Separatis, Yang Jual Disebut Apa?

Jayapura, Jubi – Dua pimpinan gereja di Papua mempertanyakan sikap TNI/Polri terhadap oknum-oknum anggota dua insitusi keamanan negara ini yang terlibat jual beli senjata.

“Saya tahu di mana OPM (Organisasi Papua Merdeka) berada, dukungan persenjataannya pun saya tahu. Kalau saya mau, sekali tumpas selesai,” ucap Mayjen TNI Christian Zebua, Pangdam XVII Cendwasih, 19 September 2014. (Baca Ketika Jenderal TNI Mengaku Tahu Pemasok Senjata OPM)

Sebelumnya, tanggal 8 Agustus 2014, pihak yang mengklaim diri panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap VII, Erin Enden Wanimo menyatakan, memanasnya situasi di Lanny Jaya, Papua saat itu lantaran gagalnya transaksi amunisi pihaknya dengan oknum aparat kepolisian di wilayah itu.

“Kondisi Lanny Jaya sehingga seperti sekarang ini berawal dari perjanjian jual beli amunisi dengan seorang anggota polisi namanya Rahman. Dia mau jual 1.000 amunisi ke kami. Kami lalu janjian untuk ketemu di suatu tempat,” kata orang yang mengklaim diri Erin Ende Wanimbo kepada Jubi melalui telpon seluler. (Baca Kata OPM, Lanny Jaya Memanas Akibat Transasksi Amunisi)

Tak lama kemudian, Gubernur Papua, Luka Enembe pun angkat bicara. Gubernur Papua ini mengatakan, selama amunisi masih terus diperjualbelikan (beredar) secara bebas di beberapa wilayah pegunungan tengah Papua, maka wilayah Papua tak akan aman.

“Saya mau katakan siapa yang mensuplai amunisi? Tapi itu jelas bukan institusi, tapi person. Yang jelas, saya sudah laporkan masalah ini ke presiden dan Panglima TNI Moeldoko,” kata Enembe kepada wartawan, di Jayapura, 30 Oktober tahun lalu. (Baca Lukas Enembe: Soal Jual Amunisi, Saya Sudah Lapor Presiden)

Dua hari sebelum pernyataan Gubernur Enembe, Kepala Kepolisian (Kapolda) Papua Inspektur Jenderal (Pol) Yotje Mende mencopot Kapolsek Nguda, Papua paska penangkapan transaksi oknum polisi, Briptu TJ yang bertugas di Polsek Nduga dengan kelompok bersenjata di Wamena, Jayawijaya, Minggu, 26 Oktober. (Baca Oknum Polisi Jual Amunisi, Kapolsek Nduga Dicopot)

Awal bulan Februari 2015, Pomdam XVII Cenderawasih sudah menetapkan Serma S’dan Sertu M sebagai tersangka kasus jual beli amunisi ke kelompok bersenjata. Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan di Jayapura, kemudian mengakui kedua anggota Ajendam XVII itu selain sudah ditetapkan sebagai tersangka saat ini juga lagi diproses pemberhentian tidak dengan hormat. Selain dua anggota TNI ini, tiga anggota lainnya juga diproses untuk kasus yang sama. (Baca Serma S dan Sertu MM Tersangka Jual Beli Amunisi). Namun Sertu M, yang kemudian diketahui sebagai Sertu Murib dibebaskan dari tuduhan terlibat jual beli amunisi ini karena tidak terbukti. (Baca Pangdam : Sertu Murib Dibebaskan Tidak Terbukti Jual Amunisi)

Kasus jual beli senjata dan amunisi ini dipertanyakan oleh dua pimpinan gereja di Papua, Benny Giay (Ketua Sinode Gereja Kemah Injili/Kingmi) dan Dorman Wandikbo (Presiden Sinode Gereja Injili di Indonesia/GIDI) dalam Diskusi Publik di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, Jumat (22/5/2015).

“TNI bersembunyi di belakang itu (separatisme). Separatisme ini mesti dianalisa datang dari mana dan siapa yang melahirkan ini. Antara bulan Agustus sampai November tahun lalu hampir setiap minggu TNI/Polri menjual senjata dan amunisi ke Organisasi Papua Merdeka (OPM). Ini saya anggap sebagai upaya TNI/Polri untuk memelihara konflik di Papua,”

kata Benny Giay.

Ia yakin, ada upaya dari pihak tertentu yang ingin memelihara separatisme tetap eksis dan bertambah kencang karena sudah terbukti TNI/Polri bisa jual senjata dan amunisi.

“Kalau yang beli senjata disebut separatis, yang jual senjata yaitu anggota TNI-POLRI disebut apa?” tanya Pendeta yang juga antropolog ini.

Hal yang sama dikatakan Presiden Sinode GIDI. Pendeta Dorman Wandikbo dengan tegas mengatakan TNI/POLRI bertanggung jawab atas penjualan senjata di Papua. “Jangan semua mengambinghitamkan separatisme,” kata Pendeta Wandikbo.

Lanjut Wandikbo, anggota TNI/Polri seringkali bermain dengan kelompok yang disebut-sebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) oleh Polisi namun mengaku sebagai anggota OPM.

“Setelah sering transaksi senjata, mereka (TNI/Polri) mengawasi, mereka (TNI/Polri) tangkap, mereka (KKB) masuk penjara, lalu mereka (TNI/Polri) naik pangkat. Kemudian OPM dijadikan objek, kambing hitam,”

ujar Wandikbo.

Secara terpisah, menanggapi pernyataan kedua pimpinan gereja di Papua ini, Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya menyatakan TNI tidak pernah melakukan penjualan senjata atau pun amunisi di Papua. “Sebagai institusi tidak,” katanya, dikutip CNN Indonesia, Jumat (22/5) malam.

Fuad menambahkan penjualan senjata atau amunisi itu kemungkinan dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Adanya jual beli senjata atau amunisi di Papua karena adanya permintaan. “Ada yang perlu senjata atau amunisi, lalu ada yang perlu uang,” tuturnya.

Fuad menegaskan, jika oknum-oknum yang menjual senjata atau amunisi itu ternyata dari TNI, maka akan diberi hukuman yang tegas. “Sudah pasti akan dipecat. Kalau undang-undangnya oknum TNI yang menjual senjata atau amunisi itu boleh dihukum mati, pasti kami hukum mati,” tegasnya. (Victor Mambor)

Source:TabloidJubi.com, Diposkan oleh : Victor Mambor on May 23, 2015 at 12:39:14 WP [Editor : -]

Di Timika, Satu Keluarga Dibantai OTK

Bapak dan Anak Tewas, Istri Dan Dua Anaknya Lagi Kritis

JAYAPURA – Kasus penganiayaan yang mengakibatkan meninggal dunia kembali terjadi di daerah Timika, Kabupaten Mimika. Jika sebelumnya seorang warga Timika bernama Korinus Kareth tewas dianiaya sekolompok warga pasca bentrokan pada beberapa hari lalu.

Kali ini, sekelompok orang tidak dikenal (OTK) membacok satu keluarga yang beralamat, Jalan Irigasi Kelurahan Inauga, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua, pada Jumat (30/1) dinihari sekitar pukul 02.30 WIT.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Kombes (Pol) Patrige saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan adanya penganiayaan yang dilakukan sekelompok OTK terhadap satu keluarga di jalan Irigasi, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika tersebut.

Akibatnya, seorang ayah bernama Tukimin (40 tahun), asal Banyuwangi, Jawa Timur, meninggal dunia dengan luka bacok di kepala bersama anaknya Febri (11 tahun) pelajar kelas 5 SD akibat luka robek dibagian kepala. “Benar, ada laporan itu dan kini dalam pengejaran,” katanya, Jumat (30/1).

Sementara, Istrinya Nunuk (30 tahun) mengalami luka robek di kepala dan kini dalam kondisi kritis dua anaknya yang lain bernama, Mipiyu (9 tahun), murid kelas 2 SD mengalami luka memar pada kepala bagian depan dan bengkak pada bagian belakang. Begitu pula adeknya yang baru berusia 2 tahun bernama, Nando (2) yang mengakibatkan luka robek pada kepala.

Patrige mengungkapkan, ketika mendapat laporan, anggota Polsek Mimika baru yang dipimpin Wakapolsek, Iptu Parno langsung mendatangi TKP guna melakukan pertolongan pertama dengan mengevakuasi para korban ke RSUD Mimika untuk dilakukan otopsi dan visum.

“Anggota sudah melakukan pengejaran di lokasi kejadian, namun menurut informasi saksi di lapangan bahwa para pelaku langsung melarikan diri ketika melakukan aksi mereka,” jelas dia.

Lanjut dia, sekitar pukul 07.00 WIT Tim Reskrim Polres Mimika dan Polsek Mimika baru langsung melakukan olah kejadian guna mengetahui para pelaku pembacokan terhadap para korban. “Kami sudah periksa saksi di lapangan, sementara jenazah korban masih berada di RSUD Mimika,” ucapnya.

Disinggung jumlah para pelaku, Patrige belum bisa memastikan jumlah para pelaku tersebut. “Yang jelas, mereka lebih dari satu orang. Kini mereka masih dikejar,” ungkapnya. (loy/don/l03)

Source: Sabtu, 31 Januari 2015 05:48, BinPa

Densus 88 dan BNPT Mandul Hadapi Teroris OPM

Pasukan Nggoliar Tabuni di Puncak Jaya
Pasukan Nggoliar Tabuni di Puncak Jaya

PAPUA_DAKTACOM: Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali membuat ulah dengan menyerang pos polisi sub sektor Kulirik, Puncak Jaya, Papua. Para penyerang dari anggota Organisasi Papua Merdeka juga merampas 8 senjata milik polisi.

Penyerangan yang terjadi sekitar pukul 16.00 WIT, Sabtu pada tanggal 4 Januari 2014 itu dilakukan ketika pos dijaga 2 orang personel Polri. Penyerang dari anggota OPM ini diperkirakan mencapai 20 orang.

Dari berbagai sumber menyatakan saat kejadian 8 pucuk senpi laras panjang terdiri dari AK 47 (3 pucuk), Mauser (1 pucuk), SS1 (5 pucuk) dan amunisi dibawa kabur oleh pelaku anggota OPM. Kejadian terjadi ketika 5 personel polisi tengah melakukan patroli. Para pelaku mulanya mendobrak pintu depan pos dan mengobrak-abrik ruangan utuk mencari senjata.

Dua polisi yang berada di pos langsung menyelamatkan diri melalui pintu belakang dan melapor ke Polres terdekat. Sejumlah anggota Brimob dan TNI langsung mengejar pelaku namun mereka melarikan diri ke gunung sambil meletuskan tembakan ke arah anggota.

Sudah kesekian kalinya Organisasi Papua Merdeka kerap melakukan serangan anggota Polri dan TNI sedang bertugas. Namun, pihak Polri dan TNI tidak pernah merespon mereka secepat mungkin, apalagi menangkap para pelaku.

Padahal, para anggota OPM ini telah memiliki persenjataan yang mumpuni baik hasil dari rampasan senjata milik Polri maupun TNI sehingga konflik kekerasan rawan terjadi di wilayah Papua.

Yang menjadi pertanyaan, kenapa negara memberikan perlakuan yang berbeda dalam menyikapi umat Islam dan anggota OPM?

Pertama, dalam hal definisi terorisme. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh OPM terhadap aparat negara tidak serta merta membuat BNPT menyebut OPM sebagai organisasi teroris. Pelakunya disebut teroris dan pantas ditembak mati, seperti yang terjadi dalam penggerebekan Ciputat pada Rabu, 1 Januari 2014.

Kedua, pasukan elit Tim Densus 88 Anti Teror, milik Mabes Polri yang diklaim memiliki kemampuan taktis dan persenjataan tangguh tak pernah sekalipun dikerahkan melawan milisi OPM di ujung Timur wilayah nusantara. Apakah Tim Densus 88 hanya ditugaskan untuk mencabut nyawa umat Islam? Atau mereka tak punya nyali untuk menghadapi sesama milisi bersenjata seperti OPM?

Ketiga, perlakuan berbeda juga dilakukan oleh badan pemerintah bernama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), yang kini dikepalai oleh Ansyaad Mbai. Jika selama ini BNPT mengklaim telah melakukan program deradikalisasi kepada para narapidana terduga teroris dengan mendatangkan para Syaikh yang beragama Islam dari Timur Tengah, mengapa BNPT tidak melakukan hal yang sama kepada milisi OPM. Jika mereka disebut beraliran Maois, kenapa BNPT tidak mendatangkan orang dari Cina Komunis untuk menderadikalisasi pemikiran mereka?

Pernahkah BNPT pergi ke tanah Papua untuk memberikan penyuluhan agar mereka tidak bertindak radikal dan melakukan kekerasan kepada polisi?

Keempat, ada ketidakadilan dari sisi pemberitaan mengenai kejahatan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat dengan umat Islam yang dituduh melakukan aksi terorisme. Aksi OPM seringkali luput dari sorotan media massa. Berbeda halnya, ketika yang dituduh sebagai pelakunya adalah umat Islam.

Redaktur : Imran Nasution
Sumber : Kiblat.net

Enhanced by Zemanta

Mayat Pria Berbaju Loreng Ditemukan di Belakang Ekspo

Mayat Pria Saat Berada di RS Bhayangkara Polda PapuaJAYAPURA – Sesosok mayat pria tanpa identitas ditemukan mengambang di Danau Sentani, tepatnya di Belakang Ekspo, Jalan Gelanggang II, Kelurahan Waena, Distrik Heram. Mayat tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang nelayan bernama Erens Modouw (33) warga Belakang Ekspo, Jalan Gelanggang II, Kelurahan Waena, sekitar pukul 09.00 WIT.

“Ya, benar. Pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan yang hendak mengambil jaring ikan dengan menggunakan perahu sampan yang juga merupakan warga sekitar situ,”

ujar Kapolsekta Abepura Kompol Decky Hursepunny didampingi Wakapolsekta Abepura Iptu Frits Orlando Siagian dan Kanit Reskrim Polsekta Abepura Iptu Subur Hartono saat dikonfirmasi Bintang Papua, Rabu (27/11) kemarin sore.

Kapolsekta Decky demikian sapaan akrabnya menceritakan, awalnya saksi melapor ke Pos Patmor Ekspo, sehingga melapor ke Polsekta Abe. Dan, begitu mendapat laporan dia bersama beberapa anggota langsung meluncur ke lokasi kejadian.

“Dari hasil keterangan saksi di lokasi kejadian, awalnya mayat tersebut mengapung di tengah danau, sehingga saksi meminta bantuan kepada warga sekitar danau untuk mengevakuasi mayat ke pinggir danau,”

katanya.

Lebih lanjut, Kapolsekta Decky mengatakan jasad pria tersebut mengenakan celana pendek kain warna hitam dan memakai baju loreng bertuliskan SNIPER. Ciri – ciri gemuk, pendek dan berwajah bulat. Hingga sore hari aroma menyengat sudah keluar dari tubuh pria yang diperkirakan berusia 23 s/d 25 tahun ini.

“Kami perkirakan korban tewas pada Rabu (27/11) sekitar pukul 02.00 WIT, atau belum cukup 24 jam, dilihat dari kondisi tubuhnya yang mengenaskan,”

sambungnya.

Kapolsekta Decky mengatakan, baik dari hasil identifikasi sementara, hasil visum dan hasil foto rongent di RS Bhayangkara Polda Papua tidak ditemukan tanda – tanda kekerasan apalagi luka tembak pada tubuh mayat pria tersebut. Namun, petugas akan tetap melakukan penyelidikan.

“Kami tetap akan melakukan penyelidikan dengan cara mengumpulkan alat bukti dan semua saksi yang mengetahui kejadian tersebut,” tandasnya.

Pasca ditemukannya jasad pria malang tersebut langsung dibawa ke RS Bhayangkara Polda Papua untuk divisum. Sementara polisi berharap bila ada yang kehilangan anggota keluarga dapat melapor ke Polsekta Abepura.

Ketika disinggung terkait demo KNPB yang berakhir rusuh, kata Kapolsekta Decky bahwa mayat pria itu tidak ada kaitannya dengan kerusuhan KNPB, Selasa (26/11) siang lalu di depan Mega Waena.

Dengan tidak adanya tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan, sehingga pihaknya dapat memastikan bahwa jasad pria itu tidak terkait dengan pengejaran massa pendemo KNPB.

Berdasarkan pantauan Bintang Papua pada saat mengevakuasi mayat pria itu ke RS Bhayangkara Polda Papua itu terlihat beberapa tokoh seperti mantan anggota Komnas HAM Perwakilan Papua Matius Murib, S.H., Direktur RSUD Abepura yang juga Direktur UP2KP drg. Aloysius Giay, M.Kes., mengikuti jalannya proses visum dan foto rongent yang dilakukan pihak medis di RS Bhayangkara Polda Papua.

Sementara itu berdasarkan informasi yang diperoleh Bintang Papua diketahui mayat pria itu bernama Meus Kipka (23 s/d 25) warga Pos 7, Sentani, Kabupaten Jayapura dan sekitar pukul 20.00 WIT sanak keluarga telah mendatangi RS Bhayangkara Polda Papua guna melihat kondisi dari mayat pria tersebut.

Kapolres Jayapura Kota AKBP Alfred Papare, S.I.K., ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Rabu (27/11) membenarkan pihaknya telah menerima laporan kasus penemuan mayat di Danau Sentani tepatnya di Gelanggang 2, Kelurahan Waena, Rabu (27/11) pukul 09.00 WIT. Sesosok mayat pria tanpa identitas tersebut ditemukan seorang nelayan bernama Erens Modouw (33).

Pasca penemuan mayat, dikatakan Kapolres, pihaknya masih melakukan penyelidikan identitas korban. Namun, setelah dilakukan otopsi tim medis RS Bhayangkara, tak ditemukan kekerasan fisik pada tubuh korban.

“Kami masih menunggu kehadiran keluarga korban untuk mengambil jenazah korban,”

kata Kapolres. (mir/mdc/don/l03)

Sumber: Kamis, 28 November 2013 18:57, Binpa

UU Teroris Akan Memanaskan Situasi Politik Papua

jitu

Jayapura — Adanya wacana Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menyatakan tidak ragu menerapkan Undang-Undang (UU) Terorisme di Papua, karena maraknya aksi penembakan oleh orang tak dikenal (OTK) ditanggapi berbagai pihak.

Direktur Eksekutif The Indonesian Human Rights Monitor (Imparsial), Poengky Indarti menegaskan, UU Teroris tidak terpat diberlakukan di Papua, karena justru akan kian memanaskan situasi politik Papua.

“UU Teroris tidak tepat diberlakukan di Papua, karena penerapan UU tersebut justru akan menambah panas situasi politk di Papua. Penerapan UU Teroris rawan melanggar HAM, karena defini teroris yg terlalu luas. Saya khawatir akan banyak kasus penyiksaan dan salah tangkap. Yang menjadi masalah pemerintah adalah masih adanya kelompok-kelomok yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah,”

tegas Poengky Indarti ke tabloidjubi.com, Senin (24/12).

Menurut Poengky, untuk menghadapi kelompok tersebut, pemerintah seharusnya mengajak mereka berdialog secara damai. Selain itu kebijakan pemerintah di Papua juga harus bersifat bottom-up, agar rakyat Papua tidak merasa dipinggirkan dan diabaikan.

“Untuk menghadapi kekerasan bersenjata, yang harus dilakukan polisi justru menggiatkan operasi menghentikan penyelundupan senjata dan memperketat pemberian ijin kepemilikan dan pengunaan senjata api. Jika pemasok senjata adalah aparat dan pejabat, maka mereka harus dihukum beratm,”

kata Poengky Indarti.

Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), Ruben Magay beberapa waktu lalu juga menolak wacara tersebut. Ia mengatakan, tidak perlu.

“Saya rasa tidak perlu. Jika di Papua dikatakan ada teroris, kita harus dilihat dari kinerja aparat. Jangan isu lain dijawab dengan isu lain. Teroris yang sudah terindikasi peledakan sekarang sejauh mana polisi bisa mengidentifikasi. Berapa ancaman yang teridentifikasi. Inikan penting.Jangan kelompok masyarakat berbicara tentang demokrasi, ditembak dan diskenariokan, lalu dinyatakan bahwa itu kelompok teroris. Itu tidak boleh. Kalau ada penemuan senjata dan amunisi, lalu darimana senjata itu? Ini bukan emas yang masyarakat dulang dari bawah tanah. Jadi UU Teroris tidak tepat diterapkan di Papua. Mari kita pilah-pilah persoalan dan meluruskan kepemilikan senjata dan amunisi serta bahan peledak yang ditemukan di Papua. Itu kan didatangkan dari luar sehingga pengamanan dan pemeriksaan di pelabuhan serta bandara harus diintensitaskan. Itu yang penting,”

kata Ruben Magay.

Sebelumnya, Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Pol Komjen Pol Sutarman mengungkapkan, Polri tidak ragu untuk UU) Terorisme di Papua, karena maraknya aksi penembakan oleh OTK.

“Kita juga tidak ragu-ragu untuk menerapkan pasal terorisme kalau mereka sudah membunuh orang-orang yang tidak berdosa,”

kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Pol Komjen Pol Sutarman di Jakarta, Rabu (19/12).

Sutarman mengatakan, hal tersebut dapat diterapkan karena adanya tindakan dengan menggunakan senjata yang menakutkan masyarakat termasuk terorisme.

“Seperti kejadian di Aceh beberapa waktu yang lalu menjelang pilkada selanjutnya kita tangkap dan dapat dikenakan seperti itu di Papua yang menembaki orang tidak berdosa dan pendatang baru. Itu wilayah Indonesia tidak ada sensitif walaupun itu otonomi khusus,”

terang Sutarman. (Jubi/Arjuna)

 Monday, December 24th, 2012 | 15:45:17, TJ

Simpan Ratusan Amunisi, 5 Warga di Abe Ditangkap

Salah satu Tersangka saat digiring ke Mapolda papua, Selasa (30/10), kemarin.
Salah satu Tersangka saat digiring ke Mapolda papua, Selasa (30/10), kemarin.
JAYAPURA— Sebuah rumah sewa di Jalan Merpati, Gang Merpati III, Pasar Youtefa, Kelurahan Awiyo, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Selasa (30/10) sekitar pukul 06.30 WIT berhasil digeledah, setelah diduga tempat menyimpan ratusan amunisi.

Kabid Humas Polda Papua, AKBP I Gede Sumerta Jaya, SiK saat dikonfirmasi, Selasa (30/10) membenarkan pihaknya telah adanya penggeledahan sebuah rumah sewa di kawasan Pasar Youtefa, yang diduga tempat penyimpanan ratusan amunisi sekaligus menangkap 5 warga ke Polda Papua, Jayapura untuk menjalani pemeriksaan. Masing-masing berinisial NP/YP (28), DIH (26), AK (24) dan YJW (27), serta RN yang ditangkap ditempat terpisah. Dari penggeledahan, papar I Gede, petugas menemukan 9 butir amunisi caliber 762 mm, 121 butir Amunisi tajam caliber 5,6 mm, 20 butir amunisi hampa kaliber 5,6 mm. “Di lokasi, kami juga menemukan dua kwitansi pembelian amunisi, tertanggal 23 Oktober 2012 senilai Rp 3 juta dan tertanggal 26 Oktober 2012 senilai Rp 4 juta dan 1 unit mobil Avanza yang digunakan para pelaku,”urainya.

Dia mengatakan, terbongkarnya tempat penyimpanan amunisi ilegal tersebut, sesuai informasi warga sekitar pukul 01.00 WIT, bahwa telah dilakukan transaksi jual beli amunisi di wilayah Kota Jayapura. Selanjutnya, Tim Khusus Polda Papua langsung membuntuti mobil yang ditumpangi para pelaku menuju Jalan Merpati, Abepura.

Dimana dari penggrebekan itu, jelasnya, anggota berhasil membekuk 4 pelaku, salah satunya merupakan wanita. Kemudian anggota melakukan pengerajan terhadap pelaku yang tertera pada kwitansi pembelian amunisi di wilayah Jayapura, sesuai keterangan 4 pelaku lainnya dan berhasil membekuk RN.
“Saat itu anggota langsung melakukan penggeledahan dan didalam kamar ditemukan barang bukti amunisi dan kwitansi pembelian, bersama 4 orang yang diduga sebagai pemilik amunisi. Dari informasi 4 pelaku, diketahui RN dan kemudian dilakukan pengejaran oleh anggota Tim Khusus Polda dan berhasil dibekuk, Selasa sore,” tuturnya.

Sementara itu, dari hasil pemeriksaan lebih lanjut pihaknya telah menetapkan dua tersangka dalam kepemilikan amunisi, mereka berinisial DIH dan RN. Sementara, 3 pelaku lainnya masih menjalani pemeriksaan secara intensif.

Kata dia, 2 pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka dengan dikenakan pasal 1 UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951, karena terbukti memiliki, menyimpan serta menguasai bahan peledak maupun amunisi dengan ancaman pidana 20 tahun dan maksimal seumur hidup.

Sementara itu, salah satu pemilik rumah kost bernama, Jack saat dimintai keterangannya di tempat kejadian perkara (TKP) mengaku kaget ketika ada penangkapan dari aparat kepolisian terhadap ketiga orang penghuni kos miliknya. “Saya sangat kaget karena selama ada rumah kos ini semua penghuni sangat baik dan tidak ada hal-hal yang mencurigakan,” akunya kepada wartawan di TKP, Selasa, (30/10).

Dijelaskannya, kamar kost digerebek tersebut sebenarnya bukan ditempati 3 orang yang ditangkap itu, melainkan salah satu guru SD di Kabupaten Tolikara bernama Gandi dan informasi rumah kos ini diberikan kepada orang tersebut untuk menempati sementara.

“Saya sendiri selaku pemilik rumah kost merasa kecewa karena orang lain yang sewa namun yang menempati juga orag lain. Dan yang menempatinya mereka yang mempunyai niat jahat,” tandasnya.

Diakuinya, selama rumah kostnya itu disewa orangnya memang tidak ditempati selama sebulan karena yang kost sedang bertugas di Kabupaten Tolikara, namun secara tiba-tiba datang orang tersebut dan langsung menempatinya. “Saya pernah bertanya kenapa yang kost bukan yang membayar kamar kost itu, tapi yang bersangkutan (tiga pelaku,red) menyampaikan bahwa sudah ijin kepada orangnya sehingga berani menempati rumah tersebut,” pungkasnya.
Penggerebekan Lanjutan di Maribu

Pada hari yang sama Selasa (30/10) sekitar pukul 11. 06 WIT kemarin, di Kampung Maribu Tua Distrik Sentani Barat Kabupaten Jayapura, telah dilakukan penggrebekan dan penggledahan oleh tim gabungan dari Polda Papua, Polresta Jayapura dan Polres Jayapura yang dipimpin langsung oleh Kapolresta Jayapura AKBP Alfret Papare, terhadap rumah TS yang diduga merupakan letkol Npb 7110552 dengan jabatan kasdam 7 Tabi.
Dari hasil pantauan di lapangan, ketika penggrebekan TS sedang tidak berada di rumah namun sudah keluar rumah dari pagi. Sedangkan dari data dan informasi yang berhasil dikumpulkan Bintang Papua, pada saat penggeledahan ditemukan barang dan dokumen sebagai berikut Materil yaitu 8 buah amunisi kal. 556 x PD II dan 2 buah amunisi pistol kal. 3,8 x PD II. Dimana seluruh amunisi tersebut disimpan dalam sebo (penutup kepala) berlambang bendera PNG. Selain itu juga, ditemukan Dokumen berupa surat proposal dari panitia nasional konferensi peluncuran parlemen nasional Papua Barat sejumlah Rp 555. 275.000 (lima ratus lima puluh lima juta dua ratus tujuh puluh lima ribu) tertanggal numbay 17 Januari 2012 tertanda VK ketua panitia, MY (sek. Panitia) mengetahui BPP.KNPB ketua umum, surat permohonan bantuan kesekretariatan PPP KNPB kepada kaum intelektual Papua, surat undangan OPM/TPN PB kodam 7 tabi Letkol TS tertanggal Tabi 9 maret 2012 dengan agenda konsolidasi kekuatan demi persatuan di Tanah Tabi, penyatuan presepsi yang akan disalurkan melalui KTT TPN OPM, penentuan pigure yang akan disertakan pada KTT TPN/OPM yang akan berlangsung di Biak. (nls/mdc/dee/don/lo1)

Rabu, 31 Oktober 2012 05:24, BP.com

DPRP Dukung Kampus di Papua Bukan Sarang Teroris

Yohanes Sumarto
Yohanes Sumarto
JAYAPURA—Koalisi Mahasiswa dan Pemuda Papua Peduli Rakyat (KMP3R) selaku wadah mahasiswa Papua telah mengambil sikap tepat dan benar dalam menghadapi situasi keamanan di Papua, Kampus di Papua adalah tempat mengasa ketrampilan dan intelektual, bukan sarang teroris sebagai dituduhkan ketika menyampaikan keterangan pers di Jayapura, Selasa (23/10).

Demikian disampaikan Anggota Komisi A DPRP dr. Yohanes Sumarto, Rabu (24/10). Dia mengatakan, pihaknya mengingat pada saat yang lalu Uncen sebagai satu-satunya Universitas di Papua adalah tempat perjuangan untuk mengangkat derajat SDM di Papua menjadi manusia intelek, bermartabat dan bermoral serta mempunyai wawasan nasional serta integritas yang tinggi.

Namun demikian, kata dia, adanya oknum-oknum mahasiswa yang tak bertanggungjawab perlu dilakukan dialog internal mahasiswa dan pemerintah difasilitasi pemerintah. Dengan demikian pepatah yang mengatakan karena nila setitik rusak susu sebelanga tak ada alasan untuk menggeneralisasi mahasiswa Papua dengan stigma makar, separatis dan teroris.

“Mahasiswa perlu saling menyarankan kepada teman-temannya untuk berpartisipasi pada pembangunan dan pendidikan dan lain-lain” tandasnya.
Sedang untuk masalah keamanan lanjut politisi Partai Gerindra ini, KMP3R perlu menghadap Kapolda untuk mohon petunjuk agar kampus dapat bersih dari faktor-faktor yang mengganggu ketertiban dan keamanan. (mdc/don/LO1)

Kamis, 25 Oktober 2012 08:01, BP.com

Bawa Senpi Standar Seorang Pria Diciduk

JAYAPURA—Seorang pria berinisial TY (20) diciduk, setelah kedapatan membawa senpi laras pendek tanpa magazen jenis Jerico Caliber 9 mm buatan Israel dan 1 butir amunisi yang berada didalam kamar senpi tersebut ketika digelar razia di Depan Mako Polsek Wamena Kota, Kabupaten Jayawija, Selasa (23/10) sekitar pukul 09.45 WIT.

Demikian disampaikan Pjs. Kabid Humas Polda Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya, SIK ketika dikonfirmasi, Rabu(24/10). Dia mengatakan, berdasarkan keterangan TY, senpi tersebut milik RM, yang mana saat itu RM berada di Wamena kemudian menelpon SW yang berada di Puncak Jaya agar senpi yang saat itu dipegang oleh SW dibawa ke Wamena.

Kata dia, atas suruhan tersebut SW menyuruh TY berangkat ke Wamena dan tiba di Wamena pada Minggu (21/10). Karena TY tak membawa alat komunikasi sehingga TY berputar-putar mencari lokasi dimana RM berada. Tapi, belum sempat bertemu RM, TY telah tertangkap saat Polsek menggelar razia di Depan Mako Polsek Wamena Kota Kabupaten Jayawija dengan sasaran senpi, sajam dan miras. Saat YT sedang dilakukan pemeriksaan secara intensif guna pengembangan penyelidikan lebih lanjut. Saat ini TY sudah dilakukan penahanan dengan sangkaan membawa senpi tanpa hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 UU Darurat No 12 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman 20 tahun dan maksimal seumur hidup.

Jenis senpi yang diketemukan, ujar Kabid Humas Polda Papua, pihaknya belum mengetahuinya. Tapi yang jelas, senjata standar yang sering dipakai ABRI.

“Asal senpi itu masih dikembangkan apa ada kaitan dengan kelompok tertentu atau kejadian-kejadian yang selama ini terjadi di Wamena bekerjasama dengan Polsek Puncak Jaya,” kata dia. (mdc/don/LO1)

Kamis, 25 Oktober 2012 08:01, BP.com

Giliran di Timika, Ditemukan Bahan Peledak, 2 Ditangkap

JAYAPURA—Setelah Wamena dihebohkan aksi teror bom beberapa waktu lalu. Kini aksi yang sama mengguncang Timika, Ibukota Mimika.

Pasalnya, aparat Polres Mimika kembali menemukan Bahan Peledak (Handak) yang masih dalam bentuk bongkahan atau belum dihaluskan dengan berat 1,6 Kg dan bahan serbuk berwarna merah dengan berat kira-kita 1 Ons.

Serbuk itu adalah jenis bahan peledak dan jenis serbuk berwarna merah yang sudah dimasukkan ke dalam 1 buah pipa besi dengan ukuran P = 24 Cm, Diameter 2,5 Cm, serta aluminium dengan P = 7,5 Cm Diameter 0,7 Cm.

Ini diduga sebagai detonator rakitan. Ditemukan, di dua lokasi berbeda di Timika masing-masing di rumah SI di Jalan Freeport, Kompleks Kebon Sirih dan di rumah RY dan rumah VS (Alm), Jalan Kesehatan, Timika Jumat (19/10) sekitar pukul 05.30 WIT.

Demikian disampaikan Pjs. Kabid Humas Polda Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya, SIK melalui Press Release yang dikirim ke Bintang Papua, Minggu (21/10). Dia mengatakan, pada saat itu juga telah dilakukan penangkapan SI dan RY. Penangkapan tersebut dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan dari AM, Alamat Kompleks Kehutanan, Timika yang dicurigai rumahnya dijadikan sebagai tempat pembuatan senjata tajam. Dikatakan dari hasil penangkapan SI, ditemukan sejenis bahan-bahan yang dapat meledak.

Dari hasil keterangan S I diketahui jenis-jenis handak tersebut dimilik oleh Y A, Alamat Belakang Kantor Kehutanan, Timika yang menurut YA bahan-bahan tersebut dibelinya di Biak pada bulan Juli 2012 dan dibawa ke Timika dengan menggunakan kapal laut. “Motif kepemilikan jenis handak tersebut untuk bom ikan”kata dia.

Menurutnya, dari Hasil penangkapan tersebut yang telah dijadikan tersangka antara lain : YA pemilik Handak, YW kepemelikan Sajam PM pembuat sajam, VR pembuat sajam,

AM pembuat sajam, SI yang menyuruh membuat sajam, RY yang menyuruh membuat sajam.

Barang Bukti yang dapat disita antara lain: 1 buah Handak siap pakai yang terbuat dari Pipa besi ukuran P = 24 Cm, Diameter 2,5 cm, serta aluminium dengan P = 7,5 Cm Diameter 0,7 Cm yang diduga sebagai detonator rakitan, bahan serbuk berwarna merah dengan berat kira-kira 1 Ons adalah jenis bahan peledak dan masih dilakukan uji labfor, benda-benda yang masih dalam bentuk bongkahan (belum dihaluskan) dg berat 1,6 kg adalah jenis handak high explosive, 2 buah parang, 1 buah badik, 3 buah ketepel, 61 buah anak panah terdiri dari 22 anak panah ukuran besar dan 39 anak panah ukuran kecil terbuat dari besi, korek api batang 5 slop, 1 buah laptop merk Acer, CPU 1 unit, pembuat anak panah terdiri dari gergaji besi, gerinda serta dokumen. (mdc/don/l03)

Senin, 22 Oktober 2012 07:19, BP.com

KNPB Bukan Organisasi Teroris: Densus 88 Anti Teror Kolonial NKRI Jangan Bersandiwara!

Terkait isu terorisme menyusul penembakan Musa Tabuni beberapa bulan lalu, dan berbagai aksi dan operasi Densus 88 Anti Teror Penjajah NKRI, maka dengan ini General TRWP Mathias Wenda, lewat telepon seluler menelepon langsung ke PMNews dengan tanggapan dan perintah sebagai berikut:

  1. Kasih tahu anak-anak saya supaya anak-anak kalau bicara politik, mereka bermain politik saja, jangan sampai mereka bicara untuk memanggul senjata, karena perjuangan Papua Merdeka sudah punya organisasi yang sudah lama berjuang di pulau New Guinea dengan mengangkat senjata memakan banyak korban dan juga menewaskan banyak musuh. Jadi, anak-anak jangan coba-coba bicara atau pikir sedikit tentang perang. Perang itu ada orang tua, orang tua punya komando, Komando sudah jelas, pengalaman sudah ada. Jadi itu saja.
  2. Nah kedua, saya dengar ada beberapa orang KNPB sering bicara di luar jalur politik, tidak mempertimbangkan resiko-resiko yang akan muncul, itu coba hentikan.
  3. NKRI tidak akan membiarkan semua organisasi militer ataupun politik bersuara di Tanah Papua. Oleh karena itu bermain politik, ya main politik saja. Jangan coba-coba pikir perang.
  4. Ada anak-anak yang tidak mau dengar himbauan ini nanti lihat saja resekonya. Sudah dikasihtahu banyak kali tidak mau dengar, ya, resikonya terima sendiri.

Selanjutnya menyangkut apa yang dikerjakan Densus 88 Anti Teror Polisi Kolonial, Gen. TRWP Mathias Wenda menyatakan.

  1. NKRI tidak akan biarkan siapapun bersuara keras menentang pendudukannya di Tanah Papua. Lihat saja, PDP yang dibentuk dengan upacara besar-besar, buka-buka pakaian dan harga diri itu saja mereka sudah jinakkan. Sekarang PDP hanya menjadi corong opini dan pendapat menyangkut situasi politik di tanah Papua, bukan lagi berjuang seratus persen untuk Papua Merdeka. Jangan sampai KNPB juga mereka jadikan sama dengan itu.
  2. NKRI sedang berusaha menjadikan KNPB sebagai organisasi terlarang. Karena itu sekali lagi tolong jangan bicara perang atau aksi kekerasan. Saya dengar ada kelompok militan KNPB itu segera dibubarkan.
  3. NKRI punya banyak akal, jadi malaikat-pun mereka bisa jadikan tersangka. Lihat saja di pulau-pulau di Indonesia, pimpinan Agama saja jadi teroris, bunuh orang sembarang. Jadi, di Indonesia itu antara malaikat dan iblis tidak ada bedanya, sama-sama bisa bunuh orang sembarang. Jadi, KNPB juga bisa mereka buat jadi teroris. Itu perhatikan baik-baik;
  4. Australia sudah mendesak NKRI menarik pasukan Densus 88 Anti Teror dari Tanah Papua, oleh karena itu, mereka mau menunjukkan bahwa perjuangan Papua Merdeka ada unsur terorisme, karena itu kesatuan ini tidak bisa ditarik. Itu sebabnya mereka sedang kerja tambahan, jadi anak-anak jangan punya mata jadi buta, punya telinga jadi tuli, punya hati jadi mono.

Lalu terhadap perbuatan NKRI ini, Panglima Komando Revolusi Tentara Revolusi West Papua Gen. TRWP Mathias Wenda per telepon menyatakan:

  1. Atas nama leluhur dan anak-cucu saya, atas nama semua makhluk yang ada di Tanah ini, atas nama Tuhan Pencipta Langit dan Bumi dan Pencipta Tanah Papua, “SAYA MENGUTUK AKSI TERORISME NKRI DI LINGKUNGAN ORGANISASI PERJUANGAN PAPUA MERDEKA”. “Terkutuklah Engkau NKRI dan penyakitmu!”, demikian tegas sang General.
  2. Saya selaku Panglima Komando Revolusi minta kepada NKRI supaya kalau angkatan bersenjata Anda harus mengejar dan berhadapan dengan angkatan bersenjata bangsa Papua, bukan main-main dengan anak-anak yang masih belajar berjuang.
  3. Saya selaku Panglima Tertinggi Komando Revolusi “Menoka Tegas Kedudukan NKRI di Tanah Papua, Menolak Tegas Pemberlakuan Otsus untuk Tanah Papua; Menolak Tegas UP4B untuk menutup Kegagalan Otsus; dan Menolak Tegas Operasi Militer di tengah-tengah Masyarakat Sipil dan Pemuda West Papua”

Demikian petikan pesan yang disampaikan beberapa menit sebelum direkam lalu diketik sesuai isi pesan.

 

 

 

Collective Editorial Board of the Diary of OPM (Online Papua Mouthpiece)

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny