya. Lebih lanjut dikatakannya bahwa saat ini masyarakat sedang sembunyi di hutan dan dikuatirkan akan mengalami kelaparan dan juga dapat mengakibatkan kematian. Ia juga mengatakan aparat keamanan merusak 5 rumah warga. (amr/cr-12/r2/lo3)

Senin, 02-12-2013, SuluhPapua.com

Diwarnai Baku Tembak, Polisi Gerebek Markas OPM Raja Siklop

Ilustrasi (dok. detikcom)
Ilustrasi (dok. detikcom)

Sentani – Timsus Polres Jayapura dibantu Yonif 751/Sentani berhasil menggerebek dan membongkar markas OPM Raja Siklop pimpinan Andrianus Apaseray di kampung Yongsu distrik Ravenirara, Jayapura, Papua.

Wakapolda Papua Brigjend Pol Paulus Waterpauw saat jumpa pers di Mapolres Jayapura Sabtu (30/11/2013) mengatakan penggerebekan ini berdasarkan informasi dari masyarakat. Ada laporan bahwa Oktovianus, salah satu punggawa OPM Raja Siklop, telah mengumpulkan massa sekitar 30 orang di rumahnya untuk perayaan 1 Desember.

Mendapat laporan ini, anggota Polres Jayapura dipimpin AKP Charles Simanjuntak langsung menuju lokasi yang berjak sekitar 30 Km dari Mapolres Jayapura dan langsung mengamankan Oktovianus Okuseray. Namun setelah terjadi penangkapan, massa dari Oktovianus mengamuk dan merusak rumah warga sekitar.

Mantan kepala kampung Yongsu sudah diamankan di Mapolres Jayapura untuk dimintai keterangan. Sementara dari amuk massa di kampung Yongsu Jumat (29/11) pagi, tidak ditemukan korban jiwa namun beberapa rumah warga rusak.

Dari hasil penggerebekan ditemukan amunisi SS1, laras rakitan dan berbagai alat untuk membuat senjata rakitan, sajam (pisau, parang, sabit, sangkur), bom rakitan sebanyak 6 buah, 14 amunisi moser, 19 selongsong peluru, dan 2 bom rakitan yang sudah jadi.

“Kami sedang menyelidiki apakah kelompok ini sesungguhnya mempunyai hubungan dengan kelommpok Hans Yoweni atau tidak, atau apakah memiliki hubungan dengan yang di Sorong, Isak Kalabin,”

ujar Paulus.

Paulus menjelaskan saat pengrebekan sempat terjadi kontak senjata selama 10 menit. Namun kondisi segera dapat dikuasai oleh aparat keamanan.

Stunt Rider atau Motor Freestyle, Beratraksi diatas motor yang sedang Berjalan.Bagaimana serunya?. Simak Liputan selengkapnya di Reportase Malam pukul 02.37 WIB, hanya di Trans TV

(trq/trq) Sabtu, 30/11/2013 19:45 WIB. Wilpret Siagian – detikNews

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny