Sederet Kematian: Pemimpin Papua Era pemerintah Republik Indonesia: 2016-2021

Semua manusia di dunia ini tidak luput dari kematian. Semua orang yang mengalami kelahiran pasti mengalami kematian.

Menyusul kematian oleh kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa. Semua orang mengalami kematian. Kematian datang menjemput dengan berbagai cara: sakit penyakit, musibah, kecelakaan, bencana alam. Penyebabnyapun berbagai-macam. Ada penyebab alamiah, ada juga disebabkan oleh perbuatan manusia dengan sengaja. Walaupun akhirnya semua orang harus mati. Walaupun akhirnya Tuhan yang menentukan waktu lahir dan waktu mati. Cara dan pola kematian telah menimbulkan banyak terjemahan. Cara dan pola penanganan orang yang telah meninggal-pun menimbulakn banyak terjemahan.

Hari ini dunia di perhadapkan dengan penyakit global yaitu virus yang namanya korona (Covid-19). Tidak ada negara yang mampu mengatasi virus tersebut namun Tuhan masih memberikan anugrah untuk hidup di dunia. Di semua kawasan Melanesia dan Afrika, pengaruh Covid-19 tidak begitu banyak. Ada banyak orang berpendapat bahwa hutan yang masih utuh dan matahari yang bersinar baik di tempat kita ialah dua faktor penentu kita tidak mudah terserang Covid-19.

Dengan demikian setiap manusia perlu hidup dan melayani sesuai karunia yang di berikan oleh Tuhan.

Belakangan ini di wilayah Papua banyak Pemimpin Orang Asli Papua (POAP)yang mati akibat perbuatan manusia, baik itu segaja maupun tidak sengaja, semua kematian itu seakan-akan diiklaskan saja tanpa diselidiki penyebab kematian mereka. Artinya kematian yang di alami POAP menjadi kematian biasa saja.

Berikut ini daftar kematian misterius, beberapa Pemimpin Papua dalam Pemerintahan Republik Indonesia. Kematian mereka selama ini penuh kecurigaan terhadap berbagai kepentingan politik lokal maupun Nasional. Biarlah pembaca sendiri yang menilai dari sudut pandang masing-masing.

  1. Bupati Yalimo Er Dabi meninggal dunia saat menjalankan tugas, 7 Desember 2016 di Timika, akibat kematian tidak jelas
  2. Bupati Mamberamo Raya Periode 2011-2016, Demianus Kyeuw-Kyeuw SH, MH meninggal dunia pada hari Selasa (12/maret/2019), di Jayapura akibat “serangan jantung”
  3. Mantan Gubernur Provinsi Papua Barat, Brigadir Jenderal Marinir Abraham Octavianus Atururi meninggal di Papua Barat, Jumat, 20 September 2019. Akibat meninggal sakit, tapi keterangan kematian tidak jelas.
  4. Mantan Bupati Sorong selama dua periode (1997-2007), Dr. Jhon Piet meninggal hari Senin 18 Maret 2019, di sorong, akibat kematian tidak di ketahui
  5. Bupati Keerom Celsius Watae dikabarkan tutup usia pada pukul 14.20 Rabu (10/januari 2018) di Rumah Sakit Polri Bhayangkara, Kotaraja, Kota Jayapura. Akibat serangan Jantung
  6. Wakil Bupati maybrat Paskalis Kocu meninggal dunia pukul 08.00 WIT di kediamannya di sorong, Selasa (25/8/2020). Akibat kematian terjatu tiba-tiba dan tidak sadarkan diri.
  7. Bupati kabupaten Boven Digoel, BenediktusTambonop, ditemukan meninggal dunia, Senin (13/01/2020 di salah satu hotel bintang lima kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, akibat kematian tidak diketahui dengan jelas.
  8. Bupati Nduga, Yairus Gwijangge meninggal pada Minggu (15/11/2020) di jakarta. Akibat kematian karena sakit tapi tidak di jelaskan secara terperinci alias tidak jelas.
  9. Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Herman Asaribab meninggal dunia pada hari Senin (14/12/2020) di Jakarta Pusat, akibat kematian Tidak Jelas
  10. Mantan Bupati jayapura Habel Melkias Suwai meninggal dunia kamis 3 september 2020 di Jakarta, akibat “Serangan jantung”
  11. Wakil Gubernur Klemen Tinal meninggal dunia di RS Abdi Waluyo Menteng, Jumat (21/5/2021) di Jakarta, akibat meninggal tidak jelas alias di duga dibunuh.
  12. Mantan Bupati Biak Numfor Yusuf Melianus Maryen,S.Sos. MM meninggal dunia, Jumat (23/7/2021) di Biak, akibat kematian Sakit tapi tidak di jelaskan secara terperinci.
  13. Alex Hesegem, mantan Wakil Gubernur Papua periode 2006-2011, meninggal di RSUD Jayapura, Minggu (20/Juni/2021). akibat sakit penyakit, seperti pneumonia dan diabetes melitus.
  14. Mantan Bupati Yahukimo, Abock Busup, karena sakit,” kata Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan kepada wartawan, Minggu (3/10/2021), di Jakarta. Akibat kematian tidak jelas.

Kematian seluruh pemimpin Papua bagaikan gugur dalam musiman.

Yang menjjadi pertanyaan: Mengapa mereka dibunuh seperti ini?

Mengapa cara kematian mereka hampir sama modus operandinya, yaitu penyakit serangan jatung?

Mengapa tempat kematian mereka selalu di Jakarta?

Holandia 04 oktober 2021 by, JW, dimofikasi PMNews

Ini Alasan Keluarga Martinus Yohame di Sorong Tolak Otopsi

Sorong, 5/9 (Jubi) – Kepala Suku Masayarakat Jayawijaya Wilayah Sorong Raya, Pdt. Kias Kogoya mengemukakan, mengapa keluarga besar Alm. Martinus Yohamen yang merupakan Ketua KNPB Sorong yang ditemukan tewas, Selasa (26/8) menolak jasadnya untuk diotopsi pihak kepolisian.

“Karena pihak kelaurga Martinus, yaitu bapak dan ibunya di Jayawijaya telah merelahkan kepergian anaknya dan kematian almahurm. Sebab ini meruapakan kosenkuensi dari perjuangan Papua merdeka,” kata Kogoya.

Kogoya mengakui, sebagai kepala suku, dirinya tak dapat mengintervensi keluarganya untuk harus melakukan otopsi bagi jasad Martinus.

“Saya hanya sebatas kepala suku, sayang tak bisa mengintervensi keluarganya. Sebab keluarganya sudah rela kematian Alm. Martinus Yohame. Bahkan oran tuanya sudah di sumpah untuk almarhum menjalankan perjuangan ini,”

jelasnya.

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Plt. Ketua KNPB Sorong Raya, H. Heselo. Bahkan menurut Heselo, dirinya selaku ketua sementara mengakuai, polisi sebenarnya meminta mereka ijin untuk melakukan otopsi jasad Alm. Martinus Yohame. “Tapi kami tolak, karena ini sudah jelas penculikan dan pembunuhan terencana. Kami bilang kenapa tidak otopsi sewaktu jenasah masih di kamar mayat, padahal kami sudah bawa pulang untuk kubur,” katanya.

Sekadar diketahui, jenasah Alm. Martinus Yohame dibawa keluarga bersama massa KNPB Sorong Raya pada Selasa (26/8) sore ke rumah kediaman almarhum yang terletak di Jalan F. Kalasuat Malanu Kampung, Kompleks Universitas Kristen Papua. Lalu dimakamkan di Pekuburan Umum Kilometer 10 Kota Sorong, Rabu (27/8) sore. (Jubi/Nees Makuba)

Penulis : Ness Makuba on September 5, 2014

Komnas HAM Papua: Mayat Misterius itu Ketua KNPB Sorong Raya

JAYAPURA- Kendati Polda Papua belum merilis siapa identitas mayat yang ditemukan nelayan di pulau Nana, Distrik Doom, Kabupaten Sorong, namun Komnas HAM perwakilan Papua, telah mendapatkan informasi soal pembunuhan terhadap mayat tersebut, bahwa mayat tersebut merupakan Ketua KNPB Sorong Raya Martinus Yohame.

Pasalnya PLT.Kepala Kantor Perwakilan Komnas Ham Papua Frits Ramandey mengungkapkan bahwa pihaknya menerima pengaduan yang diberikan oleh anggota KNPB sorong ke Komnas HAM Papua, sejak 26 Agutus lalu ada mayat yang ditemukan dimasukkan ke dalam karung, di ikat kaki dan tangan.

Oleh sebab itu, Frits meminta, agar Polda Papua melalui Polres Sorong harus berhasil mengungkap kasus ini, siapa otak dibelakang pembunuhan sadis ini.

“Kita mendapatkan informasi dari anggota KNPB Sorong, mereka juga menceritakan sebelumnya tanggal 19 Agustus, yang bersangkutan (Martinus Yohame), masih ada, dan memberikan keterangan pers, dan pernyataan terkait dengan kunjungan Presiden SBY ke Sail Raja Ampat,”

ungkapnya, saat ditemui di ruang kerjanya,Kamis (28/8),kemarin.

Lanjut Frits ramandey, bahwa sejak yang bersangkutan usai memberikan keterangan pers, 19 Agustus lalu, sejak saat itulah yang bersangkutan tidak ada lagi sampai ditemukan di Pulau Nana, Distrik Doom, tepatnya hari Selasa (26/8) lalu. “Kita lihat motif pembunuhan ini, maka dilakukan oleh kelompok terlatih,”tuturnya.

Frits Ramandey menjelaskan mengapa kasus ini menjadi konsentrasi dari Komnas HAM Papua, karena kejadian ini berkenan dengan kendatangan Presiden SBY di Sorong, maka Martinus Yohame, sebagai aktivis yang memberikan keterangan pers terkait dengan kedatangan Presiden. Dan ini wajar dimana ketika ada kunjungan dari tokoh negara, sering ada keterangan pers atau aksi, untuk mengingatkan Presiden terkait dengan kondisi HAM dan lingkungan. “Jadi ini sebenarnya hal yang baik, dalam rangka mengingatkan negera terkait dengan kondisi di Papua Barat,” tuturnya.

Frits, melihat dari rentetan peristiwa, dimana tanggal 19 Agustus yang bersangkutan memberikan keterngan pers, tanggal 26 Agustus ditemukan tewas, karena itu terkait dengan undang-undang no.39 tahun 1999, tentang HAM pasal 33, dimana setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa, jadi jika kondis ini dibiarkan, maka akan sama dengan kasus-kasus sebelumnya pada periode orde baru, atau sebut saja seperti kematian Theis Hiyo Eluai.

“Kita minta agar Polda Papua melalui Polres Sorong, untuk segera mengungkap, siapa dalangnya,”Dalam waktu dekat, jika tidak maka, akan memalukan institusi Polri,” tukasnya.

Bahkan kata Frits, jika ini dibiarkan lagi, maka akan menjadi preseden buruk bagi kondisi HAM di Papua, terutama terhadap para aktivis, dimana masyarakat internasional akan menilai jika negara tidak memberikan perlindungan kepada aktivis.

Sementara itu mayat seorang warga yang diduga Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Sorong Raya, Marthinus Yohame, akhirnya gagal diotopsi setelah Kepala Suku Wamena yang ada di Sorong, Tias Kogoya, mengambil jenazah tersebut untuk kemudian dilakukan pemakaman di Taman Pemakaman Umum Kilo 10 Sorong, Rabu (27/8) kemarin.

Dengan tidak dilakukannya otopsi ini, otomatis pihak kepolisian akan kesulitan mengungkap penyebab pembunuhan mayat yang diduga bernama MY tersebut. Namun demikian, Kabidhumas Polda Papua, Kombes Pol Sulistyo Pudjo tidak memberikan sinyal bahwa kasus tersebut akan dihentikan penyelidikannya meskipun akan semakin sulit.

“Kemarin beberapa orang yang mewakili keluarga korban dan dipimpin kepala suku mereka datang ke Polres Kota Sorong. Mereka bertemu Kapolres dan Kasat Reskrim dan menyatakan menolak dilakukan otopsi. Padahal polisi menjelaskan kepada keluarga, otopsi adalah syarat mutlak dalam proses penyelidikan kasus dugaan pidaan penyebab, waktu dan modus, dan bukti-bukti di badan korban harus ditentukan dari otopsi,”

kata Pudjo kepada wartawan di ruangannya, Kamis (28/8).

Sebagaimana yang telah diberitakan sebelumnya bahwa dari otopsi itu bisa ketahui penyebab kematian korban, apakah karena dipukul dengan benda tumpul, terkena sabetan atau tikaman benda tajam atau bahkan bisa diketahui bahwa korban ditembak dan lain-lain.

“Nanti nanti kalau dihentikan penyidikannya, kasus yang bisa dihentikan itu pertama karena tidak cukup bukti, kasusnya telah kadaluarsa, atau tersangka ternyata telah meninggal dunia. Nah untuk kasus ini belum bisa diarahkan ke sana, jangan-jangan nanti tersangkanya muncul, ada, jadi tidak bisa begitu saja dihentikan,”tambahnya.

Mengenai pihak keluarga dan kepala suku yang sudah mengambil mayat korban atas nama keluarga sehingga bisa disebutkan bahwa korban adalah Marthinus Yohame, Kabidhumas masih belum meyakininya. Pasalnya, kata Kabidhumas, pihak keluarga bisa saja menduga namun pihak kepolisian harus berdasarkan fakta dan data. Jika berdasarkan ciri fisik yang terlihat, memang keluarga korban merasa bahwa mayat tersebut adalah MY.

“Tidak bisa dipastikan karena sudah berapa lama dalam air. Tentu proses penyelidikan dan penyidikan sangat terhambat. Namun kita masih akan melakukan penyelidikan, polisi menyidik bersifat profesional yakni harus berdasarkan bukti, bukan hanya informasi,”

tandasnya.(cak/rib/wen

Jum’at, 29 Agustus 2014 , 23:17:00, CEPOS

Ketua KNPB Tewas, KontraS Duga Pembunuh Bukan Sipil

KBR, Jakarta – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) menduga pembunuh Martinus Yohame, bukanlah masyarakat sipil biasa. Martinus Yohame adalah Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Sorong, Papua, yang ditemukan tewas di dalam karung dan mengambang di laut.

Ketua Kontras, Haris Azhar menilai, masyarakat sipil tidak mampu melakukan pembunuhan semacam itu. Bahkan KontraS mencatat orang-orang KNPB belakangan dijadikan target teror seperti pemukulan dan pembunuhan. Meski demikian dia enggan menyebutkan secara detail siapa dalang pembunuhan Martinus.

“Saya nggak tahu, tapi yang pasti punya alat kekerasan, informasi yang cukup, dan kemampuan untuk mendesain peristiwa seperti ini. Kan nggak mungkin orang biasa saja Kalau bentrok orang biasa maka asumsinya polisi bisa mengungkap, kalau polisi nggak bisa mengungkap berarti ini bukan masyarakat biasa,”

ujar Haris ketika dihubungi KBR, Kamis (28/8) malam.

Saat ini polisi masih meminta keterangan dari seorang saksi, yakni nelayan yang menemukan jasad Yohame. Kepolisian mengaku kesulitan untuk menyelidiki kasus ini karena minimnya saksi dan pihak keluarga Martinus yang menolak proses autopsi.

Editor: Pebriansyah Ariefana

Pembunuhan Ketua KNPB Masih Diselidiki

Sulistyo Pudjo HartonoJAYAPURA – Kepolisian Daerah Papua akan mendatangkan tim Labforensik dari Mabes Polri untuk mengungkap kasus pembunuhan Marthinus Yohame yang diduga sebagai Ketua KNPB Sorong Provinsi Papua Barat. Sebelumnya Jenazah korban ditemukan di perairan pulau Nana Dom, Selasa 25/8.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Komisaris Besar Sulistyo Pudjo Hartono, S.Ik, ketika ditemui Bintang Papua di ruang kerjanya, mengungkapkan, identitas penemuan mayat di perairan pulau Nana Dom Kota, Sorong Provinsi Papua Barat hingga saat ini belum bisa dipastikan.

Guna mengungkap identitas korban, kata Pujdo, Polda Papua telah menyurat ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Markas Polri) untuk mendatangkan tim Labforensik guna melakukan identifikasi terhadap jenazah korban.

“Pengungkapan identitas dan apakah dibunuh kami kerjasama dengan Tim labforensik untuk menentukan identifikasi jenazah korban mulai dari identitas, kecocokan dengan keluarga, baik orang tua maupun adik atau kakak,” kata Pudjo, Rabu (27/8) kemarin.

Tidak hanya itu, kata Pudjo, akan mencocokkan gigi, ciri-ciri khusus dari tubuh korban, seperti tangan, jari, tanda-tanda di tubuh dan lain-lain serta akan mengecek DNA korban dan keluarganya itu sendiri.

“Dengan kehadiran tim Labforensik akan menentukan setelah dilakukan identifikasi dan juga memastikan apakah dalam tubuh korban dibunuh, ditikam ataukah luka dengan menggunakan senjata. Nanti biar tim yang menangani itu,”

jelas dia.

Selain melakukan kerjasama dengan Tim Labforensik, Polda juga akan melakukan kerjasama dengan pihak RSUD Kota Sorong, untuk segera melakukan otopsi.
Namun untuk melakukan upaya otopsi akan dibutuhkan dokter ahli otopsi yang memiliki sertifikat untuk melihat apakah yang bersangkutan dibunuh, terbunuh atau meninggal sebelum masuk air, dan Lain-lain.

Kemudian kerjasama dengan pihak keluarga, sebab berdasarkan pengalaman di daerah pulau Jawa, ada penemuan mayat satu orang bisa diklaim lebih dari 4 keluarga. “Ini kita tidak mau, sehingga kita minta kerjasama dari keluarga untuk mengijinkan dilakukan otopsi,” ujar Pudjo.

Disinggung apakah betul jenazah korban merupakan Ketua KNPB, Pudjo tidak bisa memastikan identitas ataupun merupakan Ketua KNPB. Sebab, polisi mengcek hasil DNA dan mengecek ciri-ciri secara pasti tubuh korban. “Silahkan kalau dia mengklaim Ketua KNPB, tapi polisi belum pastikan karena belum ada hasil identifikasi dari Tim Labfor,” katanya.

Pudjo berharap kepada seluruh masyarakat agar menyerahkan sepenuh kepada pihak kepolisian, sebab kasus ini jangan seperti kasus di Timika hingga mengakibatkan banyak korban jiwa.

“Kami juga minta kepada aparat hukum terkait seperti Jaksa, hakim membantu proses penyelidikan dan penyidikan untuk pemberkasan jika kasus ini jika sudah ada pelakunya, dalam arti bisa diproses lanjut,”

kata Pudjo. (Loy/don/l03)

Kamis, 28 Agustus 2014 07:29, Binpa

KNPB Serukan Duka Nasional Selama 3 Hari

JAYAPURA [KNPB]26 AGUSTUS 2014. Terkait penculikan dan pembunuhan terhadap ketua KNPB wilayah Sorong Martinus Yohame pada tanggal 20 Agustus dan ditemukan tewas mengenaskan di Rumah Sakit Umum kota sorong pada tanggal 26 Agustus 2014.

Ketua KNPB wilayah sorong diculik dan dibunuh secara sadis serta tidak manusiawi oleh Negara klonial tanpa menghargai hak hidup orang lain. Pembunuhan terhadap ketua KNPB wilayah sorong merupakan salah satu kejahatan kemanusian dilakukan oleh Negara terhadap Martinus Yohame.

Martinus Yohame adalah salah salah satu yang korban pembunuhan yang merupakan kejahatan Negara terhadap sejumlah atau pejuang Papua Merdeka pada umumnya dan lebih khusus terhadap Aktivis KNPB yang selaluh jadi korban kekerasan Negara.

Sejak KNPB dibentuk pada tanggal 19 November tahun 2008 sampai dengan saat tahun 2014 jumlah Anggota dan Pengurus KNPB pusat sampai dengan KNPB wilayah sorong sampai merauke berjumlah 29 Aktivis KNPB yang jadi Korban kejahatan Negara. Marinus Yohame ketua KNPB wilayah Sorong adalah korban yang ke 29 .

Penculikan dan pembunuhan terhada ketua KNPB wilayah secara misterius sebelum kujungan presiden Rebuplik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono (SBY ) dalam rangga peresmian acara Pembukaan Sail Raja Ampat di Waisai, Sabtu 23 Agustus 2014.

Selama 5 KNPB berjuang untuk menuntut Hak Penetuan Nasib sendiri ( SELF DETERMINATION ) bagi rakyat Papua Barat KNPB selalu menjadi korban kekerasan Negara tanpa menghargai hak hidup orang lain yang dijamin oleh Hukum nasional dan Hukum internasional terlebih lagi hak hidup yang diberikan oleh Allah sebagai pencipta Lagit dan Bumi termasuk Manusia, dengan demikian yang punya Hak mengambil nyawa Manusia Hanaya Tuhan.

Penculikan pembunuhan selama 5 tahun KNPB berdiri 29 Anggota dan pengurus KNPB pusat Maupun wilayah yang jadi Korban kekerasan Negara, dan hal ini merupakan genosida terhadap manusia Melanesia yang hidup di bumi cendrawasih.

Diketahui Sebelum Almarhum diculik pada tanggal 19 Agustus 2014 pukul 15.00 WPB melakukan konfrensi press dengan sejumlah wartawan di kota sorong. Ketua KNPB Martinus Yohame didampinggi Wakil Ketua KNPB, Kantius H. melakukan jumpa press dengan menghadirkan wartawan dari berbagai media cetak yang ada di sorong papua barat untuk meliput knfrensi press, dalam rangka kedatangan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono SBY. Pada kesempatan KNPB Menolak Kedatangan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) Di tanah papua”.

Makan Komite Nasional Papua Barat KNPB pusat menyeruhkan kepada seluruh wilayah KNPB sorong sampai merauke mengadakan Duka Nasional selama 3 Hari 27-29 Agustus 2014. Berikut adalah pernyataan sikap KNPB terhadap pembunuhan dan penculikan terhadap Ketua KNPB wilayah sorong Martinus Yohame.

1. Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) Gubernur Irian Jaya Barat (IJB) Gubernur Papua Kepala BIN , Pangdam Cendrawasih, Polda Papua segera bertanggung Jawab atas penculikan Ketua KNPB Wilayah Sorong MARTIMUS YOHAME;

2. Kami seluruh Pengurus dan KNPB wilayah sorong sampai merauke mendesak kepada Pangdam Polda Paua Kepala Bin Kopasus Segera bertanggung jawab Ketua KNPB Wilayah Sorong Martinus Yohame ;

3. Aparat TNI/POLRI, BIN, KOPASUS dan Intelejen Indonesia segera hetikan penculikan, Penagkapan, Teror Intimindasi Terhadap Seluruh Aktivis KNPB sorong sampai Merauke;

4. Mendesak Kapolres dan Dandim wilayah sorong segera bertanggung Jawab dan segera mengungkap pelaku pembunuhan dan penculikan terhadap ketua KNPB wilaya Sorong Martinus Yohame;

5. Mendesak Kepada Amesti Internasional, KOMNAS HAM Pusat dan Papua dan lembaga kemanusiaan lainya segera lakukan penjelidikan terhadap Penculikan Ketua KNPB wilayah Sorong Martinus Yohame.

Numbay, 27 Agustus 2014

BADAN PENGURUS PUSAT
KOMITE NASIONAL PAPUA BARAT (BPP-KNPB)

AGUS KOSAY ONES SUHUNIAP
Ketua I Sekertaris Umum

Tiga Orang Ditemukan Tewas Pasca Insiden Pasar Youtefa, Satu Ditembak

Jayapura, 4/7 (Jubi) Selain seorang Polisi atas nama Brigpol Asriadi dinyatakan tewas, tiga orang warga ditemukan tewas setelah insiden pembubaran judi di Pasar Youtefa yang terjadi pada hari Rabu (2/7).

Jumlah korban yang tewas dalam insiden ini dibenarkan oleh Kapolda Papua, Irjenpol Tito Karnavian, Kamis (3/7) kemarin. Mengutip situs antarasumbar.com, Kapolda belum mengetahui tiga dari empat orang yang tewas dalam insiden tersebut, selain anggotanya, Brigpol Asriadi. Tiga orang yang belum diketahui identitasnya ini, salah satunya tewas terkena tembakan polisi. Sedangkan dua lainnya ditemukan di lokasi yang berbeda dari korban yang tewas tertembak polisi. Tiga korban tewas ini, oleh polisi disebutkan sebagai warga Koya.

Korban yang tewas ditembak polisi ini, disebutkan oleh Kapolda karena berupaya menyerang Iptu Boby, polisi lainnya di sekitar Tanah Hitam. Korban tewas tertembak ini awalnya ditangkap polisi atas laporan warga di lokasi pasar Youtefa. Korban diduga terlibat perjudian di pasar Youtefa yang digerebek polisi pada hari Rabu (2/7). Saat dibawa ke Pos Polisi Tanah Hitam, korban melarikan diri dan bersembunyi di rumah warga. Masih menurut Kapolda Papua, seperti dilansir antarasumbar.com, saat mengejar korban yang akhirnya tewas ditembak ini, Iptu Boby dipukul dengan balok dan rantai sepeda oleh korban. Iptu Boby kemudian menembak korban sebagai upaya membela diri.

Polisi juga menyebutkan dua korban tewas lainnya, ditemukan di disekitar Pasar Youtefa setelah insiden pembubaran judi dua hari lalu. Identitas dan penyebab dua orang yang tewas ini tidak diketahui secara pasti.

Namun informasi lainnya yang dikumpulkan Jubi, menyebutkan paska insiden pembubaran judi ini, dua orang ditemukan tewas di KM 9 jalan menuju Koya. Kedua orang yang tewas ini diketahui bernama Asman Pahabol dan Yanus Pahabol. Namun tidak diketahui penyebab kematian kedua orang ini. Sedangkan satu orang lagi atas nama Vian Wetipo dilaporkan oleh beberapa mahasiswa di Perumnas III Waena hilang sejak hari Rabu, usai insiden di Pasar Youtefa.

Para mahasiswa asal Papua yang dihubungi Jubi ini, mengatakan beberapa saat setelah insiden di Pasar Youtefa ini, polisi menangkap beberapa rekan mereka di sekitar Putaran Taxi Perumnas III Waena. Mereka yang ditangkap ini antara lain, Hakul Kobak, Ono Balingga, Yandri Heselo, Ronal Wenda dan Kesman Tabuni. Belum diketahui apakah mereka ditangkap berkaitan dengan insiden Pasar Youtefa atau tidak.

Insiden Pasar Youtefa ini berawal saat polisi akan membubarkan aktivitas perjudian di salah satu sudut pasar Youtefa ini. Para pelaku perjudian melakukan perlawanan yang berujung tewasnya Brigpol Asriadi dan Brigpol Samsu Huta terluka. Polisi juga mengkonfirmasi senjata dua polisi ini dibawa lari oleh warga setelah insiden terjadi. (Jubi/Victor Mambor)

Sosok Mayat Pria Ditemukan di Kuburan Abepura

JAYAPURA[Anggota Polsek Abepura sedang melakukan olah TKP di lokasi penemuan mayat pria di kuburan Abepura. PAPOS]-Warga masyarakat yang bermukim di sekitar Pekuburan Umum Kristen Abepura, dikejutkan dengan penemuan sosok mayat laki-laki di dalam kuburan, Jumat (20/12) sekitar pukul 06.30 WIT.

Mayat pria yang belakangan diketahui bernama Agus Itlay itu, diduga korban penganiayaan. Sebab, saat mayat pria tersebut ditemukan, di bagian wajah dan kepalanya terdapat luka sobek yang cukup serius, yang diduga bekas hantaman benda tumpul.

Tidak hanya itu, dari hasil visum yang dilakukan petugas medis Rumah Sakit Bhayangkara Kotaraja, tengkorak kepala korban juga retak, yang diduga terkena hantaman batu.

Kapolsek Abepura Kota Kompol Decky Hursepuny mengatakan kuat dugaan bahwa korban merupakan korban penganiayaan, tampaknya semakin jelas.

“Didekat mayat korban, ditemukan batu berukuran sedang, yang masih lumuran darah,”

ujar Kapolsek saat dikonfirmasi di Mapolsek Abepura, Jumat (20/12).

Tidak hanya itu, di sekitar lokasi kejadian, juga ditemukan bekas botol-botol minuman beralkohol (Miras).

Kapolsek mengatakan, dugaan sementara, pelaku penganiayaan terhadap korban, merupakan orang-orang yang ikut bersama-sama mengkonsumsi Miras bersama korban.

“Kami belum mengetahui siapa pelakunya dan apa motifnya, karena kasus ini masih dalam penyelidikan. Untuk sementara ini, kami masih mengumpulkan informasi dan keterangan dari saksi-saksi untuk menyelidiki kasus ini,”

ucapnya.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menyebutkan, menyebutkan awal mula penemuan mayat tersebut, berawal ketika salah seorang warga yang merupakan mama-mama, secara tidak sengaja melintas di jalan setapak di dalam kuburan tersebut.

Pada saat melewati jalan kuburan, dia melihat korban dengan posisi terlentang agak miring dengan kondisi wajahnya berlumuran darah.

Kaget dengan apa yang dilihatnya, mama-mama tersebut kemudian memberitahukan kepada warga lainnya yang berdekatan dengan kuburan.

Setelah diberitahu, warga seketika itu langsung berdatangan ke lokasi untuk melihat kondisi korban. Mengetahui korban sudah tidak bernyawa, salah seorang warga, yang berprofesi sebagai tukang ojek, kemudian melapor ke Polsek Abepura.

Beberapa menit kemudian, anggota Polsek Abepura datang ke lokasi untuk mengamankan situasi dan melakukan olah TKP. Setelah dilakukan olah TKP, mayat korban selanjutnya dibawa ke kamar mayat RS Bhayangkara Kotaraja untuk menjalani visum lebih lanjut.

Dari hasil olah TKP dan pemeriksaan terhadap kondisi fisik korban kata Kapolsek, diduga pria tersebut meninggal dunia akibat dianiaya, yang sementara ini pelakunya masih dalam penyelidikan.[nur]

Terakhir diperbarui pada Sabtu, 21 Desember 2013 00:02
Jum’at, 20 Desember 2013 23:59, Ditulis oleh M.Nur/Papos

Mayat Pria Berbaju Loreng Ditemukan di Belakang Ekspo

Mayat Pria Saat Berada di RS Bhayangkara Polda PapuaJAYAPURA – Sesosok mayat pria tanpa identitas ditemukan mengambang di Danau Sentani, tepatnya di Belakang Ekspo, Jalan Gelanggang II, Kelurahan Waena, Distrik Heram. Mayat tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang nelayan bernama Erens Modouw (33) warga Belakang Ekspo, Jalan Gelanggang II, Kelurahan Waena, sekitar pukul 09.00 WIT.

“Ya, benar. Pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan yang hendak mengambil jaring ikan dengan menggunakan perahu sampan yang juga merupakan warga sekitar situ,”

ujar Kapolsekta Abepura Kompol Decky Hursepunny didampingi Wakapolsekta Abepura Iptu Frits Orlando Siagian dan Kanit Reskrim Polsekta Abepura Iptu Subur Hartono saat dikonfirmasi Bintang Papua, Rabu (27/11) kemarin sore.

Kapolsekta Decky demikian sapaan akrabnya menceritakan, awalnya saksi melapor ke Pos Patmor Ekspo, sehingga melapor ke Polsekta Abe. Dan, begitu mendapat laporan dia bersama beberapa anggota langsung meluncur ke lokasi kejadian.

“Dari hasil keterangan saksi di lokasi kejadian, awalnya mayat tersebut mengapung di tengah danau, sehingga saksi meminta bantuan kepada warga sekitar danau untuk mengevakuasi mayat ke pinggir danau,”

katanya.

Lebih lanjut, Kapolsekta Decky mengatakan jasad pria tersebut mengenakan celana pendek kain warna hitam dan memakai baju loreng bertuliskan SNIPER. Ciri – ciri gemuk, pendek dan berwajah bulat. Hingga sore hari aroma menyengat sudah keluar dari tubuh pria yang diperkirakan berusia 23 s/d 25 tahun ini.

“Kami perkirakan korban tewas pada Rabu (27/11) sekitar pukul 02.00 WIT, atau belum cukup 24 jam, dilihat dari kondisi tubuhnya yang mengenaskan,”

sambungnya.

Kapolsekta Decky mengatakan, baik dari hasil identifikasi sementara, hasil visum dan hasil foto rongent di RS Bhayangkara Polda Papua tidak ditemukan tanda – tanda kekerasan apalagi luka tembak pada tubuh mayat pria tersebut. Namun, petugas akan tetap melakukan penyelidikan.

“Kami tetap akan melakukan penyelidikan dengan cara mengumpulkan alat bukti dan semua saksi yang mengetahui kejadian tersebut,” tandasnya.

Pasca ditemukannya jasad pria malang tersebut langsung dibawa ke RS Bhayangkara Polda Papua untuk divisum. Sementara polisi berharap bila ada yang kehilangan anggota keluarga dapat melapor ke Polsekta Abepura.

Ketika disinggung terkait demo KNPB yang berakhir rusuh, kata Kapolsekta Decky bahwa mayat pria itu tidak ada kaitannya dengan kerusuhan KNPB, Selasa (26/11) siang lalu di depan Mega Waena.

Dengan tidak adanya tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan, sehingga pihaknya dapat memastikan bahwa jasad pria itu tidak terkait dengan pengejaran massa pendemo KNPB.

Berdasarkan pantauan Bintang Papua pada saat mengevakuasi mayat pria itu ke RS Bhayangkara Polda Papua itu terlihat beberapa tokoh seperti mantan anggota Komnas HAM Perwakilan Papua Matius Murib, S.H., Direktur RSUD Abepura yang juga Direktur UP2KP drg. Aloysius Giay, M.Kes., mengikuti jalannya proses visum dan foto rongent yang dilakukan pihak medis di RS Bhayangkara Polda Papua.

Sementara itu berdasarkan informasi yang diperoleh Bintang Papua diketahui mayat pria itu bernama Meus Kipka (23 s/d 25) warga Pos 7, Sentani, Kabupaten Jayapura dan sekitar pukul 20.00 WIT sanak keluarga telah mendatangi RS Bhayangkara Polda Papua guna melihat kondisi dari mayat pria tersebut.

Kapolres Jayapura Kota AKBP Alfred Papare, S.I.K., ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Rabu (27/11) membenarkan pihaknya telah menerima laporan kasus penemuan mayat di Danau Sentani tepatnya di Gelanggang 2, Kelurahan Waena, Rabu (27/11) pukul 09.00 WIT. Sesosok mayat pria tanpa identitas tersebut ditemukan seorang nelayan bernama Erens Modouw (33).

Pasca penemuan mayat, dikatakan Kapolres, pihaknya masih melakukan penyelidikan identitas korban. Namun, setelah dilakukan otopsi tim medis RS Bhayangkara, tak ditemukan kekerasan fisik pada tubuh korban.

“Kami masih menunggu kehadiran keluarga korban untuk mengambil jenazah korban,”

kata Kapolres. (mir/mdc/don/l03)

Sumber: Kamis, 28 November 2013 18:57, Binpa

Tukang Ojek Tewas Mengenaskan di Pinggir Jalan Pasir Dua

JAYAPURA [PAPOS] – Seorang pria diketahui bernama Sugeng Mildat (43), tukang ojek, ditemukan tewas mengenaskan di pinggir Jalan Pasifik Indah, Pasir Dua, dekat bak air Distrik Jayapura Utara. Ia ditemukan dalam kondisi luka bacok di leher bagian kanan.

Kapolsek Jayapura Utara, Iptu Daniel Pangala, SH, MH saat ditemui Papua Pos di Polres Jayapura Kota, usai kunjungan Kapolda Papua, Jumat (14/6), mengatakan, ditemukan jenazah tersebut bermula dari laporan Buni Saroge (20) warga Bhayangkara 1 didampingi isterinya, Tresya Natalinda Erakitia (32). Kedua saksi baru pulang setelah habis memancing di Pantai Pasir Enam.

Saat itu, Jumat (14/6) sekitar pukul 02.00 WIT kedua suami isteri akan pulang menuju rumah setelah memancing di Pantai Pasir Enam. Dengan menggunakan sepeda motor, melintas melalui Pasir Dua menuju arah Angkasa.

Namun sesampainya di Jalan Pasifik Indah, Pasir Dua, mereka kaget melihat sesosok mayat pria dalam keadaan tergeletak di atas aspal dalam keadaan berlumuran darah di bagian kepala. Sedangkan motor korban dalam keadaan terjatuh namun mesin dalam keadaan hidup dan lampu sen sebelah kanan dalam keadaan menyala. “Saksi Buni Saroge langsung melaporkan kepada kami untuk penanganan lebih lanjut,” ucapnya.

Setelah menerima laporan tersebut, beberapa saat kemudian anggota Polsek Jayapura Utara mendatangi lokasi kejadian dan langsung membawa jenazah korban menuju RSUD Dok II Jayapura untuk selanjutnya melakukan otopsi.

Dari hasil otopsi ditemukan luka robek sepanjang 12 cm dan dalam 4 inci di bagian leher belakang mengenai tulang leher sehingga menyebab kepala berlumuran darah. “Dari olah TKP, kami menemukan sepeda motor korban dan sementara diamankan sebagai barang bukti untuk mengungkap kematian korban ,” tegasnya.

Guna mengungkap tewasnya korban, saat ini penyidik Polsek Jayapura Utara masih memintai keterangan saksi-saksi. Kami masih dalami keterangan saksi dan juga mempelajari hasil otopsinya agar diketahui pelaku yang membunuh korban,” tukasnya. [tom]

Jum’at, 14 Jun 2013 21:44, Ditulis oleh Tom/Papos

Enhanced by Zemanta

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny