JAYAPURA—Upaya yang dilakukan Polda Papua membentuk Tim Khusus (Timsus) untuk mengungkap dan menangkap pelaku penembakan terhadap warga Jerman Dietmar Pieper (55) di Pantai Base-G, Kota Jayapura, Selasa (29/5) pukul 11.30 WIT, menunjukkan (bukti) tak ada satu wilayapun yang aman di Papua, baik di pedalaman atau di Kota.
Hal ini diutarakan Direktur Utama Aliansi Lembaga Demokratis untuk Papua (ALDP) di Jayapura Latifa Anum Siregar, SH ketika dikonfirmasi Bintang Papua di Kantor DPRP, Jayapura, Kamis (31/5). Dia mengatakan, ketika terjadi peristiwa penembakan atau kekerasan di Papua, pihak Polda serta merta membentuk Tim Khusus untuk mengungkap dan menangkap pelaku penembakan.
Karenanya, kata dia, sebenarnya Polda harus menunjukkan target ketika membentuk Tim Khusus hasil yang dicapai dalam seminggu ini. Tapi kalau selama dua minggu tak mampu memenuhi target mengungkap pelaku penembakan, Polda mesti secara transparan menyampaikan kepada publik bahwa ia tak mampu mengungkap pelakunya.
Tapi kenyataannya tak satupun berhasil diungkap seperti kasus penembakan di dalam Kota Jayapura, Waena, terbakarnya mobil Avanza di Kompleks Pemakaman Waena, Buper, Skyland, Nafri.
Menurutnya, apabila kasus penembakan yang terjadi di wilayah pegunungan seperti Puncak Jaya ketika tak mampu mengungkap pelakunya, maka Polda selalu menyampaikan kesulitan medan, saksi dan barang bukti. Peristiwa ini terjadi di tengah kota yang memiliki akses yang cukup banyak apalagi terjadi pada pagi hari. “Wong kasus di tengah kota bukan baru terjadi kini. Tapi aksi kekerasan dan penembakan belum lama ini tak satupun yang bisa terungkap baik pelaku maupun motifnya,” kata dia seraya menambahkan, ketika terjadi penembakan tersebut sebenarnya cukup banyak saksi yang dapat dimintai keterangan,apalagi istri korban bisa mengidentifikasi ciri ciri pelaku brewok dan kriting.
“Sebenarnya cukup banyak saksi. Kalau kita kembali ke kejadian pembunuhan Theys sepuluh tahun lalu yang terjadi malam hari yang banyak saksi bisa terungkap,” katanya.
Ada pihak yang mengemukakan korban adalah seorang intelejen yang tengah memonitor keadaan terkini di Papua, lanjut dia, justru tuduhan ini harus dibuktikan. Tapi pokok persoalannya ia telah menjadi korban penembakan ketika sedang berada di Indonesia khususnya di Papua apapun alasannya menjadi tanggungjawab negara dalam hal ini pihak Polda Papua.
Ada pihak yang minta agar tim uji balestik dari Jerman datang meneliti proyektil yang kini bersarang di tubuh korban untuk mengungkap asal muasal proyektil tersebut, kata dia, ya namanya Indonesia punya alat paling canggih yang dipunyai juga negara lain. Polisi sudah punya, Densus 88 sudah punya jamanya penembakan Opinus Tabuni 9 Agustus 2008 itu juga sudah ada hasil uji balestik.
“Persoalnya bukan kecanggihan uji balestik tapi berani tidak Polda mengungkapkan kalau dia mengetahui siapapun dia pelaku penembakan.
Karenanya,kata dia, pihaknya juga minta perdebatan perdebatan yang tak mengarah secara detail kepada pelaku sebaiknya diakhiri. Tapi pihaknya men desak Polda untuk jangan karena perdebatan itu bisa mengacaukan atau memberi keuntungan kepada pihak pihak yang memang senang bahwa kasus ini tak terungkap dengan memperdebatkan dia itu siapa identitasnya dengan memperdebatkan tim uji balestik dan macam macam.
“Kami minta Polda buktikan itu kan dimana mana intelejen. Dimana di Kota Jayapura yang tak ada intelejennya. Jadi lucu kalau tak bisa diungkapkan,” ujar dia.
Pelbagai pihak mengusulkan supaya Polda segera mengungkap pelaku penembakan agar jangan terjadi spekulasi internasional Papua sebagai salah satu daerah sarang teroris. “Ya Polda bilang kan aman kejadian itu bisa dilokalisir itu hanya terjadi di Puncak Jaya tak terjadi di Kota Jayapura, tapi kenyataannya peristiwa penembakan terjadi bisa dimana saja secara sporadis di Papua,”katanya.
“Kalau dia bilang bisa dilokalisir di Puncak Jaya aman faktanya aman, tapi kalau ada di tengah kota dan bisa terjadi kapan saja justru menunjukkan tak ada satu wilayapun yang aman di Papua baik di pedalaman atau di Kota,” tuturnya. (mdc/don/l03)
Leave a comment