Berikut 5 kecelakaan pesawat yg terjadi di Tanah Papua tahun 2016

Kunume Wone Papua memiliki keadaan alam yg berbukit-bukit dan memiliki puluhan gunung dengan puncak tertinggi Jayawijaya juga berada di kawasan ini. Hal tersebut mengakibatkan Papua menjadi lokasi yg sulit dijangkau, baik transportasi darat, maupun udara.

Sering tersiar kabar jatuhnya pesawat di tanah Papua. Dalam tahun ini saja, sejumlah kecelakaan pesawat terjadi di daerah itu. Puluhan korban berjatuhan karena musibah kecelakaan pesawat ini.

Berikut 5 kecelakaan pesawat yg terjadi di tahun 2016, dimulai dari kecelakaan pesawat di Wamena hari ini, Minggu (18/12/2016).

1. Hercules TNI Jatuh di Wamena

Pesawat Hercules TNI AU yg dipiloti Mayor Pnb Marlon A. Kawer, ditemukan jatuh di Kampung Minimo, Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya, setelah dinyatakan hilang kontak dengan Bandara Wamena.

Wakil KSAU Marsdya Hadiyan Sumintaatmadja mengatakan, pesawat terbang dari Timika ke Wamena, dalam misi peningkatan kemampuan penerbang.

“Dari co-pilot ke pilot. Ini salah sesuatu tes uji coba,” kata Hadiyan dalam konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (18/12/2016).

Hardiyan menjelaskan kronologi jatuhnya pesawat Hercules TNI AU tersebut. Pada pukul 05.35 WIT, pesawat berangkat dari Timika dengan rencana datang 06.13 WIT di Wamena.

Namun, pada pukul 06.09 WIT, pesawat dikabarkan hilang kontak dengan bandara Wamena. “Misi di Papua adalah salah sesuatu tes, uji coba, latihan, yg nantinya para penerbang bisa mengoperasikan pesawat di mana pun berada. di maana pun pangkalan yg ada,” beber dia.

2. Angkut Bahan Bangunan, Pesawat Caribou Hilang Kontak di Papua

Empat orang dinyatakan hilang bersama dengan pesawat macam Caribou PK-SWW punya Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

Pesawat yg hilang kontak tersebut sedang disewa oleh Pemerintah Kabupaten Mimika dan sedang membawa bahan bangunan macam plat besi gorong-gorong dengan tujuan Timika-Ilaga.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Kombes Pol Rudolf Patrige menyebutkan pesawat yg take off dari bandara Moses Kilangin Timika pukul 07.57 WIT, seharusnya datang di Ilaga, Kabupaten Puncak sekitar pukul 08.30 WIT.

“Ada empat orang dalam pesawat tersebut yakni pilot bernama Parhat, Co Pilot Fendi, Mekanis atas nama Steven dan FOO atas nama Endri Baringin,” kata Patrige, Senin (31/10/2016).

Dalam penerbangan tersebut, pesawat membawa barang seberat 3130 kilogram. Pesawat ini sedang disewa oleh Pemkab Mimika akan 25 Oktober hingga 1 November 2016. Selain pilot dan co pilot juga terdapat mekanik Steven dan FOO Endri Baringin di pesawat itu.

“Pesawat diperkirakan lost contact pada koordinat 04°09’27”S dan 137°32’99”E atau pada koordinat 04 10’92”S dan 137 32’76”E. Kami masih sediki penyebab hilang kontak. Tim SAR dan gabungan sedang mencari pesawat tersebut,” jelasnya.

Sebanyak sesuatu peleton anggota Brimob Polda Papua ketika ini disiapkan buat menolong operasi SAR dalam proses evakuasi pesawat tersebut. Anggota Brimob disiapkan bagi menolong bila dibutuhkan ketika mengevakuasi korban pesawat nahas.

3. Pesawat Tergelincir di Papua, Tidak Ada Korban Jiwa

Pesawat punya PT Asian One, macam Grand Caravan PK-LTV tergelincir di Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Pesawat tergelincir pada tadi 06.25 WIT.

Kementerian Perhubungan kemudian mengeluarkan Notice to Airmen (Notam) Nomor C6339/16 yg menyatakan Bandara Ilaga ditutup akan 13 Oktober 2016 pukul 07.49 WIT sampai dengan estimasi 14 Oktober 2016 pukul 09.00 WIT karena pesawat tersebut menutup runway.

“Tidak ada korban dalam insiden tersebut. Namun pesawat yg memuat bahan sembako tersebut mengalami dua kerusakan merupakan propilor bengkok dan refblack rem kiri tak aktif,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Suprasetyo dalam keterangannya, Kamis (13/10/2016).

Suprasetyo menyatakan, kemungkinan pesawat tersebut tergelincir karena cuaca berkabut dan keadaan runway yg licin. Karena itu, Kementerian Perhubungan mengimbau semua pilot agar tak melakukan pendaratan di Bandara Ilaga apabila cuaca tak mendukung.

4. Pesawat AMA Jatuh di Yahukimo Baru Terbang 53 Jam

Maskapai Assosiation Mission Aviation (AMA) mengklaim pesawat yang jatuh di daerah Lolat, Kabupaten Yahukimo, Papua, pagi tadi adalah pesawat baru yg dibuat pada 2014.

Pesawat itu baru diterima AMA pada Maret 2016 di Sentani, Kabupaten Jayapura. Jam terbang burung besi itu pun tercatat masih 53 jam.

Direktur AMA Jayapura Djarot Soetanto menuturkan, pesawat macam Cesna 208 B Grand Caravan EE itu terbang dari Wamena pukul 07.39 WIT dan hendak mendarat di Lolat, Kabupaten Tolikara, pada pukul 07.58 WIT.

Di perjalanan, pesawat jatuh dan menabrak tiga rumah tradisional honai serta sesuatu bangunan distrik berdinding papan dan beratapkan seng.

“Bangunan itu terletak di samping bandara. Tiga warga, beberapa penumpang dan sesuatu pilot terluka,” kata Djarot di Jayapura, Papua, Selasa (14/6/2016).

Kedua penumpang tersebut bernama Arifin (20) dan Tarau (50), sedangkan tiga warga setempat terdiri dari Niko Suhun (19), Yus Silak (20) dan Eret Kobak (15).

Djarot mengatakan, Eret Kobak mengalami luka di kepala dan dievakuasi ke Rumah Sakit Dian Harapan Jayapura. Begitu juga sang pilot juga dirawat jalan di rumah sakit itu. Sementara, empat orang lainnya masih dirawat di RSUD Wamena.

Djarot menuturkan, pesawat itu terbang dengan tujuan Lolat membawa bahan bangunan seberat 1.190 kg dari batas maksimal angkutan 1.350 kg. “Saat landing, cuaca juga cerah, terbuka, dan ada matahari. Kami tidak mampu menerka penyebab jatuhnya pesawat ini. Nanti tim KNKT mulai menyampaikannya,” ucap Djarot.

Pagi tadi, kecelakaan pesawat Caravan AMA PK – RKC terjadi di Lolat, Kabupaten Yahukimo. Pesawat diterbangkan pilot berkebangsaan Amerika Serikat, Brian Forest Pottinger (48).

5. Pesawat Enggang Air Terperosok di Sentani

Pesawat Enggang Air jenis Caravan terperosok di Bandara Sentani, Jayapura, Papua sekitar pukul 07.00 WIT. Kecelakaan itu terjadi ketika pesawat mulai take off menuju Mulia.

Pesawat itu diawaki pilot Tomi, co pilot Mike Brun, dan teknisi Syahrul. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

“Pesawat dengan nomor penerbangan PK-RSD terjadi ketika keluar dari taxy way berbelok menuju runway persiapan take off dengan membawa muatan sekitar 1.015 kg,” kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Patrige, dilansir Antara, Senin (9/5/2016).

Patrige menyampaikan ketika mulai take off, pesawat itu tak mampu berbelok, bahkan pilot tak dapat mengerem sehingga pesawat terperosok. Evakuasi baru mampu dikerjakan hingga pukul 08.25 WIT. Aktivitas di Bandara Sentani kini berlangsung normal.

“Belum dipastikan apa penyebab hingga terjadinya insiden tersebut,” ujar Patrige.

Helikopter TNI AD Jatuh di Malinau

Editor : Irman Robiawan |Sabtu , 09 November 2013 – 15:23:48 WIB | Dibaca : 16 Kali |

@IRNewscom | Nunukan: SEBUAH helikopter milik TNI AD jatuh di wilayah Pujungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, sekitar pukul 11.00 Wita, Sabtu.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Kabupaten Nunukan, Octavianto di Nunukan, Sabtu (09/11), membenarkan bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat milik TNI AD di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia itu.

Namun, ia belum dapat memastikan jumlah korban akibat kecelakaan tersebut. Octavianto mengutarakan, ia juga belum mengetahui kronologis peristiwa itu.

Ia mengatakan menerima informasi kejadian tersebut sekitar pukul 12.00 Wita dan saat ini evakuasi sedang dilakukan.

“Ada korban tapi jumlahnya belum kami ketahui. Saat ini sedang dilakukan evakuasi,” jelasnya.

Ia menambahkan, helikopter tersebut sedang mengangkut logistik bagi prajurit pengamanan perbatasan Indonesia-Malinau dari Kota Tarakan, Kalimantan Utara.

Kepala Basarnas ini juga mengaku belum dapat memberikan keterangan lebih lengkap sehubungan belum mendapatkan data akurat dari tim yang berada di lokasi kejadian. [ant/fir]

Sumber Berita: http://www.indonesiarayanews.com http://www.indonesiarayanews.com/read/2013/11/09/87621/helikopter-tni-ad-jatuh-di-malinau-#ixzz2kBCOSTwe

Enhanced by Zemanta

Faktor Alam, Penyebab Jatuhnya Helikopter Freeport

Kamis, 11 Oktober 2012 07:16, BintangPapua.com

JAYAPURA— Musibah jatuhnya Helikopter Airfast jenis M 18 milik PT Freeport Indonesia di Perbukitan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Selasa (9/10) sekitar pukul 07.20 WIT akibat faktor alam, bukan kerusakan mesin.

Kepala Bagian Operasional Polres Mimika, Kompol Albertus Andreana, SIK via ponselnya, Rabu (10/10) malam.

Dia menjelaskan, saat terjadi kecelakaan cuaca disekitar lokasi tengah dikeliling kabut, sehingga memperpendek jarak pandang pilot saat hendak melakukan landing di landasan Helipad yang berjarak 30 meter dari posisi jatuh.
Kata dia, ketika terjadi musibah cuaca tengah kabut padahal helikopter tersebut berada pada posisi landasan Halipad, sehingga terbang rendah. Namun, pilot kaget Helikopter masih berada dibawah bukit, sehingga helikopter tersebut jatuh dari ketinggian 10 meter. Sedangkan posisi jarak landasan sekitar 30 meter.

Namun demikian, lanjutnya, pihaknya hingga kini belum menerima laporan lebih lanjut terkait kondisi dan keberadaan helikopter naas tersebut.

”Saya belum menerima laporan lanjutan, apakah Helikopter ini sudah diangkat dari lokasi atau belum, apalagi peristiwa ini tidak menjadi sorotan pihak perusahaan, karena seluruh penumpang dalam keadaan selamat,” ujarnya. Sebagaimana diwartakan, Helicopter Airfast jenis M 18 milik PT Freeport Indonesia di Perbukitan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (9/10) sekitar pukul 07.20 WIT. Tapi, Pilot Mr. Igor, Co Pilot Mr. Vladimir dan Engginner Victor. Semuanya warga negara Rusia, penumpang 26 orang karyawan selamat serta kondisi Helikopter masih dalam keadaan utuh dan tak terbakar, sementara masih dilakukan evakuasi penumpang dan awak Helicopter ke Rumah Sakit Tembagapura. (mdc/don/l03)

Helikopter Freeport Jatuh, 29 Orang Selamat

Rabu, 10 Oktober 2012 06:01, BintangPapua.com

I Gede S. Jaya
I Gede S. Jaya

JAYAPURA—Lagi-lagi, dunia penerbangan di Papua mengalami musibah. Jika sebelumnya Pesawat milik Tariku jatuh di wilayah Kabupaten Yahukimo dan menewaskan pilot serta seorang penumpangnya, kini giliran sebuah Helikopter Hevylift milik Nyaman Air Tipe MIL 8 No. REG: ER-MHL yang sedang mengangkut karyawan PT Freeport jatuh di Tembagapura. Helikopter nahas ini Dipiloti Mr. Igor, Co Pilot Mr. Vladimir dan Engginner Victor. Semuanya warga negara Rusia, penumpang 26 orang karyawan jatuh ke tebing gunung yang berjarak sekitar 10 meter dari udara, setelah take off (lepas landas) dari Bandara Moses Kilangin Timika tujuan Tembagapura sesaat sebelum landing di Helipad Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Senin (9/10) sekitar pukul 07.20 WIT.

Beruntung 29 orang yang ada di dalam pesawat itu ( 3 Kru dan 26 penumpang) selamat serta Kondisi Helikopter masih dalam keadaan utuh dan tak terbakar, sementara masih dilakukan evakuasi penumpang dan awak Helikopter ke Rumah Sakit Tembagapura.

Pjs. Kabid Humas Polda Papua AKBP I Gde S Jaya, SIK yang dikonfirmasi via ponsel, Selasa (9/10) menyampaikan pihaknya hingga kini belum menerima laporan terkait musibah Helikopter di Tembagapura tersebut.

“Saya akan konfirmasi ke Timika dulu ya,” tukasnya.

Dari keteranga saksi, ketika hendak landing yang kedua kalinya dari Timika, kelihatan Helikopter terbang agak rendah karena ada kabut sehingga ada baling-balingnya menyentuh pinggiran tebing, maka Helikopter terlihat sepertinya terpaksa mendarat ke pinggir bukit yang cukup dalam sekitar 30 meter dari landasan Helipad Tembagapura. Jatuhnya Helikopter yang sedang mengangkut perja Tambang Freeport ini juga dibenarkan Jubir PTFI, Ramdani Sirait.
Dalam keterangannya yang diterima Bintang Papua, Ramdani mengatakan, pada sekitar pk. 7.21WIT kemarin, Helikopter Mil-8 mencoba lakukan pendaratan di helipad MP66, & terpaksa mendarat darurat di area perbukitan di bawah landasan pendaratan.

Namun diakui Tidak ada korban jiwa dari 26 penumpang, 3 awak heli, mtk luka dan sudah diperiksa di RS Tembagapura. Penyebab kecelakaan ini masih dalam investigasi. Ada indikasi masalah pada mesin helicopter. Cuaca kabut ketika heli akan mendarat, tapi disinyalir bukan menjadi faktor penyebab. Heli dioperasikan oleh PT Hevilift Aviation Indonesia dan adalah penerbangan rutin karyawan PTFI dan kontraktornya dari bandara Timika ke helipad MP 66.

Berikut ini daftar penumpang antara lain, Lukman Hamma, Sokoy Reinhard, Lukas David, Paillips Michael, Gaylerd Leane, Anin Nova, Rusdin, Yawan Alex, Jackson Michael, Susan Gilman, Michael A Demoth, Margareth Youne, Wiyono, Nerekouw Steven, Mambay Eqberg, Nussy Alex, Bachmid Salim, Woldrand, Irianto, Rouulika Yoxan, Christian Ruth, Reza Mohammad, Kurniawan Edi, Rantelino Johni. (mdc/don/don/l03)

Penerbangan Tariku Distop

Senin, 08 Oktober 2012 06:41, BintangPapua.com

Tampak jenazah Capt. Chris ketika hendak dibawa ke Pemakaman Umum Sentani dari rumah duka Minggu sore (07/10)
Tampak jenazah Capt. Chris ketika hendak dibawa ke Pemakaman Umum Sentani dari rumah duka Minggu sore (07/10)
SENTANI— Jenazah Capt. Christian Yus, pilot pesawat jenis PAC 750 XSTOL dengan nomor registrasi PK-RWT milik maskapai penerbangan Tariku Aviation, yang jatuh di Kampung Dagi Kabupaten Yahukimo, akhirnya berhasil diterbangkan kembali ke Sentani Sabtu siang (06/10) pukul 12.30 WIT.

Sementara itu akibat musibah kecelakaan pesawat ini, pihak Tariku akan menghentikan (stop) penerbangan untuk sementara waktu.

Hal itu dibenarkan Program Manager Tariku Aviation, Robin Hood Ratuntiga kepada Bintang Papua Minggu sore (07/10) di Sentani.

Dijelaskan, setelah sampai ke Sentani, jenazah pilot langsung dibawa ke Rumah Sakit Dian Harapan Waena oleh pihak keluarga untuk dimandikan dan ditempatkan ke dalam peti mati.

Sedangkan untuk jenazah penumpangnya diserahkan kepada pihak keluarganya di Kampung Corupun Kabupaten Yahukimo.
“Sekitar pukul 17.00 WIT, setelah pulang dari rumah sakit, jenazah kami semayamkan di rumah duka yang berlokasi di Jalan Gereja Silo depan Batalyon 751 Sentani,” tandasnya.

Dikatakannya, jenazah Capt. Chris dimakamkan pada Minggu sore (17/10) di pemakaman umum Sentani pada pukul 15.00 WIT dengan dihadiri oleh teman-teman sejawatnya dan handai taulan.

“Sekitar pukul 13.00 WIT, sebelum dimakamkan, pihak keluarga mengadakan ibadah pelepasan jenazah di rumah duka,” imbuhnya. Diungkapkan Robin, pihaknya sangat kehilangan sosok Capt. Chris tetapi diketahui bersama bahwa di dalam Alkitab sudah disebutkan bahwa tidak ada manusia yang dapat menghindari hal ini sehingga semuanya merupakan baik adanya.

Sedangkan ketika ditanyai mengenai aktivitas penerbangan di Tariku Aviation, Robin menegaskan bahwa penerbangan untuk sementara ini akan dihentikan.

“Kami belum tahu sampai kapan akan dhentikan, yang jelas besok (hari ini-Red) pihak kami belum melayani penerbangan,” tukasnya.

Untuk diketahui, maskapai penerbangan Tariku Aviation melayani penerbangan ke wilayah pedalaman dan pegunungan Papua seperti Mamberamo dan Yahukimo. (dee/don/l03)

Jenazah Awak Tariku Ditemukan Utuh

Sabtu, 06 Oktober 2012 09:30, BintangPapua.com

Pesawat Caravan Tariku
Pesawat Caravan Tariku
SENTANI—Setelah dilakukan pencarian selama 3 hari sejak dinyatakan hilang kontak, Rabu siang (03/10) sekitar pukul 11.00 WIT, akhirnya bangkai pesawat jenis PAC 750 XSTOL bernomor registrasi PK-RWT milik maskapai penerbangan Tariku Aviation, dengan rute Dekai-Corupun-Dekai, ditemukan.

Demikian juga Pilot bernama Capt. Christian Yus dan seorang penumpang bernama Poldus Osu ditemukan dalam kondisi tewas, Jumat siang (05/10) 13.00 WIT. Korban dan bangkai pesawat ditemukan oleh tim SAR gabungan yang berhasil sampai di lokasi kecelakaan yakni di Kampung Dagi Kabupaten Yahukimo.

Hal ini disampaikan Program Manager Tariku Aviation, Robin Hood Ratuntiga kepada wartawan usai mendapatkan informasi melalui telepon satelitnya Jumat (05/10).

Dijelaskan, akibat cuaca ekstrim akhirnya jenazah batal diterbangkan ke Sentani, sehingga direncanakan besok pagi (hari ini-Red) baru dapat dievakuasi ke Sentani oleh pesawat AMA.

“Kondisi jenazah masih utuh dan ditemukan di dalam pesawat,” imbuhnya.

Disebutkan, prediksi sementara, kecelakaan pesawat ini diakibatkan oleh perubahan cuaca yang sangat ekstrim.
“Kami belum bisa memastikan penyebab kejadian ini, tetapi cuaca ekstrim menjadi satu-satunya penyebabnya,” tandasnya.
Dipaparkan Robin, saat ini jenazah telah disimpan di kantong mayat dan sudah masuk di dalam helly pad atau landasan pesawat dan telah siap diberangkatkan kapanpun jika kondisi cuaca memungkinkan. “Tetapi ternyata rencana yang sudah kami susun untuk menerbangkan jenazah kembali ke Sentani gagal. Pasalnya, cuaca tiba-tiba berubah menjadi ekstrim dan akhirnya kami harus menerbangkan jenazah keesokan harinya (hari ini-Red),” urainya.

Robin mengatakan, saat ini pihaknya juga telah mengabarkan berita duka ini kepada keluarga korban secara resmi. Yang mana evakuasi pada Sabtu (06/10) akan menggunakan helicopter dari Timika dengan alat bantu yang canggih.

“Kami sungguh berharap agar cuaca bisa kembali normal dan terang sehingga rombongan tim SAR gabungan dapat menuju Dekai atau minimal menuju Kampung Corupun sehingga pihak kami bisa mengambil inisiatif untuk menentukan jenazah pilot kapan akan dievakuasi ke Sentani,” pungkasnya.

Ditambahkan, rencananya jenazah pilot akan disemayamkan dulu di hanggar Tariku untuk selanjutnya akan dibawa ke rumah duka. Sedangkan jenazah penumpangnya langsung dibawa ke kampungnya di Corupun oleh pihak keluarganya. (dee/don/l03)

Tim Evakuasi Susi Air Nyaris Celaka

Helikopter Penerbangan TNI Angkatan Darat (Penerbad) jenis Bell-412 dengan nomor register HA 5113 pengangkut tim evakuasi bangkai Susi Air, mendarat darurat di wilayah Pegunungan Jayawijaya. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini
Helikopter Penerbangan TNI Angkatan Darat (Penerbad) jenis Bell-412 dengan nomor register HA 5113 pengangkut tim evakuasi bangkai Susi Air, mendarat darurat di wilayah Pegunungan Jayawijaya. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini

JAYAWIJAYA- Helikopter Penerbangan TNI Angkatan Darat (Penerbad) jenis Bell-412 dengan nomor register HA 5113 yang sebelumnya dikabarkan hilang kontak dengan petugas menara pengawas di Bandara Mozes Kilangin Timika mendarat di Pegunungan

Ombin, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (10/9) petang. Pesawat ini sedang mengangkut tim evakuasi kru pesawat Susi Air yang jatuh sebelumnya. Akibatnya rombongan penyelamatan ini justru nyaris celaka. Kepala Bidang Perhubungan Udara Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Mimika, John Rettob, kepada ANTARA di Timika, Minggu, membenarkan bahwa helikopter tersebut mendarat di Pegunungan Ombin dalam perjalanan dari Timika menuju Wamena.

“Kami baru mendapat informasi bahwa helikopter Penerbad kemarin petang ternyata mendarat di Ombin dan saat ini dalam perjalanan menuju Wamena,” jelas John.

Helikopter tersebut sebelumnya berangkat dari Bandara Mozes Kilangin Timika pada Sabtu petang sekitar pukul 15.45 WIT tujuan Wamena dengan waktu tempuh sekitar satu jam 50 menit.
Helikopter yang ditumpangi lima kru antara lain Kapten Siagian, Lettu Fathoni, Pelda Eko, Serka Yafet dan Praka Heru itu berangkat ke Wamena untuk menjalankan misi kemanusiaan mengevakuasi kru pesawat Susi Air yang jatuh sekitar Kampung Saminage Silimo Area, Kabupaten Yahukimo, pada Jumat (9/11).

Menurut informasi yang diterima ANTARA di Timika, helikopter tersebut juga membawa serta sebuah drum bahan bakar avtur untuk keperluan evakuasi kru pesawat Susi Air.
Kontak terakhir dengan petugas menara pengawas di Bandara Mozes Kilangin Timika dilakukan pada Sabtu petang sekitar 15 nautical mile setelah lepas landas.

Pada Minggu pagi, sebuah helikopter Airfast milik PT Freeport Indonesia yang ditumpangi sejumlah anggota Tim SAR Timika melakukan upaya pencarian dengan mengikuti rute yang dilalui helikopter Penerbad tersebut.

Sementara itu kepada Wartawan Dandrem 172 Prajawirayakti Papua. Kolenel Daniel Ambat. mengatakan sangat bersyukur Anak buahnya pulang dalam keadaan selamat. karena Helikopter cuman masalah teknis yaitu kehilangan kontak, Tower tidak bisa dihubungi karena masalah peralatan, sehingga sekarang kelima kru tersebut hanya istirahat saja untuk menenangkan diri dari kejadian tersebut. setelah itu mereka akan kembali melakukan penerbangan.”katanya.

CUACA BURUK, EVAKUASI DIHENTIKAN
Sementara itu lantaran kabut tebal dan hujan, tim evakuasi Susi Air terpaksa kembali ke Wamena sekitar pukul 15.40 wit, dan untuk sementara tim SAR belum dapat tiba di lokasi .
Personil tim SAR yang terdiri dari 2 orang pilot , 10 orang tim SAR yang bergerak dari kampung saminage serta 1 anggota polri dan 2 anggota SAR yang bereda di distrik silimo menggunakan helicopter Airfast di batalkan untuk pencarian dan evakuasi, karena cuaca yang buruk serta hujan dan akan di lanjutkan hari ini Senin (12/9) .

Bukan Cuma itu, namun tim SAR yang di berangkatkan dengan menggunakan Helikopter milik TNI AD dari bandara Moses Kilangin Timika Sabtu (10/9) sekitar pikul 15.45 saat take off , tujuan Timika –Wamena untuk mengevakuasi pesawat Susi Air yang jatuh di pedalaman Yahukimo sempat kehilangan kontak dengan tower Timika setelah bebera beberapa menit berangkat dari bandara Timika , helicopter tersebut di kemudikan oleh 1 pilot , Kapten CPN E.I Siagian , Co Pilot , Lettu CPN M. Fatoni dan beberapa anggota TNI AD yang ikut serta dalam helicopter tersebut antara lain , Pelda Eko,Serka Yafet, dan Praka Heru.

Namun setelah hampir satu hari kehilangan kontak kemarin Minggu (11/9) sudah bisa kontak dengan tower Wamena ,pesawat jenis Helikopter milik TNI AD sempat mendarat darurat di puncak gunung Rumpius, Yalimo Kabupaten Yahukimo , akibat cuaca buruk namun pesawat tersebut akhirnya dapat kembali tiba di bandara wamena dengan selamat bersama Pilot dan Co Pilot serta lima orang kru yang ikut dalam pesawat tersebut.

Kabid Humas Polda Kombes Pol Wachyono , Minggu (11/9) kemarin ketika dihubungi melalui Ponsel Seluler membenarkan kalu tim evakuasi telah kembali ke Wamena sekitar pukul 15.40 wit dan sementara menghentikan misi pencarian dan evakuasi tersebut karena cuaca yang buruk , yang di sertai hujan sehingga evakuasi di hentikan tegas Wachyono . (ant/cr-25/cr32/don/l03)

Senin, 12 September 2011 01:27

Tim Evakuasi Susi Air Terkendala Medan

JAYAPURA – Proses evakuasi terhadap bangkai pesawat Susi Air jenis Caravan C 208 B PK-VVE yang jatuh di sekitar Distrik Pasema, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua, hingga Minggu (11/9) belum bisa dilakukan.

Sulitnya medan menuju lokasi dan hujan lebat membuat tim evakuasi tak bisa menembus tempat jatuhnya pesawat yang dipiloti Dave Cootes warga negara Australia dan Copilot Thomas Munk warga negara Slovakia itu. Hingga berita ini diturunkan, kondisi pilot dan copilot itu juga belum diketahui.

Kapolres Jayawijaya, AKBP I Gede Sumerta Jaya,SIK yang dikonfirmasi Cenderawasih Pos mengatakan tim evakuasi yang terdiri dari 12 orang anggota SAR Jayapura, dan dua dari pilot Susi Air serta 1 polisi sebenarnya sudah berada di sekitar lokasi jatuhnya pesawat. Namun tim mengalami kendala untuk sampai ke lokasi jatuhnya pesawat. Sebab kondisinya bergunung-gunung serta hutannya masih lebat. Selain itu kondisi cuaca yang tertutup kabut juga menyulitkan tim untuk sampai ke lokasi, belum lagi hujan lebat.

Kapolres mengatakan, karena kondisi medan yang sangat berat dan hari sudah menjelang malam dan hujan, akhirnya tim evakuasi memutuskan untuk mengehentikan sementara pencarian dan bermalam di tengah hutan dan juga di kampung di daerah tersebut. “Kabar terakhir yang kami terima, untuk bisa sampai ke lokasi, tim masih harus berjalan kaki sekitar 4 jam,” terangnya.

Sulitnya medan menuju lokasi jatuhnya pesawat yang membuat tim evakuasi belum sampai di lokasi membuat informasi mengenai kondisi pilot dan copilot belum diketahui hingga saat ini. Kapolres mengatakan, lokasi jatuhnya pesawat hanya bisa dipantau dari udara, sehingga keberadaan pilot dan copilot belum diketahui secara pasti. “Kondisinya kami belum dapat informasi, sebab tim belum sampai ke lokasi,” tandasnya.

Sedangkan helicopter Air Fast yang direncanakan terbang untuk melakukan pencarian dibatalkan untuk terbang dan evakuasi melalui helicopter Mision sekitar pukul 15.45 telah kembali ke Wamena begitu juga dengan pesawat Susi Air kembali ke Wamena sekitar pukul 16.00 WIT. “Yang jelas evakuasi ini akan terus dilanjutkan hingga pilot dan copilot serta badan pesawat ditemukan. Selain itu juga kotak hitam yang mengetahui penyebab jatuhnya pesawat juga harus berhasil ditemukan,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Bandara Wamena, Thomas Alfa Edison saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, juga mengakui kalau proses evakuasi belum bisa dilakukan. Sebab sampai saat ini tim yang diturunkan belum tiba di lokasi jatuhnya pesawat. “Kami masih menunggu kabar dari tim evakuasi yang saat ini sedang menuju lokasi jatuhnya pesawat. Jadi kami belum dapat kabar mengenai kondisi pesawat dan pilot serta copilotnya,” terangnya saat dihubungi Cenderawasih Pos, Sabtu (10/9) malam.

Selain itu Dandim Wamena Letkol Inf Eventius Teddy Danarto saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos juga mengakui masih melakukan pencarian terhadap evakuasi pesawat Susi Air itu. “Kami melibatkan diri sejak terjadinya kecelakaan Susi Air tersebut, sebanyak saru regu saya kerahkan yang berjumlah 10 orang, yang saat ini berada di perkampungan sekitar pesawat tersebut jatuh,” katanya saat dihubungi tadi malam.

Dandim juga mengakui bahwa jauh dan sulitnya medan ditambah juga cuaca yang tak bersahabat membuat tim evakuasi sangat sulit untuk sampai di tempat lokasi badan pesawat. “Yang jelas kami akan terus berupaya melakukan evakuasi sampai pada lokasi jatuhnya pesawat. Besok (hari ini,red) tim akan kembali melakukan pencarian,” ungkapnya.

Sementara itu, Helikopter jenis bell Seri HA-5113 milik TNI yang dioperasikan di Papua sempat dilaporkan kehilangan kontak saat terbang dari Timika, Kabupaten Mimika ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya untuk membantu evakuasi pesawat Susi Air, Sabtu (10/9).

Informasi yang dihimpun Cenderawasih Pos menyebutkan, helikopter yang dipiloti Kapten Cpn. E.L. Siagian dan copilot Lettu. Cpn. M. Fatoni, terbang dari Timika Sabtu (10/9) sekitar pukul 15.45 WIT, mulai kehilangan kontak sekitar 15 mil dari Wamena. Menurut sumber-sumber Cenderawasih Pos, helikopter tersebut berhasil mendarat di Wamena, Minggu (11/9) sekitar pukul 11.00 WIT.

“Namun hingga saat ini saya belum mengetahui sebelumnya helikopter tersebut sempat mendarat dimana hingga mencemaskan pihak TNI AD yang tak mendapat keberadaannya,” ungkap sumber itu.

Sebelum hilang kontak, helikopter tersebut terbang pada ketinggian 060 altitude runway 12 Wamena. Karena menghindari cuaca yang saat itu sangat buruk. Heli mendarat pada posisi E 04 18′ 027 S 138 52′ 45 di sekitar Pegunungan Rumpius Kabupaten Wamena sekitar pukul 17.50 WIT Sabtu kemarin.

Sementara itu Heli baru bertolak dari lokasi pendaratan, Minggu 11 September sekitar 12.40 WIT dan 10 menit kemudian berhasil mendarat di Makodim 1702/JWY, Minggu (11/9) sekitar pukul 11.00 WIT kemarin.

Pilot Kapten Cpn. E.L Siagian, Copilot, Lettu. Cpn. M Fatoni bersama tiga orang kru antara lain, Pelda. Eko, Serka Yafet dan Praka Heru dilaporkan selamat dan tidak mengalami gangguan apapun, termasuk helikopter tersebut ketika mendarat di Makodim 1702/JWY juga tidak mengalami gangguan.

Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI. Erfi Triassunu ketika ditemui wartawan di Bandara Sentani usai mendampingi kunjungan KSAD di Timika, Minggu (11/9) kemarin mengatakan, helikopter tersebut telah mendarat mulus di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dimana sebelumnya diketahui mendarat darurat di tempat datar tepatnya di pegunungan Rumpius karena cuaca saat itu buruk.

”Helikopter itu hilang kontak dan berupaya mendarat darurat kurang lebih 25 menit sampai di Bandara Wamena akhirnya keputusan pilotnya untuk mendarat di lokasi datar sehingga mendarat darurat. Pilot ketika itu sempat berupaya berkomunikasi baik itu ke Wamena maupun ke Timika namun karena cuaca buruk kemudian pilot mengambil keputusan untuk bermalam di tempat itu selanjutnya pagi harinya hendak terbang namun karena cuaca masih buruk sehingga sekitar pukul 11.00 WIT melihat cuaca baik akhirnya terbang menuju Wamena,” katanya.

Ditanya kenapa helicopter tersebut memilih terbang sore hari, Pangdam menjelaskan, sebenarnya heli tersebut berangkat sekitar pukul 15.40 WIT dan cuaca saat itu masih bagus karena perhitungan waktu sudah bisa mendarat di Wamena sekitar pukul 17.20 WIT. ”Memang cuaca di Papua ini tidak bisa diperkirakan bahkan terkadang berubah secara mendadak. Namun karena sesuai koordinasi dengan Basarnas untuk membantu pencarian korban Susi Air maka titik kumpulnya di Wamena, akhirnya heli itu berangkat ke Wamena,” paparnya.

Meskipun demikian, lanjut Pangdam, pihaknya telah berkoordinasi dengan Basarnas untuk tetap membantu dan melaksanakan proses evaluasi korban jatuhnya pesawat Susi Air namun melihat kondisi cuaca. Menurut Pangdam, karena berada di lembah dan kondisi geografis wilayah pegunungan tengah yang ekstrem membuat upaya helikopter hendak berangkat terpaksa gagal.
Sekedar diketahui, sesuai laporan dari Tower Bandara di Timika, bahwa Helikopter berangkat sekitar pukul 15.45 WIT menuju Wamena namun hanya beberapa menit kemudian langsung hilang kontak. Helikopter kehilangan kontak tepat pukul 15.52 WIT dimana 15 mil sebelum tiba di Bandara Wamena dan helikopter tersebut sempat diduga jatuh. Kemudian dari Bandara Timika bahwa Helikopter terbang dari Runway 12 dengan ketinggian 060 altitude dan Endurance 0230 Radial 090. (ro/nal/fud)

Cepos, Senin, 12 September 2011 , 07:32:00

PESAWAT SUSI AIR JATUH

JAYAPURA—Awan mendung kembali menyelimuti dunia penerbangan di pegunungan rimba Papua. Kabar terbaru, pesawat Susi Air C 208 B PK – VVE jenis Caravan ditemukan jatuh di sekitar Silimo Area, Kabupaten Jayawijaya, Papua Provinsi pada Jumat (9/9) kemarin. Pesawat naas tersebut dikabarkan berangkat dari Bandara Wamena pada pukul 12.20 WIT dengan tujuan Keneyam, Kabupaten Nduga, tanpa penumpang dan membawa bahan bakar Minyak (BBM) jenis solar sebanyak 4 drum dan barang campuran lainnya. Pilot Dave Cootes, warga negara Australia dan Co Pilot Thomas Munk, warga negara Slovakia, diduga tewas dalam tragedi tersebut.

Pesawat tersebut diperkirakan jatuh di koordinat 042497 lintang selatan (LS) pada bujur timur (BT) di daerah Silimo Area, South Gap.

Menurut Kabid Perhubungan Udara, Dinas Perhubungan dan Informasi dan telekomunikasi Kabupaten Mimika, Dpl. Ing John Rettob, S.Sos.MM, pihaknya belum tahu persis penyebab jatuhnya pesawat milik maskapai penerbangan Susi Air ini. Pesawat ini mengangkut 4 drum bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan 150 kg bahan makanan (bama). Tidak ada penumpang yang ikut dalam penerbangan tersebut.

Lokasi jatuhnya pesawat ini diperkirakan 9.000-10.000 feet, dengan kondisi cuaca ekstrim, angin bertiup cukup kencang, sehingga membutuhkan tenaga-tenaga evakuasi yang berpengalaman.

Menurut John kemarin sore sempat ada penerbangan dari Timika menuju lokasi jatuhnya pesawat , namun tidak bisa dilakukan evakuasi karena cuaca sangat buruk. Menurut rencana Sabtu (10/9/2011) sekitar pukul 05.30 wit helicopter mining sharf (Euro hely copter) akan diterbangkan ke lokasi jatuhnya pesawat untuk melakukan evakuasi. Selain itu juga ada helicopter milik PT Freeport Indinesia juga akan membantu upacara pencairan dan evakuasi pesawat. Selain itu pula pihak Basarnas akan membantu dengan penggunakan heli kopter milik TNI AD yang saat ini sudah stand by di Hanggar Helipad Timika.

Namun petugas terus berkoordinasi untuk penyiapan cadangan bahan bakar di arela terdekat seperti di Dekay atau di Wamena. Sementara itu, tim SAR dari Jayapura akan bertolak ke Wamena kemudian akan melanjutkan penerbangan ke lokasi evakuasi pesawat.

SAR Mimika Kirim 8 Tenaga Penyelamat
Untuk membantu pencarian dan evakuasi korban pesawat Susi Air yang jatuh di Silimo Area, pihak im Mimika akan mengirim 8 orang personil terlatih untuk bergabung bersama tim evakuasi lainnya. Sabtu (10/9/2011) sekitar pukul 05.30 wit personil SAR Timika stand by di Hanggar Bandara Iternasional Moses Kilangin untuk diberangkatkan ke lokasi jatuhnya pesawat.

“ Pusat pengendali ada di SAR Jayapura, SAR Mimika mengikuti petunjuk dari Jayapura. Untuk mempercepat proses evakuasi SAR Mimika mengirim 8 tenaga terlatih untuk bergabung bersama tim SAR lainnya. Tim SAR akan bekerja melakukan pencarian dan evakuasi korban,” kata Kepala SAR Mimika, Zulfikar, S.Sos kepada wartawan melalui telpon genggamnya malam tadi.

Zulfikar mengatakan pihaknya telah melapor ke SAR Jayapura, mengenai kesiapan tenaga SAR Mimika untuk membantu proses evakuasi di lokasi jatuhnya pesawat di Silimo Area. Basarnas sendiri telah berkoodinasi dengan pihak TNI ADa untuk menggunakan pesawat helicopternya yang dapat dipergunakan untuk mendukung proses evakuasi.

Pekerjaan yang dilakukan oleh SAR jelas sesuai protap melakukan tindakan penyelematan, pencairan dan evakuasi korban. Setelah evakuasi korban mau dibawah ke mana menjadi tanggungjawab pihak Susi Air. Sembari Zulfikar menjelaskan, selalu berkoodinasi terus menerus dengan Perhubungan Udara Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten Mimika, pihak Lanud Timika, pihak Bandara Timika, dan Basarnas Jayapura. “ Evakuasi mulai besok, Timika terjunkan 8 personil sedangkan selebihnya dari SAR Jayapura dan personil penyelemat dari kesatuan-kesatuan lainnya,” jelas Zulfikar.

Sementara itu Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Wachyono yang dikonfirmasi Bintang Papua semalam terkait tragedi pesawat ini mengatakan bahwa,” Sementara ini Tim SAR dari Susi Air bekerja sama dengan Polres Jayawijaya sedang melakukan evakuasi korban pesawat naas tersebut,” jelasnya.

Wachyono juga menyatakan,”Sejauh ini belum ada persiapan dan rencana dari Tim SAR Polda Papua untuk naik ke Wamena, namun, apabila pada perkembangannya ternyata dibutuhkan, pihaknya pasti akan melakukan persiapan dan memberikan dukungan guna membantu dan mengevakuasi korban serta mencari black box (kotak hitam),” tambahnya. (hdm/cr-32/don/l03)

BP, Jumat, 09 September 2011 19:33

Pesawat Susi Air Tergelincir di Bintuni

Sejumlah warga melihat kondisi pesawat Susi Air yang terperosok

BINTUNI – Juru Bicara Kepolisian Daerah Papua Kombes Wachyono mengatakan, bahwa pada Rabu (8/6) sekitar pukul 09.30 WIT, Pesawat Susi Air PK-VVT type C 208 tujuan Bintuni-Manokwari, yang dipiloti Blaire Cliff Warga Negara New Zealand, Co-pilot Udit Suda, juga WN New Zealand, dengan Penumpang 10 orang, tergelincir di bandara Bintuni Papua Barat. ‘’Saat melakukan haluan kanan di ujung runway landasan guna melakukan take off menuju Manokwari, ban pesawat bagian belakang kanan tidak bisa bergerak (macet) sehingga pesawat tidak bisa dikendalikan dan tergelincir ke parit sebelah kiri runway. Propeler depan rusak terkena benturan dengan gundukan tanah yg berada di pinggir runway,” ujarnya.

Tidak ada korban jiwa. Tepat pukul 10.35 WIT pesawat di evakuasi oleh personil Res Bintuni dibantu Masyarakat ke parkiran pesawat. (ram/jer)

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny