JAYAPURA [PAPOS] – Pemerhati HAM di Tanah Papua protes dan menolak isi buku baru Karya Jared Diamond tentang orang pribumi yang berjudul; “The World Until Yesterday, What We Can Learn From Traditional Societies,” (“Dunia Sampai Kemarin, Apa yang Kita Bisa Belajar dari Masyarakat Adat”).
Dinilai rendahkan Orang Papua
Menurut Matius Murib, Koordinator Pembela HAM dan Direktur Baptis Voice di Tanah Papua, buku itu menyebarkan prasangka rasis tentang orang Papua. Penulis buku itu akan sampai di Inggris Rabu (30/1) kemarin dan pada tanggal 5 Februari mendatang dia akan berpidato di London-Inggris sehingga publik di Eropa dan dunia akan menikmati informasi yang dinilainya sangat sepihak.
“Penulis buku ini seharusnya berpandangan positif tentang orang pribumi. Oleh karena itu penulis sampaikan kita bisa belajar dari masyarakat adat. Namun, ada sejumlah masalah besar dengan buku ini di mana penulis sampaikan pesan yang berbahaya dan merendahkan,”
terang Matius.
Antara lain, terkesan seolah-olah orang pribumi di Papua masih mewujudkan hidup mereka pada hidup ribuan tahun yang lalu. Ini tidak benar dan memperkuatkan ide yang rasis bahwa orang pribumi adalah ‘terbelakang,’ ‘hidup dalam masa lalu,’ atau bahkan ‘zaman batu.’
Hal lainnya, terkesan bahwa perang suku dan kekerasan, yang difokuskan terhadap orang dari suku Dani pada tahun 1960-an. Penulis merincikan perang suku Dani sebagai ‘perang kronis.’ “Dia bilang bahwa ‘Orang Dani berperang setiap bulan selama setiap tahun.’ Kesan untuk pembaca adalah bahwa orang pribumi dari suku Dani ini adalah keras dan buas, menguatkan prasangka yang sering dipakai untuk merugikan orang pribumi,” ungkapnya.
Lanjutnya, Jared Diamond, penulis buku juga berpendapat bahwa orang pribumi sudah mendapat manfaat dari penguasa Negara dalam kehidupan mereka karena penguasaan ini sudah menghentikan perang suku. Dia menulis, “Orang Nugini menghargai manfaat dari perdamaian yang dijamin oleh penguasaan negara, yang mereka tidak bisa mencapai sendiri.” Dia juga menulis, “kebanyakan masyarakat skala-kecil menjadi terjebak dalam siklus kekerasan dan perang. Pemerintah Negara memberikan pelayanan luar biasa dalam memutus siklus-siklus ini oleh kedatangan mereka sebagai pemonopolian kuasa.”
Yang ia protes dari tulisan Jared Diamond adalah penulis sama sekali tidak menyebutkan kekerasan prajurit atau militer Indonesia dalam rangkaian kekerasan di Papua. “Buku ini terkesan sangat tidak berimbang dan obyektif dengan realitas di Tanah Papua sampai hari ini. Dari penulisan seperti ini, kami menduga penulis adalah agent atau kaki-tangan penguasa untuk melemahkan posisi dan eksistensi kehidupan masyarakat pribumi dan suku-suku asli di Tanah Papua,” katanya.
Matius minta hentikan stigmatisasi yang merendahkan martabat dan harkat masyarakat pribumi, seperti suku Dani dan 200-an lebih suku-suku asli di Tanah Papua. [ida]
Rabu, 30 Januari 2013 23:19, Ditulis oleh Frida/Papos
Leave a Reply