Diduga OPM, Tembak Mati 3 Anggota Polisi

JAYAPURA—Nahas menimpa Kapolsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, Ipda Rolfi Takubesi bersama dua anggotanya, Brigpol Jefri Rumkorem dan Briptu Daniel Makuker. Ketiganya tewas ditembak dan dibakar sekitar 50 orang dari kelompok yang diduga OPM pimpinan Yani Tabuni menggunakan senjata api dan panah ketika menyerang Kantor Polsek Pirime, Selasa (27/11) sekitar pukul 06.00 WIT.

Kabid Humas Polda Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya, SIK ketika dikonfirmasi pasca kejadian mengutarakan, saat kejadian tersebut Polsek Pirime sedang dihuni 4 anggotanya termasuk Kapolsek Pirime. Saat ini satu anggota polisi dikabarkan selamat dalam kejadian tersebut.

“Jadi di dalam Pos itu saat kejadian berapa orang ada 4 orang dari 8 orang anggota. Informasinya yang satu itu meninggal di tiang bendera mungkin lagi naikkan bendera. Kapolseknya tangannya terpotong dan dibakar,” kata dia.

Ditambahkan, saat ini satu pleton anggota Brimob dan tim khusus dari Polda Papua sudah mengejar pelaku penyerangan.

Sementara itu, kata Kabid Humas, para pelaku juga membawa kabur 3 senjata organik jenis revolver, AR1 dan F5 Sabhara.

Ditanya ada indikasi para pelaku lari kemana, dia mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan.

Menurutnya, Polisi masih mengejar pelaku penyerangan dengan mengerahkan 1 pleton anggota Brimob dan Tim Khusus Polda Papua.

Socratez : Pelaku Bukan OPM Terkait peristiwa penyerangan yang menewaskan Kapolsek Pirime Ipda Rofli Takabesi dan dua anggotanya yang bertugas di Pirime, Kabupaten Lani Jaya, Selasa (27/11) sekitar pukul 06.30 WIT, ditegaskan Socratez S Yoman, bawa pelakukan bukan kelompok OPM. “Itu bukan OPM. Perjuangan OPM itu bukan bunuh-bunuh orang atau ancaman teror atau intimidasi orang,” tegasnya saat menghubungi Bintang Papua, Selasa.

Dikatakan bahwa tindakan tersebut adalah kriminal murni. “Saya pikir, saya sebagai pimpinan umat gereja yang punya umat di sana, saya pikir itu pelaku kriminal, penjahat yang tidak bisa ditoleransi. Itu bukan OPM,” lanjutnya.

Siapapun, ditekankan untuk tidak mengkambinghitamkan OPM.

“Perjuangan OPM itu perjuangan yang terhormat. Tidak boleh bunuh-bunuh orang seperti itu. Bagaimana mengganggu aparat yang menjalankan tugas. Perjuangan OPM itu perjuangan yang mulia. Dan aparat itu menjalankan tugas negara yang juga merupakan tugas mulia,”

ujarnya.
Sehingga, ia sangat berharap kepada aparat kemanan untuk menyikapi peristiwa tersebut dengan arif dan sesuai prosedur dan bersama-sama masyarakat setempat untuk mencari pelaku dan menggiringnya ke pengadilan untuk proses hukum.

“Rakyat yang juga umat saya di sana, untuk mencari pelaku pembunuh itu, pelaku kriminal itu kita cari sama-sama dan diproses secara hukum,”

harapnya.

Selain itu, itu juga berharap kepada aparat keamanan tidak membakar rumah rakyat, tidak melakukan penyisiran-penyisiran.

“Aparat kemanan tidak brutal ya. Tidak melakukan penyisiran yang membabi buta, tidak melakukakn pembakaran rumah-rumah, sekolah-sekolah. Kami tahu kami pimpinan umat tahu, siapa-siapa itu. Yang saya secara pribadi sebagai pimpinan umat tidak toleransi itu kejahatan itu. Saya sangat menyesal itu. Tidak bermartabat,”

ungkapnya.

Dikatakan, bahwa wilayah Pirime adalah wilayah yang banyak penduduknya adalah umat Babtis yang terbuka. “Tidak sulit di situ, karena tidak sama dengan wilayah lain. Kalau di situ kita bisa tahu. Masyarakat bisa tahu dan bisa tangkap pelaku,” ungkapnya lagi.

Tentang situasi terakhir, dikatakan bahwa ia belum mengetahui secara pasti. “Saya belum tahu, saya baru komunikasi dengan Pak Wakapolda, agar bagaimana bisa terkendali situasi di wilayah itu. Komunikasi tetap jalan,” ujarnya.

Imparsial Kutuk Penyerangan Polsek Pirime Papua
LSM Pemerhati HAM Imparsial mengutuk keras aksi penyerangan Polsek Pirime Kabupaten Lany Jaya, Selasa 27 November sekitar pukul 06.00 WIT. Penyerangan disertai penembakan dan pembakaran 3 personil Polsek sangat bertentangan dengan semangat bersama, untuk menciptakan Papua sebagai zona damai.

“Imparsial mengutuk terjadinya kekerasan dengan cara pembunuhan dan pembakaran terhadap kapolsek Pirime Lany Jaya Ipda Rolfi Takubesi serta 2 anggotanya Brigadir Jefri Rumkorem dan Brigadir Daniel Makuker. Kekerasan yang dilakukan pelaku sangat bertentangan dengan semangat bersama untuk menjadikan Papua sebagai Tanah Damai,” ujar Poengki Indarti Direktur Eksekutif Imparsial melalui pesan elektroniknya.

Imparsial berharap, aparat Kepolisian secepatnya menangkap para pelaku.

“Kami berharap aparat kepolisian bisa segera menangkap pelaku dan membawanya ke proses hukum,”tegasnya.

Peristiwa penyerangan ini juga sebagai peringatan kepada presiden SBY untuk segera membuka dialog Papua-Jakarta. “

Dengan adanya peristiwa ini, menjadi sangat krusial bagi Presiden SBY untuk segera mempersiapkan dialog damai dengan pihak-pihak yang berseberangan, agar kekerasan di Papua dapat segera diakhiri,”terangnya.

Imparsial juga meminta Polisi agar tidak melakukan aksi balasan yang hanya akan memperkeruh situasi.

“Kami berharap aparat kepolisian tidak melakukan tindakan balasan dengan menggunakan kekerasan dalam mengusut kasus ini, karena hanya akan menimbulkan trauma bagi masyarakat,”

imbuhnya.

Imparsial juga menekankan Kapolda Papua untuk lebih gencar melaksanakan operasi terhadap penyeludupan senjata ke Papua.

“Imparsial kembali mendesak Kapolda Papua untuk mengintensifkan operasi penyelundupan senjata. Seret dan tampilkan pelaku penyelundupan senjata. Jika penyelundupan tersebut melibatkan aparat militer atau aparat pemerintah yang lain, maka harus ditindak tegas,”

tandasnya.

Kasus kekerasan terhadap aparat kepolisian yang terjadi pada bulan November ini di Papua menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang memang sudah lelah dan trauma dengan kekerasan di Papua.(mdc/aj/jir/don/l03)

Rabu, 28 November 2012 08:24, Binpa

Pejuang Kemerdekaan West Papua Berhasil Menewaskan 3 Anggota Polisi Di Lanny Jaya

Lanny Jaya – Pagi ini, Kelompok pejuang Kemerdekaan West Papua ( TPN/OPM ) daerah Lanny Jaya melakukan kontak senjata dengan aparat kepolisian Indonesia yang sedang berjaga di Polsek Pirime, Kab. Lanny Jaya.

Dalam kontak senjata yang terjadi pagi ini, Kelompok Pejuang Kemerdekaan West Papua berhasil dilumpuhkan 3 orang anggota Kepolisian Indnesia yang sedang berjaga di Tempat kejadian dan berhasil merebut 3 buah senjata senjata api, diantaranya 2 sejata laras panjang dan 1 buah revolver.

Dari informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan bahwa, sala satu anggota kepolisian yang berhasil dilumpuhkan adalah Kapolsek Pirime sendiri, dan dari informasi lanjutan menyebutkan bahwa, hingga saat ini situasi di lokasi kejadian masih mencekam dan penambahan Militer terus dilakukan.

 

Pasal Makar Minta Ditambahkan

JAYAPURA—Kejaksaan Negeri (Kejari) Jayapura minta penyidik Polres Jayapura menambahkan pasal makar dalam kasus pembunuhan yang menewaskan 4 orang di Nafri oleh tersangka Dany Kogoya Cs.

Pasalnya, kegiatan Dany Kogoya Cs kala itu tak hanya aksi pembunuhan berencana, tapi juga mengibarkan bendera Bintang Kejora simbol perjuangan separatis Papua merdeka, sehingga perlu disisipkan pasal makar.

Demikian disampaikan Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Jayapura John W Rayar, SH Selasa (13/11). Dikatakan, pihaknya baru menerima berkas perkara Dany Kogoya Cs dari penyidik Polres Jayapura Kota.

Setelah sebelumnya mempelajari berkas ini, kemudian mengembalikan ke penyidik , karena ada kekurangan. Dan oleh penyidik berkas perkara yang bersangkutan sudah dipenuhi sekaligus dikembalikan ke Kejaksaan Negeri Jayapura pada Senin (12/11). Dia mengutarakan, pihaknya akan mempelajari lagi berkas perkara Dany Kogoya Cs sudah dipenuhi sesuai petunjuk dari Kejaksaan Negeri. “Kalau sudah dipenuhi akan di-P21-kan untuk selanjutnya tersangka dan barang buktinya diserahkan ke Jaksa,” tandasnya.

Terpisah, Kapolres Jayapura Kota AKBP Alfred Papare, SIK membenarkan adanya petunjuk dari Kejaksaan Negeri Jayapura untuk ditambahkan pasal makar pada kasus Dany Kogoya Cs.

Menurutnya, dugan makar juga didukung dengan alat bukti yang disita pihak kepolisian.

“Ada barang bukti juga yang mengarah ke makar. Dan itu bisa menguatkan petunjuk Kejaksaan,”

katanya. (mdc/don/l03)

Rabu, 14 November 2012 08:30, Binpa

Jenazah Anggota Polisi Dievakuasi ke Serui

Paulus Waterpauw
Paulus Waterpauw
JAYAPURA –Jenazah Bripda Jefry Runtuboy (23) yang diduga tewas ditembak kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) ketika melaksanakan pengamanan pengaspalan di Kampung Milineri, Distrik Wenam, Kabupaten Tolikara, Senin (10/9) sekitar pukul 11.30 WIT, beberapa jam kemudian dievakuasi sekaligus dikebumikan di kampung halamannya di Serui.

Hal ini dikemukan Wakapolda Polda Papua Brigjen Pol Drs. Paulus Waterpauw ketika dikonfirmasi usai memimpin rapat Internal dengan pejabat teras Polda Papua di ruang Cenderawasih, Mapolda Papua, Jayapura, Selasa (12/9). Terkait penyelidikan dugaan kasus penembakan ini, dia mengatakan, Polres Tolikara akan diback- up Reskrim Polda Papua.

Menurut keterangan saksi yang diperiksa Polres Tolikara diduga pelaku penembakan berjumlah 5 orang dengan mengenakan celana pendek. Namun demikian, pihaknya tak bisa menyebutkan pelaku penembakan itu dari salah satu kelompok tertentu. Pasalnya, Polisi bekerja sesuai keterangan saksi dan barang bukti yang ditemukan di lokasi penembakan tersebut.

“Andai saja pelaku penembakan mengaku bertanggung jawab atas aksi yang dilakukannya maka kami bisa segera mengungkap para pelaku penembakan,” ujar dia. Namun demikian, kata dia, Polres Tolikara dibantu Polda Papua kini sedang melakukan penyisiran sampai ke hutan guna memburu pelaku penembakan tersebut.

Terkait penembakan itu, kata dia, Polda Papua belum memiliki rencana menambah jumlah personil ke Tolikara, tapi pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap anggota polisi yang akan melakukan pengamanan pada setiap objek-objek vital di seluruh Papua dan Papua Barat.

Ditanya motivasi perampasan senjata laras panjang jenis SS1-milik korban yang dirampas, ungkap dia, para pelaku ingin memiliki senjata dan berusaha merampas senjata milik anggota Polres Tolikara dan kemudian melarikan diri ke arah hutan belantara. (mdc/don/l03)

Diduga Pelakunya Anak Goliat Tabuni

JAYAPURA – Polres Puncak Jaya masih menggelar olah TKP di Jembatan Besi Distrik Tingginambut lokasi penghadangan dan penembakan konvoi pengangkut logistik. Sementara sopir truk atas nama Tilu alias Kasera yang tertembak dalam insiden itu, sudah berhasil dievakuasi ke RSUD Jayapura. Sedangkan pelakunya diduga anak dari Goliat Tabuni, pimpinan OPM Puncak Jaya.

Juru Bicara Polda Papua Kombes Johanes Nugroho Wicakson saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis 30 Agustus mengatakan, olah TKP yang dilaksanakan Polres Puncak Jaya dibawah pengawalan sejumlah anggota Brimob. “Hari ini dilakukan olah TKP dalam pengawalan ketat personil Brimob. 2 truck berisi sembako dan bahan bangunan yang dibakar juga sudah dievakuasi ke Mulia ibukota Puncak Jaya,” ujar Johanes.

Menurut dia, pihaknya juga masih terus melakukan pengejaran terhadap para pelaku penembakan dan pembakaran. “Sambil meminta keterangan sejumlah saksi, Polisi dibantu TNI masih memburu para pelaku,” tandasnya.

Lanjut Johanes, penghadangan, penembakan serta pembakaran 2 truck terjadi, saat sekitar konvoi 30 truck yang mengangkut bahan makanan dan bangunan melintas di lokasi kejadian. “Ada 30 truck yang melintas Tingginambut, datang dari Jayawijaya dengan tujuan Mulia, mengangkut Sembako dan bahan bangunan untuk keperluan masyarakat Mulia. Kemudian dihadang, dan ditembaki yang mengakibatkan satu orang terluka,” jelasnya.

Pasca penembakan dan pembakaran, sambung dia, saat ini aparat keamanan masih siaga di sepanjang ruas jalan trans Wamena-Mulia. “Aparat gabungan TNI-Polri masih siaga, namun untuk sementara diperkirakan belum ada konvoi yang berani melintas,” terangnya.

Mengenai kelompok pelaku, kata Johanes, pihaknya masih menyelidikinya. “Memang Tingginambut adalah wilayahnya Goliat Tabuni pimpinan OPM Puncak Jaya, tapi Polisi belum berani menduga mereka, karena polisi selalu berbicara sesuai fakta, jadi kami sebut mereka OTK,”tegasnya.

Sementara dari keterangan saksi yang melihat langsung peristiwa penembakan dan pembakaran, namun namanya enggan disebut, pelaku menembak dari jarak 3 meter. “Jarak tembak hanya 3 meter, senjata yang digunakan AK 47,”ungkap dia.
Lebih lanjut kata dia, diduga pelaku adalah anak Goliat Tabuni. “Informasinya pelaku itu tak lain anak Goliat Tabuni,”tukasnya.

Mengenai motif penembakan, diduga karena permintaan dana dan semobako untuk kelompok OPM belum diberikan oleh sopir Lajuran yang biasa melintasi tran Wamena-Mulia. “Mungkin mereka marah, karena belum terima dana dan sembako,”terangnya. (jir/don/l03)

Penyerbuan Markas OPM, Kebijakan Pusat

Kamis, 22 Desember 2011 22:12

Merah Putih berkibar pasca penyerbuan markas OPM di Pania.
Paniai – Terkait aksi penyerangan dan pendudukan markas OPM di Eduda
Paniai Papua, oleh pasukan Brimbo Mabes Polri, Bupati Paniai Naftali Yogi
memastikan kondisi wilayahnya sampai saat ini aman dan terkendali.
‘’Paniai aman dan kondusif, aktivitas warga berjalan dengan baik dan
lancer pasca pendudukan markas OPM Eduda. Warga juga tidak resah lagi dari
gangguan kelompok bersenjata itu,’’ujar Bupati kepada wartawan di ruang
kerjanya, Kamis 22 Desember.

Lanjutnya, pihaknya juga memastikan tidak ada korban warga sipil dalam
aksi penyerangan dan pendudukan itu. “Memang warga sempat resah tapi tidak
ada pertumpahan darah,’’ungkapnya.

Mengenai sikap Pemda Paniai terhadap aksi penyerangan itu, kata dia,
sepanjang itu dilakukan secara Persuasive, professional, terukur serta
dipastikan tidak menimbulkan korban jiwa dari warga sipil, sangat
mendukung. ‘’Yang penting warga sipil harus dilindungi dan itu tidak bisa
ditawar-tawar,’’paparnya.

Bupati melanjutkan, aksi penyerbuan dan pendudukan markas OPM Eduda oleh
Brimob, adalah kebijakan pemerintah pusat, karena selama ini Paniai
dianggap salah satu kantong dan tempat beroperasinya kelompok OPM.
‘’Ini kebijakan pusat bukan pemerintah kabupaten atau provinsi, Paniai
dianggap salah satu wilayah rawan kelompok separatis, sehingga ada
kebijakan penyerangan terhadap kantong-kantong mereka,’’ucapnya. Terkait
keresahan warga, terutama akan adanya aksi balasan dari OPM, Bupati
menyatakan, pihaknya akan berupaya melindungi warga. ‘’Sudah kewajiban
pemerintah melindungi warganya dari gangguan kelompok OPM,’’singkatnya.
Namun, kata Bupati, keresahan warga tidak terlepas dari trauma masa lalu,
dimana, Paniai sempat dijadikan salah satu wilayah DOM. ‘’Ketakutan warga
masih terngiang sampai sekarang, jangan sampai daerahnya dijadikan DOM
lagi,’’tandasnya.

Dari pantauan langsung, sepuluh hari pasca penyerangan dan pendudukan
Markas OPM Eduda, situasi Paniai kondusif, warga terlihat beraktivitas
tanpa merasa ketakutan.

Markas OPM Eduda berdiri sejak tahun 1982, dibawah pimpinan Tadius Yogi.
Namuna semenjak Pimpinan dialihkan kepada anaknya John Magay Yogi,
kelompok ini kerap melakukan serangkaian aksi. Seperti merampas senjata
api milik Polisi, membakar jembatan dan memeras serta merampas harta warga
kampong. Kekuatan OPM Eduda diperkirakan 800 personil, setelah Markasnya
diduduki, sampai saat ini tidak diketahui kemana berpindah markas. Pasukan
Brimob masih terus melakukan pengejaran. (jir/don/l03)

Dari Rekonstruksi Kasus Pembunuhan di Nafri

Suasana rekonstruksi kasus pembunuhan Nafri, tanggal 2 Agustus 2011.
Suasana rekonstruksi kasus pembunuhan Nafri, tanggal 2 Agustus 2011.
JAYAPURA- Masih ingat dengan kasus penghadangan disertai pembunuhan yang diduga dilakukan kelompok TPN/OPM dengan menewaskan 5 orang, termasuk salah satunya anggota TNI di Tanjankan Kampung Nafri, 2 Agustus lalu? Kasus yang sempat membuat situasi kurang kondusif saat itu, kini masih dalam proses penyidikan oleh kepolisian Polres Kota Jayapura. Untuk melengkapi BAP, Senin (10/10) kemarin dilakukan rekonstruksi (reka ulang) kejadian tersebut di Tempat Kejadian Peristiwa (TKP). Rekonstruksi dimulai sekitar pukul 14.30 WITdi Gunung Nafri dan sempat memacetkan lalulintas, lantaran perhatian warga tertuju pada rekostruksi pembunuhan dan penikaman sadis tersebut.

Dalam rekonstruksi ini melibatkan 18 tersangka dengan 25 adegan yang diperagakan anggota Reskrim Polres Jayapura Kota dengan keterangan langsung dari salah satu tersangka berinisial PK, yang saat itu dibawa ke TKP.

Dalam rekonstruksi, 18 anggota Reskrim Polres Jayapura Kota melakukan adegan mulai dari awal tersangka masih berada di dalam semak- semak dan merencanakan sampai akhirnya melancarkan aksinya dengan melakukan pembacokan dan penembakan terhadap warga dan anggota TNI yang sementara melintasi jalan Gunung Nafri tersebut.

Rekonstruksi tersebut berlangsung selama dua jam dengan 25 adegan , melibatkan badan jalan utama Koya ke Kota di gunung Nafri yang mengakibatkan kemacetan dari arah Nafri ke Koya dan juga sebaliknya . Lalulinta sjadi macet, karena ada beberapa adegan harus dilakukan dengan memalang jalan menggunakan batang pohon kayu, sebagaimana aksi para pelaku yang sebenarnya.

Rekonstruksi ini dipimpin Kabag OPS Kompol Junoto SIK, Kasat Reskrim Polres Jayapura Kota, AKP I Gusti Gede Era Adhinata, serta Kapolsek Abepura, Kompol Ari Sandy Sirait . Sayang mereka enggan memberikan keterangan kepada wartawan seputar rekonstruksi tersebut.(cr32/don/l03)

Danny Kogoya Jadi Target

Kapolda Papua Irjen Pol Drs BL Tobing saat memberikan keterangan pers
Kapolda Papua Irjen Pol Drs BL Tobing saat memberikan keterangan pers

JAYAPURA—Danny Kogoya, yang disebut-sebut sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), kini menjadi target penyergapan aparat. Kapolda Papua Irjen Pol Drs BL Tobing menegaskan, estimasi yang dilakukan pihaknya untuk memburu dan menangkap Danny Kogoya yang kini buron perlahan terkuak pasca penangkapan 21 orang (bukan 13 orang, Red) yang diduga pelaku penembakan di Tanjakan Kampung Nafri, Selasa (2/8) yang menewaskan seorang anggota TNI dan 3 warga sipil, serta pembunuhan terhadap seorang sopir angkutan sekaligus pembakaran kendaraan di Skyland pada 7 Juni 2011. Dari jumlah tersebut 2 pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka masing masing EK dan PK melalui operasi Gabungan TNI/Polri di Kampung Horas Gunung Skyland, Jayapura, Selasa (30/8) pukul 05.30 WIT.

Danny Kogoya selama ini masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polda Papua. Pasalnya, pada suatu kesempatan ia mengaku sebagai pelaku penembakan di Tanjakan Kampung Nafri.

Demikian Kapolda Papua Irjen Pol Drs BL Tobing ketika menyampaikan keterangan di Aula Cenderawasih, Mapolda Papua, Jayapura, Rabu (31/8). Kapolda menandaskan, saat diperiksa aparat PK mengaku terlibat aksi penembakan di Kampung Nafri dan pembunuhan seorang sopir taksi dan pembakaran kendaraan di Skyland.
Kapolda menjelaskan, pihaknya telah memeriksa 21 saksi dan menyita sejumlah dokumen. “Tunggu aja nanti kalau ketemu lagi yang berikutnya. Saya baru melangkah,” tandasnya.
Karena itu, lanjutnya, pasca penanggakan 2 pelaku ini dapat mengungkap pelaku pelaku yang lain.
“Kita akan terus melakukan penyisiran dan pengejaran terhadap pelaku yang lain. Saya selalu katakan sabar menunggu,” urainya sembari memohon agar media massa menyampaikan informasi terkait drama penangkapan ini secara obyektif dan positif.

“Dari satu ini mudah mudahan lebih cepat kita menguraikan, sehingga apa apa yang didambahkan masyarakat bisa dilakukan dengan baik.”

Dijelaskan, pihaknya tak mentolerir setiap peristiwa kejahatan yang melibatkan siapapun di Tanah Papua ini, apalagi tindakan melanggar hukum.

Senada dengan itu, Kapolresta Jayapura AKBP Imam Setiawan SIK menegaskan, Tim Gabungan TNI/Polri berjumlah 115 personil dipimpin Kapolresta Jayapura melakukan operasi pengejaran dan penangkapan terhadap kelompok TPN/OPM di Bukit Skyland yang diduga terlibat aksi penembakan dan kekerasan di Tanjakan Nafri pada 1 Agustus 2011 yang menewaskan 4 orang dan tindakan pidana pembunuhan serta pengrusakan sebuah kendaraan dengan cara dibakar yang terjadi di Tanjakan Skyland pada 7 Juni 2011 yang menewaskan seorang sopir taxi Anselmus Seran.

Dalam operasi tersebut dapat ditangkap salah satu dari 21 pelaku pembunuhan yang terjadi di Tanjakan Kampung Nafri dan pembunuhan di Tanjakan Skyland dengan inisial PK dan EK.

Dikatakan Kapolresta, dalam drama penangkapan tersebut selain barang bukti juga ditemukan dokumen yang jumlahnya sangat besar, tapi dokumen tersebut tak bisa disampaikan karena masih dipelajari. Barang bukti 4 peluru Jenis 12 Chaos yang identik dengan peluru yang digunakan saat insiden penembakan Nafri Jilid II serta sebuah buku diary kepunyaaan Danny Kogoya. (mdc/don/l03)

BintangPapua.com, Jumat, 02 September 2011 17:10

Baku Tembak Hentikan Upacara Bendera, Bupati Paniai Kecewa

Pengibaran Bendera Kolonial Indonesia
Pengibaran Bendera Kolonial Indonesia

JUBI — Bupati Kabupaten Paniai, Naftali Yogi, menyayangkan adanya aksi penembakan di saat sedang berlangsung upacara bendera dalam rangka memperingati hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Lapangan Soeharto, Enarotali, Rabu (17/8).

“Kenapa bisa begitu ya? Kalau ada persoalan, mari kita bicara baik-baik. Saya sangat kecewa dengan penembakan tadi,” katanya saat pertemuan Muspida plus, siang tadi.

Suara tembakan terdengar sekitar pukul 09.30 WIT saat Bendera Sang Saka Merah Putih sedang dikerek petugas Paskibra. Belum sempat membacakan pidato, upacara bendera terpaksa dihentikan, peserta langsung bubar. Mereka berlarian ke Kantor Koramil dan Polsek Paniai Timur, tak jauh dari Lapangan Soeharto, tempat upacara bendera berlangsung.

Kapolres Paniai, AKBP Jannus P Siregar membenarkan adanya penembakan pada dini hari di sekitar kawasan Madi. Saat upacara, selain dari arah Bukit Bobaigo di tepian Danau Paniai, beberapa tembakan juga terdengar dari kawasan perbukitan Enarotali.

Kapolres menambahkan, beberapa jam sebelumnya terjadi aksi “baku tembak” di Madi, tepatnya di sekitar Pagepotapuga dan Uwibutu. “Situasi keamanan Paniai sejak beberapa hari lalu tidak kondusif, ada isu penyerangan. Tetapi kami jamin daerah ini tetap aman,” ujarnya.

Beredarnya isu perang antara TPN/OPM yang bermarkas di Eduda dengan pihak aparat keamanan di Paniai membuat warga ketakutan dan sebagian besar memilih pulang ke kampungnya. Rasa tidak aman makin bertambah dengan banyaknya kabar miring yang tidak jelas, berkembang dari mulut ke mulut maupun melalui handphone (SMS).

Menyikapi hal itu, pimpinan Gereja Katolik dan Kingmi bersama komponen masyarakat serta aktivis HAM di Paniai, Senin (15/8) mengeluarkan “Surat Gembala” sebagai bentuk keprihatinan terhadap situasi keamanan yang sangat meresahkan warga masyarakat sehubungan rencana “perang” tersebut. Dalam surat itu dihimbau agar rencana perang itu jangan sampai mengganggu umat Tuhan yang ada di wilayah Kabupaten Paniai.

Hingga berita ini dilaporkan, situasi Paniai secara umum sudah aman. Tadi sore beberapa orang terlihat di jalan raya, selain membicarakan kejadian yang menegangkan, sebagian rupanya hendak belanja. Tapi, pasar masih lumpuh, kios-kios juga sudah tutup. Beberapa kios yang membuka pintu, langsung diserbu warga untuk membeli keperluannya. (J/04)

OTK Kembali Berulah di Nafri

BARANG BUKTI : Kapolres Jayapura Kota bersama Kabag Ops, dan Kasubag Humas saat menggelar barang bukti dari hasil penyisiran yang
BARANG BUKTI : Kapolres Jayapura Kota bersama Kabag Ops, dan Kasubag Humas saat menggelar barang bukti dari hasil penyisiran yang
JAYAPURA [PAPOS]- Masih jelas dalam ingatan kita, peristiwa penembakan oleh Orang Tak Dikenal [OTK] terhadap warga sipil di Nafri Distrik Abepura beberapa waktu lalu. Dalam kurun waktu 15 hari ini saja sudah tiga kali terjadi penembakan. Seperti yang terjadi di Nafri Jayapura, Senin [15/8] malam sekitar pukul 19.00 Wit.

Aksi penembakan yang dilakukan OTK ini selama bulan Agustus dua bulan terakhir ini. Tadi malam dua angkutan umum dan satu unit motor Supra X 125 ikut menjadi sasaran penembakan dari belakang saat melintas di wilayah itu.

Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa, hanya meninggalkan enam lubang pada salah satu mobil. Penembakan kali ini jadi sasaran adalah, 2 unit mobil Taxi Carry jurusan Abepura-Abepantai ditembak dari arah depan mengenai Taksi Carrry warna biru DS 7540 AD yang dikendarai oleh Udin (23), tepatnya pada bagian pintu depan sebelah kanan tembus Dashboar dan Taksi warna putih DS 7416 JK yang dikendarai oleh Safrudin [35] mengenai kaca bagian depan yang diperkirakan enam kali tembakan.

Dari data yang dihimpun Papua dilokasi kejadian, penembakan bermula ketika Taksi Carry warna biru dari arah Abepantai tujuan Abepura berpenumpang 5 orang dalam perjalan tak jauh dari penembakan sebelumnya, tiba-tiba keluar tembakan dari arah kanan dengan menembak pintu depan tembus Dashboar dekat sopir.

Secara bersamaan pula datang seorang tukang ojek bernama, Junianto [26] dengan menggunakan sepeda motor Honda Supra X 125 DS 5087 AH tengah membawa penumpang bernama Marinus Wanimbo ikut juga ditembaki dari arah depan. Beruntung, tembakan itu tidak mengenai mereka.

Beberapa menit kemudian, para pelaku kembali menembaki taksi warna putih yang dikendarai oleh Safrudin berpenumpang sebanyak 7 orang itu dari depan, tepatnya mengenai kaca hingga pecah dan tembakan itu diperkirakan 6 kali tembakan.

Dengan adanya kejadian tersebut, para pengendara langsung menuju Pos Pol Tanah hitam untuk melaporkan kejadian yang dialami mereka. Begitu mendapat informasi, anggota Polsek Abepura Kota bersama Polres Jayapura Kota dan Polda Papua langsung bergerak menuju lokasi kejadian untuk mengejar para pelaku.

Demikian juga begitu aparat tiba dilokasi langsung menyisir daerah gunung tanah hitam yang diduga tempat pelarian para pelaku, namun pelaku tidk ditemukan karena sudah melarikan diri usai melakukan penembakan itu.

Sementara pengendara mobil langsung dibawa ke Mapolsek Abepura untuk dilakukan pemeriksaan oleh Penyidik Reskrim bersama dua unit mobil Taksi Cary yang terkena tembakan itu.

Menurut keterangan saksi, salah seorang sopir bernama Safrudin di lokasi kejadian mengatakan, dirinya dari arah Abepantai hendak menuju Abepura, tiba-tiba kaca depan mobil yang dikendarainya ditembak dari arah kiri gunung.

“Awalnya saya kira bukan suara tembakan, namun setelah penumpang berteriak, baru saya sadar bahwa itu tembakan, sehingga saya langsung tancap gas dan melaporkan kejadian ke Pos Pol Tanah hitam,” kata Safrudin.

Sementara dari Marinus Wanimbo salah satu penumpang ojek mengaku bahwa tembakan itu didengar dari arah Gunung sebelah kiri. “Waktu, saya naik ojek dari Abepantai menuju Pasar Youtefa menggunakan ojek tujuan mengambil kaset ke pasar, tiba-tiba ada bunyi tembakan dari kiri mengenai mobil taksi tersebut,” paparnya.

Mendengar tembakan itu, Marinus langsung menyuruh tukang ojek kebut dan perjalanan menyuruh para pengendara dari Abepura untuk tidak lewat karena telah terjadi penembakan di Abepantai.

Marinus mengakui bahwa tembakan yang didengar itu sebanyak 3 kali dan pelaku tidak diketahui sama sekali. “Dari suara tembakan yang saya dengar, ada bunyi angin di depan topi saya dan saya pikir itu peluru,” ujarnya.

Ketika dikonfirmasi ke Kapolres Jayapura Kota, AKBP H Imam Setiawan SiK pihaknya belum bisa memberikan keterangan terkait penembakan itu. “Nanti dulu, satya belum bisa bicara karena kejadiannya saya belum tahu,” katanya sambil mengecek 2 unti mobil yang terkena tembakan itu. [loy]

Written by Loy/Papos
Tuesday, 16 August 2011 01:17

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny