Dua Malam, Dua Kasus Kebakaran

Jayapura- Dalam dua malam berturut-turut, si Jago merah ngamuk di Kota Jayapura. Kebakaran pertama terjadi di jalan Manokwari no 14, tepatnya dibawa SMP Negeri 2 Jayapura Jumat (9/9) sekitar jam 001.00 wit . Tidak ada korban jiwa dalam dua kebakaran yang terjadi di dua tempat yang berdeda itu, kecuali hanya menimbulkan kerugian material. Kasus di Jalan Manokwari ini, berawal dari korban saat itu sedang tertidur dan ketika bangun api sudah meraja lela dengan besar di dalam rumah , saat itu korban langsung lari menyelamatkan diri namun saat itu api sudah merambat ke rumah tetangga dan menghanguskan 2 rumah .

Atas kejadian tersebut korban MS melaporkan ke mapolsek Abepura , dan untuk kerugian belum dapat di taksir .
Sementara itu di tempat lain juga, sehari sebelumnya si jago merah melahap gudang mainan di APO kali, Kamis ( 8/9) sekitar jam 02.30 wit .

Sedangkan gudang mainan tersebut itu disewakan kepada pemiliknya kepada MR.
Tentang kronologis menurut keterangan saksi bahwa gudang tersebut berisikan mainan – mainan dan sisa petasan milik MR. (cr32/don/l03)

BP, Jumat, 09 September 2011 19:26

PESAWAT SUSI AIR JATUH

JAYAPURA—Awan mendung kembali menyelimuti dunia penerbangan di pegunungan rimba Papua. Kabar terbaru, pesawat Susi Air C 208 B PK – VVE jenis Caravan ditemukan jatuh di sekitar Silimo Area, Kabupaten Jayawijaya, Papua Provinsi pada Jumat (9/9) kemarin. Pesawat naas tersebut dikabarkan berangkat dari Bandara Wamena pada pukul 12.20 WIT dengan tujuan Keneyam, Kabupaten Nduga, tanpa penumpang dan membawa bahan bakar Minyak (BBM) jenis solar sebanyak 4 drum dan barang campuran lainnya. Pilot Dave Cootes, warga negara Australia dan Co Pilot Thomas Munk, warga negara Slovakia, diduga tewas dalam tragedi tersebut.

Pesawat tersebut diperkirakan jatuh di koordinat 042497 lintang selatan (LS) pada bujur timur (BT) di daerah Silimo Area, South Gap.

Menurut Kabid Perhubungan Udara, Dinas Perhubungan dan Informasi dan telekomunikasi Kabupaten Mimika, Dpl. Ing John Rettob, S.Sos.MM, pihaknya belum tahu persis penyebab jatuhnya pesawat milik maskapai penerbangan Susi Air ini. Pesawat ini mengangkut 4 drum bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan 150 kg bahan makanan (bama). Tidak ada penumpang yang ikut dalam penerbangan tersebut.

Lokasi jatuhnya pesawat ini diperkirakan 9.000-10.000 feet, dengan kondisi cuaca ekstrim, angin bertiup cukup kencang, sehingga membutuhkan tenaga-tenaga evakuasi yang berpengalaman.

Menurut John kemarin sore sempat ada penerbangan dari Timika menuju lokasi jatuhnya pesawat , namun tidak bisa dilakukan evakuasi karena cuaca sangat buruk. Menurut rencana Sabtu (10/9/2011) sekitar pukul 05.30 wit helicopter mining sharf (Euro hely copter) akan diterbangkan ke lokasi jatuhnya pesawat untuk melakukan evakuasi. Selain itu juga ada helicopter milik PT Freeport Indinesia juga akan membantu upacara pencairan dan evakuasi pesawat. Selain itu pula pihak Basarnas akan membantu dengan penggunakan heli kopter milik TNI AD yang saat ini sudah stand by di Hanggar Helipad Timika.

Namun petugas terus berkoordinasi untuk penyiapan cadangan bahan bakar di arela terdekat seperti di Dekay atau di Wamena. Sementara itu, tim SAR dari Jayapura akan bertolak ke Wamena kemudian akan melanjutkan penerbangan ke lokasi evakuasi pesawat.

SAR Mimika Kirim 8 Tenaga Penyelamat
Untuk membantu pencarian dan evakuasi korban pesawat Susi Air yang jatuh di Silimo Area, pihak im Mimika akan mengirim 8 orang personil terlatih untuk bergabung bersama tim evakuasi lainnya. Sabtu (10/9/2011) sekitar pukul 05.30 wit personil SAR Timika stand by di Hanggar Bandara Iternasional Moses Kilangin untuk diberangkatkan ke lokasi jatuhnya pesawat.

“ Pusat pengendali ada di SAR Jayapura, SAR Mimika mengikuti petunjuk dari Jayapura. Untuk mempercepat proses evakuasi SAR Mimika mengirim 8 tenaga terlatih untuk bergabung bersama tim SAR lainnya. Tim SAR akan bekerja melakukan pencarian dan evakuasi korban,” kata Kepala SAR Mimika, Zulfikar, S.Sos kepada wartawan melalui telpon genggamnya malam tadi.

Zulfikar mengatakan pihaknya telah melapor ke SAR Jayapura, mengenai kesiapan tenaga SAR Mimika untuk membantu proses evakuasi di lokasi jatuhnya pesawat di Silimo Area. Basarnas sendiri telah berkoodinasi dengan pihak TNI ADa untuk menggunakan pesawat helicopternya yang dapat dipergunakan untuk mendukung proses evakuasi.

Pekerjaan yang dilakukan oleh SAR jelas sesuai protap melakukan tindakan penyelematan, pencairan dan evakuasi korban. Setelah evakuasi korban mau dibawah ke mana menjadi tanggungjawab pihak Susi Air. Sembari Zulfikar menjelaskan, selalu berkoodinasi terus menerus dengan Perhubungan Udara Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten Mimika, pihak Lanud Timika, pihak Bandara Timika, dan Basarnas Jayapura. “ Evakuasi mulai besok, Timika terjunkan 8 personil sedangkan selebihnya dari SAR Jayapura dan personil penyelemat dari kesatuan-kesatuan lainnya,” jelas Zulfikar.

Sementara itu Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Wachyono yang dikonfirmasi Bintang Papua semalam terkait tragedi pesawat ini mengatakan bahwa,” Sementara ini Tim SAR dari Susi Air bekerja sama dengan Polres Jayawijaya sedang melakukan evakuasi korban pesawat naas tersebut,” jelasnya.

Wachyono juga menyatakan,”Sejauh ini belum ada persiapan dan rencana dari Tim SAR Polda Papua untuk naik ke Wamena, namun, apabila pada perkembangannya ternyata dibutuhkan, pihaknya pasti akan melakukan persiapan dan memberikan dukungan guna membantu dan mengevakuasi korban serta mencari black box (kotak hitam),” tambahnya. (hdm/cr-32/don/l03)

BP, Jumat, 09 September 2011 19:33

Sekali Lagi: Musibah dan Kemalangan Akan Terus Menimpa NKRI, Sampai Papua Merdeka

Di tengah perayaan HUT Kemerdekaan kolonial NKRI pada hari ini, Pemangku Adat dan Alam Papua dengan ini sekali lagi, untuk sekian kalinya memberitahukan:

  • Sesuai dengan seruan dan pesan-pesan sebelumnya, Indonesia harus mengakui dan memberikan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Papua yang telah dirampas dengan manipulasi jahatnya, karena Alm. Ir. Soekarno dan rekan-rekannya telah dengan meminta maaf, mengembalikan surat wasiat yang telah dirampas dari Tanah Papua, dan mengembalikan benda warisan nenek moyang Papua yang telah dismpannya puluhan tahun lamanya;
  • Surat telah kami sampaikan kepada Sultan Hamengkubuwono X, Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Alm. KH Abdurrahman Wahid, bahwa maryoritas Tiang Pulau Jawa, para Sunan telah menyetujui kemerdekaan bangsa Papua;
  • Sudah berulangkali diberitahukan bahwa musibah berupa air bah, gempa bumi, kecelakaan, dan kebakaran (khusus, sekali lagi secara khsuus kebakaran tempat-tempat usaha, perkantoran dan tempat umum, bukan rumah tempat tinggal) akan terus berlanjut, terus berlanjut dan terus berlanjut, sampai titik terakhir, atau sampai NKRI mengakui dan menyerahkan kemerdekaan dan kedaulatan tanah dan bangsa Papua.
  • Silahkan hitung, silahkan renngkan dan silahkan bertanya kepada hatinurani, apakah pesan-pesan ini hanyalah khayalan, takhayul, seperti pidato SBY tahun 2005, ataukah ini fakta. Apakah kebakaran-kebakaran ini takhayul? Apakah kecelakaan takhayul? Apakah musibah takhayul? Apakah ini ujian dalam rangka membersihakn umat Tuhan NKRI dalam proses masuk ke surga agar semua orang Indonesia menjadi murni bersih? Ataukah ini kutukan dan tulah dari Tuhan, sampai NKRI memenuhi tuntutan Hukum Alam dan Hukum Adat, yaitu Hukum Ilahi Pencipta Tanah dan Manusia Papua?
Sekian pesan kami untuk dimaklumi dan disebarluaskan.
Atas nama Tanah, Alam, Benda, Hewan, Tumbuhan, Leluhur, Pahlawan, Anak-Cucu, dan Bangsa Papua, atas nama Tuhan Pencipta Langit dan Bumi!!!
———————————-
OPERASI SANDI “AWAS!”
Pemangku Adat dan Alam Papua

LMA Merauke Desak PT Medco Bayar Rp45 Miliar

JAYAPURA–Lembaga Masyarakat Adat Malind Anim di Merauke mendesak PT Medco Papua Industri Lestari segera membayar ganti rugi penggunaan lahan seluas 2.800 hektar yang dipakai sebagai hutan tanaman industri di Buepe, Distrik Okaba, sebesar Rp45 miliar.

Perusahaan milik Arifin Panigoro itu dinilai telah merampas hak masyarakat adat dan tidak menepati janji. “Ya mereka harus bayar, itu juga desakan dari masyarakat, jadi tidak boleh ada alasan lagi,” kata Albert Gebze Mouyend, Wakil Ketua LMA Malind Anim, Selasa (9/8).

Ia mengatakan, PT Medco yang sudah beroperasi selama dua tahun tidak pernah memberi peluang bagi pemilik tanah untuk berkembang. “Masyarakat sudah menunggu sangat lama, nilai ini juga sudah turun dari sebesar Rp65 miliar, seharusnya perusahaan tanggap dan melunasi,” ujarnya.

Menurutnya, tarik ulur pembayaran tanah dapat membuka pintu terjadinya konflik berkepanjangan. LMA kata dia juga mendukung seluruh upaya masyarakat yang berencana akan menyegel dan menyita barang milik perusahaan. “Pemilik perusahaan harus datang ke Merauke dan menyelesaikan masalah ini, kalau tidak bisa ada konflik,” kata Albert.
Tuntutan masyakarat kampung Sanggase, di Distrik Okaba diajukan semenjak tujuh bulan lalu. Alhasil, hingga kini perusahaan belum juga menunjukkan tanda-tanda akan membayar. “Kami minta etikat baik dari perusahaan, jangan putar-putar lagi,” kata Amambol Balagaize, warga Sanggase. Sementara itu pihak Medco Papua menyatakan belum sanggup membayar sesuai permintaan warga. Tuntutan dirasa begitu besar dan tidak tepat. “Ini sangat berat,” kata Aradea Panigoro, pimpinan PT Medco Papua Industri Lestari di Merauke.

Aradea menuturkan, perusahaan hanya bisa menyelesaikan tanggungjawabnya sebesar Rp8 miliar yang diangsur bertahap. Pihaknya juga bersedia membangun fasilitas umum dan mendirikan tempat ibadah.

Bupati Kabupaten Merauke, Romanus Mbaraka menegaskan, pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam masalah tersebut. Pemerintah menginginkan polemik pembayaran ganti rugi bisa diselesaikan segera. “Kami hanya memediasi, tapi ini semua tergantung pada perusahaan, pemerintah juga tidak akan membuat masyarakat menunggu lama,” pungkasnya. (jer/roy/lo2)

Ditulis oleh redaksi binpa
Rabu, 10 Agustus 2011 15:30

Pesawat Susi Air Tergelincir di Bintuni

Sejumlah warga melihat kondisi pesawat Susi Air yang terperosok

BINTUNI – Juru Bicara Kepolisian Daerah Papua Kombes Wachyono mengatakan, bahwa pada Rabu (8/6) sekitar pukul 09.30 WIT, Pesawat Susi Air PK-VVT type C 208 tujuan Bintuni-Manokwari, yang dipiloti Blaire Cliff Warga Negara New Zealand, Co-pilot Udit Suda, juga WN New Zealand, dengan Penumpang 10 orang, tergelincir di bandara Bintuni Papua Barat. ‘’Saat melakukan haluan kanan di ujung runway landasan guna melakukan take off menuju Manokwari, ban pesawat bagian belakang kanan tidak bisa bergerak (macet) sehingga pesawat tidak bisa dikendalikan dan tergelincir ke parit sebelah kiri runway. Propeler depan rusak terkena benturan dengan gundukan tanah yg berada di pinggir runway,” ujarnya.

Tidak ada korban jiwa. Tepat pukul 10.35 WIT pesawat di evakuasi oleh personil Res Bintuni dibantu Masyarakat ke parkiran pesawat. (ram/jer)

Masalah Keamanan Freeport

Paskalis: Kodam dan Polda Papua Cukup Membekap

Jayapura-Seringnya terjadi gangguan keamanan di PT Freeport Indonesia, yang telah banyak menelan korban jiwa, menjadi salah satu perhatian serius dari  Komisi I DPR RI yang membidangi masalah  pertahanan, intelijen, luar negeri, komunikasi dan informasi.  Terkait dengan itu, Komisi I DPR RI mengagendakan pembahasan masalah keamanan yang krusial di wilayah operasional PT Freeport Indonesia (PTFI), demi tercipta rasa aman bagi ribuan karyawan  bersama keluarga mereka di perusahaan tambang mineral tembaga, emas dan perak terkemuka di dunia itu. Hal itu disampaikan anggota Komisi I DPR RI sekaligus Ketua Kaukus Parlemen RI untuk Papua, Paskalis Kossay,S.Pd,MM   di Jayapura, Kamis. “Kami sudah meminta rekan-rekan di Komisi I DPR RI untuk mengagendakan pertemuan khusus dengan manajemen PT Freeport Indonesia guna membahas persoalan keamanan di areal tambang itu sehingga ada jaminan keamanan riil bagi ribuan karyawan yang bekerja di situ,” katanya.

Diakui bahwa pihaknya pada beberapa pekan lalu telah bertemu dengan manajemen PTFI yang diwakili Vice President, Sonny Kosasih dan pada kesempatan itu, baik dirinya maupun manajemen Freeport memiliki kesamaan pandangan bahwa persoalan keamanan di areal operasional tambang Freeport harus segera dibahas dan dicarikan jalan keluar yang baik  demi kebaikan bersama dan untuk nama baik Indonesia di mata masyarakat antarbangsa.

Menurut Paskalis, yang baru saja menerbitkan bukunya “Pergumulan Putra Balim di Senayan” itu, salah satu solusi menuntaskan persoalan keamanan di Freeport adalah Pemerintah harus meninjau kembali Kepres Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional (Obvitnas).

“Sangat baik kalau pengamanan di wilayah operasional Freeport itu ditangani Freeport  dan didukung penuh oleh aparat keamanan dari Kodam XVII/Cenderawasih dan Polda Papua, karena merekalah yang lebih memahami kondisi riil dan situasi sosial-budaya masyarakat di Papua,” katanya.

Itu berarti, petugas keamanan internal Freeport berada di lingkaran dalam dan aparat TNI-Polri di lingkaran luar.

Selain itu, kita melibatkan juga masyarakat setempat untuk ikut memberikan kontribusi mengamankan wilayah operasional tambang mineral terbesar di dunia itu.
Paskalis mengakui, gangguan keamanan sering terjadi di wilayah Freeport dan telah menelan banyak korban jiwa, namun hingga kini pemerintah belum mampu menuntaskan persoalan kemanusiaan yang krusial ini.

“Negara harus dapat memberikan jaminan keamanan riil bagi semua orang yang berada di wilayah Obvitnas itu. Jangan sampai Negara gagal menciptakan keamanan dan memberikan rasa aman kepada ribuan karyawan Freeport beserta keluarga mereka,”kata Paskalis.(don/don)

Peringatan Setahun Gempa Padang, Ditandai Terjadinya Gempa Papua dan Aceh, Mengapa ? (via Fenomena Alam Semesta)

Perlu dibada

Peringatan Setahun Gempa Padang, Ditandai Terjadinya Gempa Papua dan Aceh, Mengapa ? Tepat 30-sepember-2010 adalah setahun gempa padang terjadi yang cukup dahsyat, Gempa Padang 30-09-2009 maka entah sengaja atau tidak, terjadilah gempa di timur dan barat indonesia dengan intensitas yang cukup. Dimulai dengan terjadinya,  Kamis, 30/09/2010 00:34 WIB Papua Barat Diguncang Gempa 7,4 SR Jakarta – Gempa berkekuatan cukup besar mengguncang bumi Papua Barat. Gempa berkekuatan 7,4 tersebut berpotensi menimbulkan gelombang tsunami. Berdas … Read More

via Fenomena Alam Semesta

Speed Terbalik, Dua Orang Hilang

MERAUKE [PAPOS] —Dua orang warga Kota Merauke, masing-masing atas nama Fery Kurniawan dan Dompit dinyatakan hilang di perairan Tomerauw, Kamis (19/5). Hingga kini, kedua orang ini, belum ditemukan. Meski begitu, proses pencarian terus dilakukan oleh tim dari Kantor SAR, Polres Merauke serta masyarakat sekitar.

Wakil Bupati Merauke, Sunarjo, S.Sos yang ditemui di VIP Room Bandara Mopah, Kamis (19/5), mengungkapkan, berdasarkan informasi dari salah seorang atas nama Wilem, terakhir mereka berada di Kali Tomerau. Tetapi secara logika, jika di tempat tersebut terjadi musibah, Wilem lari ke Tomerau. Namun, yang terjadi justru dia berada di Kampung Kondo. “Nah, sudah kita lakukan diskusi secara bersama-sama. Karena kemungkinan dia salah melihat tempat kecelakaan laut itu,” kata Wabup.

Lebih lanjut Wabup mengungkapkan, kemungkinan Fery dan Dompit bersama sped itu terbalik di sekitar Kampung Kondo. Karena arus berputar kea rah utara. “Selain melakukan pencaharian, kita berdoa agar kedua warga Kota Merauke itu bisa ditemukan dengan kondisi selamat. Keduanya hendak kembali ke kota, setelah dari Kali Wanma untuk menjaring mencari ikan. Kami tidak tinggal dia tetapi terus bergerak mencari,” tegasnya.

Wabup mengungkapkan, dirinya bersama Bupati Merauke, Drs. Romanus Mbaraka, MT sudah melakukan penyisiran pencarian di udara menggunakan pesawat. Hanya saja, tidak ada tanda-tanda jika mereka ditemukan, termasuk barang bukti berupa kulboks dan lainnya yang dibawa. “Kita terbang dengan ketinggian 200 meter untuk melihat. Hanya saja, tidak menemukan adanya tanda-tanda kedua korban,” ungkapnya.

DItambahkan, proses pencaharian akan terus dilakukan dan tidak ada batas waktu yang diberikan. Namun, diharapkan keduanya bisa segera ditemukan dalam keadaan sehat. “Tidak ada batas waktu untuk dilakukan pencarian, tetapi kita upayahkan agar mereka ditemukan. Memang kondisi cuaca juga kurang begitu baik. Anda (wartawan;red) bisa melihat keadaan sekarang seperti angin yang kencang,” tandas dia. [frans]

Heli Milik TNI Jatuh di Mapnduma

Heli menjadi tontonan masyarakat. Inzet salah seorang korban jatuhnya helikopter di Mapnduma, Kabupaten NdugaWAMENA (PAPOS) – Lag-lagi kecelakaan pesawat terjadi di tanah Papua, kali ini helicopter milik Tentara Nasional Indonesia [TNI] penerbangan Timika tujuan Mapnduma yang mengangkut 13 penumpang ditambah 3 kru pesawat jatuh kejurang, 500 meter dari lapangan terbang Mapnduma, Distrik Mapnduma, Kabupaten Nduga, Senin [16/5].

Kepala Bagian Humas Kabupaten Nduga, Otomi Gwijangge, S.Hut. yang berada di lokasi kejadian kepada Papua Pos Senin [16/5] menjelaskan, kronologis kejadian tersebut adalah, pada pukul 10.30 WIT helicopter milik TNI yang terbang dari Timika dengan tujuan Mapnduma tiba di lapangan terbang Mapnduma, saat akan mendarat helicopter tersebut tidak mendarat di tempat pendaratan yang disediakan, namun helicopter tersebut bergeser hingga terjatuh ke dalam jurang di sisi lapangan terbang pada ketinggian sekitar 500 meter dan tertahan disekitar perkebunan masyarakat.

Kejadian tersebut lanjut Otomi sontak mengagetkan masyarakat yang berada di sekitar lapangan terbang yang datang ingin melihat helicopter yang datang dari Timika.“Kami melihat sendiri dari dekat kejadian tersebut, karena pada saat itu semua masyarakat datang untuk melihat siapa yang datang dengan helicopter yang datang dari Timika, untung pesawat jatuh dikebun yang menahan pesawat tersebut hingga tidak terjatuh ke jurang yang lebih dalam sekali,” terangnya.

Melihat kejadian tersebut masyarakat yang ada di lokasi kejadian langsung turun untuk membantu para penumpang dan pilot yang masih berada di dalam helicopter yang terjatuh, sementara mengenai kondisi korban menurut Otomi, seluruh penumpang dan kru helicopter hanya mengalami luka ringan. Semua penumpang terdiri dari 13 orang [nama-nama lihat table].

Termasuk pilot dan kru juga selamat tanpa mengalami luka parah tapi semuanya mengalami luka-luka ringan ditangan, dan para penumpang dan kru helicopter dikeluarkan secara manual dengan bantuan masyarakat setempat,” jelas Otomi.

Sedangkan kondisi helicopter naas tersebut ungkap Otomi, setelah jatuh helicopter tersebut terbalik dari ketinggian 500 meter hingga pesawat terbolak balik dimana bagian atas ke bawah dan bagian bawah ke atas serta helicopter tersebut sudah berada dalam kondisi patah dibagian tengahnya dengan bagian depan terpisah dengan bagian belakangnya, sayapnya juga putus, kaca cepan hancur, serta baling-balingnya atas juga lepas.

Konon kata Otomi dari keterangan yang diperolehnya dari masyarakat helicopter yang datang dari Timika ini di pakai oleh salah satu pasangan calon kandidat bupati dan kandidat wabup Nduga untuk mengangkut para pendukungnya bersama tim suksesnya.

“Pesawat yang jatuh ini di carter atau dipakai oleh salah satu pasangan kandidat bupati Nduga untuk memobilisasi pendukungnya dan tim suksesnya dari Timika menuju ke Mapnduma, namun tanpa diduga-duga kecelakaan itu terjadi sehingga masyarakat semua kaget,” katanya.

Sementaara itu kondisi pesawat tersebut masih belum dievakuasi sedangkan para korban langsung diberikan pertolongan pertama pada mereka yang mengalami kecelakaan ringan.

Empat Korban Kritis

Empat penumpang korban kecelakaan helikopter Penerbangan AD (Penerbad) yang jatuh di Distrik Mapenduma, Kabupaten Nduga, Papua, Senin, hingga saat ini masih dalam kondisi kritis.

Karel Gwijangge, keluarga salah satu korban kecelakaan helikopter Penerbad di Timika, Senin, mengharapkan bantuan sarana transportasi pesawat terbang dari Timika ke Mapenduma untuk dapat mengevakuasi para korban.

“Kami sangat mengharapkan esok ada pesawat yang bisa terbang ke sana untuk menjemput para korban sehingga bisa dievakuasi ke Timika untuk mendapat perawatan lebih lanjut,” tutur Karel yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Mimika.

Karel mengatakan salah satu dari empat penumpang yang masih dalam kondisi kritis di Mapenduma itu adalah ibu kandungnya atas nama Orit Nirigi. Orit Nirigi bersama lebih dari 10 orang penumpang berangkat dari Timika menuju Mapenduma pada Senin pagi sekitar pukul 09.31 WIT menumpang helikopter Bell-412 dengan nomor lambung 5001 milik Kodam XVII/Cenderawasih. “Sampai sekarang jumlah penumpang masih simpang siur. Ada yang mengatakan 17 orang, lainnya mengatakan 10 orang ditambah tiga orang kru,” tutur Karel.

Menurut informasi yang diterima Karel langsung dari Pdt Yulas Gwijangge di Mapenduma melalui SSB, helikopter naas itu bukan mendarat darurat di Kenyam, tetapi terjatuh di lahan perkebunan masyarakat sekitar lima meter sebelum mendarat di Lapangan Terbang Mapenduma sekitar pukul 11.00 WIT. “Informasi yang kami terima melalui SSB langsung dari Mapenduma dari sumber yang sangat bisa dipercaya, helikopter jatuh sekitar lima meter sebelum sampai di ujung landasan saat hendak mendarat. Kondisi cuaca saat itu dilaporkan terjadi angin kencang,” ujar Karel.

Helikopter naas itu dilaporkan mengalami kerusakan cukup parah yakni baling-balingnya terlepas, bagian ekor patah dan terguling masuk ke perkebunan warga dan kemudian tersangkut pada sebatang pohon mangga. Dari mesin helikopter tersebut sempat keluar asap.

Beruntung semua penumpang bersama kru helikopter selamat, meski beberapa orang diantaranya mengalami luka-luka yang cukup serius. Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA di Timika, tiga orang kru helikopter Penerbad tersebut sudah dievakuasi ke Timika pada Senin sore oleh helikopter Airfast milik PT Freeport Indonesia.

Komandan Kodim 1710 Mimika, Letkol Inf Bonni Christian Pardede membenarkan adanya insiden helikopter jatuh di Mapenduma. “Infonya demikian. Saya sedang menunggu laporan selanjutnya dari Timika. Yang jelas semuanya selamat,” tutur Bonni melalui pesan singkatnya.

Ia mengaku sedang bertugas ke luar wilayah Timika saat menerima informasi tersebut.

Sementara itu Kepala Bidang Perhubungan Udara Mimika, John Rettob mengatakan pihaknya siap membantu melayani permintaan keluarga untuk mencarikan pesawat carter guna mengevakuasi para korban yang masih dalam kondisi kritis di Mapenduma. “Kami akan berupaya maksimal untuk membantu transportasi korban yang mengalami luka-luka cukup serius dari Mapenduma ke Timika,” kata John.

Menurut dia, penerbangan reguler ke Mapenduma selama ini belum ada. Namun biasanya wilayah itu dilayani oleh penerbangan pesawat pilatus porter dari maskapai Susi Air jika ada permintaan dari masyarakat. [fredy/ant]

Heli Milik TNI Jatuh di Mapnduma

Heli menjadi tontonan masyarakat. Inzet salah seorang korban jatuhnya helikopter di Mapnduma, Kabupaten NdugaWAMENA (PAPOS) – Lag-lagi kecelakaan pesawat terjadi di tanah Papua, kali ini helicopter milik Tentara Nasional Indonesia [TNI] penerbangan Timika tujuan Mapnduma yang mengangkut 13 penumpang ditambah 3 kru pesawat jatuh kejurang, 500 meter dari lapangan terbang Mapnduma, Distrik Mapnduma, Kabupaten Nduga, Senin [16/5].

Kepala Bagian Humas Kabupaten Nduga, Otomi Gwijangge, S.Hut. yang berada di lokasi kejadian kepada Papua Pos Senin [16/5] menjelaskan, kronologis kejadian tersebut adalah, pada pukul 10.30 WIT helicopter milik TNI yang terbang dari Timika dengan tujuan Mapnduma tiba di lapangan terbang Mapnduma, saat akan mendarat helicopter tersebut tidak mendarat di tempat pendaratan yang disediakan, namun helicopter tersebut bergeser hingga terjatuh ke dalam jurang di sisi lapangan terbang pada ketinggian sekitar 500 meter dan tertahan disekitar perkebunan masyarakat.

Kejadian tersebut lanjut Otomi sontak mengagetkan masyarakat yang berada di sekitar lapangan terbang yang datang ingin melihat helicopter yang datang dari Timika.“Kami melihat sendiri dari dekat kejadian tersebut, karena pada saat itu semua masyarakat datang untuk melihat siapa yang datang dengan helicopter yang datang dari Timika, untung pesawat jatuh dikebun yang menahan pesawat tersebut hingga tidak terjatuh ke jurang yang lebih dalam sekali,” terangnya.

Melihat kejadian tersebut masyarakat yang ada di lokasi kejadian langsung turun untuk membantu para penumpang dan pilot yang masih berada di dalam helicopter yang terjatuh, sementara mengenai kondisi korban menurut Otomi, seluruh penumpang dan kru helicopter hanya mengalami luka ringan. Semua penumpang terdiri dari 13 orang [nama-nama lihat table].

Termasuk pilot dan kru juga selamat tanpa mengalami luka parah tapi semuanya mengalami luka-luka ringan ditangan, dan para penumpang dan kru helicopter dikeluarkan secara manual dengan bantuan masyarakat setempat,” jelas Otomi.

Sedangkan kondisi helicopter naas tersebut ungkap Otomi, setelah jatuh helicopter tersebut terbalik dari ketinggian 500 meter hingga pesawat terbolak balik dimana bagian atas ke bawah dan bagian bawah ke atas serta helicopter tersebut sudah berada dalam kondisi patah dibagian tengahnya dengan bagian depan terpisah dengan bagian belakangnya, sayapnya juga putus, kaca cepan hancur, serta baling-balingnya atas juga lepas.

Konon kata Otomi dari keterangan yang diperolehnya dari masyarakat helicopter yang datang dari Timika ini di pakai oleh salah satu pasangan calon kandidat bupati dan kandidat wabup Nduga untuk mengangkut para pendukungnya bersama tim suksesnya.

“Pesawat yang jatuh ini di carter atau dipakai oleh salah satu pasangan kandidat bupati Nduga untuk memobilisasi pendukungnya dan tim suksesnya dari Timika menuju ke Mapnduma, namun tanpa diduga-duga kecelakaan itu terjadi sehingga masyarakat semua kaget,” katanya.

Sementaara itu kondisi pesawat tersebut masih belum dievakuasi sedangkan para korban langsung diberikan pertolongan pertama pada mereka yang mengalami kecelakaan ringan.

Empat Korban Kritis

Empat penumpang korban kecelakaan helikopter Penerbangan AD (Penerbad) yang jatuh di Distrik Mapenduma, Kabupaten Nduga, Papua, Senin, hingga saat ini masih dalam kondisi kritis.

Karel Gwijangge, keluarga salah satu korban kecelakaan helikopter Penerbad di Timika, Senin, mengharapkan bantuan sarana transportasi pesawat terbang dari Timika ke Mapenduma untuk dapat mengevakuasi para korban.

“Kami sangat mengharapkan esok ada pesawat yang bisa terbang ke sana untuk menjemput para korban sehingga bisa dievakuasi ke Timika untuk mendapat perawatan lebih lanjut,” tutur Karel yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Mimika.

Karel mengatakan salah satu dari empat penumpang yang masih dalam kondisi kritis di Mapenduma itu adalah ibu kandungnya atas nama Orit Nirigi. Orit Nirigi bersama lebih dari 10 orang penumpang berangkat dari Timika menuju Mapenduma pada Senin pagi sekitar pukul 09.31 WIT menumpang helikopter Bell-412 dengan nomor lambung 5001 milik Kodam XVII/Cenderawasih. “Sampai sekarang jumlah penumpang masih simpang siur. Ada yang mengatakan 17 orang, lainnya mengatakan 10 orang ditambah tiga orang kru,” tutur Karel.

Menurut informasi yang diterima Karel langsung dari Pdt Yulas Gwijangge di Mapenduma melalui SSB, helikopter naas itu bukan mendarat darurat di Kenyam, tetapi terjatuh di lahan perkebunan masyarakat sekitar lima meter sebelum mendarat di Lapangan Terbang Mapenduma sekitar pukul 11.00 WIT. “Informasi yang kami terima melalui SSB langsung dari Mapenduma dari sumber yang sangat bisa dipercaya, helikopter jatuh sekitar lima meter sebelum sampai di ujung landasan saat hendak mendarat. Kondisi cuaca saat itu dilaporkan terjadi angin kencang,” ujar Karel.

Helikopter naas itu dilaporkan mengalami kerusakan cukup parah yakni baling-balingnya terlepas, bagian ekor patah dan terguling masuk ke perkebunan warga dan kemudian tersangkut pada sebatang pohon mangga. Dari mesin helikopter tersebut sempat keluar asap.

Beruntung semua penumpang bersama kru helikopter selamat, meski beberapa orang diantaranya mengalami luka-luka yang cukup serius. Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA di Timika, tiga orang kru helikopter Penerbad tersebut sudah dievakuasi ke Timika pada Senin sore oleh helikopter Airfast milik PT Freeport Indonesia.

Komandan Kodim 1710 Mimika, Letkol Inf Bonni Christian Pardede membenarkan adanya insiden helikopter jatuh di Mapenduma. “Infonya demikian. Saya sedang menunggu laporan selanjutnya dari Timika. Yang jelas semuanya selamat,” tutur Bonni melalui pesan singkatnya.

Ia mengaku sedang bertugas ke luar wilayah Timika saat menerima informasi tersebut.

Sementara itu Kepala Bidang Perhubungan Udara Mimika, John Rettob mengatakan pihaknya siap membantu melayani permintaan keluarga untuk mencarikan pesawat carter guna mengevakuasi para korban yang masih dalam kondisi kritis di Mapenduma. “Kami akan berupaya maksimal untuk membantu transportasi korban yang mengalami luka-luka cukup serius dari Mapenduma ke Timika,” kata John.

Menurut dia, penerbangan reguler ke Mapenduma selama ini belum ada. Namun biasanya wilayah itu dilayani oleh penerbangan pesawat pilatus porter dari maskapai Susi Air jika ada permintaan dari masyarakat. [fredy/ant]

Up ↑

Wantok COFFEE

Organic Arabica - Papua Single Origins

MAMA Minimart

MAMA Stap, na Yumi Stap!

PT Kimarek Aruwam Agorik

Just another WordPress.com site

Wantok Coffee News

Melanesia Foods and Beverages News

Perempuan Papua

Melahirkan, Merawat dan Menyambut

UUDS ULMWP

for a Free and Independent West Papua

UUDS ULMWP 2020

Memagari untuk Membebaskan Tanah dan Bangsa Papua!

Melanesia Spirit & Nature News

Promoting the Melanesian Way Conservation

Kotokay

The Roof of the Melanesian Elders

Eight Plus One Ministry

To Spread the Gospel, from Melanesia to Indonesia!

Koteka

This is My Origin and My Destiny